a/n : ah! Ini Cuma kanon re-publish karena habis di edit habis-habisan ^^.. yang udah pernah baca fic ini dan yang review-review makasih banget. Berkat kalian kanon bisa seperti sekarang ini. Inilah fic pertama yang kanon buat..


Disclaimer : Masashi Kishimoto sensei

rate : T

genre : romance

pairing : sasuke X femnaru

Warning : AU, (agak) OOC, gender bender karena Naruto sebagai wanita

dozooo~

PART 1

My Music in Your Mind

.

.

Angin dingin di bulan November berhembus menerpa wajah gadis itu, gadis berambut pirang panjang dengan dikuncir dua tinggi seperti sailormoon, sekilas kulihat dengan kaca mata yang menempel di wajahnya. Ia selalu memakai tas ransel dan membawa tas yang berukuran besar dan tak lupa earphone yang selalu setia menemani telinganya. Ya sudah beberapa minggu ini, mata ku tak mau berpindah memperhatikannya. Ets, bukannya aku jatuh cinta padanya seperti di komik-komik jepang yg di baca kakakku. Aku memperhatikannya Karena dia ANEH. Ya aneh.. kenapa aku berkata demikian? Karena saat pertama kali berjumpa…

.

.

.

3 minggu yang lalu

"Kenapa ini bis lama sekali datang!" runtukku dalam hati.

Saat ini aku Uchiha Sasuke mahasiswa jurusan komunikasi semester 4, sedang berdiri di halte menunggu bis yang menuju ke daerah kampusku. Bis yang ku tunggu tak kunjung datang dan sekarang jam telah menunjukan pukul 11.45 jam 13.00 aku ada kelas radio announcing di kelas Iruka-sensei. Entah kenapa hari ini bis yang biasanya membawaku tak kelihatan satupun, Padahal biasanya sangat banyak jumlanya. Hatikupun sudah gelisah menunggu karena takut terlambat di mata kuliah dosen yang baik tapi ia tak terima dengan keterlambatan, bisa rusak image seorang Uchiha. Untungnya nasib baik memang selalu bersama Uchiha, karena tak berapa lama kemudian bis yang kunanti datang.

Hah.. Leganya bahwa bis itu memiliki sedikit penumpang, setidaknya aku tak harus berdiri seperti saat berangkat pagi. Akupun duduk di salah satu kursi yang menampung 2 penumpang. Tak berapa lama saat aku sedang melihat ke arah jendela. Naiklah seorang gadis, um… lumayan manis sih wajahnya cukup nyaman di pandang. Ia mengambil posisi duduk di sampingku di kursi yang memuat 3 orang. Sambil mendengarkan lagu di earphonnya, Ia bergumam sendiri. Lalu tak lama kemudian ia menggetok kepalanya sendiri dengan i-pod nya..

"Arrghh baka baka baka!" jerit si gadis secara tiba-tiba membuat beberapa penumpang menoleh ke arahnya.

"Hn?" tatapku dengan keheranan melihat tingkah ajaibnya itu. Tetapi tak disangka-sangka ia hanya tersenyum padaku dengan manisnya.

"Hahah maaf ya lagi akting kok buat drama di kampus." jawabnya sambil memberikan cengiran yang lebar dan menggaruk belakang kepalanya

"Hn." Hanya itu tanggapan yang kuberikan untuknya, karena terlalu malas bagiku mengurusi hal-hal yang tak penting seperti ini.

Mendengar jawabanku ia hanya tersenyum-senyum saja, seolah-olah tidak terjadi apa-apa Itu hal aneh pertama yang kutemui. Hal aneh kedua, saat aku tak sengaja melihatnya dia sedang memonyongkan bibirnya dan dagunya bertumpu pada tangannya. Entah kenapa seperti sedang kesal dan itu menurutku ekspresi yang lumayan er.. lucu. Hal aneh yang ke tiga saat ia sedang tersenyum karena berbincang dengan orang di sebelahnya. Ia tersenyum senang, setelah itu ia menatap jendela bis dan menatap sedih seakan-akan senyumnya tadi hanya sebuah kepalsuan

Flash back end

.

.

.

.

