They (Never) Know: Secret Love
Rated: T+ (Pastikan bahwa kalian setidaknya berumur 15 tahun)
Warn : Out Of Character, Alur yang terlalu cepat, dan terjadi error disana-sini.
Taehyung x Jungkook
Seluruh cast bukan milik author, tapi cerita ini milik author.
This Story Belong to Breathinginlove (SS)
Selamat membaca!^^
•••
•
Taehyung tersenyum, setelah sekian lama bergelut dengan ujian ini dan itu yang membuatnya sibuk akhirnya ia bisa berkencan dengan kekasihnya. Jungkook, lelaki dengan gigi kelinci dan wajah yang sangat manis yang menggetarkan hatinya. Ia beruntung Jungkook menerima pernyataan cintanya– yang dibumbui sedikit paksaan enam bulan lalu.
"Kookie, kau akan datang ke prom-night perpisahan kelas tiga kan?"
Jungkook berpikir sebentar sebelum menggangguk dengan ceria, "tentu saja! Jieun noona sudah mengajakku, jadi aku pasti datang."
Taehyung terpekur, langkahnya terhenti mendengar nama Jieun. Sepertinya ia harus meralat lagi dan mengingat dengan jelas kalau Jungkook adalah kekasih rahasianya, karena kekasih Jungkook yang sebenarnya adalah Jieun. Belum lagi nada bahagia yang dilontarkan Jungkook membuat hatinya terasa sakit, memang salahnya memaksa Jungkook untuk menerimanya sementara ia tau dengan jelas Jungkook sudah memiliki kekasih wanita yang tentunya cantik, bukan tampan.
Melihat keterdiaman Taehyung membuat Jungkook tersadar akan ucapannya, "hyung maaf, bukan maksudku untuk–"
"Tidak, kau tidak salah." Taehyung tersenyum menahan kegetiran, senyum yang Jungkook tau dilakukan dengan terpaksa.
.
Mereka duduk di taman belakang sekolah yang selalu sepi dari murid ketika sore hari, Taehyung tertawa miris. Apanya yang kencan kalau sebenarnya mereka duduk berdua disini karena menunggu Jieun yang berlatih untuk perform nya di prom-night lusa nanti. Prom-night mereka memang diadakan lebih cepat karena beberapa siswanya akan segera pindah keluar kota bahkan keluar negeri. Padahal wisuda mereka masih cukup lama, dua minggu setelah pesta prom-night illegal yang mereka lakukan.
Taehyung memandang Jungkook yang terdiam, ia menatap bibir merah yang mengundangnya untuk mencicipi rasa bibir itu. Taehyung penasaran, apakah Jungkook pernah berciuman dengan Jieun?
"Kookie.."
Jungkook menoleh, menatap Taehyung yang seperti memikirkan sesuatu. "Kenapa hyung?"
"Apakah kau pernah berciuman dengan Jieun?"
Pertanyaan yang cukup membuat punggung Jungkook terasa menegang, "a-apasih yang hyung tanyakan.."
Taehyung memicing, ia memajukan wajahnya. Centi demi centi jarak yang ia hapus antara wajahnya dengan wajah Jungkook.
"Jungkook.." Punggung Jungkook meremang, suara berat Taehyung yang terdengar seksi di telinganya membuatnya tergelitik.
Taehyung makin memajukan wajahnya, jantung Jungkook berdebar hebat. Jungkook bukan siswa sekolah dasar yang tidak tau apa yang Taehyung inginkan, ia hanya tidak tau apa yang harus ia lakukan.
Jarak di antara mereka makin dekat, bibir Taehyung hampir mengenai bibir Jungkook andai saja Jungkook tidak segera menoleh ke samping. Taehyung mendengus, Jungkook menolak ciumannya.
"Ma-maaf hyung.." Jungkook menundukkan wajahnya, ia menolak untuk menatap wajah Taehyung yang pasti sekarang berubah sendu.
