('-')

('-')

('-')

Remake story by Astrid Zeng

Chanbaek version

Rate : T

SLEEPAHOLIC JATUH CINTA

('-')

('-')

('-')


Baekhyun menyandarkan dahinya pada dinding lift yang sedang membawanya menuju lantai teratas gedung perkantoran mewah milik Briar-Rose Group. Semua gara-gara usul tidak masuk akal yang tiba-tiba muncul dalam kepala kakaknya, Luhan, yang memintanya menggantikan dirinya bekerja diperusahaan calon kakak iparnya. Baekhyun masih marah pada Luhan yang mengejutkannya dengan berita perjodohan yang sedang ia lakoni. Sekarang kedongkolannya bertambah karena Chanyeol, si calon kakak iparnya itu memintanya untuk memulai hari pertama bekerja tepat dihari pertama tahun baru. Tanggal 1 januari!

Baekhyun mendesah kesal saat melirik sekilas pada jam tangannya. Sepulang kantor nanti ia harus hibernasi untuk mengganti jam tidurnya yang berkurang drastis semalam.

"Tegang karna hari pertama bekerja?" Tanya Jongin sambil tersenyum.

Baekhyun mendongak dan menatap laki-laki berwajah lembut yang berdiri disebelahnya. Untuk sesaat ia melupakan kehadiran Jongin. Kemarin, laki-laki ini juga yang ditugaskan Chanyeol untuk menjemputnya di bandara. Dan sepertinya, pagi ini laki-laki ini juga mendapat tugas memberitahukan apa yang harus ia kerjakan.

Jongin yang tampak rapi dengan setelan kerjanya, berbalik memandangi Baekhyun. "Kata Chanyeol, kau belum pernah bekerja sebelumnya. Baru lulus kuliah?"

"Ya, Oktober lalu aku baru diwisuda. Setelah itu aku merayakan kelulusanku dengan berlibur mengunjungi kakek dan nenekku di China. Baru beberapa hari yang lalu aku kembali ke Korea. " Baekhyun menjawab dengan senyum ramah. "Dan sekarang, sebenarnya aku tidak tegang. Aku hanya sangat kesal!" lanjutnya dengan sengaja mengerutkan bibir.

"Kesal?" Jongin menatapnya bingung.

"Oh….. ayolah! Orang bodoh mana yang mau disuruh mulai bekerja tepat ditanggal merah seperti sekarang?" Baekhyun menunduk, memandangi sepatu nya yang sangat nyaman dan selalu ia pakai kemanapun. "Jam tidurku akan berkurang banyak mulai hari ini," gerutu Baekhyun lirih.

"Kau bisa menemukan satu orang bodoh itu disebelahmu. Sekarang." Jongin tertawa sambil membetulkan letak dasinya.

Pintu lift terbuka tepat dilantai teratas gedung berlantai 32 itu. Baekhyun langsung berhadapan dengan tiga lorong besar berselimut kaca yang terkesan sangat mewah. Tiap lorong seakan menjanjikan mereka menuju ruangan yang megah. Jongin langsung mengarahkan Baekhyun menuju lorong disebelah kiri mereka.

"Lorong ini menuju keruangan wakil presiden direktur yang sekarang dijabat Chanyeol. Lorong tengah adalah ruangan rapat. Biasanya digunakan jika ada rapat khusus pemegang saham. Sedangkan lorong paling kanan, menuju keruangan presiden direktur yang sekarang dijabat oleh Siwon, kakak Chanyeol. Kau tentu sudah mengenal keluarga Chanyeol kan?" Jongin menjelaskan sambil berjalan di depan Baekhyun. Dibelakangnya Baekhyun membuntuti dengan kedua tangan menggenggam erat tali tas ranselnya.

"Aku bahkan belum pernah melihat bentuk hidung calon kakak iparku," ucap Baekhyun. Bibirnya menyengir. "Dan….., Jongin, aku tidak berniat menyebutmu bodoh," lanjut Baekhyun.

"Aku tau, aku juga bercanda tadi." Jongin tergelak lalu berbalik memunggungi Baekhyun.

