Title : Firework
Rated : T+
Genre : Romance. Fluffy.
Disclaimer : Cast is not mine. But story is mine.
Warning : Genderswitch, EYD tidak sesuai, pasaran, absurd, typo, DLDR!
..
..
..
..
HAPPY READING~!
..
..
..
..
1,234 words.
..
..
..
..
Yifan terus memicingkan matanya ke arah Suho yang duduk di sebelah kanannya. Yifan diam-diam sudah menyukai Suho semenjak wanita itu bekerja sebagai sekretarisnya selama hampir 5 tahun ini. Yifan tidak bisa fokus jika Suho berada di dekatnya, terutama saat sedang rapat seperti sekarang.
"Sajangnim," panggil Suho berhasil memergoki Yifan yang ketahuan sedang menatapnya sambil melamun.
"Uh? I-iya," sahut Yifan sedikit gelagapan, lalu dia bergegas mengalihkan pandangannya ke arah depan.
Beberapa menit berlalu dengan cepat, rapat yang dihadiri Yifan dan mitra bisnisnya yang lain akhirnya selesai juga. Yifan langsung menghela napas lega, dia kembali mengalihkan perhatiannya kepada sekretarisnya yang cantik.
"Sillyehamnida, Sajangnim. Saya ingin–"
"Aku ingin mengajakmu makan malam di luar, apa kau mau?" tawar Yifan sukses memotong perkataan Suho yang masih menggantung.
"N-ne, Sajangnim. Tapi saya mau izin permisi ke toilet dulu," jawab Suho sambil memilin rok selututnya, entah dia malu atau sedang menahan pipis.
"Silakan saja, Suho. Setelah itu, kau langsung pergi ke pakiran dan tunggu aku di sana sebentar," balas Yifan langsung mengambil berkas yang dibawa sekretarisnya itu, dia juga menyempatkan merangkul pinggang ramping Suho saat mereka keluar dari ruang rapat tadi.
"Kamsahamnida, Sajangnim. Saya permisi duluan," pamit Suho buru-buru berjalan menuju toilet dengan langkah cepat.
"Jangan lupa, tunggu aku di pakiran nanti," seru Yifan sambil terkekeh geli melihat cara jalan sekretarisnya yang lucu.
"Ne, algeseumnida, Sajangnim."
.
.
.
.
.
.
Yifan diam-diam mengintip salah satu bawahannya yang terlihat sedang menaruh beberapa kado di atas meja Suho dari balik pintu ruang kerjanya. Bukan rahasia umum lagi kalau semua penggawai yang bekerja di perusahaannya merupakan penggemar Suho. Biasanya mereka menaruh kado kecil di laci meja sekretarisnya, tapi kali ini mereka tiba-tiba memberikan kado berukuran lebih besar dan membuat meja Suho menjadi penuh.
"Ekhm!"
"D-Direktur Wu."
"Apa yang sedang kau lakukan di sini bersama kado-kado itu?" tanya Yifan mulai mengintrogasi bawahannya itu.
"A-anu, Direktur. Besok adalah hari ulang tahun Sekretaris Kim, jadi kami menyi–"
"Memang besok tanggal berapa?" tanya Yifan mulai pikun lagi.
"22 Mei, Sajangnim."
"Untung saja kau mengingatkanku tadi. Aku akan memberimu bonus minggu ini, pastikan rahasia kita ini tidak sampai diketahui oleh pegawai lain," bisik Yifan, si bawahan langsung menganggukkan kepalanya dengan semangat.
"Bereskan dulu semua berkas miliknya, dan susunlah kado-kado itu dengan rapi di atas mejanya supaya enak dipandang," lanjut Yifan menepuk pelan bahu bawahannya itu, kemudian melangkah pergi sambil bersiul ria. Dia juga punya kado yang jauh lebih istimewa untuknya, yang bisa merubah hidup mereka setelah ini.
.
.
.
.
.
.
Yifan meneguk espresso-nya dengan susah payah, karena bibir Suho belepotan dengan cream latte. Wanita itu sangat manis jika dia sedang tidak bekerja, tingkahnya kadang seperti anak kecil yang lugu.
"Jangan disapu dulu," ujar Yifan langsung menahan tangan Suho yang hendak membersihkan bibirnya yang penuh dengan cream latte.
"Waeyo?" tanya Suho tidak peka.
"Biar aku saja yang membersihkannya," jawab Yifan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Suho.
Suho refleks memundurkan wajahnya, tapi malah ditahan oleh tangan Yifan. Suho perlahan memejamkan matanya saat jarak wajah mereka hanya tinggal beberapa senti saja.
Cup.
Yifan mulai melumat bibir merah jambu Suho dengan lembut, sampai cream latte di sela-sela bibir wanita itu bersih. Bukan hanya kali ini saja Yifan pernah mencium bibir Suho, tapi dia sudah mencium bibirnya beberapa kali sebelumnya. Di antaranya saat Yifan sedang mabuk, sakit, bahkan ketika perayaan ulang tahunnya sekitar dua yang lalu, tepat di depan orangtuanya dan kerabat bisnisnya yang hadir. Keesokan harinya, Suho langsung demam dan terpaksa mengambil cuti kerja selama satu bulan penuh akibat ulah frontal yang dilakukan oleh Yifan tersebut. Hubungan mereka berdua memang sedikit intim, mereka menggunakan waktu selama 5 tahun untuk saling mengenal.
