HETERO OR...HOMO?

VIXX

(Chaptered), (Friendship, Romance), (AR!, Slash!), (T)

.

Berangkat dari rasa penasaran dan iseng, Hakyeon rela mengasingkan diri hanya karena soal orientasi seksual rekannya di VIXX. Dari sore yang tenang hingga malam berhias bintang di hari yang sama, akankah fakta yang terlihat menjelaskan semuanya? Atau justru ia yang akan terjebak kedepannya?

.

7D

.

Sore yang tenang ditemani secangkir teh lemon hangat dengan aroma menyegarkan. Seruput teh yang diminum Hakyeon terdengar menggugah selera. Sepiring roti kering mungkin akan pas bila bersanding, sayang sekali ia lupa pesan. Mungkin lain kali, pikir Hakyeon.

Hakyeon melamun dengan bolpoin dan buku dipangkuan. Suara mesin dan klakson mobil di bawah sana sayup-sayup terdengar dibawa angin. Pandangannya menerawang lurus ke depan, melayang entah kemana. Memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak penting, namun ia terlalu penasaran untuk mengetahui.

Tulisan dihalaman depan buku inilah yang membuat ia betah duduk hampir dua jam hingga bokongnya terasa kram. Ya, sebagai leader ia memang harus dituntut agar lebih peka dan pemikir terhadap teman-temannya di VIXX. Hanya sebatas untuk kepentingan grup saja sih, lebih dari itu ya urusan masing-masing.

'Apakah mereka gay?'

Hakyeon menghembuskan nafas kasar ketika membaca tulisan sarat pertanyaan itu. Ayolah, soal orientasi seksual itu hal yang menarik. Kebanyakan orang enggan membahasnya hanya karena privasi pribadi, tapi baginya itu bukan masalah sama sekali. Inginnya mengajak seseorang untuk bertukar pikiran, tapi dengan siapa?

Manajer? Sama saja cari mati.

Tapi Hakyeon sudah kepalang tak sabar dan menunggu lama untuk memikirkan ini, tak apa walaupun hanya beropini sendiri.

"Kira-kira..."

Suara Hakyeon tertelan hembusan angin yang berhembus agak kencang kala itu. Balkon hotel ini lumayan tinggi, hingga angin terasa sejuk sekali.

"...apa mereka, gay? Ah...tidak-tidak. Maksudku—aduh, aku binguuung..."

Rambut hitam berponi yang sudah kusut semakin kusut karena diacak-acak. Ia meraih kembali cangkir lemon namun baru sadar sudah kosong. Berdecak malas, Hakyeon membanting gelas keramik itu hingga berdenting keras. Untung saja tidak pecah.

Ia menulis lagi tepat di bawah tulisan sebelumnya...

'RAVI X KEN'

Dua orang yang menjadi objek 'penelitian' pertamanya tertulis disana. Dan pikirannya melalang buana entah kemana.

|HETERO OR...HOMO?|

Malam itu Hakyeon baru saja selesai mandi. Masih mengenakan bathrobe, ia bercermin untuk memakai pelembab wajah. Menyugar rambut yang sudah menutupi kening ke belakang sambil memasang wajah err...tampan.

Setelah memakai pakaian santai seadanya, ia keluar dari kamar. Membawa diri pergi ke dapur untuk meminum segelas air. Oh, kalau ada sih susu pisang kesukaannya.

Namun ia berhenti, kala melihat seseorang—bukan, dua orang di dekat kulkas yang tampak saling berpelukan.

Hakyeon putuskan untuk mengintip di belakang dinding sekaligus menguping apa yang dua orang itu lakukan dan bicarakan disana. Karena cahaya lampu yang remang dan jalan menuju dapur juga gelap, Hakyeon jadi tidak terlalu jelas untuk mengenali siapa dua orang disana yang sekarang malah semakin menempel.

"...Kau cantik, Jaehwanie..."

Itu suara Wonshik, berat dan parau seperti biasa. Tubuhnya yang jangkung proporsional memeluk seseorang dari belakang dan merapat ke pintu kulkas. Tangan Wonshik memeluk erat pinggang orang itu, dengan wajah yang bertumpu mesra di pundak.

Hakyeon yang masih bersembunyi dibalik dinding hanya bisa menahan nafas. Jadi itu Wonshik dan Jaehwan? Tapi mereka sedang apa?

Maju mundur kepalanya menjaga jarak untuk keluar dari persembunyian. Dan apa yang selanjutnya ia lihat, membuat ia membuka mulut tanpa sadar.

