Title: KISAH CINTA
Main Casts: Luhan, Sehun, etc
Pairing: Hunhan
Genre: Kingdom AU
Rated: T
Disclaimer: Fiksi ini merupakan karya dari Sherls Astrella dengan judul yang sama.
Di sini saya hanya ingin berbagi cerita dengan maincast member EXO.
Jadi cerita ini MURNI MILIK Sherls Astrella.
Warning: it's Genderswitch for Luhan!
Happy reading!
.
.
.
Chapter 1
.
.
"Ya, Yunho, aku mengerti."
Luhan meremas lembut tangan keriput Duke tua yang berbaring lemah itu. Matanya menatap sendu Duke yang mulai uzur oleh usia sementara itu otaknya terus berputar dengan sedih. Luhan tidak tahu apa yang harus dikatakannya pada Duke of Cookelt. Ia tidak ingin menyakitinya.
Semua ini berawal dari kejadian beberapa minggu lalu sebelum Duke jatuh sakit. Tepatnya ketika sang Putra Mahkota Kerjaan Helsnivia berlibur ke Trottanilla.
Helsnivia memang hanya sebuah kerajaan kecil yang dikelilingi pegunungan dan diapit Negara-negara besar seperti Perancis dan Jerman. Namun kekayaan alam kerajaan itu serta kedudukan sang Putra Mahkota yang menjanjikan, lebih dari cukup untuk membuat para bangsawan berebut menjodohkan putri mereka dengan sang Putra Mahkota yang tampan dan gagah perkasa itu, termasuk keluarga Riddick.
Jauh sebelum sang Putra mahkota tiba, para ibu sibuk mendandani putri mereka dan para ayah mulai mengatur pertemuan dengan sang putra tunggal keluarga Severinghaus itu.
Duke Cookelt pun tidak ketinggalan.
Sejak mendengar rencana berlibur Pangeran Sehun, tiada hari dilalui Duke tanpa memikirkan cara untuk menjodohkan Luhan dengan Pangeran Sehun serta mencegah istrinya menjodohkan putri kandung mereka dengan sang Pangeran.
Ya, ia bukan anak kandung keluarga Riddick. Ia tidak sedarah dengan mereka. Ia hanyalah anak angkat keluarga ini. Namun Duke mencintainya jauh melebihi cintanya pada putra putrinya sendiri. Sikapnya inilah yang membuat Duchess of Cookelt beserta putra-putrinya tidak menyukai Luhan.
Mungkin ini adalah salahnya dan Duke pula. Duchess Jessica membuat semua orang percaya ia adalah anak haram Duke. Dan Duke serta Luhan tidak pernah mempedulikannya. Mereka bahkan tidak pernah berusaha membantah tuduhan itu.
Bagi Luhan sendiri, sikap Duke bisa dimengerti. Ia juga dapat memahami kebencian keluarga Riddick padanya. Ayahnya adalah sahabat dekat Duke. Keduanya berasal dari derajat yang berbeda. Namun persahabatan mereka melampaui jurang di antara mereka.
Duke terus menyalahkan dirinya ketika ia terlambat menyelamatkan sahabat sehidup sematinya itu. Untuk menebusnya, ia mengambil anak putri tunggal sahabatnya dan mencurahkan semua cintanya padanya. Ia memberi segala yang terbaru untuknya, memanjakannya, mengagungkannya. Walau demikian, Luhan tetap tidak mengerti mengapa Duke bersikeras menjodohkannya dengan sang Pangeran yang tidak dikenal apalagi dicintainya itu.
"Hanya ini satu-satunya jalan bagimu untuk memasuki Helsnivia," jelas Duke waktu itu.
Lalu mengapa? Mengapa harus dia? Mengapa harus Helsnivia?
Luhan tahu ibu yang tidak pernah dilihatnya berasal dari Helsnivia. Namun ia tidak pernah merasa ia berasal dari sana. Semenjak kematian ibunya saat melahirkannya, Luhan ikut ayahnya berpetualangan dari satu tempat ke tempat lain. Ayahnya yang seorang petualang itu tidak pernah menetap di satu tempat dalam waktu lama. Luhan pun merasa ia adalah seorang petualang yang tidak bertempat tinggal.
Itu adalah dulu. Semenjak Duke mengambilnya sebagai anak angkat, Luhan perlahan-lahan terbiasa unuk menetap. Enam tahun sudah ia tinggal di Trottanilla. Ia pun sudah merasa ia adalah bagian dari tempat ini.
Mengapa sekarang Duke bersikeras menyuruhnya pergi ke Helsnivia? Luhan tidak pernah merasa Helsnivia adalah tanah airnya. Mengapa pula ia hanya bisa memasuki Helsnivia melalui pernikahan dengan sang Putra Mahkota kerajaan itu?
Karena Helsnivia adalah satu-satunya negara di daratan ini yang belum pernah dikunjunginya?
