"Mukuro...?" Laki-laki berambut biru itu menatap kearah lelaki yang mirip dengannya, yang berdiri didepannya saat ini.
"Ada apa..." Dengan suara dingin tanpa ada ekspresi, sang pemuda bernama Mukuro Rokudo hanya menatap lelaki itu.
"Berkemaslah... Kita harus pindah dari tempat ini..."
...
"Huh?"
Title : You are My Orion
Rated : T
Genre : Romance/Angst
Main Pairing : 69Fem!18
Disclaimed :
You are My Orion © Me
KHR © Amano Akira
Warning : Gaje, AU story, OOC parah
"Namanya adalah Rokudo Mukuro, dan mulai sekarang akan bersekolah disini..." Seorang guru yang mengajar disalah satu sekolah bernama Namimori itu mengenalkan seorang murid hari itu.
"Senang bertemu dengan kalian semua..." Senyuman yang dilancarkannya, sukses membuat seluruh murid terpesona dengan kharisma yang dilancarkan laki-laki bernama Mukuro itu.
'Semuanya sama saja... Bahkan tertipu dengan senyuman palsu ini...'
"Baiklah Mukuro-kun... Kau duduk disebelah Hibari-san..." Sang guru menunjuk kearah belakang dan juga samping jendela kelas itu. Seorang perempuan berambut hitam panjang, sedikit ikal dan diikat satu, dengan mata berwarna biru kehitaman memakai kacamata berbingkai hitam tampak menatapnya dengan tatapan dingin. Berbeda dengan wanita lain, ia sama sekali tidak terpesona dengan laki-laki itu. Tetapi, sepertinya sekarang Mukurolah yang terpesona dengannya.
"Hei, namaku Rokudo Mukuro..." Ia mengulurkan tangannya sambil menyunggingkan senyumannya, tetap dengan senyuman palsunya.
"..." Hanya menatapnya dan juga tangan yang terulur, sang perempuan hanya diam dan memalingkan wajahnya dari Mukuro. "Aku tidak suka berbicara dengan orang asing..."
"..." Terkejut dengan apa yang dikatakan oleh sang gadis, Mukuro hanya tertawa kecil. "Kau wanita yang menarik..."
...
Siang hari, perempuan berambut hitam panjang itu sedang berada disebuah ruangan yang sepertinya memang merupakan ruangan pribadinya. Hanya beberapa orang yang bisa memasukinya.
Mukuro yang sedang berada diatas pohon dan berbaring diatas ranting pohon itu hanya menatapnya. Sejak pertama kali bertemu dengan perempuan itu, entah kenapa hanya ia yang ada difikiran seorang Rokudo Mukuro.
"Apa yang kau lakukan disini..." Suara yang dingin dan juga datar itu langsung membuyarkan lamunannya dan melihat kearah sumber suara.
"Ah, kita bertemu lagi..." Mukuro melambaikan tangannya dan melihat perempuan itu. "Kebetulan sekali!"
"Berada diranting pohon yang tingginya hingga mencapai lantai 3 gedung..." Hibari mengangkat tonfa yang tiba-tiba ada ditangannya. "Kau fikir aku akan percaya...?"
"Tentu saja..." Mukuro bukannya takut malah tersenyum-senyum melihat sang perempuan yang berada didepannya itu.
"Kamikorosu..."
...
"K-kau berani sekali mendekati Hibari, Mukuro!" Salah seorang murid yang duduk didekatnya terdengar kaget karena melihat keadaan Mukuro yang baru saja terjatuh dari atas ranting.
"Hibari?"
"Nama perempuan itu adalah Hibari Kyouya..." siswa itu menjelaskan kenapa ia terkejut mendengar dan melihat keadaan Mukuro sekarang. "Ia adalah seorang ketua komite kedisiplinan Namimori. Walaupun sepertinya wajahnya biasa saja, tetapi ia terkenal karena kemampuannya memainkan Tonfa..."
"Jadi, dia Hibari Kyouya ya..." Mukuro semakin tertarik dengan wanita yang ada ia kenal saat itu. Entah karena apa, padahal wajahnya biasa saja tetapi Mukuro seakan-akan terhipnotis olehnya yang berkelakuan berbeda dari wanita lainnya.
...
"Drama...?"
"Yap, kami akan menampilkan drama Romeo dan Juliet untuk pentas kelas kali ini..." Seorang dari siswi dikelasnya hanya tersenyum dan mencoba untuk mengajak Mukuro. "Kalau menang, kelas akan mendapatkan hadiah untuk berlibur ke luar negri..."