Baekhyun memandang gaya interior ruangan yang dimasukinya sambil berdecak kagum. Desainnya modern dan minimalis. Baekhyun memasuki ruangan dengan dua meja kantor yang berdampingan. Kedua meja kantor itu berbentuk sama persis, bahkan semua peralatan dan perlengkapan kantor itu juga sama persis, tertata diatas meja saja, ruangan itu tidak memiliki hiasan sama sekali. Tidak ada bunga, pajangan foto keluarga besar Chanyeol, atau setidaknya piagam penghargaan untuk dipamerkan, sehingga terkesan kaku dan dingin.

Suara Jongin mengikuti terus di belakang kepalanya sementara Baekhyun berkeliling ruangan luas ini. "Lantai penthouse ini memang khusus untuk ruangan presiden direktur, wakil Presdir, dan ruangan rapat khusus untuk board of commissioners. Jadi tidak ada hal remeh yang dilakukan dilantai ini. Hanya orang-orang penting saja yang memiliki akses ke lantai ini."

Baekhyun tidak memperdulikan penekanan kata remeh dan penting oleh Jongin. Dia terus berjalan berkeliling ruangan, memuaskan mata dengan memandang ke seluruh penjuru. Ada toilet kecil, ruangan dapur mini, dan sofa panjang berwarna putih tepat di sebelah pintu lorong.

Selesai menjelajahi ruangan, Baekhyun memandang lebih jauh melalui pintu kaca ke bagian dalam ruangan. Ia langsung bisa memastikan itu ruangan kerja Chanyeol. Ruangan dengan meja kaca besar dan kursi hitam mewah serta pemandangan langit kota Seoul disampingnya. Ruangan itu berdampingan dengan ruangan yang berisi meja rapat yang memanjang.

Melihat betapa mewah dan besar gedung perkantoran ini, Baekhyun mengangguk-angguk. Sepertinya dugaannya benar. Luhan sudah menangkap "ikan besar". Wakil Presiden Direktur Briar-Rose Group, tentu saja lebih dari sekedar "ikan kakap".

Siapa yang tidak tahu kemewahan semua hotel bintang lima Briar-Rose dan perusahaan-perusahaan yang berada dalam rantai emas Briar-Rose Group? Tidak salah Eomma dan Appa terdengar sangat antusias, pikir Baekhyun dalam hati.

"Jadi, aku akan mulai dari mana?" Tanya Baekhyun berbalik tiba-tiba sambil menepuk-nepuk kedua tangannya, mengagetkan Jongin dengan tingkahnya.

Jongin tersenym geli meski masih menatap Baekhyun dengan kerutan tidak yakin di dahinya. "Karena kau akan menggantikanku sebagai salah satu asisten pribadi Chanyeol, salah satu meja ini akan menjadi meja kerjamu. Kau bisa memilih mana yang disukai karna Chanyeol masih belum menemukan asisten pribadi yang tepat untuk menggantikan Kris."

"Mmm… aku bekerja menjadi asisten pribadinya? Menerima telepon untuknya, membuat janji dengan klien, membuat memo, membuatkan kopi. Begitu?" Tanya Baekhyun sambil berjalan ke salah satu meja. Baekhyun meletakkan tas ranselnya di meja dan membuat beberapa benda disana jatuh karena tersenggol tasnya.

"Yah… bisa dibilang begitu. Tetapi kau tidak perlu membuatkan kopi untuknya. Chanyeol sudah lama tidak meminum kopi dan apa pun yang mengandung kafein. Yang perlu di ingat adalah menjadi asisten Chanyeol berarti sudah terikat kontrak mati bersamanya. Chanyeol sangat perfeksionis. Ia ingin semuanya sempurna sesuai dengan keinginannya." Jongin menunduk untuk membantu Baekhyun memunguti stapler, bolpoin, dan perlengkapan lain yang terpelanting ke segala arah.

Baekhyun terkekeh geli, "Aku sudah biasa berhadapan dengan seseorang yang menginginkan segalanya sempurna. Aku bahkan menghabiskan seumur hidupku mengenalnya."

Baekhyun menghentikan tawanya saat melihat tatapan bertanya Jongin. "Maksudku Luhan, dia Eonni ku. Dia yang sebenarnya diminta Chanyeol untuk bekerja disini dengan alasan agar mereka dapat lebih saling mengenal. Omong-omong. Luhan juga perfeksionis."