Dan sekarang aku dan dia duduk bersebelahan, ia masih tetap dengan earphone-nya. Aroma citrus di tubuhnya sangat pekat tapi menenangkan. Beberapa saat lalu kulihat ia masih memandangi pemandangan di jendela, tapi tak lama kemudian ia terlelap dengan posisi tidur menyandar di sandaran kursi dengan wajah menghadapku, aku penasaran lagu apa yang ia dengarkan. Dengan hati-hati ku lepaskan satu dan ku dengarkan musik yang mengalun di dalamnya, mungkin ini kurang sopan tetapi ia membuatku penasaran. Saat kupasang earphone tersebut dengan hati-hati, Hanya terdengar instrument alat musik saja. Cello kalo tidak salah nama instrument itu. Saat lagu slesai pindah lagu lain tetapi tetap cello, Kupikir mungkin dia anak jurusan musik dan tas besar yang dibawanya itu adalah cello.

"Hei, bangun!" ujarku padanya sambil mengguncangkan sedikit tubuhnya.

"Umm ya?" masih setengah sadar ia menjawab

"Saya mau turun, bisa minggir." Perintahku padanya karena ia menghalangi jalanku, Ia pun menggeser duduknya dan membiarkanku lewat.

"Oh iya, maaf ya." Jawabnya lagi sambil tersenyum. Saat itu baru kusadari bahwa di pipinya terdapat 3 guratan garis seperti kumis kucing membuatnya terlihat lebih…. Imut

"Hn," hanya itu balasanku, Tapi tiba-tiba ia ikutan berdiri mengikuti dari belakang.

"Kau turun dsini juga?" tanyaku karena melihatnya sudah berdiri di belakangku.

"Ya.. aku kuliah disini." jawabnya sambil membetulkan kaca matanya dan melepas sebelah earphonnya.

.

.

Aku pun lari bergegas menuju gedung fakultasku, sesampainya disana seseorang menepuk pundakku.

"Yo Sasuke-kun!" panggil seorang gadis dengan rambut pink pendek sebahu memakai bando, ia Haruno Sakura mahasiswi fakultas kedokteran di kampusku.

"Apa?" sambil tetap dengan wajah stoic ku. Aku mau berhadapan dengan cewe ini karena dia pacar Sai salah seorang temanku, makanya aku mau membalas panggilannya. Bagiku cewe-cewe itu berisik, Setiap hari berteriak yang membuat telingaku.

"Tidak apa-apa hanya menyapamu saja. Oh ya baru inget kata Sai, Iruka-sensei hari ini tidak masuk jadi kelas diliburkan aku memberitahukan mu karena Sai tadi langsung pulang setelah bertemu denganku." Jelas sakura dengan wajah sambil mengingat apa yang dikatakan kekasihnya itu.

'Sial, kenapa tak ada yang mengabariku Dasar si perut rata itu itu.' Dumelku dalam hati walau tertutup dengan wajah datarku ini.

"Um, makasih sakura."

"Sama-sama Sudah ya aku mau ke lab dulu jaa Sasuke." Sakura pun pergi meninggalkan sasuke.

'Humm menyebalkan sekali, tau gini aku tak masuk saja, sekarang apa yang harus kulakukan?' Akhirnya ku putuskan untuk duduk di kantin sebelah timur karena disanalah tempat yang berdekatan dengan gedung fakultas musik dan tidak begitu ramai.

.

.

.

Begitu sampai disana, aku memesan minuman dan menyalakan laptop kesayanganku dan online memakai fasilitas wifi di kampus. Saat sedang asik browsing mencari materi tugas, sebuah suara membuatku menghentikan aktifitasku. Suara itu sangat merdu tapi sangat sedih saat merasakannya. ku hampiri jendela yang tak begitu jauh dari tempat ku duduk, mencari asal sumber suara tersebut. Saat melihat kedalam jendela itu kulihat sosok yang telah mencuri perhatianku. Ya dia si cewe berambut pirang yang sering kutemui di bis. Ia memainkan alat musik cello itu dengan penuh penghayatan dan matanya tertutup Seakan-akan alunan musik itu menelannya kedalam. Saat itupun aku tanpa sadar ikut mengahayati permainannya, belum pernah aku mendengar musik seindah ini makin lama entah kenapa air mata ku keluar perasaan sedih dari lagu itu ikut masuk ke jiwaku merasakan tiap nada yang ia mainkan lalu…

"Nah! Kau mengintipku ya… ihiihihih." si pirang itu membuka jendela dan mengagetkanku.

