Chapter 1 : I Think I Wanna Marry U

The first time I saw you, I knew it was true, that I'd love you forever, and that's what I'll do. You don't know what you do to me, you don't have a clue, you don't know what it's like to be, me looking at you.


Disclaimer : Bleach and it's characters belong to Tite Kubo, I own nothing.

Pair : Ichigo K. X Rukia K.

Genre : Romance, Humor, Friendship.

Warning : AU, OOC, Typo(s), gaje, alur kecepetan, author newbie, dll.

.

.

Don't Like, Don't Read

.

.

Aku menatap dengan bosan sekelilingku sambil sesekali—dengan tatapan mematikan—melirik ke arah pintu kantin yang bisa dibilang sejak tiga puluh menit yang lalu belum memuntahkan tiga makhluk unik—yang sayangnya harus kuakui sebagai sahabat karibku. Kami telah sepakat bertemu di kantin fakultas kedokteran Todai untuk membahas sebuah tugas bersama dari Szayel-sensei. Mengingat deadline-nya tiga minggu lagi dan nilai tugas ini cukup menentukan nasib kami selama semester kedua ini, rasanya bukan hal yang berlebihan jika aku ingin kami mengerjakan tugas ini seserius dan semaksimal mungkin. Namun tampaknya ketiga sahabat baikku ini mempunyai pemikiran lain akan hal itu. Buktinya sampai saat ini mereka tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Headset hitam yang senantiasa bertengger di kepalaku ini juga tampaknya sudah tak bisa lagi menahan suara bising kerumunan mahasiswa lapar lainnya.

"Yo, Ichigo... Maaf lama. Kau tahu sendiri kan kalau hari ini Nell akan berangkat ke Inggris untuk pembuatan film terbarunya. Jadi tadi aku harus mengantarkan dia ke bandara."

Grimmjow Jaegerjaquez, satu dari tiga orang sahabatku ini segera duduk di hadapanku sambil mencomot jus jeruk yg baru kuminum beberapa teguk. Alisku sedikit terangkat saat melihat tingkahnya itu.

"Apa? Aku haus dan mengantarkan pacar yang super sibuk kemanapun dia mau itu melelahkan. Kau tidak tahu rasanya ya? Oh iya, aku lupa kalau kau itu belum pernah pacaran," seringai Grimmjow.

Sial, dia benar-benar menyebalkan. Sudah datang telat, mengambil minumanku, dan sekarang mengejekku? Rasanya ingin ku lempar garpu beserta piring bekas pasta di hadapanku ini agar seringai menyebalkannya itu segera hilang. Namun sebelum kata-kata balasan super tajamku keluar dari kurungannya, seseorang berambut raven telah terlebih dahulu memotong percakapan yang mungkin akan berkembang menjadi perdebatan ini dengan kata-kata sinisnya.

"Seberapapun menyesalnya aku untuk menganggu "momen" indah kalian, mata kuliah Unohana-sensei akan dimulai sekitar sepuluh menit lagi. Jadi, jika kalian tidak keberatan, hentikan ocehan kalian dan bergegaslah ke kelas."

Uryuu Ishida, pria sok perfeksionis dengan kacamata tanpa bingkai ini melangkah mendekati meja kami diikuti seseorang dengan rambut merah jabrik berbandana hitam, Renji Abarai. Akhirnya si Tuan Putih-Putih dan Tuan Style Norak menampakkan batang hidungnya.

Aku kejam dan kekanakan? Che... Biar saja. Toh mereka bukan seseorang yang harus menunggu teman-temannya selama kurang lebih setengah jam dan menjadi sasaran lirikan dan bisik-bisik mahasiswi centil di kantin ini. Bukannya tidak menghargai atau jual mahal ya, tapi Kami-sama... Cekikikan dengan frekuensi yang cukup tinggi milik mereka itu sungguh membuatku pusing kepala.

"Enak saja! Memangnya salah siapa kalau seandainya kita telat? Bukankah kita sudah berjanji untuk bertemu di kantin kampus dan membahas tugas dari Szayel-sensei? Ternyata hanya Grimmjow saja yang datang. Itu pun telat," sungutku.

"Hei!" Teriakan tidak terima dari Grimmjow tidak ku gubris sama sekali.