"Oh….. maksudmu calon istri Chanyeol. Aku sudah mendengarnya dari Chanyeol. Menurutnya, kakakmu perempuan paling tepat untuk mendampinginya." Jongin menegakkan tubuhnya bersamaan dengan Baekhyun.

"Mendengar ceritamu, sepertinya calon kakak iparku sudah benar-benar jatuh cinta pada kakakku." Baekhyun mendesah lega. "Sekarang apa yang harus aku lakukan? Ruangan yang didalam itu pasti ruangan Chanyeol kan? Dan kenapa Chanyeol sampai harus mempunyai dua orang asisten? Apakan ia terlalu menuntut sampai-sampai kau tidak ingin bekerja lagi dengannya?"

Baekhyun berjalan menghampiri pintu kaca dan mulai mengintip ke dalam ruangan kerja Chanyeol. Meja berbentuk setengah lingkaran yang terbuat dari kaca tebal dengan kursi hitam yang terlihat sangat empuk membelakangi jendela kaca yang membentangkan pemandangan kota. Selain meja kerja itu, ada dua televisi yang menempel berdampingan di dinding yang berhadapan dengan meja kerja. Serta treadmill di sudut ruangan.

"Kurasa Chanyeol memiliki karisma dan kinerja yang amat baik. Aku sangat tersanjung bisa bekerja dengannya." Ucap Jongin.

Baekhyun tertawa keras mendengar perkataan Jongin yang terdengar sangat serius dan menyanjung atasannya. Jongin hanya ikut tersenyum kecut.

"Tenang Jongin! Chanyeol tidak berada disini untuk mendengar semua sanjunganmu. Sekarang katakan bagian terburuknya. Aku tidak akan memberitahukan padanya meski sebentar lagi Chanyeol akan menjadi kakak iparku." Baekhyun mengedipkan sebelah matanya, menggoda Jongin. Sebagai tambahannya, Baekhyun menyenggol lengan Jongin sok akrab.

"Aku tidak berniat menjilat Chanyeol, tidak ada bagian terburuk. Kau hanya perlu selalu siaga akan semua keperluan Chanyeol. Dia bisa meledak jika terjadi satu saja kesalahan kecil. Apalagi saat pikirannya penuh dengan masalah perusahaan. Sekarang kau bisa mulai menyortir semua surat masuk. Terima semua telpon untuknya. Chanyeol mungkin baru akan tiba setelah jam makan siang." Jongin melirik jam tangannya dan bermaksud meninggalkan Baekhyun.

Diam-diam Baekhyun menganalisis sekali lagi penampilan fisik laki-laki yang terlihat cukup tampan dihadapannya itu.

"Satu lagi, Chanyeol tidak suka menerima tamu sembarangan. Jadwal Chanyeol bisa kau temukan di komputer. Sebaiknya dihafalkan. Jadi jika sewaktu-waktu Chanyeol menanyakan nya, kau bisa menjawab dengan cepat. Lakukan tugas yang tadi aku perintahkan. Dan jangan lupa siapkan makan siang, terserah apa saja. Jika tidak disiapkan, Chanyeol pasti akan lupa dan melewatkannya. Ini perintah langsung dari Ibu Chanyeol."

Baekhyun mengangguk-angguk sambil mencoba mengingat semua pengarahan Jongin dalam kepalanya. Bahkan makan pun masih harus diurusi, pikir Baekhyun sambil berdecak menghina. Laki-laki seperti apa Chanyeol ini?!

"Oh ya! Satu lagi yang perlu aku ingatkan, karna kau calon adik iparnya, mungkin Chanyeol tidak akan terlalu keras padamu. Tapi ada baiknya mulai menggunakan pakaian kantor yang… hm… sesuatu yang terlihat lebih formal dan professional." Tambah Jongin.

Jongin memandangi penampilan Baekhyun dari atas sampai bawah sambil tersenyum kecil lalu menghilang keluar melalui lorong yang mengarah ke lift, meninggalkan Baekhyun yang mendengus kesal. Baekhyun semakin penasaran untuk melihat bagaimana tampang Chanyeol.

Baekhyun menunduk dan memperhatikan pakaian nya dengan seksama. Blazer yang dibawakan Luhan ini sudah terlihat cukup professional, celana kain milik Luhan ini juga licin dan rapi, sepatu olahraga yang nyaman juga terlihat pantas. Mungkin hanya kaus Mickey Mouse yang dikenakannya yang agak kurang pas.