Beberapa menit berlalu, Suho perlahan memukul dada Yifan, karena dia mulai kehabisan asupan oksigen. Yifan bergegas melepaskan pagutan mereka, lalu menatap wajah Suho yang memerah dengan seksama. Dia sangat manis jika sedang merona seperti ini, batin Yifan.
"Suho, I love you."
Setelah menyatakan perasaannya, kembang api tiba-tiba muncul di langit malam Sungai Han yang bersih dari awan dan ledakannya membentuk sebuah kalimat "Will you be merry me?".
Suho speechless seketika, dia tidak menyangka kalau Yifan diam-diam sudah menyiapkan suprise itu untuknya, apalagi pria blasteran tersebut melamarnya dengan cara yang sangat romantis.
"Apa jawabanmu?"
"I can't."
Kening Yifan perlahan mengerut setelah mendengar jawaban Suho yang terkesan menggantung itu.
"I mean, why not?"
"Jadi?" ulang Yifan masih belum bisa percaya, karena saking bahagianya.
"Yes, I will," jawab Suho sembari tersenyum manis.
"Gomawo, Suho. Aku berjanji tidak akan menyia-nyiakanmu sampai kapanpun dan aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu," ucap Yifan langsung memeluk Suho dengan erat sekali, wanita itu juga tidak segan-segan membalas pelukan calon suaminya tersebut.
"Ini sudah mulai larut malam, lebih baik kau menginap saja di apartemenku malam ini," tawar Yifan perlahan melepaskan pelukan mereka.
"Tapi apa aku aman jika tidur bersamamu nanti?"
"Kupikir kau tidak akan peka."
"Pria dewasa normal yang mengajak teman wanitanya menginap ke apartemennya pasti berpikiran seperti itu."
"Kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan melakukan itu padamu sebelum kita menikah nanti," kata Yifan sambil memasang raut muka yang sangat meyakinkan.
"Baiklah, aku percaya padamu," jawab Suho tanpa curiga sedikitpun.
"Kajja, kita pulang sekarang," ajak Yifan sambil menggenggam erat tangan Suho.
Sebelum mereka benar-benar meninggalkan tempat itu, kembang api kembali muncul dan membentuk kalimat "Selamat menempuh hidup baru!" yang ditunjukkan untuk pasangan baru tersebut, kemudian diakhiri dengan berbagai pola kembang api berbentuk hati dengan warna yang beraneka ragam.
"Oh, tunggu sebentar. Aku hampir lupa memasangkan cincin di jari manismu," kata Yifan buru-buru merogoh saku celananya, tapi dia malah hanya menemukan dompet, ponsel dan kunci mobilnya saja.
"Sepertinya kau lupa menaruhnya," cicit Suho sambil mengulum senyumnya, membuat wajahnya yang baby face semakin manis.
"Aku meninggalkan kotak cincinnya di laci meja kerjaku tadi siang," keluh Yifan langsung menghela napas kecewa.
"Gwenchanayo, kau bisa memasangkan cincinnya ke jari manisku besok," hibur Suho bergegas menyeret Yifan sembari bergelayut manja pada lengan calon suaminya itu.
"Manisnya calon istriku ini," kata Yifan perlahan mengecupi pucuk kepala Suho dengan penuh cinta.
"Calon suamiku ini juga sangat tampan," balas Suho semakin menempel pada Yifan. Orang-orang yang lewat saat melihat kemesraan pasangan baru jadian ini mungkin bisa mengira mereka adalah sepasang kakak-beradik, karena kadar kedewasaan wajah Yifan terlihat cukup kontras–alias tampak lebih tua dibandingkan dengan wajah Suho yang baby face.
–END–
Epilog~
Drtt..
Yifan langsung mengangkat panggilan dari ibu tercintanya.
"Ya, Mom?"
"Apa yang sedang kau lakukan sekarang?"
"Aku sedang menyeduh teh hangat untuk Suho."
"Jangan masukan sesuatu ke minumannya, Mommy tidak mau kau sampai mempermalukan keluarga kita nanti."
Yifan sontak tidak jadi menaruh bubuk obat perangsang ke dalam teh hangat Suho. Yifan sudah memberitahu ibunya kalau dia baru saja melamar sekretarisnya dan mengajak calon istrinya itu menginap di apartemennya tadi. Yifan sebenarnya lumayan pervert, jadi wajar saja jika ibunya langsung memperingatinya untuk tidak berbuat macam-macam pada Suho.
"Don't worry, Mom. Aku tidak akan melakukan hal-hal yang aneh pada Suho nanti," ujar Yifan bergegas membuang bungkusan bubuk obat perangsang simpanannya ke tempat sampah.
"Baguslah kalau begitu, Mommy tutup dulu telponnya. Good night, Yifan."
"Night too, Mom."
Pip!
"Sajangnim!"
Yifan bergegas menghampiri Suho yang tiba-tiba berteriak dari kamarnya.
"Don't call me Sajangnim, just call me Yifan, dear!"
–FIN–
Inspirations from Katty Perry song, 'Firework.'
Since October 7, 2016.