"Maaf Ichigo. Tapi tadi aku ada keperluan mendadak. Kau tahu sendiri kan bagaimana Tatsuki kalau sedang marah? Kemarin aku lupa kalau kami ada kencan dan dia marah besar. Aku masih beruntung karena hari ini dia memperbolehkan aku menemuinya."

Tampang Renji pada saat berbicara sungguh menyedihkan. Aku sempat berpikir kalau Renji itu seorang mascho—mengingat sudah dua tahun lebih dia berpacaran dengan Tatsuki. Itu atau dia sudah jatuh terlalu jauh ke dalam hal yang disebut cinta. Ah... Terkadang aku iri pada si bodoh ini. Namun lamunanku akan hal tersebut segera buyar tatkala mendengar suara penuh sarkasme milik Uryuu Ishida.

"Tidak sepertimu Kurosaki. Kami memiliki hal lain yang jauh lebih penting untuk dilakukan daripada menemani seorang jomblo duduk-duduk di kantin sambil meratapi kesendiriannya. Lagipula kita masih bisa membahas tugas itu di perpustakaan kampus nanti sore," ujar Ishida sambil membenarkan letak kacamatanya.

Ctak!

Aku tidak heran sih, kalau urat-urat di kepalaku ini mulai menunjukkan dirinya. Mentang-mentang Ishida sudah empat bulan berpacaran dengan Kurotsuchi Nemu dan tidak jomblo lagi, dia pikir bisa seenaknya mengejekku apa? Tunggu saja sampai Mayuri-sensei tahu kau memacari putri tunggalnya. Bisa dipastikan Ishida akan jadi makhluk tetap di laboratorium Kurotsuchi. Tentunya sebagai kelinci percobaan Mayuri-sensei...

Rasanya ingin ku lempar benda tajam dan berbahaya pada Ishida. Tapi mengingat kami sekarang sedang berjalan di koridor kampus, tampaknya menemukan benda seperti itu adalah hal yang mustahil. Seandainya deathglare-ku bisa membunuhnya...

'Berhenti berkhayal yang aneh-aneh Kurosaki!' inner-ku mulai teriak tidak terima.

Baiklah... Daripada mendengarkan ocehan tidak penting dari Ishida atau berdebat dengan inner-ku dan menjadi gila, lebih baik kuputar lagu secara acak dari Ipodku.

Setelahnya irama yang cukup ceria dan earcatching mulai terdengar melalui headsetku ini. Tunggu dulu, penyayi dari lagu ini sepertinya tidak asing lagi. Dan tebakanku terkonfirmasi saat nama Bruno Mars terpampang dengan manisnya di layar Ipodku. Aku tidak ingat pernah memasukkan lagu miliknya di playlist milikku, terlebih lagi lagu dengan judul Marry You. Mungkin ini kerjaan salah satu dari si kembar saat aku pulang ke Karakura minggu lalu. Mendengar dari nadanya yang ceria sih pasti Yuzu. Aku ragu kalau si tomboy Karin menyukai genre musik seperti ini. Tapi tak apalah... Lagunya juga lumayan enak untuk didengar.

Tanpa sadar Ichigo pun ikut menyanyikan lagu ini dalam hati sambil mengerak-gerakkan kepalanya secara samar mengikuti irama.

It's a beautiful night

We're looking for something dumb to do

Hey baby

I think I wanna marry you

.

###

.

Dari arah berlawanan, terlihat seorang gadis manis yang bisa dibilang mungil untuk ukuran seorang mahasiswa sedang berjalan dengan tergesa sambil memegang makalah dan beberapa buku di tangan kirinya. Tangan kanannya pun tak kalah sibuk memegang handphone touchscreen di telinganya. Tampaknya gadis itu sedang menelepon seseorang. Sesekali terdengar suara cemas dari orang di ujung sambungan dan gadis ini hanya menjawab dengan desahan lelah.