"Mungkin sebaiknya besok aku memakai kaus polos biasa saja." Pikir Baekhyun.

Langkah kaki Chanyeol mendadak terhenti saat melihat seseorang perempuan dengan rambut lurus tidur nyenyak disalah satu meja asisten pribadinya. Chanyeol memandang berkeliling. Seharusnya calon adik iparnya sudah tiba pagi ini.

Chanyeol akhirnya mengerti alasan Luhan membatalkan rencana untuk bekerja sebagai asisten pribadinya dan justru mengirim Baekhyun menggantikan dirinya. Meski dengan begini Chanyeol masih harus bolak-balik Seoul Incheon untuk memperdalam hubungan mereka, tapi jika ia mau sedikit bersabar maka rencananya bisa berjalan mulus. Luhan benar-benar perempuan sempurna untuknya dan sekarang Chanyeol memutuskan untuk tidak buru-buru memamerkan Luhan.

Melihat tidak ada orang lain selain perempuan yang sepertinya menikmati tidur siangnya, Chanyeol menyimpulkan perempuan ini tidak lain adalah calon adik iparnya, Baekhyun.

Benar-benar sangat berbeda dari kakaknya. Baekhyun sama sekali tidak seanggun Luhan. Rambut lurusnya seperti sudah cukup lama tidak berkenalan dengan benda bernama sisir.

Chanyeol mendekati Baekhyun perlahan, wajah Baekhyun yang bersih tanpa makeup sama sekali menarik perhatian Chanyeol.

Ada sedikit kemiripan antara calon tunangannya dan perempuan yang masih tertidur lelap ini. Sejurus kemudian mata Chanyeol menangkap benda yang terlihat seperti boneka kumal dengan bercak kekuningan.. boneka itu menjadi bantal kepala Baekhyun.

Chanyeol melangkah mundur dengan cepat saat tiba-tiba salah satu tangan Baekhyun terangkat untuk mengelap air liur yang merembes dari sudut mulutnya yang menganga. Salah satu kertas cetakan e-mail untuk Chanyeol terkena tetesan air liur Baekhyun.

Chanyeol mengernyit jijik. Jika Baekhyun bukan calon adik iparnya, detik ini juga ia akan memecat gadis pemalas ini.

Chanyeol menggoyangkan perlahan bahu Baekhyun. Perempuan itu menggeliat sekilas dan kembali tidur. Chanyeol menggoyangkan bahu Baekhyun lebih keras. Baekhyun menggumam sambil menggaruh-garuk rambutnya.

Chanyeol pura-pura batuk dengan suara agak keras saat Baekhyun tetap menutup erat kedua matanya. Belum pernah Chanyeol merasa sekesal ini. Belum pernah ada karyawan nya yang berani berbuat seperti ini. Setidaknya, tidak dihadapannya.

Chanyeol mendekatkan wajahnya berniat berteriak di telinga Baekhyun saat ponsel milik gadis itu mulai bergetar dan bordering. Seketika Chanyeol melangkah mundur karena terkejut.

Tangan Baekhyun meraba-raba sekelilingnya, mencari ponselnya. Chanyeol memperhatikan semua tingkah laku Baekhyun dari belakang kursi yang di duduki gadis itu

"H-halo….," gumam Baekhyun saat menempelkan ponsel di dekat telinganya. Chanyeol melihat Baekhyun masih merapatkan matanya sambil bergumam tidak jelas.

"Iya, Tae. Kau sudah membangunkanku. Ehm….? Kursi kantorku sangat empuk dan menggoda untuk menuntaskan jam tidurku," Baekhyun menggeliat lalu dengan satu tangannya yang bebas, Baekhyun memeluk dan menciumi aroma boneka kumalnya. Boneka berukuran sedang dan berbentuk gadis berambut sama lurusnya seperti rambutnya.

"Apa? Bosku?" Chanyeol mendengar suara terkikik Baekhyun sebelum melanjutkan lagi. "Calon kakak iparku itu sepertinya tipe atasan yang semaunya sendiri. Aku tidak mengerti apa yang dilihat Luhan dan kedua orangtuaku darinya. Meski aku belum menemuinya, tapi aku sudah memutuskan untuk tidak menyukainya.