"Sepertinya menarik..." Mukuro tersenyum dan berdiri. "Tetapi, aku tidak tertarik ikut acara seperti itu..."
"Yah... Kufikir kau akan bisa menarik juri dengan daya tarikmu... Kau pasti cocok memerankan Romeo!"
"Ah, bagaimana kalau begini..." Mukuro memiliki ide licik dan menatap beberapa siswi yang ada didekatnya. "Aku akan memainkan peran Romeo itu dengan satu syarat..."
...
Keesokan harinya, suasana tenang dan damai di Namimori tercemar dengan adanya sebuah aura gelap dan dingin dari seorang perempuan berambut hitam dan bermata biru kehitaman itu. Dan dengan langkah pasti dan tegas namun tidak meninggalkan sisi anggun sang gadis, ia melangkahkan kaki kekelasnya. Dan tentu saja dengan kedua tonfa ditangannya dan juga tatapannya yang bahkan mengalahkan tatapan harimau itu.
Dan satu mangsa yang ingin ia gigit saat ini sudah ia tetapkan.
Rokudo Mukuro...
GREEEK!
Membuka dengan sedikit kasar, ia mencoba untuk menemukan sosok nanas (?) Berambut biru itu yang dikelilingi oleh beberapa siswi yang mengajaknya mengobrol.
"Ah, Kyou-chan!"
"Darimana kau tahu namaku... Dan siapa yang mengizinkanmu memanggil nama kecilku..." Hibari masih mendeathglare Mukuro dan tonfa siap melayang kearahnya.
"Ayolah Kyou-chan~ kalau seperti ini bukankah namamu semakin manis didengar?" Mukuro hanya tertawa kecil, sementara Hibari sudah mengangkat tonfanya dan siap menyerang orang didepannya kapan saja. Semua murid sudah mundur dari Mukuro dalam radius 3 meter.
"Apa maksud semua ini..." Hibari menunjukkan sebuah kertas tentang peran-peran yang akan digunakan untuk pentas drama. Dan disana dicantumkan nama Mukuro sebagai Romeo dan Hibari sebagai Juliet.
"Seperti yang kau lihat, kau akan berpasangan denganku di drama itu~" Mukuro hanya senyam-senyum sambil melihat Hibari. "Jangan malu-malu Kyou-chan, kau pasti akan bisa memainkannya dengan baik..."
"Aku tidak ikut..." Hibari dengan segera berbalik dan akan akan meninggalkan Mukuro. "Jangan harap aku akan memerankan peran seperti itu..."
"Dinginnya..." Mukuro berdiri dan berjalan mengikuti Hibari.
...
"..." Hibari berjalan dengan bad mood dan juga tatapan kesal. Beberapa anak yang berpapasan dengannya hanya menghindar dan juga bergidik ngeri melihatnya. Tetapi, hanya ada satu siswa yang dengan tenangnya mengikuti sang ketua. "Kenapa kau mengikuti Rokudo Mukuro..."
"Menunggu kau menyetujui permintaan untuk menjadi pasanganku ketika drama..." Mukuro hanya bisa tersenyum dan menatapnya. "Ayolah Kyou-chan~"
"Tidak akan..."
"Kenapa?"
"Karena aku benci keramaian..." Hibari berjalan kembali lebih cepat dan tidak melihat kearah Mukuro. "Kalau kau mencari pasangan, main saja dengan nanas sana..."
"Kejam sekali Kyou-chan..."
...
Malam tampak sudah larut, dan bintang tampak memenuhi langit malam itu. Mukuro tampak berada disebuah padang rumput yang dipenuhi beberapa pohon, membaringkan tubuhnya dan melihat kearah langit.
"Sepertinya aku pernah melihat bentuk bintang seperti itu..." Mukuro melihat tiga buah bintang yang berjajar dengan beberapa bintang lain yang mengelilinginya. "Kalau tidak salah... Rasi bintang... Ori... Ori..."
"Itu adalah rasi bintang Orion..." Suara yang ia kenal membuat Mukuro menoleh kebelakangnya. Perempuan berambut hitam yang digerai dan memiliki mata biru kehitaman itu hanya menatap bintang dilangit malam itu. Penampilannya dengan blouse berwarna putih polos itu benar-benar membuat Mukuro semakin terpesona dengan sang gadis. "Ada apa..."
"T-tidak, kau sangat manis Kyou-chan..."