Itu mustahil. Di usia sebelas tahun, Luhan sudah mengunjungi hampir setiap negara di daratan ini. Ia juga tidak pernah berambisi mengunjungi setiap negara di dunia ini.
Karena Duke ingin memastikan ia mempunyai masa depan yang mantap? Kalau memang itu alasannya, mengapa harus sang Putra Mahkota? Ia tidak pantas untuknya. Ia juga tidak menginginkan seorang bangsawan. Ia sadar ia tidak memiliki setetes darah biru pun dalam tubuhnya. Namun karena Duke Yunho adalah orang yang berjasa besar padanya, ia harus menurutinya, bukan?
Atas dasar itulah ia menuruti keinginan Duke untuk diperkenalkan pada sang Putra Mahkota setelah antrian panjang dalam pesta yang diselenggarakan Earl of Striktar.
Pertemuan itu berlangsung lancar bahkan sang Pangeran sempat mengajaknya keluar dalam beberapa kesempatan. Ketika Duke of Cookelt melihatnya sebagai hal bagus, Luhan melihatnya sebagai hal biasa.
Pangeran Sehun adalah pemuda seperti itu, bukan? Tertarik pada satu wanita dan beberapa saat kemudian menghempaskannya untuk wanita yang lebih baik.
Luhan sudah banyak mendengar cerita senada. Di dunia ini hanya satu pria setia yang diketahui dan diakuinya yaitu ayahnya.
Luhan tahu ayahnya sangat mencintai ibunya. Karena cintanya yang besar itulah, ia selalu menangis tiap kali Luhan mengungkit tentang ibunya. Luhan sudah terbiasa dengan ketidaktahuannya akan ibu kandungnya, latar belakangnya, serta tanah air ibunya. Sejujurnya, Luhan tidak peduli akan hal itu. Ketika ayahnya masih hidup, Luhan merasa ayahnya lebih dari cukup. Ayahnya memberinya cinta dan kenangan yang tak terlupakan. Setelah ayahnya tiada pun Luhan tidak pernah merasa kesepuan. Duke Yunho telah memberinya cinta yang tidak akan pernah didapatkannya dari orang lain.
Sekarang ketika sang Duke terbaring sakit, ia ingin melakukan sesuatu untuk menyenangkannya. Luhan tahu ini mungkin permintaan terakhirnya karenanya ia ingin mengabulkannya. Sayangnya, ini tidaklah semudah ucapan.
Sang Putra Mahkota memang tertarik padanya tapi ia tidak akan pernah bersedia untuk menikah dengannya apalagi bertunangan.
Apakah yang harus dilakukan Luhan untuk menangkap hati sang Pangeran? Bagaimana ia harus mejelaskan hal ini pada Duke Yunho?
Luhan tidak tahu. Ia benar-benar pusing. Menyenangkan Duke adalah segala yang ia ingin lakukan saat ini. Dan menaklukan Sehun adalah hal yang paling tidak menarik perhatiannya.
"Aku telah berjanji pada Changmin suatu hari nanti aku akan memulangkanmu ke Helsnivia."
"Aku mengerti, Yunho," Luhan tidak ingin membantah.
"Sebelum aku mati, aku ingin melihatmu…"
"Yunho," Luhan memotong, "Aku mengerti. Aku tidak akan mengecewakanmu. Kau juga tidak boleh mengecewakanku. Sekarang aku ingin kau tidur." Luhan membenahi selimut Duke. "Aku akan meninggalkanmu. Aku yakin tak lama lagi Minho akan tiba." Luhan membungkuk untuk mencium kening Duke. "Jadilah anak baik." Luhan tersenyum penuh kasih padanya.
"Senyum itulah yang memberi kehangatan padaku," Duke tersenyum dan memejamkan mata.
Luhan pun dengan tenang mengambil nampan berisi sarapan Duke dan keluar.
Luhan bersandar di pintu. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Pikirannya kacau balau.
"Ternyata hanya Tuan Puteri yang bisa membujuk Duke."
"Hanya kesabaran yang dibutuhkan untuk menghadapinya," Luhan menyerahkan kembali nampan itu pada pelayan.
"Yang Mulia Duchess mencari Anda," katanya kemudian.
"Jongin membuat ulah apa lagi?" tanya Luhan. Hanya satu alasan Duchess Jessica memanggilnya yaitu mengurus Jongin, putra terkecil mereka. Luhan tidak tahu Duchess selalu mencarinya dalam urusan ini karena ia lebih dapat dipercayai daripada Yoona, putrinya atau karena kewajibannya sebagai anak angkat keluarga Riddick. Luhan pun tidak terlalu mempedulikannya.
"Sekarang Duchess ada di mana?" tanya Luhan.
"Beliau menanti Anda di kamarnya."