"Ah, ti-tidak hanya kebetulan lewat kok sudah ya." ku coba mengelas karena malu ketauan dia dan segera meninggalkannya.

"Kalo ngintip juga gak apa-apa kok. Oh ya tunggu sebentar jangan kemana-mana aku segera keluar," ujarnya kemudian, Aku yang hanya terbengong melihat tingkahnya yang kupikir ANEH beberapa minggu ini hanya bisa menganggukan kepala saja. Tak lama kemudian ia keluar menghampiriku..

"Um, kamu duduk dimana?" Tanya nya tiba-tiba sambil celingukan ke arah deretan berpuluh-puluh meja di kantin.

"Disana." kataku sambil menunjuk meja yang tak jauh dari situ, Ia pun langsung menuju kesana dengan membawa tas ranselnya dan sebuah tas lagi yang berukuran besar yang kukira itu alat musik yang ia mainkan tadi.

"Aku Namikaze Naruto kamu?" ia memperkenalkan diri di hadapanku

"Uchiha Sasuke, apa yang kau lakukan disini?" tanyaku begitu ia duduk dan menunggu sesuatu.

"Mau makan, kan gak enak makan sendirian. Temani ya, itung-itung karena kau sudah mengintipku bermain cello. " ujarnya sambil tersenyum

"Ini Naru-chan ramennya" seorang wanita muda membawakan semangkok ramen ke pada Naruto.

"Nyaa arigatou Ayame neechan." balasnya lalu ia mengatakan itadakimasu dan makan dengan lahapnya.

"Sashuwke gahk muahkan?" tanyanyanya dengan bahasa yang ga jelas karena sambil mengunyah ramen itu

"Hn, tidak melihatmu saja sudah kenyang" balasku Karena aku masih bingung kenapa ia mengajakku duduk bersama.

"Ramen buatan Ayame neechan enak lho, aku langganan sama dia. Sekali-kali Sasuke cobain." Tawarnya dengan gaya seperti sales.

"Hn." aku pun kembali berkutat dengan laptopku.

"Ow ya, aku sering liat Sasuke di bis Sepertinya daerah rumah kita sama dan kebetulan sekali kampus kita sama juga, Sasuke fakultas apa? Kalo musik kayanya bukan deh karena aku hampir kenal semua anak jurusan musik." Cerocos naruto

"Hn, komunikasi" balasku singkat tanpa mengalihkan pandangan dari laptop.

"Hwweee gedungnya kan lumayan jauh dari sini, Jauh-jauh banget ke kantin sampe nyasar dsini." Teriaknya agak berlebihan.

"Hanya mencari ketenangan."

"Owhh ..hwahhh kenyanggg" teriaknya setelah menghabiskan 1 mangkok ramen. "pulang yuk, karena kita searah mau gak?" ajaknya lagi

"Hum, nanti saja Aku masih mau disini"

"Yah~ yasudah deh aku ingat kalau aku ada urusan juga, Sampai jumpa lagi Sasuke. kalo ketemu lagi nyapa-nyapa ya, maklum klo gak pake kacamata gak keliatan dah." ucapnya riang sambil tersenyum dan berjalan setengah berlari. Tapi, belum berapa jauh dia melangkah tau-tau dia sudah jatuh di tanah.

"Aduhh~ ittaiii," ringisnya sambil membersihkan kakinya yang kotor dan roknya "Dasar batu sialan huh batu bakaaa!" omelnya sambil menendang batu itu dan mengutuknya.

"Dasar dobe." ujarku pelan dan tanpa sadar aku tersenyum melihat tingkahnya yang aneh itu.

.

.