...
"Kamikorosu..." Hibari mengangkat kedua tonfanya dan menyerang Mukuro. Dengan cepat, Mukuro mencoba untuk menghindari serangan itu. Dan disebuah kesempatan langsung menangkap tangan Hibari.
"Tanganmu tidak cocok digunakan untuk kekerasan Kyou-chan..." Mukuro menarik tangan Hibari dan mendekatkan wajahnya, membisikkan sesuatu padanya. "Kau... Adalah wanita yang menarik, bersiaplah aku akan memilikimu..."
BRUGH!
Dengan sekali pukulan tonfa yang telak mengenai Mukuro, cukup untuk membuatnya tersungkur dan melepaskan tangannya.
"Dasar herbivore..."
"Kufufu..." Mukuro tertawa kecil melihatnya sambil tetap memegangi perutnya. "Aku semakin tertarik padamu Kyou-chan..."
...
Sebuah rumah yang berada diatas bukit dan memiliki ukuran yang besar itu tampak sepi dengan beberapa penjagaan ketat disana. Mukuro, yang baru saja pulang dari padang rumput itu hanya berjalan masuk kedalam gerbang rumahnya disambut beberapa pelayan didepan sana.
"Selamat malam, tuan muda..." Melihat sebuah mobil berwarna hitam yang ada didepan pintu, ia mengetahui siapa yang datang ketempat itu.
"Aniki... Dia datang?"
"I-iya..." Salah satu pelayan hanya bisa menundukkan kepalanya tidak melihat kearah Mukuro. "Beliau sudah menunggu anda diruangannya..."
"Tch..." Mukuro hanya bisa berdecak kesal dan masuk kedalam rumahnya. Berjalan menuju kekamarnya yang terletak dilantai 2 dan berhadapan langsung dengan pemandangan kota.
"Aku sudah katakan kalau aku memanggilmu bukan?" Laki-laki berambut ungu dan bermata biru itu membuka pintu kamarnya dan menatap Mukuro dengan tatapan dingin. "Kenapa kau malah disini...?"
"Aku lelah..." Mukuro tidak menatap laki-laki itu dan hanya membelakanginya saja. "Kalau ada yang ingin kau bicarakan, bicarakan besok saja..."
"Kau masih kesal karena aku memutuskan untuk pindah kemari?"
"..." Mukuro hanya diam dan tetap tidak menatap laki-laki itu. "Tidak juga, aku hanya tidak habis fikir... Kalau kau tidak pernah berada didalam rumah ini, untuk apa kita pindah kemari?"
...
"Karena ada sesuatu yang harus aku lakukan ditempat ini..."
...
"Pergilah, aku tidak ingin berbicara denganmu dulu..." Mukuro hanya bisa menyelimuti badannya dengan selimut dan tetap tidak menatapnya.
"Walau bagaimanapun kau membenciku, aku tetap kakakmu... Dan aku masih memiliki tanggung jawab penuh atas apa yang kau lakukan..."
...
Pagi hari sudah berlalu, dan Mukuro hanya bisa berjalan dengan malas dan juga kesal karena kedatangan kakaknya. Tetapi, tiba-tiba ia melihat sosok yang ia kenal dan benar-benar ia cari.
"Kyou-chan, ohaiyou!" Merangkulkan tangannya dibahu Hibari, tonfa milik Hibari langsung melayang kepinggangnya. "Ouch..."
"Siapa yang menyuruhmu untuk merangkulkan tanganmu dibahuku..." Hibari hanya menutup matanya dan tidak melihat kearah Mukuro. "Dan sudah aku katakan beberapa kali, untuk tidak memanggilku dengan nama kecil..."
"Ayolah..." Mukuro berjalan disamping Hibari dan memberikan senyuman terbaiknya. "Aku ingin kau memanggil namaku Kyou-chan~"
"Dalam mimpimu..."
"Ayolah..."
"Baiklah..." Mukuro hanya menatap Hibari dengan tatapan penuh harapan. "Nanas mesum..."
"Itu menyakitkan Kyou-chan~!"
...
"Apakah kau tidak bisa sedikit saja meninggalkanku sendirian... Nanas mesum?" Hibari yang saat ini sedang berada diperpustakaan hanya bisa berdecak kesal melihat sebuah nanas yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi.
"Dengan pengecualian, kau mau memanggilku dengan namaku dan kau mau memainkan drama itu denganku..." Mukuro hanya menatap Hibari dan tangannya menompang dagunya diatas meja.