"Jangan katakan maaf terus-terusan, kalau ada orang yang mendengarnya mereka akan berpikir kau tidak tulus meminta maaf." Jungkook bungkam,apakah maksud Taehyung ia tidak benar-benar serius untuk meminta maaf? Ia ingin mengelak, tetapi ia tidak bisa menyalahkan perkataan Taehyung sepenuhnya.
Mereka terdiam, menikmati keheningan yang menyelimuti mereka. Tidak, hanya Jungkook yang menikmati itu karena Taehyung sibuk memandangi tangan Jungkook. Taehyung selalu menahan diri untuk tidak mengisi kekosongan di tangan Jungkook dengan tangannya sendiri, tapi bisakah ia?
Jungkook menoleh ke arah Taehyung ketika merasakan tangannya digenggam secara perlahan, tangan besar dan hangat Taehyung menggenggamnya dengan erat. Jungkook merasakan kehangatan dan ketulusan dari pancaran mata Taehyung, Jungkook tidak buta untuk melihat seberapa besar Taehyung ingin memilikinya untuk dirinya sendiri tanpa harus berbagi.
"Hyung, jangan lakukan ini.." Jungkook secara perlahan melepas genggaman Taehyung, genggaman yang sejujurnya juga Jungkook sukai.
"Maafkan aku, aku tidak bisa menahan diriku.."
"Tidak apa-apa, aku–"
"Jungkook-ah~~!" Jungkook buru-buru mengalihkan wajahnya ke asal suara yang memanggil namanya, suara kekasihnya. Jungkook buru-buru tersenyum, memandang wajah Jieun yang menghampirinya dengan ceria, Jieun begitu cantik dan imut di saat yang bersamaan. Jungkook jatuh hati pada Jieun yang terlihat begitu mungil di matanya, segala tingkahnya, bagaimana Jieun memanggilnya. Tapi, Taehyung juga mengisi sebagian hatinya. Dan ia begitu egois untuk memiliki keduanya meski ia tau ia telah melukai Jieun sekalipun wanita yang lebih tua dua tahun darinya itu tidak mengetahui hubungannya dengan Taehyung.
"Kook-ah, lama ya? Maaf ya, karena aku akan mengisi acara prom-night jadi aku harus berlatih agar teman-temanku tidak kecewa."
Jungkook berdiri, ia mencubit hidung Jieun sambil tertawa. "Nuna tidak perlu khawatir, ada hyung yang menemaniku kok.."
Jieun menatap ke balik tubuh Jungkook, ada Taehyung disana, bagaimana mungkin ia tidak mengenal siswa popular seangkatannya yang juga menjadi favorit para guru di sekolah mereka.
Jieun melambaikan tangannya, "hai Taehyung.."
"Hai.." Taehyung membalasnya dengan tersenyum kecil, ia berdiri dari duduknya dan menghampiri Jungkook.
"Aku pulang, hati-hati di jalan ya.." Taehyung mengusap rambut Jungkook hingga membuat anak itu sedikit kaget. Taehyung tersenyum sendu, tanpa menunggu Jungkook membalas perkataannya ia segera melangkah menjauh dengan cepat. Ia tidak bisa berbohong kalau ia tidak merasa sakit setiap Jungkook berinteraksi dengan Jieun, ia merasa sakit. Sakit yang Taehyung tau tidak sepantasnya ia rasakan, karena nyatanya hubungannya dengan Jungkook hanyalah hubungan semu yang tidak benar-benar nyata. Hanya ia yang menganggap ini nyata. Hanya ia sendiri.
.
.
"Yah! Sampai kapan kau duduk disini? Ayo nikmati pestanya bersama dan jadilah raja prom-night." Jimin secara tiba-tiba datang dan duduk di samping Taehyung yang memandangi kerumunan orang-orang yang mulai berdansa di hadapannya.
"Untuk apa? Lagipula aku datang sendiri." Taehyung menjawab tak acuh, tangannya bergerak mengambil sebuah cocktail dengan tingkat alkohol rendah yang waiter tawarkan padanya.