Wonshik sedang menarik kaos Jaehwan di bagian leher kesamping hingga bahunya terlihat. Mengecup pundak halus itu sampai terdengar kecipak lidah dan ciuman basah. Tangan kiri Wonshik tetap memeluk pinggang Jaehwan, hingga si empunya pundak mendongak dan bersender di tubuh Wonshik.

"Uh..."

Hakyeon kaget mendengar lenguhan Jaehwan. Benarkah itu mereka berdua? Tapi 'kok...

Menghalau segala pemikiran yang tiba-tiba menyerang, ia memilih berlalu dengan berjinjit masuk ke kamar. Tidak tahan mendengar samar-samar suara Jaehwan dan Wonshik di dapur sana.

Mungkin ia harus menahan hausnya hingga esok pagi.

|HETERO OR...HOMO?|

Dreamcatcher yang tergantung di dekat jendela berbunyi begitu tersapu angin yang agak kencang. Bersamaan dengan bunyi lonceng kecil itu, kembali jua kesadaran Hakyeon yang tadi sedang membayangkan apa yang ia lihat beberapa bulan yang lalu.

Aduh, wajahnya terasa panas. Apakah memerah?

Sekali lagi Hakyeon melihat tulisan itu dengan pikiran campur aduk. Mencoba menilai keadaan yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Kejadian itu hanyalah salah satu dari sekian 'keanehan' mereka berdua yang Hakyeon saksikan belakangan ini.

Menurutnya, Wonshik dan Jaehwan itu sudah seperti saudara, sahabat, ya seperti itu lah. Saat trainee dulu, mereka memang tidak terlalu dekat. Jaehwan selalu bersama dengan Taekwoon ataupun Hongbin, dan Wonshik bukan tipikal orang yang memiliki teman dekat sekalipun ia orang yang suka bergaul. Namun semenjak agensi mereka menetapkan official couple sebelum mereka debut, barulah Wonshik mendekatkan diri sedikit dengan Jaehwan.

Hakyeon yakin matanya tidak salah melihat, tapi ia tidak seyakin itu mengatakan bahwa segala penilaiannya benar.

Ia sadar, seiring berjalannya waktu mereka semua memang berubah. Entah itu karakter, kebiasaan, bahkan tingkah laku rekan-rekannya sudah Hakyeon pahami. Suka atau tidak, Hakyeon berusaha untuk mengayomi mereka.

Termasuk Wonshik. Ia tahu Wonshik berusaha dekat dengan Jaehwan agar chemistry mereka nanti semakin kuat. Wonshik tidak mau kedekatan mereka hanya sebatas di depan kamera saja. Wonshik ingin ia dan Jaehwan bisa dekat secara personal agar nantinya mereka bisa nyaman berinteraksi tanpa risih sama sekali.

Namun lama-kelamaan, Hakyeon menemukan satu hal yang agak janggal dari Wonshik. Anak itu memang memiliki 'pandangan' yang berbeda soal Jaehwan. Bukan pandangan seolah mereka adalah teman alih-alih seperti saudara, melainkan lebih mengarah ke romansa percintaan.

Sekali lagi, Hakyeon tidak bisa menjamin jika penilaiannya memang benar. Tapi dari fakta yang ia lihat, begitulah adanya.

Tidak hanya sampai disitu. Hakyeon juga baru ingat, Wonshik pernah bercerita kalau ia memiliki seseorang yang akan menjadi 'target'nya, namun peluang untuk memiliki orang itu sangatlah kecil. Entah bagaimana insting Hakyeon yakin jika itu ditujukan untuk Jaehwan, mengingat Jaehwan pada saat itu sedang memiliki hubungan dengan seorang anggota girlband yang satu agensi dengan mereka. Serta perubahan keadaan Wonshik yang sangat jelas sekali kalau ia sedang patah hati hebat sampai-sampai berhibernasi di studio sekian lama.

"Apa mencintai itu selalu sakit, hyung?" tanya Wonshik di suatu waktu pada Hakyeon.

"Tidak juga. Kecuali jika kau memendam, itu baru sakit."

"Ah, begitu..."

"Kau kenapa? Kau patah hati karena 'target'mu diambil orang?"

Wonshik tersenyum lemah, "Haha, tidak. Aku hanya bertanya saja."

Dan percakapan itu berakhir dengan Wonshik yang melamun panjang, tidak Kim Wonshik sama sekali.