Dia membuatku menghabiskan tahun baru disini sedangkan dia sendiri belum muncul juga sampai sekarang. Tidak ada seorang pun yang muncul pagi ini. Aku memulai hari pertama di tahun baru ini dalam kotak kaca besar tanpa ditemani satu orangpun."

Chanyeol memijat tengkuknya menahan emosi, sebelum mengeluarkan suara keras untuk mengagetkan Baekhyun.

"Aku sudah muncul sejak air liurmu mulai menetes dan mengotori kertas e-mailki," Chanyeol bekacak pinggang, memandangi rambut lurus dan kusut Baekhyun.

Ponsel Baekhyun terjatuh membentur meja kerjanya. Dengan mulut terbuka, Baekhyun berbalik untuk melihat asal suara itu.

Chanyeol memandangi mata bulat milik Baekhyun dengan kesal.

"Oh….. maaf. A-aku ti-tidak tahu." Di tengah kepanikannya, Baekhyun masih sempat memandang Chanyeol dengan penuh analisis.

"Ada yang bisa saya bantu? Apakah anda ada janji bertemu dengan Chanyeol? Karena Chanyeol sampai sekarang belum datang." Baekhyun berbalik memandang ruangan Chanyeol untuk memastikan ucapannya barusan.

Chanyeol makin kesal karena Baekhyun tidak mengenalinya. Melihat semua pencapaian yang sudah diraihnya sampai saat ini, sangat jarang Chanyeol menemukan orang yg tidak mengenalinya. Seingatnya Luhan sudah mempunyai fotonya. Tapi mungkin saja Luhan belum sempat memamerkannya pada adiknya. Belum sempat atau mungkin tidak berniat.

Chanyeol mendesah kesal saat kenyataan itu masuk kedalam pikirannya. Luhan tidak seperti perempuan-perempuan lain yang pasti akan meloncat kegirangan setelah dilamar.

Semenjak Chanyeol mengenal Luhan sebulan yg lalu lewat salah seorang teman orangtuanya. Luhan tidak menunjukkan sedikitpun antusiasme untuk melangkah lebih serius bersama Chanyeol. Padahal Chanyeol sangat pantas mendampinginya semenjak pertama kali mereka bertemu. Chanyeol malah secara terang-terangan langsung mengajak Luhan untuk segera menikah. Tapi luhan malah menganggapnya laki-laki aneh.

Chanyeol bertekad untuk berusaha lebih keras untuk meyakinkan Luhan.

"Mungkin anda bisa menunggu dan duduk di sofa itu." Baekhyun bergegas berdiri dan menunjuk sofa putih panjang yg terletak tepat disebelah lorong masuk.

"Saya akan mencoba menghubungi Chanyeol. Mungkin ia akan segera tiba. Ehm….. saya asisten pribadi Chanyeol yg baru. Mungkin sa-saya akan membutuhkan waktu….. sebentar. Saya akan mencari nomor ponselnya."

Baekhyun bergerak salah tingkah sambil membuka-buka beberapa buku yang ada di meja. Chanyeol masih berkacak pinggang sambil memperhatikan apa yang dilakukan Baekhyun.

"Tidur di meja kerja, menerima telpon pribadi saat jam kerja, tidak berpakaian sepantasnya, menjelek-jelekkan atasan didepan orang lain, itu yg kau lakukan?! Kalau saja kau bukan adik Luhan, kupastikan sudah kuseret keluar dari kantor ini." Chanyeol menderet semua yg sudah dilakukan Baekhyun.

Seketika Baekhyun menghentikan gerakannya lalu berputar memandang Chanyeol.

"Memang tadi aku tertidur. Tapi itu semua karna Chanyeol yg memaksaku bekerja di tengah-tengah liburan seperti saat ini.

Chanyeol sendiri bahkan belum muncul sampai detik ini. Dan apa lagi yg harus aku kerjakan? Memastikan tidak ada debu setitik pun yg hinggap diatas mejanya?" Baekhyun sambil memandang lelaki dihadapannya dengan emosi yg membara.