"Kau sih, wanita-wanita yang mengantri mengajakmu ke prom kau tolak semua." Jimin mencibir, sudah banyak anak kelas tiga sampai kelas satu yang menawarkan diri mereka untuk Taehyung ajak datang bersama. Tetapi Taehyung justru menolak mereka dengan dingin, "Ku pikir kau menolak mereka karena kau sudah punya pasangan yang aku tidak kenal, tapi lihat sekarang, kau justru datang sendirian dan bermuram diri."
"Seperti kau tidak saja." Taehyung mencibir balik, Jimin menggeleng dengan cepat sambil menggerakkan jarinya ke kanan dan kiri. Jimin menunjuk ke kerumunan alumni yang mereka undang, ia menunjuk ke satu titik dan memaksa Taehyung untuk menatap kesana.
"Aku datang bersama Yoongi hyung."
"Apa?!" Jimin tersenyum, sudah tau kalau Taehyung akan kaget dan cenderung tidak percaya.
"Sudah ah, aku mau berdansa dengan kekasihku dulu.." Jimin beranjak pergi menghampiri Yoongi dengan cepat, keterkejutan Taehyung bertambah. Kekasih katanya? Wow! Sejak kapan sahabatnya itu berpacaran dengan Yoongi yang dulu terkenal dengan sifat dingin dan mulut tajamnya.
Keterkejutan Taehyung makin bertambah ketika matanya menangkap siluet orang yang sangat amat ia hapal, Taehyung tidak mungkin lupa tubuh dan wajah yang menghiasi tiap malamnya. Itu Jungkook.
Mata Taehyung bergerak ke arah mengikuti setiap langkah Jungkook. Betapa ia sangat mengagumi adik kelasnya itu, Jungkook begitu indah. Ia terlihat sempurna dengan jas berwarna biru gelap dan rambut yang ditata menjadi half. Jungkook dengan senyum yang terpatri di wajah manisnya sanggup membunuh Taehyung secara perlahan.
Mata mereka bertemu, Taehyung bisa menebak bahwa Jungkook sedikit terkejut melihatnya. Ia mengangkat gelas cocktail nya dan meminumnya dengan tenang tanpa melepas pandangannya pada Jungkook yang sekarang dengan kaku meletakkan tangannya di pinggang Jieun.
Taehyung menggeram, ia menggenggam gelas cocktail nya dengan kencang dan hampir memecahkannya kalau saja suara lembut tidak menyadarkannya dan membuatnya mengalihkan perhatiannya dari Jungkook.
"Oppa, boleh aku duduk disini?" Itu Eunha, mantan kekasihnya. Taehyung tersenyum dan mempersilahkan Eunha untuk duduk di sampingnya. Meski mereka sudah berpisah tetapi hubungan mereka cukup baik karena Taehyung bukanlah orang kekanakan yang setelah memutuskan kekasihnya dengan cara tidak baik, kemudian berujung bermusuhan. Ia tidak seperti itu.
"Kenapa Oppa tidak mengajak seseorang?"
"Kenapa ya? Mungkin karena aku menunggumu.." Taehyung tersenyum melihat Eunha yang tersipu malu, ia menatap Eunha yang menutup mulutnya dengan punggung tangan. Eunha itu cantik, dan berasal dari kalangan sepertinya, tidak heran kenapa dulu ia memacari Eunha. Tapi sekarang di matanya Eunha terlihat sama saja seperti wanita lainnya yang rajin merawat diri dengan baik dan pintar memoleskan make up pada wajahnya.
"Kau semakin cantik.." Gombal. Taehyung hanya berbasa-basi, Eunha lagi-lagi tersipu mendengarnya. Tidak bisa ia pungkiri kalau ia masih berharap pada Taehyung meski mereka sudah cukup lama berpisah.
"Oppa mau berdansa?"
"Apakah pasanganmu tidak keberatan kalau aku meminjam tuan putrinya?" Eunha tertawa, ia memukul bahu Taehyung dengan pelan karena merasa tergelitik mendengar pertanyaan konyol Taehyung.