"Aku akan menemuinya," kata Luhan, "Bila Minho datang, minta ia untuk menungguku. Aku ingin bicara dengannya."
"Baik, Tuan Puteri."
Luhan pun melangkah ke kamar Duchess yang terpisah beberapa kamar dari kamar Duke.
"Siapa?" tanya Duchess lantang – menjawab ketukan pintu Luhan.
"Luhan," jawab Luhan.
"Masuk!"
Barulah Luhan membuka pintu.
"Aku akan pergi," Duchess Jessica memoleskan bedak di wajah cantiknya yang belum pudar oleh usia.
"Pergi lagi?"
Duchess langsung melotot. "Kau tidak punya hak untuk mengaturku, anak haram!"
Luhan langsung menutup mulut rapat-rapat.
Inilah uniknya sang Duchess. Ia tidak percaya Luhan bukan putri kandung Duke dengan wanita rendahan. Duchess membenci Luhan dan terus menyalahkan Duke atas dosanya ini. Namun setiap orang tahu Duchess juga membuat dosa yang sama. Dengan melihat Yoona dan Jongin, tiap orang sudah dapat mengatakan mana anak kandung Duke. Hanya saja tidak ada yang pernah membicarakan hal itu.
Duchess menyebut dirinya wanita terhormat yang setia. Namun di manakah ia ketika Duke terbaring sakit?
"Satu jam lagi bangunkan Yoona. Ingatkan ia untuk pergi merapikan rambutnya. Sore ini ia mempunyai janji dengan Pangeran Sehun," tangan Duchess terus sibuk dengan dandanannya, "Pastikan Jongin tidak kabur dari pelajarannya."
Ya, inilah Duchess.
"Kalau ada yang mencariku, katakan aku mengurus urusan penting."
"Saya mengerti, Duchess."
"Kau bisa pergi sekarang. Aku tidak membutuhkanmu."
Luhan meninggalkan Duchess yang sibuk memberi sentuhan terakhir pada dandanannya sebelum ia pergi untuk urusan pentingnya.
"Dia pergi lagi?" Duke menyambut kedatangannya.
"Kau masih belum tidur?" Luhan balik bertanya dengan heran.
"Dia akan pergi menemui pria itu lagi, bukan?"
"Aku tidak tahu," Luhan duduk di sisi Duke, "Dengar, Yunho," ia meraih tangan Duke, "Sekarang bukan waktunya kau memikirkan hal ini."
"Kalau sudah tahu akhirnya akan begini, dulu aku tidak akan melepaskan ibumu."
"Percuma, Yunho," sahut Luhan, "Kau tahu pada akhirnya kau tetap akan kalah dari Papa."
Duke tertawa namun beberapa saat kemudian tawanya berubah menjadi batuk.
Luhan cepat-cepat mengambil kain dalam ember di sisinya. "Kau batuk darah lagi," katanya cemas.
"Aku sadar tidak lama lagi aku," ia memegang tangan Luhan.
"Cukup, Yunho," Luhan tidak suka mendengarnya.
"Sebelum aku mati, aku ingin melihatmu pulang ke Helsnivia."
Luhan termenung. Lagi-lagi Yunho mengungkit keinginannya menjodohkannya dengan sang Putra Mahkota Kerajaan Helsnivia.
"Kau tahu, Yunho," kata Luhan lembut, "Kalau hanya pergi ke Helsnivia, aku bisa melakukannya kapan saja."
"Kau tidak mengerti, Luhan. Hanya Pangeran Sehun yang bisa membawamu pulang."
Luhan menutup bibirnya rapat-rapat. Ia tidak ingin berdebat dengan Yunho.
"Aku ingin bisa berkata pada Changmin di alam sana, 'Aku telah memulangkan putrimu.'," lalu ia melanjutkan dengan lebih serius, "Dengar Luhan, setelah aku mati, aku ingin kau mengurus harta warisanku. Aku tidak akan memberikan sepersenpun pada Jessica. Aku ingin Jongin mengantikanku."
Luhan tidak menyukai arah pembicaraan ini. Luhan tidak mau kehilangan orang yang dicintainya. Otak Luhan berputar untuk menemukan topik yang bisa menghentikan Yunho memberikan wasiatnya. Namun Luhan merasa otaknya tersendat semenjak Duke jatuh sakit dan Pangeran Sehun tidak tertarik lagi padanya sejak Duke mengutarakan keinginannya.
Suara kuda yang sayup-sayup mendekat melegakan Luhan.
"Aku akan menyambut Minho," Luhan langsung melompat.
Luhan bersandar di pintu kamar Duke dan membiarkan tubuhnya jatuh lemas di lantai.
"Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan?"
Luhan tidak tahu haruskah ia putus asa atau belajar menjadi wanita cerdik. Pikiran ini hanya membuatnya kian frustasi dan sedih.
"Anda tidak apa-apa?"