"Dan kau baru saja menghina cara berpakaianku. Tidak pantas menurutmu? Sialan!" Baekhyun memutar kedua bola matanya dengan kesal. "Kenapa semua orang di gedung ini begitu memuja Chanyeol? Iya! Tadi aku memang sudah menjelek-jelekkan nama Chanyeol. Karena aku sangat tidak menyukainya. Mendengar namanya saja sudah membuatku jijik. Lalu apa yg ingin kau lakukan? Melaporkan semua perkataanku padanya? Katakana saja! Aku juga akan mengatakan pada Chanyeol bahwa salah satu karyawannya atau tamunya atau entah siapa sebenarnya dirimu, sudah menghina calon adik iparnya. Kita lihat siapa yg akan dibelanya."

Baekhyun membalas Chanyeol dengan angkuh. Tidak mau kalah, Baekhyun ikut berkacak pinggang dan menantang Chanyeol dengan mata melotot. Baekhyun memiliki postur tubuh yg hampir sama dengan Luhan. Tapi karena Luhan terbiasa menggunakan sepatu hak tinggi, sedangkan Baekhyun hanya mengenakan sepatu olahraga, membuat tinggi dua bersaudara ini terlihat sangat bertolak belakang. Sang kakak terlihat anggun dan berkelas sedangkan Baekhyun seperti gadis yg aktif, riang, dan sekarang siap untuk bergulat melawan Chanyeol.

"Maaf tapi aku akan tetap memilih untuk membela diriku sendiri meskipun kau adalah calon adik iparku." Chanyeol melenggang kearah pintu ruangannya sambil melemparkan senyum mengejek pada Baekhyun.

Sebelum masuk Chanyeol berbalik membelakangi pintu ruangannya dan menatap tajam pada Baekhyun dengan mulut yang menganga membentuk huruf O, tampak berusaha keras mencerna perkataannya.

"Sepertinya Luhan belum mengenalkanku padamu. Sampai-sampai kau tidak mengenaliku." Chanyeol mengangkat bahunya sambil lalu dan menunjuk Baekhyun dengan telunjuk tangan kanannya.

"Dengar! Aku tidak suka ketidakdisiplinan. Tapi untuk kali ini aku mamaafkanmu. Aku harus menelefon kakakmu sekarang. Sebaiknya kau tidak kembali tidur dan bawa masuk jadwal hari ini serta semua surat e-mail untukku. Dan terakhir, aku tidak ingin melihat boneka itu lagi mulai detik ini."

tanpa menunggu jawaban Baekhyun, Chanyeol berbalik dan memasuki ruangan kantornya dengan santai. ia berjalan ke balik meja kantornya dan menghempaskan tubuhnya diatas kursi. chanyeol melirik sekilas pada Baekhyun yang masih menatapnya terkejut sambil berkacak pinggang.

chanyeol menekan beberapa angka pada telepon yang ada dihadapannya. senyum Chanyeol mengembang saat dilihatnya Baekhyun memandang sedih boneka usang miliknya lalu memasukkannya kedalam tas ransel.

sapaan Luhan si telepon terdengar seperti baru bangun tidur, Chanyeol menjawab riang sambil melirik Baekhyun yg menatap layar komputernya dengan wajah cemberut. mereka berdua memiliki suara yg hampir sama menurut Chanyeol.

"Kalian berdua memang benar-benar mirip," ucap Chanyeol pada Luhan. chanyeol tertawa geli saat melihat Baekhyun semakin salah tingkah lalu memukul dahinya dengan keras dari balik ruangannya.

"Kau dan Baekhyun. baru saja aku memergoki Baekhyun sedang tertidur dimejanya. dan sepertinya ia sangat kesal karena aku memarahinya. ia memakiku dan mengancam akan mengadukanku pada calon kakak iparnya yg tidak lain adalah diriku sendiri," ujar Chanyeol.

chanyeol masih belum melepaskan matanya dari Baekhyun. pagi ini tingkah laku Baekhyun sangat mengejutkan, dan harus ia akui, sedikit menghiburnya. sekarang Baekhyun terlihat bingung menatap printer yg diletakkan di bagian dalam meja kaca. baekhyun bisa melihatnya tapi sekarang ia kebingungan bagaimana cara menggunakannya. printer itu terlihat seperti sudah tertancap ditengah-tengah kotak kaca.

chanyeol tertawa geli melihat Baekhyun mencoba menarik lepas meja kerjanya. Chanyeol memang tidak bisa mendengar caci maki yg keluar dari mulut Baekhyun, tapi ia bisa membayangkan seberapa kasar kalimat-kalimat yg keluar dari mulut Baekhyun.