"Lupakan perihal pasanganku.."
Taehyung berdiri kemudian sedikit membungkuk dan mengulurkan tangannya ke arah Eunha, "jika kau tidak keberatan, maukah kau berdansa denganku tuan putri?"
Eunhae tersenyum lembut, ia meraih tangan Taehyung dan memasuki lantai dansa bersamanya. Banyak pasang mata yang mengalihkan perhatiannya pada mereka berdua, para gadis memandang Eunha dengan iri, betapa beruntungnya gadis itu karena Taehyung memintanya secara langsung. Tidak banyak yang bisa dekat dengan Taehyung karena pria yang sering tersenyum ramah itu ternyata tidak mudah didekati kecuali Taehyung sendiri yang menginginkan mereka untuk dekat dengannya.
Taehyung menyeringai ketika matanya melirik Jungkook yang terlihat tidak suka ketika ia mulai memasuki lantai dansa dengan menggandeng mantan kekasihnya.
Eunha tersenyum kecil ke arah Taehyung ketika pria itu meletakkan tangannya pada pinggangnya, dan menariknya mendekat hingga tak ada jarak di antara mereka. Tubuh mereka berdempetan dan saling bersentuhan, Eunha meletakkan tangannya di leher Taehyung dan mereka mulai bergerak ke kanan dan kiri menyesuaikan lagu yang mengalun lembut dengan tempo pelan.
Tangan Taehyung merambat ke atas menuju punggung Eunha, ia mengelus punggung itu dengan pelan. Wajah Eunha memanas, ia malu dengan tatapan Taehyung yang seakan menghujamnya dengan tajam.
Jungkook menahan geramannya, ia melepas pegangannya pada pinggang Jieun dan mengepalkan tangannya dengan kuat. Ia dengan jelas bisa melihat Taehyung yang terlihat sangat intim bersama mantan kekasih pria itu, ia tidak suka karena bagaimanapun juga Taehyung sendiri yang mengatakan bahwa dia merupakan miliknya.
"Jungkook, kau baik-baik saja?"
"Ah, maafkan aku Nuna.." Jungkook berusaha fokus dan kembali meletakkan tangannya pada pinggang Jieun, sesekali ia melirik ke arah Taehyung dengan tajam.
Jungkook membulatkan matanya, ia berhenti mendadak dan merasakan jantungnya seakan dihujam dengan panah. Di depan matanya, Taehyung mencium Eunha dengan panas dan liar, dan sepertinya bukan hanya ia yang melihatnya karena hampir semua orang di ruangan itu berhenti dan menatap mereka
"Woah, calm bro!" Jungkook menoleh, itu suara kakak kelasnya sekaligus sahabat Taehyung, Jimin. Sorakan Jimin membuat orang-orang di ruangan itu ikut bersorak memanasi. Jungkook mengepalkan tangannya makin kencang, raut wajahnya mengeras menahan amarah.
"Aahh.. Taehyung Opppah.." Eunha mendesah saat bibir Taehyung bergerak menelusuri lehernya, ia seakan lupa bahwa mereka berada di tempat umum dan dikelilingi banyak orang. Sekedar berciuman seperti ini bukanlah apa-apa, ia tak bermasalah dengan hal ini. Lagipula, Taehyung terlihat menikmatinya juga.
Sorakan Jimin membangkitkan nafsu Taehyung, ia hampir menelanjangi Eunha di ruangan itu. Untungnya ia segera sadar setelah Eunha mendesahkan namanya. Sial! Ia mempermalukan dirinya sendiri di depan teman-temannya.
"Get a room please!" Namjoon bersorak, menggoda Taehyung untuk melanjutkannya di tempat tertutup.
Taehyung dengan segera menarik Eunha menuju lantai dua, mereka memang mengadakan prom-night di sebuah klub private yang memiliki kamar khusus di atas.