Luhan terkejut. Ia melihat pelayan itu membungkuk ke arahnya dengan cemas.
"Tidak, aku tidak apa-apa," Luhan menyeka air matanya dan berdiri.
"Menjaga orang sakit memang bukan pekerjaan mudah sekalipun untuk Anda."
"Aku tidak mengeluh untuknya, Dokter Minho," kata Luhan, "Aku senang melakukannya." Luhan membuka pintu. "Yunho menantimu di dalam." Luhan tidak ingin memperpanjang basa-basi dengan dokter tua ini.
"Apakah Yoona sudah bangun?" tanya Luhan pada pelayan yang mengawal kedatangan dokter keluarga ini.
"Tolong pastikan ia bangun setengah jam lagi," pinta Luhan, "Dan tolong katakan pada Jongin tak lama lagi Taemin akan datang. Minta ia bersiap-siap di Study Room."
"Ya… ya…," kata pelayan itu sambil lalu.
Luhan tahu ia harus berhati-hati dengan kata-katanya dalam memberi perintah pada pelayan di rumah ini karena statusnya. Namun, tetap saja ada yang tidak suka padanya. Ada pula yang mulai menunjukkan rasa tidak suka mereka semenjak Duke jatuh sakit. Pelayan itu adalah salah satunya.
Luhan tidak peduli. Ia tidak terlalu memikirkan sikap mereka karena satu-satunya alasan ia menetap di rumah ini adalah Duke Yunho.
Luhan masuk ke dalam kamar Duke.
Dokter Minho langung menoleh padanya.
"Beberapa saat lalu ia kembali batuk darah," Luhan memberitahu.
"Ya, aku dapat melihatnya," Dokter menyimpan kembali teleskopnya. "Bisakah kita berbicara, Tuan Puteri?"
"Tentu." Luhan membuka pintu dan membiarkan Dokter Minho keluar kemudian mengikutinya.
"Apakah rencana Anda setelah Duke meninggal?"
Luhan tidak menyukai pertanyaan ini tapi ia tetap menjawab dengan sopan. "Saat ini saya tidak mau memikirkannya."
"Duke sudah tidak lama lagi," Dokter Minho mengingatkan, "Sudah tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya. Penyakitnya sudah mulai menggerogoti paru-parunya. Itulah sebabnya ia batuk darah. Anda tahu Anda tidak bisa tinggal di sini setelah kepergian Duke. Duchess Jessica tidak menyukai Anda. Anda hanyalah anak haram Duke," dan ia menambahkan dengan penuh arti, "Anda bisa tinggal di tempat saya kalau Anda berkenan."
Inilah salah satu hal baru yang tidak disukainya semenjak Duke jatuh sakit. Orang-orang seperti Minho mulai mengungkit-ungkit soal kedudukannya. Dan yang paling tidak disukainya dari perkataan Dokter Minho adalah vonisnya atas nasib Duke!
Dokter Minho bukanlah orang pertama yang mengatakannya dan bukan satu-satunya orang yang mengatakannya. Luhan tahu ada maksud tersembunyi di balik undangan baik hati mereka, yaitu menjadi gundik mereka! Entah apa yang membuat mereka berpikir Luhan mau menjadi gundik mereka. Tentu saja jawabannya adalah TIDAK! Namun Luhan tetap berkata sopan,
"Terima kasih, Dokter. Saya akan mempertimbangkannya."
"Anda harus mempertimbangkannya baik-baik," tekan Dokter Minho, "Hanya keajaiban yang bisa memperpanjang nyawa Duke hingga hari ini. Tapi kita harus ingat sewaktu-waktu ia bisa meninggalkan kita. Tentunya Anda tidak ingin mensia-siakan masa depan Anda, bukan?"
"Saya akan mempertimbangkannya baik-baik," Luhan mengulang dengan menahan perasaan muaknya.
"Pastikan hal itu," Dokter Minho meraih tangan Luhan.
"Tentu," Luhan menarik tangannya, "Terima kasih atas perhatian Anda."
Semua pria sama saja. Mereka lebih tertarik pada membawanya pulang ke rumah mereka sebagai wanita simpanan daripada mengkhawatirkan Duke. Kalaupun ada yang memperhatikan Duke melebihi dirinya, itu adalah karena kekayaan dan kekuasaan keluarga Riddick semata.
Sehun adalah salah satu dari mereka. Luhan dapat memastikan Sehun mengunjungi Duke hanya karena kesopanan semata. Andai ia benar-benar khawatir akan Duke, tentunya ia sering mengunjungi Duke. Namun nyatanya ia hanya sekali melihat Duke walau selama beberapa hari terakhir ini ia tidak pernah absent dari Sternberg.