"Sampai semua nanas didunia ini hidup sepertimupun aku tidak akan mau melakukan itu..." Hibari hanya bisa diam dan memutuskan untuk kembali membaca buku yang ada didepannya. Mukuro melihatnya dan ikut membacanya dari samping (yang tentu saja ia harus menempelkan bahunya kepada bahu Hibari) dan merangkulkan tangannya dibahu Hibari. Alhasil ia dihadiahi sebuah pukulan telak dikepalanya.
"A-apa-apaan Kyou-chan!" Mukuro sedikit berteriak membuat semua orang diperpustakaan itu berdesis agar Mukuro diam mengingat mereka ada diperpustakaan.
"Apa yang akan kau lakukan...?"
"Aku hanya ingin melihat buku yang kau baca..." Mukuro memegangi kepalanya dan menunjuk kearah buku didepannya. "Sepertinya kau menyukai bintang-bintang itu..."
...
Hibari hanya bisa diam dan wajahnya sedikit memerah. Ia memalingkan wajahnya dan berharap agar Mukuro tidak melihat wajahnya yang memerah karenanya.
"I-itu karena bintang-bintang itu mengingatkanku pada seseorang..."
"He? Siapa?"
"Dia-" Hibari menatap Mukuro yang menunggunya untuk menjawab pertanyaannya. "Tidak ada hubungannya denganmu..."
"Ayolah... Kau terlalu tertutup Kyou-chan..."
"Itu bukan urusanmu..."
...
Mukuro hanya bisa diam menatap Hibari. Berjalan kesebuah rak, ia melihat sebuah buku dan membukanya setelah kembali kesamping Hibari.
"If I provane with my unworthiest hand this holy shrine; the gentle fine is this: My lips, two blushing pligrims. Ready stand to smooth that rought touch with a tender kiss..." Hibari mendengar Mukuro yang menatapnya sambil membacakan sebuah dialog. Melihat buku yang ada ditangannya, ternyata ia membawa buku drama Romeo & Juliet. "Lanjutkan..."
...
"Huh?"
"Kau adalah Juliet-ku Kyou-chan~ bacalah..." Mukuro menunjukkan bait yang ada didepannya.
"Untuk apa aku melakukan itu...?" Hibari mendeathglare orang yang ada disampingnya, dan tidak menggubrisnya. "Aku sudah katakan aku tidak akan ikut drama itu bukan?"
"Temani aku latihan saja tidak apa bukan...?" Mukuro hanya tersenyum sambil menatap Hibari, menunggu jawaban darinya.
"..."
"Onegai, Kyou-chan~"
"Baiklah, tetapi jangan memanggilku seperti itu..."
"Baiklah..." Mukuro hanya tersenyum lebar dan memberikan buku itu kedekat Hibari.
"Apakah harus menggunakan bahasa inggris...?"
"Drama itu memang harus menggunakan bahasa inggris..."
...
Menarik nafas sebentar, Hibari mulai membaca bait yang ditunjukkan oleh Mukuro.
"Good Pligrim, you do wrong your hand too much, which mannerly devoting shows in this; For saints have hands that pilgrims' hands do touch, And palm to palm is holy palmers' kiss." Hibari membacanya dengan intonasi yang pas dan suara yang lembut yang membuat Mukuro tertegun.
"Have not saints lips, and holy palmers too?"
"Ay, pilgrim, lips that they must use in prayer." Hibari menatap Mukuro yang ternyata sedari tadi hanya menatapnya saja.
"Then, dear saint, let lips do what hands do; They pray, grant thou, lest faith turn to despair." Tanpa melihat dialog dibuku itu, Mukuro sudah bisa menghafalkannya.
"Saints do not move, though grant for prayers' sake."
"Then move not, while my prayer's effect I take. Thus from my lips, by yours, my sin is purged." Tanpa disadari oleh Hibari, saat ini wajah mereka sudah sangat dekat. Dan ketika dialog itu selesai dibacakan, hanya sensasi hangat yang dirasakan Hibari dibibirnya. Dan ia baru menyadari,
Rokudo Mukuro sudah menciumnya...
...
Cio : ehehehe... XD gomenne~ kalau aneh... Soalnya baru kali ini bikin yang bener2 6918 n gender bender jadi mungkin agak aneh...
Kiri : emang aneh... OOC pula...
Cio : no comment Kiri!
Kiri : oke, oke...
Cio : nah, gimana ceritanya? Silahkan di review xD