"Aku tahu sebentar lagi mata kuliah Hitsugaya-sensei akan dimulai, Inoue... Tapi tadi aku sibuk mengerjakan tugas dari Soi Fon-sensei. Dia memberikan tugas yang cukup banyak di saat-saat terakhir dan deadline-nya hari ini juga. Tenanglah, sebentar lagi aku sampai." Setelah mengucapkan selamat tinggal pada seseorang bernama Inoue, gadis itu segera memutuskan sambungan teleponnya. Namun, saat gadis itu selesai memasukkan handphone ke saku jeans-nya, dari arah berlawanan seorang pemuda dengan rambut seterang matahari—yang juga sedang sibuk mengutak-atik Ipodnya berjalan di jalur yang sama dengan gadis itu. Dan tabrakan pun tak bisa dihindari lagi.

"Ahh..."

"Aduh!"

Teriakan kesakitan dari dua makhluk beda jenis kelamin ini ikut meramaikan lalu-lalang koridor kampus. Keduanya jatuh terduduk dan barang bawaan si gadis berceceran di lantai. Tersadar bahwa dirinya telah tak sengaja menabrak seseorang, Ichigo segera minta maaf dan membantu gadis itu membereskan buku-buku miliknya.

"Maafkan aku. Apa kau tidak apa-apa?" Sambil menyerahkan buku-buku yang berhasil dia kumpulkan, akhirnya Ichigo bertemu pandang dengan gadis itu untuk pertama kalinya.

"Aku tidak apa-apa. Maaf tadi aku juga tidak memperhatikan jalan," jawab gadis itu setelah menerima kembali buku-bukunya dan mengucapkan terima kasih.

Amber yang sehangat mentari senja bertatapan dengan kilauan amethys yang memabukkan. Dan seketika itu juga Ichigo lupa bagaimana cara untuk bernapas. Ia merasakan jantungnya seolah berhenti kemudian bernyanyi lagi dengan irama yang lebih menggila. Suara yang mendadak tercekat di tenggorokannya pun sama sekali tidak membantu. Entah karena efek cahaya yang masuk lewat jendela kaca atau jus yang tadi dia minum mengandung semacam halusinogen, wajah gadis di hadapannya ini tampak memancarkan cahaya yang membuatnya seakan tak bisa berpaling bahkan untuk mengedipkan mata sekalipun. Dan keterpesonaan Ichigo makin bertambah saat tak sengaja angin musim semi membelai manja surai sekelam malam milik sang gadis. Menimbulkan efek lembut yang membuat hati Ichigo berdesir hangat saat itu juga.

Is it the look in your eyes

Or is it this dancing juice

Who cares, baby

"I think I wanna marry you..."

Dan lirik lagu yang seharusnya hanya dinyanyikan di dalam hati inipun tak sengaja terucapkan oleh sulung Kurosaki ini, meninggalkan seorang gadis yang menatapnya dengan tatapan tak percaya serta ketiga sahabat baiknya yang membatu karena syok. Beberapa menit berlalu dengan keheningan yang canggung sampai suara tawa dari ketiga sahabatnya menyadarkan Ichigo dari keterpesonaannya. Dan sadarlah Ichigo bahwa dia baru saja mengucapkan kata itu dengan cukup keras di depan seorang gadis—yang notabene belum dikenalnya.

'Mati aku...'

Semburat merah muda yang mulai merekah di wajah kedua muda-mudi ini menjadi penutup dari pertemuan Ichigo dengan cinta pertamanya, untuk kali ini.

.

To be continued

.

Pojok Author :

Hehehe... Hallo, minna-san... Salam kenal!

Seperti yang saya bilang di atas tadi, saya masih newbie. Sebenarnya sih, sudah lama nongkrong di FBI, tapi cuma jadi reader doang. Namun karena saya cinta mati sama pair IR *plaked!* saya memberanikan diri membuat fic abal ini. Hehehe... Jadi mohon kritik dan sarannya ya?

Oh iya, lagu Marry You di atas juga bukan punya saya. Saya cuma pinjem bentar dari abang Bruno Mars. Quote di atas juga saya ambil dari Quotes and Saying, salah satu FP di Facebook.

Err... Bagi yang berkenan, jangan lupa RnR ya? Dan terimakasih sudah membaca!

(_ _)

Glosarium :

*Halusinogen adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat mengubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.[1]

Efek dari narkoba bila dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi berhalusinasi dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada/tidak nyata contohnya ganja (kanabis) dan LSD.

Source: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.