Luhan tidak membuang waktu berbasa-basi dengan Dokter tua itu. Ia tidak merasa pentingnya menanyakan tindakan apa yang harus dilakukannya untuk Duke of Cookelt. Apa perlunya Luhan bertanya pada sang dokter sudah menjatuhkan vonis mati itu? Maka Luhan langsung berkata,
"Saya akan mengantar kepulangan Anda. Saya tidak ingin membuat pasien-pasien Anda yang lain menanti."
Usiran halus itupun tidak dapat ditolak Dokter Minho.
"Jangar repot-repot, Tuan Puteri. Duke lebih membutuhkan Anda dari saya."
"Maka, selamat jalan, Dokter Minho," kata Luhan sopan, "Terima kasih atas segalanya."
"Besok saya akan datang lagi."
Luhan tersenyum. Dalam hati ia berpikir apa perlunya memanggil Minho setiap hari. Tidak ada satu tindakan berarti pun yang diambil Minho sejak ia memvonis umur Duke Yunho. Setiap hari ia datang hanya untuk mengulang-ulang kalimat yang sama. Luhan sama sekali tidak mengerti jalan pikiran orang kaya.
Duchess Luhan memanggil Minho setiap hari dan ia bertindak seakan-akan ia sangat mencemaskan Duke. Bangsawan-bangsawan yang lain mengirim bunga untuk Duke tapi mereka tidak pernah muncul. Yang terparah adalah putra kandung sang Duke!
Luhan dapat memaklumi sikap Yoona karena ia memang bukan putri kandung Yunho. Tapi Jongin!?
Luhan tidak tahu. Mungkin inilah yang disebut salah didikan. Salah siapakah itu? Luhan juga tidak jelas.
Menilik dari umur pernikahan Duke dan Duchess of Cookelt dan usia Yoona, satu hal sudah jelas. Pernikahan mereka didahului oleh kehamilan Duchess Jessica.
Yang tidak jelas bagi Luhan adalah mengapa Duke Yunho mau bertanggung jawab atas dosa yang tidak dilakukannya. Karena Duchess Jessica adalah wanita yang cantik? Luhan rasa bukan karena itu. Luhan sering mendapati Duke Yunho bermain api dengan wanita-wanita lain.
Jelas sudah pernikahan mereka bukan juga karena cinta.
Kedudukan, kekuasaan, atau kekayaan adalah satu-satunya sebab yang terpikirkan oleh Luhan. Tiga hal inilah yang sering didengarnya dari pernikahan orang lain. Rasanya cinta sejati sudah menjadi alasan yang langka.
Luhan sering berharap ia dapat menemukan pria seperti ayahnya. Namun dengan wasiat Duke ini, rasanya itu tidak mungkin. Tapi… mungkin juga ia salah. Sehun tidak mengatakan persetujuannya dan tidak menolak keinginan Duke, namun sikapnya sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan jawabannya.
Luhan benar-benar tidak tahu ia harus bersenang untuk dirinya sendiri atau pusing memenuhi keinginan terakhir ayah angkatnya selama enam tahun terakhir ini.
"Apa yang sedang Anda lamunkan, Tuan Puteri?"
Luhan kaget.
Taemin tersenyum pada Luhan.
"Rupanya Anda," ujar Luhan pada pria yang usianya dua kali usianya itu.
"Anda menunggu seseorang?" tanya Taemin, "Apakah Anda menunggu saya untuk menyampaikan jawaban Anda?"
"Tidak," Luhan langsung menjawab. Apa yang membuat Taemin berpikir ia akan menerima ajakannya? Taemin sudah berkeluarga dan yang terutama, Luhan tidak mencintainya! "Jongin sudah berada di Study Room." Luhan memberitahu kemudian menambahkan dengan tegas, "Sekarang saya harus menemui Yoona."
Tanpa basa-basi lagi Luhan meninggalkan Taemin seorang diri.
Taeminlah sang pria beruntung itu. Ia bisa mengundang Luhan sebelum yang lain karena ia adalah satu-satunya orang yang setiap hari keluar masuk Sternberg.
Luhan tidak mau memikirkan para pria itu terlalu lama. Sekarang yang harus ia lakukan adalah membangunkan Yoona atau wanita itu akan murka besar padanya seperti yang pernah terjadi hanya karena Luhan disibukkan oleh kondisi Duke Yunho yang tiba-tiba memburuk.
"Yoona, kau sudah bangun?"
Karena ia tidak mendapat jawaban, Luhan mengijinkan dirinya sendiri untuk masuk.
"Yoona," Luhan berdiri di sisi wanita itu, "Kau harus menemui penata rambutmu siang ini."
Yoona membalik badannya memunggungi Luhan dan menutupi telinganya dengan bantal.
"Aku tidak mau bertanggung jawab kalau Pangeran Sehun tidak melihatmu menarik."
Yoona langsung membalik badannya – memeloti Luhan. "Kenapa kau tidak membangunkan aku lebih awal!?" Yoona meloncat berdiri. "Berhenti memanggilku Yoona!"