Masih dengan kebingungan yang kentara, Hakyeon mencoba beralih pada Jaehwan. Lelaki bersuara merdu itu 'kelihatannya' lelaki tulen yang mencintai perempuan. Walaupun terlihat biasa-biasa saja, sebenarnya Jaehwan itu playboy. Sudah banyak gadis trainee maupun dari grup lain yang ia kencani, sampai Hakyeon agak was-was karena takut hal ini akan merusak reputasi mereka jika andainya tercium media.

Namun sudah dua tahun belakangan ini, Jaehwan sudah tidak terdengar berkencan atau menjalin hubungan asmara dengan siapapunkata manajer. Kalau soal ini memang ia tidak terlalu dekat dengan Jaehwan, tapi mendengarnya langsung dari manajer membuat ia merasa sedikit kecolongan dari tugasnya sebagai leader. Ah, Hakyeon merasa tidak dipercaya sebagai rekan rasanya oleh Jaehwan.

Waktu terus bergulir maju. Semakin kesini terlihatlah kedekatan Wonshik dan Jaehwan yang tidak biasa. Mulai dari postingan di sosial media masing-masing, interaksi fisik yang hampir mendekati intim untuk ukuran sepasang teman, hingga partisipasi Jaehwan dalam album solo terbaru Ravi sebagai rekan duet.

Ah, dan satu lagi. Pada saat konser mereka kemarin, Wonshik menulis satu lagi yang KHUSUS dinyanyikan oleh dan untuk Jaehwan.

"Jadi intinya, apa mereka..."

Lonceng Dreamcatcher kembali berdenting harmonis. Hakyeon yang hanya memakai kemeja longgar tipis dan celana sebatas paha bergidik merasakan kencangnya hembusan angin. Langit memang sudah kejinggaan, namun matahari belum juga tenggelam.

"...kurasa, mereka hanya perlu jujur satu sama lain. Kenapa juga mereka tidak mau memberitahuku? Apa aku ini leader yang buruk?"

Sambil mengetukkan pena ke dagu, Hakyeon berspekulasi. Iya, ia tahu kalau ini hal yang bersifat sensitif dan tabu, tapi apa salahnya memberitahu kepada member lain? Setidaknya jika mereka belum siap, tidak ada salahnya 'kan bercerita padanya?

"Atau...aku ya yang tidak peka? Haah,"Hakyeon geleng-geleng kepala, "...kenapa baru sadar sekarang..."

Goresan tinta berbentuk hati melingkari nama kedua pemuda itu. Hakyeon dengan perlahan membuat bentuk hati disekeliling nama panggung Wonshik dan Jaehwan. Yeah, sudah pasti 'kan kalau Wonshik yang menjadi top, dan Jaehwan sebaliknya.

Mungkin lain kali Hakyeon harus berani menanyakan hal ini ke mereka berdua.

TBC or END?

A/N : Alohaa! Anybody miss me? /slap/. Oh iya, sebelumnya makasih buat yang udah review, fav sama follow di Too Good at Goodbyes (RFionn, DobiPanda, Hakyeon Jung, Nuratikah, HakyeonChoco, myself, redhoeby93, aafnjyh, fennexcub17). Akhirnya kepengen buat ff chaptered karna lagi bosen sama oneshot. Ini diketik pas lagi gabut di tengah malam, dan gak tau apa ini mau jadi dilanjutin atau nggak.

Buat yang gak login, saya balas review kemaren disini aja ya (dan semoga yang review baca).

Hakyeon Jung : Mengaduk perasaan? Ehehehe, sengaja sih emang. Setidaknya kan Taekwoon sama Hakyeon married juga, ya walaupun dikerjain sih :P. Gagal angst sebenernya, saya masih gak tega bikin salah satu mereka tersakiti sampai akhir. Jadi ya begitulah jadinya. Makasih udah baca dan review ^^

HakyeonChoco : Lebih tepatnya, N yang benci Leo ^^. Adududuh, kalau yang begini saya masih belum bisa bikin mereka Angst, gak tega. Tapi saya usahain kok kalau dapat ide yang pas, oke? Saya usahain buat nulis dengan cast mereka sama couple yang lain, mungkin untuk selingan. Makasih ya buat supportnya, jadi makin semangat :D. Makasih juga udah baca sama review, semoga kamu mau login biar bisa dibalas via PM kayak yang lain.

myself : Iya dong, suaminya siapa dulu? Hakyeooon. Yak, kena tipu :P. Benar sekali, jadi saking miripnya sampai gak bisa bedain, ceritanya. Namanya juga cinta, apa aja dikorbanin biar dapatin gebetan. Wah, makasih banyak lho supportnya. Moodboster banget :D. Makasih juga udah baca sama review ya :D

Itu aja kayaknya. Selamat membaca, review juga boleh :D