Seiring kepergian Taehyung dan Eunha, keadaan terasa panas dengan orang-orang yang ikut tergoda oleh hasrat.
"Woah! Sepertinya ketua prom kita akan menikmati malam yang panjang, ini hanya akan jadi rahasia kita tentunya." Namjoon mengambil alih dengan mic di tangannya.
"Bagaimana kalau kita mendengarkan suara lembut Jieun sebelum kembali berpesta?" Namjoon tersenyum charismatic, mereka bersorak menyetujui saran Namjoon. Namjoon dengan senang hati meminta Jieun untuk naik ke panggung dan bernyanyi untuk mengembalikan atmosfir yang terasa panas oleh nafsu yang bergelora.
Jungkook tidak dapat fokus mendengarkan suara kekasihnya yang bernyanyi di depan sana, pikirannya justru tertuju pada Taehyung. Jungkook sudah beranjak dewasa, ia mengerti betul apa yang akan Taehyung dan Eunha lakukan. Tapi Jungkook tidak rela, ia tidak ingin membiarkan orang lain menjamah Taehyung lagi.
"Kau tidak menikmati pestanya?" Mungkin Jimin memiliki kekuatan berteleportasi karena pria itu dengan mudah muncul di manapun ia mau.
"Apa maksud sunbae? Aku menikmatinya."
"Aku mungkin tidak pintar, tapi bukan berarti aku bodoh. Taehyung di kamar atas, datangi sana." Jimin berbalik, tetapi Jungkook dengan cepat menahannya.
"Su-sunbae?"
"Taehyung melakukannya untuk melihat reaksimu, tetapi ku rasa ia kelewatan karena ia berubah horny." Jimin tertawa, ia menyeringai melihat Jungkook yang dengan cepat menaiki tangga menuju lantai atas. Jimin tersenyum dengan sedikit seringai terpatri di wajahnya, siapa bilang ia tidak tau tentang hubungan rahasia sahabatnya itu? :))
"Apa yang kau katakan?"
"Tidak ada, hanya mencoba menyadarkan." Jimin merengkuh pinggang pria berparas manis di sampingnya, tidak ada penolakan dari pria yang dulu menjadi kakak kelasnya itu.
"Yoongi.." Jimin menghadap ke arah pria manis yang bernama Yoongi itu.
"Tidak perlu diucapkan, aku tau." Yoongi menahan bibir Jimin dengan telunjuknya, ia tau Jimin akan mengatakan apa. Perkataan yang sejak empat tahun lalu tidak pernah berubah.
"Memang kau tau apa yang akan ku katakan?"
"Aku mencintaimu, iy–"
Jimin dengan cepat meraup bibir Yoongi dan menghisapnya dengan rakus. well.. Sepertinya yang butuh kamar akan bertambah lagi.
.
.
Jungkook terdiam di depan salah satu pintu kamar yang berada di lantai atas, ia bisa mendengar desahan wanita yang ia tau adalah Eunha. Tangan Jungkook bergetar memikirkan sudah sejauh apa Taehyung memulai aksinya.
Jungkook ragu, tapi sesuatu dalam dirinya memaksanya untuk membuka pintu itu. Ia membulatkan tekadnya, dan dengan perlahan serta hati-hati membuka pintu dihadapannya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah kepala Taehyung yang berada di antara kedua kaki Eunha yang tengah mengerang hebat. Dress Eunha masih melekat pada tubuh wanita itu, tapi melihat Taehyung yang mengarahkan wajahnya ke area intim wanita itu membuat Jungkook mengerti apa yang tengah Taehyung lakukan.
"Aahh.. Oppahh.."
"Hyung!" Jungkook membeku, ia sendiri terkejut dengan suaranya yang keluar dengan spontan.
Mereka berdua terkejut, Eunha buru-buru duduk dan menutupi pahanya. Ia membenarkan dress nya yang tersingkap dan segera berlari keluar. Ia merasa malu karena ada orang lain yang melihat kegiatan intim mereka yang mungkin segera menuju ke bagian inti itu.
