Snow Flower Memory

Main Cast:

Jung Yunho

Kim Jaejoong

Cast:

Park Yoochun

Kim Junsu

Shim Changmin

Rated: T

Genre: Hurt/Comfort/Drama

GS for UKE

.

.

.

HAPPY READ!

.

.

.

Summary:

Kim Jaejoong, adalah yeoja cantik yang masih duduk di bangku SMA, ia memilih bunuh diri akibat eomma-nya meninggal karena penyakit kanker. Sikap bodohnya ini membawa dirinya masuk ke rumah sakit dan di rumah sakit inilah dia bertemu dengan seorang dokter muda nan tampan bernama Jung Yunho.

Seiring berjalannya waktu, Jaejoong merasa jatuh cinta pada dokter muda itu. Di tengah perasaan cintanya pada Yunho, sahabantnya Park Yoochun mengungkapkan perasaan cintanya pada Jaejoong. Bersamaan itu pula tanpa Yoochun sadari, Kim Junsu sahabat karibnya juga sahabat Jaejoong, diam-diam juga membendam perasaan cintanya untuk Yoochun.

Sementara itu Jaejoong justru resah dengan perasaannya. Sebab Yunho selalu perhatian dan baik hati padanya, tapi Yunho tidak juga mengungkapkan cinta pada Jaejoong. Hingga akhirnya Jaejoong mendapat kenyataan pahit, dimana selama ini Yunho hanya menganggapnya sebagai seorang adik saja. Sebab Jaejoong sangat mirip dengan adikknya Yunho yang sudah meninggal selama setahun yang lalu.

Luka lama belum terobati, kini di tambah lagi luka baru. Kini Jaejoong mengetahui bahwa Yunho sedang menjalin hubungan cinta dengan wanita cantik bernama Go Ahra, yang sama-sama berprofesi sebagai seorang dokter dan bekerja dirumah sakit yang sama dengan Yunho. Karena cinta Jaejoong pada Yunho sudah sangat dalam, akhirnya Jaejoong melakukan hal konyol demi mendapatkan perhatian Yunho.

Akankah Jaejoong mampu merebut cinta Yunho? Bagaimana pula nasib cinta Yoochun pada Jaejoong, begitu juga tentang cinta Junsu pada Yoochun? Sementara itu apakah hubungan cinta Yunho dengan Ahra sebagai pasangan yang ideal berakhir di pelaminan?

.

.

.

#Satu

Bahkan bunga pun mempunyai pilihan untuk mekar di musim yang dia inginkan.

Lalu mengapa kau tak biarkan aku memilih?

Aku hanya ingin hidup di hatimu.

Karena sebenarnya aku tak mampu untuk hidup di hati orang lain.

.

.

.

Dongbang Hospital, Gangnam-gu, Seoul.

Winter, 04.00 PM

"Apa yang sedang kau lakukan di sana?" tanya seorang dokter pada pasiennya yang tengah berada di sudut taman Dongbang Hospital. Pasien itu tak menanggapi pertanyaan dokter yang tadi bertanya padanya. Ia hanya sibuk mencari-cari sesuatu dibawah tumpukan salju di sudut taman.

"Sedang mencari bunga salju," jawab pasien itu singkat, setelah beberapa saat yang lalu hanya terdiam. Tangannya masih sibuk menyingkap salju putih tebal yang menutupi taman itu.

"Bunga salju?" dokter mengernyit bingung, tak mengerti dengan perkataan yeoja cantik itu.

"Ne, bunga salju. Eomma pernah bilang padaku, walaupun musim salju sangat dingin, ada sebuah bunga yang mekar saat salju menutupinya. Sekarang aku sedang mencari bunga itu."

"Jeongmal? Tapi ini musim dingin, tak akan ada bunga yang mekar saat musim ini. Lebih baik kau sekarang kembali ke ruang rawatmu. Aku harus segera memeriksa kondisimu," perintah dokter itu dengan tegas. Terlihat raut khawatir dari wajahnya saat melihat yeoja cantik itu hanya memakai pakaian pasien berwarna merah muda tanpa mengenakan mantel.