"Maafkan saya, Lady Yoona," kata Luhan sopan.
"Apalagi yang kautunggu!? Cepat panggil pelayan! Aku butuh air mandi! Aku butuh kereta! Aku tidak punya waktu!"
"Baik, Lady Yoona," kata Luhan lagi dan ia mengundurkan diri.
"Sama akar, sama buah," gumam Luhan ketika menutup kembali pintu kamar Yunho.
.
.
Sehun menatap bayangan dirinya di cermin untuk terakhir kalinya. Setelah yakin penampilannya rapi dan meyakinkan, ia berangkat.
Seperti yang telah direncanakannya untuk liburan ini, hari-harinya dipenuhi oleh petualangan-petualangan alanya dan satu-satunya petualangan yang hanya dapat dimengerti olehnya. Ini adalah perjuangan yang panjang untuk mendapatkan ijin libur panjang dari orang tuanya, dan ia tidak ingin mensia-siakannya. Sepanjang hari ia mempunyai janji dengan paling sedikit tujuh wanita cantik. Jika ada yang bertanya padanya mengapa ia menikmatinya? Jawabannya adalah ini adalah hobinya. Apa ia tidak pernah bosan? Ini adalah petualangan. Kapan ia akan berhenti? Seorang petualang tidak pernah terpuaskan.
Ya, ini adalah petualangan modelnya. Ia tidak butuh orang lain mengerti tentangnya. Ia tidak butuh orang lain memahaminya. Seorang petualang tidak membutuhkan semua itu.
Sayangnya, ia adalah seorang Putra Mahkota. Sebagai satu-satunya penerus tahta Kerajaan Helsnivia, ia punya kewajiban meneruskan tahta. Hanya inilah satu-satunya hal yang membuatnya terikat, tapi tidak menghentikan jiwa petualangnya.
Saat ini ia masih dua puluh tiga tahun. Ia masih mempunyai beberapa tahun sebelum orang tuanya mulai mengusiknya dengan urusan pernikahan. Ketika saat itu tiba, Sehun telah memutuskan, ia akan memilih wanita terbaik yang pernah ia kencani.
Hingga saat ini ia belum menemukan wanita itu dan ia tidak terlalu pusing untuk menemukannya. Ia masih mempunyai banyak waktu. Kalau pada saatnya ia masih belum dapat menemukannya, ia hanya perlu memilih wanita yang dirasakan pengalamannya akan menjadi Ratu dan ibu yang baik.
Semua orang tahu tentang jiwa petualangannya. Namun tetap saja ada orang tua yang berusaha menjodohkan putri mereka dengannya.
Sehun pun sudah tahu hal yang semua akan terjadi pada liburannya ke Trottanilla ini. Namun, siapa peduli? Hal itu justru memperkaya petualangannya.
Tiada hari yang lebih menyenangkan dari berada di sini. Ini adalah surganya!
Andaikan bisa, Sehun ingin memperpanjang liburannya di sini. Namun sayangnya, orang tuanya telah mengirim utusan mengingatkan hari Minggu mendatang ia harus pulang. Ini berarti liburannya hanya tinggal tiga hari! Dan sebagai seorang Pangeran yang bertanggung jawab, Sehun tidak bisa mengabaikan perintah itu, bukan?
"Biarlah hari itu tiba," gumam Sehun melangkah pergi, "Sampai hari itu tiba, aku tidak akan membuang waktuku."
Hari ini Sehun mempunyai banyak janji dan salah satunya adalah putri Duke of Cookelt. Tentu saja dengan putri sah sang Duke.
Sejujurnya Luhan, sang putri haram Duke jauh lebih cantik dari Yoona, sang putri sah Duke. Sayangnya, ia adalah putri yang dilahirkan di luar pernikahan sah. Dan sebagai seorang Pangeran, Sehun tidak mau mempertaruhkan reputasinya dengan berhubungan seorang putri haram.
Ia memang pernah menjalin hubungan dengan Luhan tetapi itu demi menghormati Duke Yunho.
Sehun sempat mengira Luhan adalah putri sah Duke ketika melihat Duke menggandengnya ke arahnya dalam sebuah pesta dansa yang diselenggarakan oleh Earl of Striktar. Ia baru tahu gadis itu adalah putri haram Duke of Cookelt setelah Duchess Jessica memberitahunya. Kemudian Sehun membuktikan sendiri cinta Duke yang lebih besar pada putri haramnya dibanding putri sahnya. Duke selalu mengajukan putri haramnya itu dibanding putri sahnya. Duke juga selalu mendesaknya mengajak pergi Luhan dan pada akhirnya melamarnya untuk putri haramnya itu.