Sejak itu, aku selalu bertemu Naruto tapi ia lebih sering menyapaku daripada aku. Maklumlah harga diri seorang Uchiha tinggi bahkan untuk menyapa seorang gadis. Hari ini aku sudah duduk di dalam bis, beruntung sekali aku mendapatkan tempat duduk karena hari ini penuh penumpang padahal sudah siang. Naruto belum terlihat biasannya tak lama aku naik ia sudah ada di dalam dengan cengiran khasnya memberikan ku tempat duduk di sebelahnya. Belum lama aku memikirkan si bodoh itu ia sudah naik dan melihat penuh ia terpaksa berdiri. Terlihat dari wajahnya yang antar cemas dan takut perkiraanku. Ia berdesakan dengan seorang bapak-bapak membuatnya sedikit kerepotan karena cellonya yang tak pernah absen dibawa. Aku pun menarik tangannya menuju tempat dudukku

"Duduklah disitu dobe, kau kerepotan membawa cello mu." ujarku sambil berdiri di sampingnya

"Siapa yg dobee…dasar teme! Tapi makasih ya." senyumnya padaku sambil mengadahkan kepalanya. Saat itu aku baru sadar ia memiliki bola mata yang indah yang tetutupi kaca mata minusnya itu. Mata yang berwarna sapphire seperti biru langit yang cerah membuat siapapun yang melihatnya seprti tersedot ke dalam.

"Ke…Sasuke… kau kenapa?" ia menarik-narik bajuku dengan tampang polos.

"Hah? maaf tadi melamun." Jawabku sambil mengembalikan ekspresi wajahku.

"Owhh kukira kau kenapa tiba-tiba diam, aku bisa minta tolong?"

"Hn?"

"Pegangi kanon ku ini sebentar." ujarnya sambil memberikan tas cellonya ia mengambil sesuatu dari dalam tas, sebuah air mineral dan sebuah botol kecil dengan isi obat yang banyak jumlahnya, Tak hanya satu botol tapi 3.

"Itu apa dobe?" tanyaku penasaran.

"Ini hanya vitamin, Aku butuh stamina hari ini." Katanya sambil mengeluarkan vitamin itu dan meminumnya dalam sekejap.

"Cih, emang energi mu bisa habis ya dobe?"sindirku, sesaat kulihat ia terdiam lalu kembali seperti semula dengan cengirannya.

"Hahahah ya tidak donkk temee, minum vitamin biar makin full energinya. Teme , nanti kalau sempat nonton ya."

"Memangnya ada apa?" tanyaku heran.

"Hari ini ada pemilhan audisi untuk ikut bagian dari orchestra Philharmonic yang terkenal itu. Aku ikut mendaftar audisinya, kalau kau sempat datang nonton ya kalau tidak doakan aku saja."

"Hn lihat nanti, Ayo dobe turun sudah sampai." ujarku sambil menarik tangan Naruto tanpa sadar. Entah kenapa hari ini aku terpesona melihatnya. Ia melepas kacamatanya sebelum turun, sehingga mata indahnya terlihat jelas, baju yang ia kenakan sederhana hanya rok hitam rempel pendek dengan baju orange muda dengan sweater di bagian luarnya dan tak lupa earphonnya serta kuncir 2 di rambutnya, membuat Naruto terlihat manis sekali.

"Naruu-channn!" teriak seorang cewe sambil berlari menghampiri kita berdua yang baru turun di bis

"Inoooo!" balas Naruto dengan melambai-lambaikan kedua tangannya.

"Hos..hosh… kamu kemana aja.. ayo cepetan.. audisi dimulai 30 menit lagi! Kenapa baru datang sekarang!" omel cewe yang dipanggil Ino itu

"Ah gomen gomen, tadi penuh semua bisnya kau tau aku kerepotan membawa kanon." jelas Naruto, Owh ya ke bodohan lain yang dimiliki Naruto ia menamakan cellonya kaono, Ada-ada saja kan.

"Umm, ah ya ampun Sasukeee-samaaa." teriak Ino memandangku dengan tatapan sama seperti fansgirls yang lainnya.

"Ino kenal Sasuke?" tanya Naruto bingung karena melihat reaksi Ino.

"Yampunn kenal lahh~ siapa sih yang gak kenal ice prince dari fakultas komunikasi. Hai aku Yamanka Ino teman Naruto, alat music yang kumainkan flute, warna kesukaan ungu, lahir tanggal 23 maret 1991 aku-hump-" cerocos Ino tanpa henti lalu mulutnya dibekep Naruto

"Berisik Ino, katanya suruh cepat-cepat ayo!"Naruto menarik-narik lengan Ino yang masih memandangiku dnegan berbinar-binar.