Yeoja yang ada di hadapannya hanya menghela nafas gusar. Ia malas menanggapi semua perintah dokter yang bertanggung jawab merawatnya kini. Jung Yunho, seorang dokter muda yang tampan, bertubuh tinggi tegap dan menpunyai badan besar telah berhasil menyelamatkan nyawa yeoja cantik itu, saat dia ingin melakukan aksi bunuh diri.

"Aku tidak mau kembali keruang rawat, dia pasti masih ada di sana, bukan?" tanya yeoja itu. Ia memang pergi ke taman Dongbang Hospital untuk menghindari seseorang yang sangat di bencinya saat ini.

"Appa-mu sudah pergi, lebih baik sekarang kau cepat ikut aku. Udara di sini sangat dingin, tidak baik untuk kondisimu sekarang."

Yeoja cantik bernama Kim Jaejoong itu hanya bisa menuruti perkataan dokter muda itu. Ia tak mempunyai alasan untuk menolak perkataan Jung Yunho.

...

"Jung uisa-nim, mengapa kau menyelamatkanku? Bukankah uisa-nim sudah tahu bahwa aku tidak ingin hidup lagi? Aku sudah lelah..." ungkap yeoja cantik itu pada Yunho setelah memeriksakan kondisinya. Yunho hanya bisa menghela nafas panjang saat mendengar perkataan yeoja cantik yang ada di hadapannya.

"Kau tahukan aku seorang dokter, tugas utama seorang dokter adalah menyelamatkan nyawa manusia. Terlebih saat aku melihat appa-mu yang sangat mengharapkanmu untuk tetap hidup. Kau pikir aku sanggup melihat appa-mu kehilangan putri yang ia cintai?"

"Tapi aku sangat membenci appa! Dia membuat eomma-ku meninggal," jawab yeoja itu. Perlahan tapi pasti butiran air mata sudah mulai terlihat mengalir di pipi mulusnya.

"Dia appa-mu, Jaejoong-ssi. Walaupun aku tidak tahu permasalahan yang terjadi di antara kalian, tapi aku bisa melihat dengan jelas bahwa appa-mu sangat menyayangimu. Tolong jangan melakukan hal bodoh seperti itu lagi. Masih banyak hal indah di dunia ini yang yang belum kau lihat. Bunuh diri hanya perbuatan bodoh. Apa kau tahu, di luar sana masih banyak orang yang ingin hidup, tapi apa yang kau lakukan, huh? Kau mau mengakhiri hidupmu di usia 17 tahun? Jangan bertindak gegabah, Jaejoong-ssi," jelas Yunho panjang lebar.

Jaejoong hanya bisa menangisi dan membalikkan badannya, membelakangi Yunho yang kini masih berdiri tak jauh dari tempat tidurnya.

"Istirahatlah, aku akan kembali lagi nanti," ucap Yunho. Dokter berbadan besar itu pun perlahan pergi dari ruang rawat Jaejoong.

Jaejoong menangis di ruang rawatnya saat Yunho telah pergi dari ruangan itu. Ia memang menyesal, menyesal karena telah melakukan hal bodoh, bunuh diri. Tetapi ia melakukan hal itu bukan tanpa alasan. Ia sakit, ia terluka karena eomma-nya meninggal akibat kanker rahim.

Hal yang membuatnya sedih adalah ketika eomma-nya pergi tiba-tiba tanpa memberi tahu Jaejoong tentang penyakitnya. Kesedihan Jaejoong semakin mendalam saat appa-nya sama sekali tidak peduli dengan keadaan eomma-nya. Appa-nya terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya sampai-sampai eomma-nya yang sedang sakit tidak pernah mendapat perhatian dari appa-nya.

"Aku benci appa," gumamnya sambil menangis.

"Seandainya appa selalu ada di samping eomma, eomma pasti masih hidup..." lanjutnya lagi. Air matanya semakin deras mengalir membasahi pipi mulusnya. Ketika ia sudah mulai lelah, ia pun terlelap.

.

.

.