"Apa yang kau lakukan disini?" Taehyung berdecak, ia memandang Jungkook dengan raut wajah datar dan tatapan yang Jungkook tidak mengerti.
"Apakah kau tidak bisa menunggu atau sekadar mengetuk lebih dulu?" Taehyung beranjak dari atas kasur dan mengambil jas nya yang ia lempar ke lantai, jujur saja ia bukanlah malaikat tanpa nafsu. Taehyung tidak sempurna seperti kelihatannya, kegiatan sex sudah biasa ia lakukan bersama mantan-mantannya. Sekarang ia benar-benar sedang bernafsu dan Jungkook justru mengganggu kegiatannya.
"Apa.. Apa yang hyung akan lakukan?" Mata Jungkook mengikuti pergerakan Taehyung yang mengambil jas tapi tidak menggunakannya kembali.
"Sex. Kau bukan anak TK lagi kan, Jungkook.."
Jungkook berjalan cepat menuju ke arah Taehyung yang sedang membenarkan dasinya yang terasa mencekik. Pergerakan Taehyung terhenti, Jungkook dengan tiba-tiba mendorongnya untuk duduk kembali di ranjang. "Tapi hyung itu kekasihku!"
Taehyung mendengus, ia berdiri dan menatap Jungkook. "Heh' aku kekasihmu? Bukankah kekasihmu sedang berada di luar sana?"
"Tapi hyung tau–"
Perkataan Jungkook terpotong karena Taehyung mendorongnya menuju ranjang dan mengukungnya di antara lengannya, "Ya, aku tau. Aku hanya sebuah hiburan bagimu.."
"Tidak!" Jungkook mencengkram kemeja Taehyung dan menahannya agar tidak beranjak.
"Hyung itu kekasihku.." Ucap Jungkook lirih.
"Lalu Jieun?"
"Dia... Dia juga kekasihku." Taehyung lagi mendengus, ia melepaskan genggam Jungkook yang membuat kemejanya kusut.
"Jungkook, aku lelah. Aku ingin mengenalkanmu pada dunia, aku ingin menggenggam tanganmu ketika kita berjalan berdua, aku ingin menciummu di lantai dansa, aku ingin memilikimu. Memilikimu untuk diriku sendiri tanpa harus berbagi dengan orang lain." Taehyung menatap lurus ke mata Jungkook yang terlihat berkaca-kaca.
"Aku ingin berteriak di rooftop bahwa kau kekasihku, aku ingin mengenalkanmu pada teman-temanku bahwa kau milikku, tapi aku tidak bisa. Kenapa aku tidak bisa, padahal aku milikmu." Taehyung merasakan sakit setiap kata-kata yang ia pendam meluncur keluar dari mulutnya, ia ingin menangis dan hampir gila karena menginginkan Jungkook untuk dirinya sendiri.
"Bahkan mereka tidak tau kalau aku mencintaimu." Taehyung tertawa hambar, "harusnya aku sadar kalau hubungan ini memang tidak punya harapan."
"Jungkook.." Taehyung bangkit dari atas tubuh Jungkook. "Aku menyerah, kau bisa kembali pada kekasihmu yang sesungguhnya." Taehyung tersenyum, ia bergegas keluar meninggalkan Jungkook yang terpaku memikirkan kata-katanya.
Taehyung tersentak, matanya membulat melihat Jieun yang berdiri di depan kamar. Ia mengucapkan sesuatu sebelum benar-benar pergi dari sana, "Maafkan aku, dia seutuhnya milikmu sekarang."
.
Jieun tidak tau apa yang harus ia perbuat ketika Jungkook seakan enggan untuk menjelaskan apa yang terjadi di malam prom. Jangankanmenjelaskan, Jungkook bahkan benar- benar menghindarinya. Bahkan sampai acara wisuda hari ini, Jungkook yang bertugas sebagai panitia pembantu acara wisuda seakan tidak dapat ia temui. Entah benar-benar sibuk atau menolak menemuinya.