"Eh iiya, dahh Sasuke-samaaa." Ujar gadis itu sambil memebrikan kiss bye yang membuatku enek.

"Ow ya Sasu teme aku duluan ya, kalo sempet datang ya ok!" ujar Naruto sembari melambaikan tangannya.

"Hn."

Naruto pun meninggalkanku dan berjalan dengan Ino, masih kudengar Ino yang terus bertanya mengenai kedekatanku dengannya. Memang sih baru kali ini aku bisa begitu akrab dengan seorang cewe, Tapi Naruto beda dengan cewe lain dia itu polos apa adanya selalu tersenyum membuatku nyaman ketika berdekatan dengannya. Apakah aku mulai suka dia?

.

.

.

"Ehm.. kayanya ada yang sudah jarang ngumpul neh sama kita-kita." sindir Kiba begitu aku masuk kelas, yang tak kugubris dan langsung kuambil tempat dudukku.

"Iya, habis si ice prince sepertinya sudah menemukan princessnya." lanjut Sai dengan senyuman yang mengerikan.

"Benarkah itu Sasuke?" Tanya neji yang biasanya tak mau ikut campur hjadi ikut-ikutan seperti kedua makhluk itu.

"Berisik." hanya itu yang kujawab dengan stoic face yang kumiliki.

"Ah gitu aja ngambek, gue sering liat tau loe sama si cewe manis fakultas musik itu." lanjut sai lagi dengan santainya duduk diatas meja.

"Heh? Jadi anak fakultas musik ya? Siapa? Siapa? Moga-moga bukan my hime Naru-chan." ujar kiba dnegan tatapan yang penuh rasa ingin tau.

"Naru-chan? Maksudmu Namikaze Naruto anak pianis terkenal itu? Yang jadi hime nya fakultas music?"

"Nahh! Iya itu! dia cewe inceran gue, imut banged!"teriak kiba dengan histeris yang membuatku kaget dan menutup kupingku dan dalam hati cukup kaget bahawa Naruto seterkenal itu hingga Kibapun mengenalinya.

"Orangnya yang rambut pirang kuncir dua?"

"Yup! Sodara Sai anda benar sekali." Kiba tersenyum bangga mendengar jawaban Sai.

"Hum, kau tak ada harapan Kiba yang suka terlihat sama Sasuke itu ya si Naru-chan mu itu." Sai mengeleng-gelengkan kepala dan menepuk pundak Kiba.

"Heee? Benarkah? Akamaruuu aku patah hatiiii.." Kiba langsung duduk di pojokan sambil berbicara sendiri dengan boneka anjing yang selalu dibawanya kemana saja.

"Berisik kalian, kita berangkat bareng karena rumah kita searah" jelasku sambil membuka buku.

"Ohhhhh." jawab yang lainnya berbarengan.

.

.

2 jam berlalu dari pelajaran yang membosankan. Aku memang menyukai dunia media komunikasi, mungkin ksrens hal itu telah mengalir dalam darahku. Mengingat ayahku Uchiha Fugaku pemilik salah satu stasiun tv swasta terbesar di negeri HI, mau tak mau secara tidak langsung aku akan menjadi penerusnya. Masih ada selang waktu 1 jam untuk lanjut mata kuliah selanjutnya, Ku langkahkan kakiku menuju gedung fakultas musik, karena Naruto sudah mengundangku melihat permainannya untuk audisi hari ini.

"Oy! Sasuke mau kemana?" sai menepuk pundakku.

"Mau ke fakultas music mau liat audisi."

"Mau ketemu Naruto ya? Gue ikut ya, mau liat kaya apa sih wanita yang telah mencairkan sorang Uchiha Sasuke."

"Hn."

Ketika sedang berjalan bersama Sai dengan diiringi tatpan fangirlling yang selalu membuatku muak, ditengah jalan kami bertemu Sakura yang tampaknya juga akan menuju ke arah yang sama.

"Sakura-chan hunny, ada urusan apa kamu ke fakultas music?" Tanya sai dengan samnyum yang mengembang dan langsung memeluk pinggan Sakura.