Yunho melangkahkan kakinya menuju ruang rawat Jaejoong. Seharusnya ia sudah pulang karena hari ini shiftnya sudah selesai. Tetapi ada satu hal yang menganjal di hatinya. Ia tidak bisa pulang sebelum memastikan keadaan Jaejoong baik-baik saja.

Pelan-pelan Yunho membuka pintu ruang rawat Jaejoong. Dilihatnya Jaejoong yang kini sedang terlelap. Yunho bisa melihat mata yeoja itu dalam keadaan sembab sekalipun yeoja itu kini tengah terlelap. Perlahan namun pasti, kini Yunho mulai mendekati tempat tidur Jaejoong dan menatap yeoja cantik itu dengan pandangan yang sulit diartikan, seperti memandang seseorang yang sangat dirindukannya karena sudah lama tidak bertemu dalam waktu yang sangat lama.

"Apa kau menangis lagi, huh?" tanya Yunho pelan, seperti pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban. Yunho hanya memandangi wajah Jaejoong sambil menyentuh pipi Jaejoong dengan lembut.

"Ku mohon, jangan menangis lagi. Tangisanmu membuatku teringat padanya..." gumam Yunho.

Kini Yunho duduk di kursi yang tak jauh dari tempat tidur rawat Jaejoong tangannya menggenggam tangan yeoja cantik itu dengan hati-hati seolah takut Jaejoong akan terbangun dari tidurnya.

"Apa Tuhan sengaja mempertemukanku denganmu karena Tuhan tahu bahwa aku kesepian tanpanya?" ucapnya lagi. Tatapannya terlihat sangat sendu. Tak mampu dijelaskan apa yang ada di dalam hati dan pikirannya saat ini.

"Jaejoong-ssi... apakah kau mau menjadi pengganti Jung Hero?" gumamnya pelan sambil melepaskan genggaman dari tangan yeoja mungil itu. Yunho menyelimuti yeoja itu sampai sebatas bahu, berusaha membuat Jaejoong agar tetap hangat.

"Jaljayo, tidurlah yang nyenyak..." bisik Yunho sambil mengusam rambut yeoja itu dengan lembut. Ia pun segera beranjak keluar dari kamar ruang rawat Jaejoong. Sementara itu, Jaejoong tidak tahu apa yang dilakukan oleh Yunho karena yeoja cantikitu tengah tertidur sangat lelap.

.

.

.

Mentari pagi telah terbit untuk memberikan sedikit cahaya terang pada dunia. Saat ini memang masih musim dingin, mentari tak begitu menampakkan sinarnya. Namun, sedikit cahayanya mampu membangunkan seorang yeoja cantik dari tidur lelapnya. Kim Jaejoong. Ya, yeoja itu terbangun saat mentari mulai terbit di pagi hari ini.

"Annyeong..." sapa Yunho sambil tersenyum saat memasuki ruang rawat Jaejoong.

"Annyeong..." jawab yeoja itu sambil melemparkan senyuman indah dari bibir cerrynya kepada dokter yang sudah merawatnya sejak beberapa hari yang lalu.

"Bagaimana kondisimu pagi ini? Apa sudah merasa jauh lebih baik?" tanya Yunho. Namja itu mengamati yeoja cantik yang kini tengah mengucek-ngucek matanya karena baru bangun dari tidurnya.

"Hmm," jawab yeoja itu sambil mengangguk pelan.

"Jung uisa-nim, ini kan masih terlalu pagi. Mengapa kau sudah datang ke rumah sakit sepagi ini?" tanya Jaejoong heran.

"Terlalu pagi? Ini sudah jam 8 pagi Jaejoong-ssi. Dan aku datang kesini untuk melihat kondisimu pagi ini. Sekarang berbaringlah," perintah Yunho kepada Jaejoong.

"Hmm, kondisimu semakin membaik, besok atau lusa kau sudah bisa pulang," ucap Yunho setelah selesai memeriksa Jaejoong.

"Jeongmal? Tapi aku tak ingin pulang..." gumam yeoja cantik itu pelan. Namun, perkataannya masih bisa di dengarkan oleh Yunho.