Duke adalah seorang pria yang tampan dan gagah ketika ia masih muda. Ia terkenal dengan reputasinya sebagai penakluk wanita sebelum ia menikah dan setelah menikah ia tidak memutuskan hubungannya dengan kekasih-kekasihnya itu. Bertahun-tahun setelah pernikahannya, Duke tiba-tiba menghentikan kebiasaannya dan sepuluh tahun setelahnya, ia membawa pulang Luhan.
Sehun menduga di saat Duke bertemu ibu Luhan itulah, petualangannya berhenti.
Jika Luhan tidak mewarisi kecantikan ibunya, maka tentunya ia masih membawa warisan kecantikan ibunya. Melihat paras cantik Luhan, Sehun percaya ibu Luhan adalah wanita yang jelita hingga Duke Yunho mencintainya dan keturunannya melebihi keluarga sahnya.
Sehun merasa Luhan jauh lebih jelita dari yang diingatnya ketika melihat gadis itu menuruni tangga ke arahnya sebagai jawaban pelayan yang mengabarkan kedatangannya. Rambut panjangnya yang kuning pucat melambai lembut seiring langkah-langkah ringannya yang membuatnya tampak seperti melayang. Tubuhnya yang kecil ditambah sepasang mata biru mudanya yang sayu, membuat setiap orang ingin melindunginya. Wajahnya yang kecil tampak begitu serasi dengan tubuh moleknya yang ramping.
"Yoona sedang bersiap diri, Yang Mulia," nada lembut mengalun dari bibirnya yang menggoda. "Bila Anda berkenan, silakan menanti di Ruang Tamu. Saya akan meminta pelayan mengantar Anda."
Bila Luhan berpikir sikap dinginnya akan menarik perhatiannya, ia salah. Sehun sudah banyak melihat wanita yang tiba-tiba bersikap dingin padanya setelah hubungan mesra mereka. Namun sikap dingin itu langsung berubah setelah Sehun membalasnya dengan sikap dingin yang sama. Mungkin Luhan adalah salah satu di antara wanita yang membencinya setelah tahu hubungan mereka tidak akan berlanjut ke tingkat yang lebih jauh. Atau mungkin Luhan adalah salah satu di antara wanita-wanita licik yang tahu bagaimana menjerat pria. Sayangnya, Sehun bukanlah mangsa yang mudah. Biarlah orang memandang sebelah mata usianya yang masih muda. Sehun tahu ia sangat berpengalaman dengan wanita sejak pemuda seusianya masih bermain pedang-pedangan.
"Tidak perlu repot-repot, Lady Luhan," jawab Sehun sama sopannya, "Saya akan menanti di sini."
"Bila itu keinginan Anda, Yang Mulia, saya tidak akan memaksa," kata Luhan, "Bila Anda mengijinkan, saya akan memastikan Yoona segera muncul."
"Silakan," sambut Sehun.
Dalam hatinya, Sehun mencibir Luhan. Gadis itu pasti kecewa besar. Ia pikir Sehun akan mengikuti undangannya. Sehun dapat memastikan Luhan akan mengeluarkan segala daya tariknya untuk memikatnya jika ia mengikuti usul gadis itu ke Ruang Tamu.
Baru saja Luhan menginjakkan kaki di tangga teratas ketika seorang pria muncul dari dalam koridor di sisi kanan tangga.
"Di sini rupanya anda berada, M'lady," Sehun mendengar pria itu berkata pada Luhan dan ia merasa aneh. Sejauh yang diketahuinya, setiap orang sebisa mungkin tidak menyebut gadis itu dengan gelar "Lady" apalagi memanggilnya. Tidak seorang pun suka akan gadis itu. Tidak seorang pun tertarik untuk membicarakannya.
"Ah, rupanya waktu telah berlalu," gadis itu berkata ramah, "Maafkan saya, saya tidak dapat mengantar Anda."
"M'lady," Taemin menangkap tangan Luhan, "Pikirkan baik-baik tawaran saya."
"Tentu," Luhan memberikan jawabannya sembari tersenyum manis dan di saat yang bersamaan menarik tangannya. "Terima kasih atas perhatian Anda. Sungguh menyesal saya tidak bisa mengantar Anda. Selamat siang."
Tanpa menanti jawaban lawan bicaranya, Sehun melihat gadis itu melangkah pergi.
Dalam hatinya, Sehun memuji cara lembut gadis itu dalam mengusir lawan bicaranya. Namun pada saat yang bersamaan ia juga mencibir gadis itu akan kepura-puraannya. Apapun tawaran pria itu, Sehun percaya Luhan tertarik.
"Rupanya Anda di sini, Yang Mulia Pangeran Sehun," akhirnya Taemin menyadari keberadaan orang lain dan bergegas menuruni tangga, "Maafkan saya tidak menyapa Anda semestinya. Saya adalah guru privat Tuan Muda Jongin. Anda bisa memanggil saya Taemin," ia mengulurkan tangan. "Sungguh suatu kehormatan dapat bertemu dengan Anda."