"Aku mau melihat pertunjukan salahs eorang sahabatku disana, mumpung tidak ada jam kuliah jadi kusempatkan saja melihatnya, dan kalian berdua ngapain?"

"Ini, aku mau tau siapa gebetan si ice prince ini. Kamu sudah tau kan dia lagi pdkt sama salah satu anak musik." goda Sai

"Urusai."

.

.

"Pssttt… itu Sasuke-samaaa."

"Iya yaampun gak nyangka ya dia mau kesini."

"Ganteng bangett… mau donkk jadi penghangatnya biar dia cair."

"Hihihihi… Eh eh ,dia bukannya lagi deket sama itu tuuu."

"Ohh iyaa pantes aja sihh dia datang kemari"

Terdengar bisik-bisik para mahasiswi saat aku melangkahkan masuk ke gedung fakultas musik menuju ruangan auditoriumnya. Tanpa kuperdulikan mereka. Aku terus melangkah ke ruang auditorium. Sampainya disana kulihat di depan sudah ada 5 orang yang kukira mereka adalah juri dan beberapa orang yang duduk untuk menonton audisi. Ruang auditorium ini sangat besar bahkan lebih besar dari studio tv utama di fakultasku. Terdapat sekitar 500 kursi untuk penonton, dan di depannya panggung yang cukup luas seperti di konser-konser klasik yang sering ditonton ibuku di tv. Ruangan ini juga kedap suara dengan penataan ruangan yang membuat harmonisasi suaranya terdengar baik tanpa perlu pengeditan audio seperti di stasiun tv.

Kini aku dan Sai sudah duduk di tengah –tengah, Sakura langsung menuju backstage untuk menemui sahabatnya itu. Syukurlah baru peserta ke 6 dan si dobe belum tampil ia peserta ke7 (sempat kulihat di papan pengumuman).

"Peserta ke 7, Namikaze Naruto membawakan karya -cello suite no. 1 prelude." suara pembawa acara terdengar mengiringi kedatangan Naruto sambil membawa kanon nya. Ia terlihat sangat cantik dengan gaun berwarna kuning muda dan ada sedikit aksen bunga berwarna biru.

"Ya silahkan nona Namikaze mainkan harmoni mu." kata salah seorang juri.

Terdengan suara alat gesek itu memenuhi ruangan. Permainannya kali ini berbeda dengan saat pertama kali kita berjumpa. Lebih hidup dan sulit di gambarkan dengan kata-kata. Sepertinya memejamkan mata merupakan ciri khas ia dalam menghayati lagu. Sekitar 5 menit ia selesai bermain lalu standing applause diberikan oleh ke 5 juri dan para penonton. Ku lihat wajah Naruto menyiratkan kebahagiaan melihat respon dari para juri ia pun berdiri dan membungkuk memberikan salam dan berjalan ke belakang panggung. Akupun segera meninggalkan tempat duduk dan menuju belakang panggung juga mau memberikan selamat.

.

.

.

.

NORMAL POV

Gadis itu segera berjalan ke belakang panggung setelah mendapatkan standing applause dari penonton dan ke 5 juri. Ia tetap memaksakan tersenyum padahal ia sebenarnya menahan sakit yang dari tadi menyerangnya. Sesampai nya di belkang panggung ia jatuh.

GUBRAK.. tubuh Naruto jatuh setelah sampai dibalik tirai, membuat beberapa orang langsung panik dan bergegas menghampirinya.

"Naru-chann" teriak seorang gadis berambut pink yang bernama Sakura. Ya Sakura merupakan sahabat Naruto.

"Cepat bawa dia ke rumah sakit kampus! Onegai minna." perintah sakura ke orang-orang yang ada disitu dengan wajah paniknya.

"Sa-sakura, sa-sakiitt." rintih Naruto sambil memegang dada kirinya.

"Naru ke-kenapa? Kita ke rumah sakit kampus ya tahan ya." sakura menggengam erat tangan naruto memberikan kekuatan pada sahabatnya itu.

"Saku-koii." teriak Sai pacar Sakura, saat melihat Sakura tergesah-gesah membuka pintu backstage.