Telinga Chanyeol menagkap kekhawatiran Luhan. Ia mencoba mengalihkan perhatiannya pada Luhan yg sekarang terdengar tidak yakin.

"Aku tidak akan jahat pada adikmu, Luhan. jangan terlalu khawatir!"

"Aku tidak khawatir," Chanyeol mendengar desahan lembut Luhan. "Chanyeol, apa kau selalu bekerja tanpa pernah berhenti? Seperti hari ini, kau bahkan tidak libur."

"Kerja keras adalah kunci kesuksesan. Apa kau keberatan? Apakah karna hal ini kau tidak mau kita menikah secepatnya?" Chanyeol sudah bertekad untuk meyakinkan Luhan dengan segala cara, ia khawatir Luhan memutuskan mundur dari perjodohan ini. Chanyeol menunggu jawaban Luhan, merasakan nafas Luhan tertahan sebelum menjawab.

"Tidak, aku tidak keberatan, aku bangga mempunyai calon suami pekerja keras sepertimu," jawaban Luhan membuat Chanyeol mendesah lega. Meski ia tahu Luhan belum yakin akan dirinya, tapi Chanyeol yakin bisa mendesak Luhan untuk menikah dengan nya, secepatnya.

"Kalau begitu aku beritahukan kabar gembiranya. Aku dan keluargaku akan datang mengunjungimu pada tanggal 14 Januari nanti. Kedua orangtuaku akan tinggal seminggu disana. Sedangkan aku hanya bisa beberapa hari, kedua orangtuamu mungkin sudah tau. Eomma seharusnya sudah mengabari orangtuamu pagi ini." Chanyeol mendengar suara tersekat dari ujung telponnya dan dari balik pintu kantornya.

kepala Bakehyun muncul dari balik pintu. Chanyeol mengangkat satu jarinya, memberi tanda agar Baekhyun masuk dan menunggu sebentar. Sepertinya dua perempuan ini sama-sama terkejut mendengar apa yang baru saja ia katakan.

"Luhan, apa kau masih mendengarku? aku dan kedua orangtuaku akan tinggal di hotel milik kami disana. Mungkin Baekhyun akan ikut. Sebagai asisten pribadiku, ia memang harus membuntutiku kemanapun aku pergi." Chanyeol berusaha mendesak Luhan.

Baekhyun menaruh kertas-kertas yg dipegangnya dengan kasar ke meja Chanyeol dambil berdecak kesal.

"Apa sih yg dipikirkan Luhan sampai-sampai ia mau dijodohkan denganmu?" desis Baekhyun.

Chanyeol mengangkat kepalanya dengan takjub. Disatu sisi Chanyeol berusaha meyakinkan sang kakak dan sekarang sang adik sedang menentangnya dengan sangat kesal.

kakak beradik ini sama-sama keras kepala. Chanyeol memandang Baekhyun dengan tajam.

Chanyeol sengaja memperbesar suaranya untuk mencoba mendesak Luhan dan memancing Baekhyun agar semakin marah dengan perkataanya. "Luhan kau masih mendengarku kan? Dua minggu lagi. Dan aku harap pada saat itu kau bisa turut meyakinkan kedua orangtua kita untuk mempercepat rencana pernikahan kita . Aku serius, Luhan!" Chanyeol menaikkan alisnya dengan gaya menantang pada Baekhyun yg terlihat semakin marah.

Akhirnya Chanyeol tersenyum penuh kemenangan saat Luhan menjawab dan menyetujuinya dengan pasrah. Sekarang tinggal meyakinkan sang adik, Chanyeol tersenyum senang.

"Nanti aku akan menghubungimu lagi. Aku akan sampaikan salam mu pada Baekhyun." Chanyeol mengembalikan gagang telpon pada tempatnya tanpa menunggu balasan dari Luhan.

('-')

('-')

('-')

.

.

.

~TBC~

.

.

~See you next Chap~

.

.

.

Akhir kata

Mohon Review nya teman-teman sekalian~~