Berbeda dengan Jieun yang mencari Jungkook, Jimin justru menemukan Jungkook tanpa perlu mencarinya susah payah karena Jungkook dengan sukarela menemuinya.
Jimin menyeringai, ia tau kenapa Jungkook menemuinya. Pasti perihal Taehyung yang tidak hadir di wisuda mereka hari ini dan membiarkan medali, piagam serta piala sebagai juara umum pertama yang harusnya ia terima menjadi sia-sia.
"Dimana Tae Hyung?"
"Untuk apa mencarinya? Ku rasa urusan kalian sudah selesai malam itu."
"Aku belum selesai!"
"Dan Taehyung sudah menyelesaikannya." Jimin lagi-lagi tersenyum, tapi senyum itu... Kenapa seakan mengejek Jungkook yang sedang merasa bingung dan kehilangan. "Well, aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa~"
"Tunggu! Sunbae.. Aku mohon, dimana Tae Hyung berada?"
"Tidak perlu mencarinya lagi Jeon Jungkook, kau tidak akan bisa menemuinya lagi."
"Apa maksud sunbae?"
"Taehyung sudah tidak disini lagi bersama kita."
"Sunbae! Sekali lagi aku bertanya, apa maksud sunbae?"
"Taehyung mengalami kecelakaan dan..."
Jungkook membulatkan matanya, Taehyung? Tapi.. Bagai–
"Bercanda. Wajahmu tegang sekali."
Sialan!
"Taehyung mengambil beasiswa yang sempat sekolah tawarkan padanya, padahal sebelumnya dia bilang tidak mau mengambilnya. Tapi tiba-tiba ia menghubungiku dan mengucapkan salam perpisahan, yasudah deh~ sudah ya, aku pergi dulu.."
"Kemana?"
"Menjemput kekasihku lah.."
Jungkook menggeram menahan kesal, "maksudku Tae hyung.."
"Oh, ku rasa Taehyung sempat mengatakan padaku untuk merahasiakannya darimu. Dan Jungkook, selesaikan masalahmu yang lain sebelum seseorang menjadi korban berikutnya." Jimin menunjuk ke arah belakang tubuh Jungkook, Jungkook menoleh dan menemukan kekasihnya disana. Bukan, bukan Taehyung. Tapi Jieun yang menatapnya dengan tatapan memohon meminta penjelasan.
.
Jungkook lupa kalau ia memilih menjadi egois dan menahan keduanya. Melihat Jieun yang sekarang tertunduk dengan wajah hampir menangis kembali menyadarkannya bahwa bukan hanya Taehyung yang merasakan luka, tapi Jieun juga.
"Nuna, maafkan aku.. Aku.."
"Siapa yang kau pilih?"
Jungkook menggeleng, "Aku tidak bisa memilih."
Jieun tersenyum kecut, Jungkook bukan tidak bisa memilih, tetapi lelaki itu masih ragu dan takut untuk memutuskannya.
"Jangan menahannya karena kau merasa tidak enak padaku. Kalau kau memilih Taehyung, aku mencoba berbesar hati untuk melepasmu."
"Tapi itu–"
"Aku justru akan semakin terluka kalau kau juga tetap menahan kami berdua tanpa memilih salah satu dari kami."
"..."
"Jungkook-ah, aku tau hubungan kita telah terjalin lebih dulu. Tapi kau sendiri yang membiarkan Taehyung masuk dan mengisi hatimu, itu tandanya kau tidak benar-benar mencintaiku."
"Nuna! Aku mencintai Nuna!"
Jieun menggeleng, "dulu, Jungkook. Dulu."
"Sekarang aku tau kenapa kau berubah ketika kita berdansa malam itu, kenapa kau tidak berada disana untuk melihatku bernyanyi, itu karena dirimu telah sepenuhnya tertuju pada Taehyung."
"Jungkook, kalau kau tidak bisa memilih, maka aku yang akan memilih."