"Jangan sekarang Sai ada emergency! Kalau bisa kau tolong aku!"

"NARUTO!" Sasuke melihat Naruto sedang di papah teman-temannya dengan wajah yang pucat dan keringat dingin yang terus mengalir. Segera ia menggendong Naruto ala bridal style.

"Harus ku bawa kemana Sakura?" Tanya Sasuke dengan wajah panik.

"Ke Rumah sakit kampus, cepatlah Sasuke lari aku mengejarmu dari belakang." ujar sakura. Sasuke pun sekuat tenaga menggendong Naruto ke rumah sakit kampus, Ia tak perduli walupun diliatin orang dan digoda oleh teman sefakultas, ia terus berlari sambil menggendong Naruto dan di belakangnya Sakura, Sai dan seorang teman Naruto yang ia kenal tadi pagi mengikutinya.

.

.

"Naruto! Segera bawa dia ke ruang ICU." ujar seorang wanita setengah baya berambut pirang melihat Naruto digendong Sasuke.

"Tsunade sensei bolehkan aku ikut ke dalam?" Tanya Sakura.

"Iya kamu masuk, dan yang lain tunggu di luar." kini Sasuke, Sai dan Ino menunggu di luar dengan khawatir. Terutama Sasuke yang terkejut melihat Naruto seperti itu ia berharap semoga tak terjadi apa-apa dengan Naruto.

.

-di dalam ruang ICU-

"Naruu tahan ya baa-chan sudah disini." ujar Tsunade di dekat kuping Naruto dan menggengam tangan cucu kesayangannya itu.

"I-iyaa ba-." lirih naruto sambil memegang dadanya lagi yang terasa sangat sakit.

"Sakura tolong obat penenang."

"Baik!" Sakura pun menyuntikan obat penenang dan tak lama kemudia berkat reaksi dari obat itu Naruto tertidur.

"Dia sudah tenang, tolong kalian bawa dia ke ruang rawat ya." perintah Tsunade ke para perawat.

END NORMAL POV

.

.

'Arggghh lama banget apa sih yang terjadi di dalam!' runtukku Karena sudah 30 menit Sakura dan dokter Tsunade itu belum keluar juga. Tak lama kemudian kulihat Naruto dibawa keluar dan tak lama Sakura mengikuti di belakangnya.

"Sakura apa yang terjadi dengan Naruto?" Tanya ku terburu-buru, jujur saat ini aku sangat takut bila sesuatu terjadi dengannya.

"Ah, tidak apa-apa Sasuke-kun, hanya anemia dia kambuh." senyum Sakura dengan terpaksa.

"Sakura aku mau bicara sebentar." bisik Ino sedikit menjauh dari Sasuke.

"Un iya, ah Sasuke kalau kau mau menjenguknya ia di rawat di kamar 106 Tinggal lurus saja."

"Hn, terima kasih" aku segera menuju kamar Naruto.

.

Normal pov

"Sakura bagaimana keadaannya?" Tanya Ino cemas, "Ayolah, aku tau dia tak mengalami anemia."

"Buruk, sepertinya semalam terjadi sesuatu. Di badannya penuh memar terutama di bagian dada dan….-" sakura menjelaskan dengan wajah sendu.

"Dan apa sakura?"

"Dan, di tangannya penuh dengan bekas sayatan."

"Nani?sayatan? apa ia melakukan itu lagi? kami-sama kenapa kau berikan ini semua pada temanku. tak cukupkah ia ditinggalkan ibunya dan sekarang disiksa ayahnya hikshiks.." Ino terduduk dan menutup wajahnya yang menangis.

"Sabar Ino, kita semua juga tak ingin Naruto mengalami ini." tepuk sakura ke pundak ino, padahal dalam hati ia juga sangat tak kuasa melihat apa yang terjadi dengan Naruto.

"I-iya… hiks hiks."

.

.

.


PLAK!

Terdengar sebuah bunyi tamparan yang sangat keras dari arah sebuah ruangan di sebuah rumah mewah kediaman Namikaze.

"Apa yang kamu mainkan ini Naruto! BURUK sekali kau jauh berbeda dengan ibumu!" teriak seorang pria setengah baya setelah menampar seorang gadis hingga terlihat setitik darah di ujung bibir manisnya.