"Mengapa kau tidak ingin pulang? Bukankah sangat bagus? Jika kau bisa tinggal di rumahmu lagi? Kebanyakan orang tidak suka suasana rumah sakit," kata Yunho sedikit heran.

"Aku merasa belum siap saja untuk pulang," ucap Jaejoong sambil mempautkan bibir cerrynya.

Semua memang terasa sangat berat bagi yeoja itu untuk pulang ke rumahnya. Kembalinya dia ke rumah itu hanya semakin menambah luka untukknya, karena di sana terlalu banyak kenangan antara yeoja cantik itu dengan eomma-nya yang kini telah tiada.

"Belum siap? Maksudmu?" tanya Yunho sedikit heran, sambil duduk di kursi dekat tempat tidur rawat Jaejoong.

"Bukan apa-apa. Kau tidak akan mengerti, Jung uisa-nim," jawab yeoja cantik itu.

Yunho menatap raut wajah Jaejoong yang berubah menjadi murung. Dalam hatinya, ada sebuah keinginan besar untuk membuat yeoja itu kembali tersenyum lagi.

"Aku memang tidak tahu apa masalah antara kau dan appa-mu. Tapi, aku harap kau bisa menjalani hidupmu dengan baik. Aku tak mau mendengarkan kabar kau bunuh diri lagi. Apa kau mau berjanji?"

"Berjanji?" tanya yeoja itu bingung.

"Ne, berjanjilah untuk menjalani hidupmu lebih baik lagi. Aku akan membantumu, Jaejoong-ssi," ucap Yunho sambil tersenyum. Jaejoong yang melihat senyuman itu hanya bisa memegang dadanya yang terasa berdebar. Sepertinya yeoja itu sedang jatuh cinta...

"Maksud uisa-nim?" Jaejoong masih bingung dengan perkataan Yunho.

"Aku akan membantumu untuk melupakan semua masalahmu. Kau harus menjalani hidupmu lebih baik lagi. Jaejoong-ssi, apa kau tahu? Masih banyak hal-hal yang indah di luar sana. Aku akan menunjukannya kepadamu," jelas Yunho.

Jaejoong hanya terdiam mendengar penjelasan Yunho. Entahlah apa yang di rasakan oleh yeoja cantik itu sekarang. Seperti ada kupu-kupu yang sedang menggelitik dalam perutnya. Sesuatu yang terasa menyentuh di hati Jaejoong, yang bisa membuat kebekuan hati Jaejoong mencair karena menemukan sebuah kehangatan.

"Bagaimana? Apa kau mau berjanji padaku?" tanya Yunho.

Jaejoong langsung menganggukan kepalanya dengan semangat. Baru kali ini dia merasakan semangat untuk hidup kembali di dunia ini. Semuanya hanya karena Yunho, seorang dokter muda yang mampu menyentuh hati seorang Jaejoong yang sangat rapuh dan beku beberapa belakangan ini.

"Arraseo, aku akan pegang janjimu Jaejoong-ssi."

Yunho lalu berdiri dari dudukan dan mengusap rambut Jaejoong dengan lembut sebelum ia pergi dari ruang rawat Jaejoong.

"Apa yang terjadi denganku? Mengapa jantungku berdebar-debar seperti ini? Jung uisa-nim, sepertinya aku mulai menyukaimu..." gumam Jaejoong.

Senyumannya kemudian menghiasi wajah yeoja cantik itu. Mungkin senyuman pertama yang terlukis di wajahnya setelah sekian lama hanya ada raut kesedihan dan wajah yang murung yang selalu yeoja itu tunjukan.

.

.

.

TBC

Bukan maksud untuk menjiplak, tapi karena saya tidak mampu merangkai kata-kata dari imajinasi saya sendiri hehe... maklum masih pemula.. Selain itu saya berpikir novel karya dari Lovya Diany ini bagus. Saya juga berusaha membedakannya walau tidak bisa beda jauh.. jadi harap maklum.. Peace, damai itu indah ^^