Aku masih ingat bagaimana pertemuan awal kita
Ketika salju turun kulihat dirimu
Berdiri di dekat pohon sakura
Dan...
Kurasakan getaran aneh ini
Dan kusadari bahwa aku...
Telah menyukaimu pada pandangan pertama
WHEN THE FIRST LOVE ENDS
Story By Hikkun
Disclaimer © Hajime Isayama
Enjoy Reading
"Bagaimana? Bagaimana? Bagus kaaan~?" ujar Sasha sangat antusias menanyai temannya. Bila dilihat sekilas terlihat bahwa matanya sangat berkilat-kilat.
"Ahahaha... bagus kok." Gadis berambut pendek yang bernama Christa Lenz itu tertawa menjawab temannya.
Ymir yang berada di sebelah gadis berambut pendek itu menghela nafasnya, "Christa, kalau tidak suka jangan memaksakan dirimu."
"Aku tidak butuh seorang gadis yang tidak peka terhadap perasaan kisah cinta!" Sasha kesal mendengar ucapan Ymir yang ia anggap tidak menyukai film rekomendasi darinya. "Kau suka kan, Christa?"
Christa tersenyum dengan sedikit terpaksa, "Ah... eng..."
"Aku menyukainya."
Semua gadis yang bergerombol di meja itu menoleh pada Mikasa. "Be-benarkah?" Sasha menghampiri Mikasa dan menggenggam erat tangannya. Mikasa mengangguk pelan. "Uwoooh! Senangnyaaa!"
"Apa ada yang sedikit aneh padanya? Padahal film itu tidak ada kisah romansanya sama sekali dan cukup membosankan." Bisik Ymir. Christa mengangguk setuju, "Mungkin dia banyak pikiran sehingga tidak berpikir dahulu sebelum bicara."
"Oh ya, Mikasa, kudengar kau akan pindah." Ujar seorang gadis yang bernama Mina Carolina yang ingat tentang kabar tersebut. Mikasa menatapnya dengan tenang,"Iya. Tetapi masih lama kok. Karena pekerjaan ayahku dan mau tak mau aku harus ikut."
Semua orang menatap tak percaya. "Eh? Mengapa kau tak tinggal di kota ini saja? Meski sendirian kami bisa main ke rumahmu kok kalau kau merasa kesepian." Saran Sasha.
Mikasa berpikir sejenak, "Kurasa tidak bisa. Aku tidak ingin melihat kesedihan di mata orang tuaku."
Waaah... benar-benar anak yang berbakti...
"Hei, sudah waktunya pulang." Celetuk Annie yang sudah membawa tasnya dan pergi meninggalkan segerombol gadis yang sedang asyik mengobrol sedari tadi. Akhirnya semua orang di kelas pun membubarkan diri dan pulang menuju rumahnya masing-masing.
Mikasa mengusap pipinya yang terasa dingin. Ia menatap langit yang gelap dan tidak memancarkan cahaya sedikitpun. Cahaya yang berasal dari toko-toko maupun kendaraan mulai menerangi sepanjang jalan yang ada di sekitarnya. "Ah, aku harus membeli sesuatu."
Mikasa melangkah memasuki mini market yang tak jauh dengan jalan yang ia lalui. Ia membeli beberapa kebutuhan dan segera membayarnya. Ia melangkah dengan cepat dan tak sabar untuk melihat cowok yang ia temui tahun lalu. Ya, cinta pertamanya ketika salju pertama kali turun dengan indahnya.
Tak lama ia telah sampai di rumah cowok itu. Ia mengatur nafasnya dan berusaha untuk tenang. Mikasa mengetuk pintu rumah itu dan tak lama terdengar sahutan dari dalam. "Siapa?"
"Ini aku, Mikasa." Jawabnya. Terdengar suara langkah kaki dari dalam rumah dan kenop pintu yang terbuka. "Kau tidak perlu repot-repot kemari. Tapi... ah sudahlah... Ayo masuk."
Mikasa menutup pintu rumah dan melepas alas kakinya, "Permisi." Mikasa menatap cowok itu dan seperti biasa dia sedikit berantakan. "Eren, sudah berapa kali kubilang kau harus menjaga dirimu dengan benar." Omel Mikasa melihat Eren dengan tatapan sedih, "Kalau kau sakit nanti jadi repot."
"Kau yang datang di waktu yang tidak tepat. Aku tadi belum membereskan rumahku." Jawab Eren membela dirinya. Mikasa menahan senyumnya melihat tingkah Eren yang sok bisa segala hal. Dan juga Eren tidak suka dianggap remeh makanya sikapnya seperti itu.
Mikasa selalu membantu Eren karena disuruh oleh orang tuanya yang ternyata kenal dengan keluarga Yeager. Ia tidak tahu kalau anak dari keluarga mereka adalah cinta pertamanya. Cukup membuatnya shock ketika ia pertama kali ke kediaman Yeager.
"Sini kubantu." Eren menawarkan bantuan kepada Mikasa tetapi ditolak. "Tidak perlu. Kau nonton tv saja. Biar aku sendiri yang mengurusnya."
"Oh, ayolah."
Mikasa menatap Eren dengan tajam. Tatapan itu berarti tidak. Eren sedikit kecewa tetapi ia nurut saja, toh kalau melawan ia bisa jadi korban lagi seperti ketika Mikasa menemukan buku porno milik Eren.
"Eh? Sup?" ujar Eren kecewa. Ia membayangkan kare panas yang mengepulkan asap.
"Ini musim dingin. Jadi hidangan yang cocok adalah sup." Jawab Mikasa. "Ayo makan."
"Kalau begitu waktu natal bagaimana kalau kau memasak angsa panggang?" saran Eren. Mikasa . "Natal ya?"
Eren bingung melihat tingkah Mikasa yang sedikit aneh, "Ka-kalau tidak mau ya tidak apa-apa kok. Aku tidak memaksa."
"A-aku akan membuatkanmu angsa panggang! Kebetulan sekali aku juga suka menu itu!" Sahut Mikasa dengan naga yang gembira. "Oh, kalau begitu ayo kita makan sebelum dingin." Eren menganggukkan kepalanya dan mereka makan dengan lahap.
"Apa kau tidak menginap saja? Besok kan libur. Lagipula sudah larut." Eren mengkhawatirkan Mikasa yang hendak pulang. "Aku harus pulang sekarang. Orang tuaku sudah menungguku di rumah."
"Kalau begitu akan ku antar." Sahut Eren cepat. Mikasa senang mendengarnya, "Eh, tidak perlu repot. Aku bisa bela diri. Kalau begitu sampai jumpa."
Dengan cepat Mikasa pergi dari rumah Eren dan bergegas pulang. Kali ini mood Mikasa semakin membaik.
Drrt drrt...
Mikasa mengangkat telepon yang masuk, "Halo?"
"Mikasa―"
"Ah, iya, Bu?" nadanya pun terdengar sangat riang di telepon. "Ada apa? Aku sekarang menuju ke rumah."
Seperti itik yang mendengar suara guntur, momen bahagia Mikasa pun runtuh seketika.
-TBC-
.
.
.
A/N : Akhirnya sempat upload juga *elap keringat*. mungkin update untuk chapter berikutnya sedikit lama. sibuk sama kehidupan sehari-hari juga. terima kasih sudah mampir disini.