"A-a-aku sudah berusaha ayah, aku bermain dengan sempurna." bela gadis itu.

"Apa! Sempurna? perhatikan partitur itu dengan baik bodoh!" sang ayah melemparkan buku-buku partitur ke wajahnya. "Ayah kecewa kau tak bisa bermain seperti Kushina! Apa kau tak memperhatikan saat dia mengajarimu dulu!" lanjutnya memarahi si gadis.

Gadis berambut pirang itu hanya duduk tersungkur di lantai sambil memegang cello nya seakan-akan ia berlindung di belakang cello itu. Sang ayah yaitu Namikaze Minato sedang menguji permainan Naruto. Tapi ia tidak puas dengan permainan anaknya yang menurutnya tidak sama dengan Namikaze Kushina, almarhum istri sekaligus ibu Naruto. Naruto tak berani melawan karena kalo ia melawan makin marah ayahnya itu.

"Baiklah otousan aku akan berlatih lagi." Ujar Naruto dengan suara lirih. Kemudian ia mencoba bangun dan duduk kembali untuk memainkan lagu tersebut. Tapi, baru satu bait ia mainkan, Minato melempar sebuah buku tebal ke arah badan Naruto hingga mengenai dada kirinya.

"arrghh.. otooou-san," ringis Naruto sambil memegang dadanya.

"Hentikan permainan burukmu! Baca buku itu! Semoga otak bodohmu bisa menyerap ilmu disitu. Jangan mainkan musik burukmu samapi kau selesai membacanya." Minato pun pergi meninggalkan Naruto yang kesakitan. Naruto hanya bisa menahan air matanya, ia kembali ke kamar sambil membawa cello dan buku –how to make a beautiful harmony- yang di lemparkan ayahnya tadi.

'Okaasan…. Kenapa kau pergi sendirian? Kenapa kau meninggalkan ku? Kalau kau tak mau menjemputku aku yang akan menyusulmu' lirih Naruto di dalam kamarnya. Ia mengambil sebuah pisau kecil dan mulai menyayatkan ditangannya. Ia tak merasakan sakit ia merasa menikmati melihat darah mulai menetes dari tangannya kemudian makin terlena ia menyayatkan dua goresan lagi. Makin lama makin sakit ternyta. Tapi ia tahan karena sebentar lagi ia menyusul kaasan.

"Naruchann.. jangan lakukan itu" tiba-tiba suara yang dikenalnya memanggil dan seberkas cahaya datang menghampirinya.

"Okaasan? Okaasan sudah datang menjemputku!" serunya girang.

"Tidak sayang, belum saatnya maafkan kaasan tidak bisa menjagamu dengan baik, Kau pasti bisa bertahan sayang. Jadi hentikan itu Naru, kaasan sayang padamu." Dan seberkas cahaya itu menghilang

"Okaaasaaan! Okasaaannn!


.

.

"OKAASAAANNNN!" teriak Naruto dalam tidurnya

"Naru.. Naruu ini baachan." Tsunade mengguncangkan badan Naruto.

"Hosh hosh hosh baachaa~an huhuhu Naru naru gak kuat lagi, Naru mau nyusul Kaasan." isaknya dalam pelukan Tsunade.

"Jangan Naru, Naru gak kasihan lihat baachan nanti sendirian, Naru gak kasihan sama Iruka. Paman yang begitu menyayangimu, Naru gak sedih lihat teman –teman Naru menangis?" bujuk Tsunade yang membuat Naruto hanya terdiam mendengarkan tiap perkataan Tsunade. "Dan lagian ya Naruto, Kalau kau meninggal dan jadi arwah emangnya di dunia arawah ada yng jualan ramen? Mana bisa kau sehari tanpa makan ramen hihiihihi," Tsunade mencoba mencairkan suasana.

"Ahh iya ya baachan aku tak kepikiran hahahhahah baachan bisa sajaa." ketawa Naruto dengan lepas. "Arigatou baacahan." ia memeluk Tsunade dengan erat merasakan kehangatan yang dituangkan oleh nenek kesayangannya itu.

"Iya sama-sama Naru-chanku." Tsunade membalas pelukan Naruto.

.

.

.

TBC