Tepat seperti reaksi Luhan ketika mereka pertama kali bertemu! Hanya saja saat itu Luhan tampak seperti seorang peri cantik yang malu-malu menunjukkan pesonanya.
"Senang berkenalan dengan Anda," kata Sehun pula.
"Apakah Anda datang untuk menjemput Lady Luhan?"
Apa yang membuat pria ini ia akan mempertaruhkan reputasinya hanya untuk seorang anak haram?
"Tidak. Saya datang untuk menjemput Lady Yoona," Sehun menjawab sopan.
"Oh," Taemin melihat kesalahannya, "Maafkan kelancangan saya, Yang Mulia. Saya menduga Anda datang untuk Lady Luhan."
"Tidak mengapa."
"Seperti yang Anda lihat, Lady Luhan jauh lebih mempesona dari Lady Yoona. Setiap pria di sekitar tempat ini ingin merebut hati Lady Luhan. Setiap pria ingin menawarkan segala yang terbaik untuk Lady Luhan terutama di saat-saat seperti ini."
"Apakah yang Anda maksud kondisi Duke Yunho?"
"Tentu saja. Semua orang tahu Duchess Jessica tidak akan membiarkan Lady Luhan tinggal di Sternberg bila sesuatu terjadi pada Duke. Saat itu Lady Luhan tidak mempunyai tempat berteduh. Setiap pria di tempat ini ingin memanfaatkan kesempatan itu."
Sehun pernah mendengarnya sendiri dari mulut Yoona tentang rencana Duchess Jessica mengusir Luhan bila Duke Yunho wafat. Baginya, pria yang benar-benar ingin mendapatkan Luhan pasti hanya pria hidung belang yang tidak tahu malu. Tentu saja pria ini adalah salah satunya.
"Ingin sekali saya menemani Anda berbincang. Namun saya harus segera pulang sebelum istri saya curiga."
Tepat sudah dugaannya.
"Silakan," kata Sehun.
Sehun tahu masih ada waktu yang cukup panjang sebelum Lady Yoona muncul. Walau ia sudah terbiasa olehnya, dalam hati ia tetap berharap Luhan akan mempercepat Yoona. Sehun tidak mau waktunya terbuang percuma oleh penantian yang tidak berguna ini.
Lima belas menit sudah berlalu semenjak kepergian Taemin ketika Jongin muncul menyapanya.
"Selamat siang, Yang Mulia Pangeran."
"Selamat siang, Jongin."
"Apakah Anda melihat Luhan?"
"Kurasa ia pergi memanggil kakakmu."
Jongin tersenyum lebar. "Tolong jangan katakan apapun pada Luhan tentang perjumpaan kita ini."
"Baik," Sehun juga melihat tidak ada gunanya ia memberitahu Luhan.
"Selamat bersenang-senang, Yang Mulia," Jongin melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan Sternberg.
Dua puluh menit berlalu sudah sejak kepergian Jongin namun Yoona belum juga muncul. Luhan juga tidak menampakkan wajahnya. Sehun mulai dibuat lelah olehnya.
Apa yang dapat diharapkannya dari perkataan seorang wanita? Ia sudah sangat berpengalaman dalam hal ini. Ia tahu baik hal ini.
Sehun tidak sabar.
Lima menit berlalu ketika akhirnya Yoona muncul.
"Selamat siang, Yang Mulia Pangeran Sehun," kata Yoona ketika ia muncul di tangga teratas.
Sehun melihat gadis cantik itu. Ia tampak bersinar di bawah sinar mentari. Permata berlian yang menghiasi gaunnya menambah kecermelangan rambut merahnya yang tertata rapi. Penampilannya yang mempesona, membuat Sehun merasa penantiannya tidak sia-sia. Ia segera menyambut gadis itu.
"Apakah Anda sudah siap, Tuan Puteri?" Sehun mengulurkan tangannya.
Yoona tersenyum tersipu-sipu. "Dengan segenap jiwa raga saya," Yoona menyambut uluran tangan itu.
Sehunpun tidak membuang waktu membawa Yoona pergi ke tempat perjanjian mereka.
.
.
.
TBC
Sebenarnya nih, aku buat remake di akun ini karena seneng baca fiksi-fiksi bergenre kerajaan. Dan entah kenapa visualisasinya selalu bayangin Sehun, Luhan, n anak-anak eksoh lainnya XD
Dan juga, pengen banget berbagi cerita ini ke readers esp hhs. Karena duh karakter Luhan di sini tuh mandiri banget n ga menye2 wkwk.
Oh, dan untuk nama keluarga ala-ala kerajaan, sengaja dibiarin biar terkesan settingnya di kerajaan Eropa. Bukan di Korsel XD
So, please enjoy the story!
Untuk yang ingin melihat cerita aslinya, bisa berkunjung ke imaginativewonderland (dot) blogspot (dot) co (dot) id