Jieun menarik napas dalam-dalam, "Hubungan kita selesai sampai disini, kejarlah Taehyung sebelum ia pergi.."
"Nuna.. Nuna tau kemana Tae Hyung pergi?"
Jieun merasa kecewa karena Jungkook seakan tidak terganggu ataupun menolak keputusannya, tapi ia juga tidak dapat menarik ucapannya lagi.
Jieun melirik jam tangan yang ia kenakan, jarum pendek nya menunjuk ke arah angka satu. "Seharusnya merahasiakannya darimu seperti yang Jimin lakukan, tapi anggap saja ini bukti dukunganku. Taehyung ke Jerman, Jungkook. Ia berangkat pukul 2 siang nanti."
Jungkook segera membungkuk dengan sopan, ia mengucapkan maaf dan terima kasih sebelum pergi dengan cepat meninggalkan Jieun dengan luka yang mulai terasa sakit.
.
.
Jungkook terduduk lemas di lantai, ia tidak peduli banyak mata yang memandangnya aneh dan kasihan. Jungkook menutup wajahnya dengan kedua tangan, bahunya naik turun. Ia menangis. Ia tidak terlambat, ia masih bisa menemui Taehyung. Tapi, satu kalimat yang Taehyung ucapkan membuatnya sadar bahwa hubungan di antara mereka benar-benar selesai.
"Hyung!" Jungkook berlari, ia masih bisa melihat Taehyung yang sebentar lagi memasuki ruang tunggu bandara.
Taehyung berhenti, ia mengenal jelas suara ini. Ia menoleh, dan menunggu Jungkook sampai dihadapannya. "Apa maumu?"
"Hyung, aku ingin meluruskan semuanya!"
"Apa yang ingin kau luruskan?"
"Hubungan kita."
"Semua sudah berakhir, Jungkook."
"Tidak! Aku–"
"Nah, kau dengar itu? Pesawatku sudah akan berangkat." Taehyung berdiri saat pengumuman mengenai keberangkatan terdengar. Ia menatap Jungkook dengan senyum yang sulit dijelaskan.
"Jungkookie, sejak aku memintamu menjadi kekasihku, aku tau kita tidak akan memiliki harapan. Aku sadar aku terlalu bodoh untuk memaksamu jatuh cinta padaku dan mengakui hubungan kita." Taehyung menangkup wajah Jungkook dengan tangan besarnya, "Kookie, saat nanti kau menemui cintamu lagi, tolong jangan sia-siakan dia. Genggamlah tangannya, ciumlah dia, berteriaklah bersama-sama di atas rooftop, tunjukkan pada dunia bahwa kalian saling mencintai. Tunjukkan bahwa kau adalah miliknya dan dia adalah milikmu."
"Hyung..." Jungkook berkaca-kaca, ia meremas ujung sweater nya.
"Jangan menangisiku." Taehyung menyeret kopernya, belum sampai lima langkah ia berbalik lagi.
"Jeon Jungkook.." Jungkook mendongak, matanya segera membulat. Taehyung mencium bibirnya dengan lembut.
"Anggap saja sebagai pengingat, okay?..."
Taehyung berbisik sesuatu sebelum kembali berjalan lagi, kali ini tanpa melihat ke belakang. Ia berjalan dengan mantap meninggalkan Jungkook yang terpaku.
Jungkook berdiri, ia mengusap kasar pipinya. Ia kembali tersenyum, benar-benar tersenyum ketika mengingat apa yang Taehyung ucapkan di telinganya.
"Cause in the future, I wish we could be like that, Jungkook-ah."
.
.
TBC/END?
Hola~ Long time no see~
Bagaimana kabar kalian? Ku harap baik-baik saja.
Aku kangen nulis, dan mau ngelanjuttin ff chapter di akun sebelah, tapi lupa pass. Buat kalian yang menyadari siapa diriku, ku harap kalian bersedia menunggu sebentar lagi.
Ngomong-ngomong, mind to review? ehe
C U~^^ 5555
