Title : At Least Once

Casts : Luhan, Sehun

Length : Chaptered

Genre : Romance and YAOI

This story is MINE.

Don't even you think to copy-paste/plagiat this story or LUHAN wil kill you.


You'll never know what happened back when I was eight…

because that was just once upon a time…

Luhan sangat bahagia saat melihat matahari yang bersinar cerah dari balik kelambu jendela kamarnya. Itu artinya, hari sudah pagi. Sebentar lagi hari pertamanya pergi ke sekolah akan segera dimulai. Kurang dari dua jam dihitung dari sekarang.

Luhan sudah sangat menunggu datangnya hari ini sejak lama, jadi tidak ada alasan baginya untuk bermalas-malasan lebih lama lagi di atas kasurnya yang nyaman. Dengan senyum bahagia yang menghiasi wajah imutnya, Luhan menyibak selimutnya dan turun dari kasurnya kemudian bergegas masuk ke kamar mandi.

Terdengar ketukan pintu saat Luhan mulai melepas satu persatu kancing-kancing piyamanya. Disusul suara lembut seorang wanita.

"Luhan, kau sudah bangun sayang?"

Itu suara mamanya, dan Luhan bergegas membukakan pintu untuknya. Dia tersenyum lebar begitu melihat wajah cantik mamanya di depan pintu kamarnya. "Luhan sudah bangun kok mama."

"Wah, tidak biasanya Luhan bangun sepagi ini." Mamanya tersenyum dan mengelus rambut Luhan yang lembut. "Luhan pasti sangat senang karena akan pergi ke sekolah, ya?"

"Tentu saja! Semalam Luhan bahkan tidak bisa tidur karena terus memikirkan hari ini."

Luhan terus berbicara dengan riang, menceritakan betapa bahagianya akan memulai hari pertemanya pergi ke sekolah. Tidak terlalu peduli dengan mamanya yang membawanya masuk ke kamar mandi dan mulai melepaskan piyamanya. Dia hanya terlalu bahagia karena penantian panjangnya akhirnya tiba.

-oo0oo-

"Luhan jaga diri dengan baik ya? Tidak boleh nakal dengan teman di kelas nanti. Janji?" Mamanya mencium pipinya sekilas, sebelum mengaitkan kancing mantel hangat Luhan.

"Eum," sahut Luhan tidak terlalu memperhatikan kata-kata mamanya. Perhatiannya tertuju pada pintu gerbang sekolah yang telah dipenuhi anak-anak lain yang menggunakan seragam yang sama dengan miliknya. Rasanya Luhan ingin sekali membawa kakinya berlari kesana, berkenalan dengan teman-teman barunya dan bermain bersama.

"Luhan? Kau mendengarkan mamamu?" Suara papanya yang berat membuat Luhan mengalihkan perhatiannya dari anak-anak itu. Dia beralih menatap papanya yang entah sejak kapan telah berjongkok di depannya.

Luhan tersenyum kecil, tahu bahwa dia tidak bisa berbohong pada papanya. Mamanya mengusap rambut Luhan sayang.

"Ini hari pertamamu pergi ke sekolah, jangan membuat masalah." Papa mengelus pipi Luhan kemudian memeluknya penuh kehangatan.

Luhan tersenyum sekali lagi kemudian berbalik dan berjalan menuju pintu gerbang sekolahnya bersama teman-temannya yang lain. Dia berhenti sejenak untuk berbalik, melihat orang tuanya yang masih berdiri disana, di samping mobil yang diparkir di tepi jalan. Setelah melambaikan tangan penuh semangat akhirnya Luhan berbalik dan melanjutkan jalannya menuju ke dalam gedung sekolahnya.

Ini akan menjadi hari yang tak akan pernah terlupakan…

-oo0oo-

Sesampainya di kelas, Luhan berdiri di depan pintu kelasnya, memperhatikan suasana kelas barunya yang menyenangkan. Ada dua anak laki-laki yang berebut tempat duduk di samping jendela. Anak laki-laki bermata sipit dengan jari-jari tangan yang ramping, berteriak nyaring, sedangkan anak laki-laki jangkung dengan telinga lebar berpura-pura tidak mendengarnya dan tetap bertahan pada tempat duduknya.

"Ya! Park Chanyeol bodoh! Kau mendengarkanku tidak?"

"Argghh, aku membencimu Park idiot!"

Di sisi lain ada anak laki-laki bermata bulat dan besar yang menggemaskan. Dia akan selalu membulatkan matanya yang besar itu setiap kali teman sebangkunya yang berkulit kecoklatan indah membisikkan sesuatu di telinganya. Diam-diam Luhan tertawa melihat tingkah mereka berdua.

Sepertinya Luhan perlu memasukkan anak bermata bulat-besar itu ke dalam daftar temannya, dia terlihat cukup menyenangkan untuk diajak berteman. Anak yang berkulit kecoklatan itu sepertinya juga boleh ditambahkan ke dalam daftarnya.

Ada satu bangku kosong di bagian tengah, dekat dengan jendela yang menghadap ke halaman sekolah. Seorang anak laki-laki dengan kulit putih susu sudah duduk disana. Luhan melangkahkan kakinya kesana.

"Boleh aku duduk disini?" tanya Luhan, masih berdiri di samping meja. Luhan menunggu anak itu mengizinkannya lebih dulu, baru dia akan duduk disana. Seperti kata papanya, Luhan tidak boleh membuat masalah.

Anak itu menatap Luhan dengan matanya yang terlihat mengantuk, membuat Luhan tersenyum kecil melihatnya. "Terserah kau saja."

Luhan tersenyum senang kemudian mengulurkan tangannya. "Namaku Xi Luhan, siapa namamu?"

Anak laki-laki berkulit putih susu itu tidak menyahut. Dia mengabaikan Luhan dan pandangannya tertuju pada halaman sekolah. Luhan ikut melihat keluar, penasaran dengan apa yang dilihat si putih susu itu di luar sana. Halaman sekolah dihiasi bunga-bunga dan pepohonan rindang. Sayangnya semua itu tertutupi selimut salju yang dingin. Lalu, apa menariknya melihat hamparan putih salju?

"Jadi kau tidak mau memberitahuku siapa namamu?" tanya Luhan, nyaris seperti berbicara sendiri. Luhan menghela napas kemudian melepaskan mantel hangatnya dan memasukkannya asal-asalan ke dalam tas sekolahnya.

Guru masuk ke dalam kelas tidak lama kemudian, tepat setelah lonceng tanda dimulainya pelajaran berdentang nyaring. Luhan memperbaiki posisi duduknya dan mulai memperhatikan guru di depan kelas.

Hari pertama sekolah dimulai dengan perkenalan anak-anak di kelas itu. Anak-anak berceloteh riang gembira, memperkenalkan dirinya, menceritakan rumah atau hewan peliharaannya. Luhan akhirnya tahu siapa nama si putih susu d sebelahnya ini.

Oh Sehun.

-oo0oo-

Jam istirahat tiba. Anak-anak berhamburan keluar dari kelas, berlarian kesana kemari menuju halaman sekolah. Luhan tidak tahu kemana dia harus pergi atau dengan siapa dia bermain. Dia belum mengenal teman-teman sekelasnya. Kebanyakan dari mereka pergi bermain dengan teman sebangkunya. Mungkin Luhan juga bisa pergi bermain dengan teman sebangkunya, hanya saja si putih susu Oh Sehun itu terus saja mengabikanya dari tadi, membuat Luhan kesal saja.

Tidak ada pilihan lain bagi Luhan selain duduk di depan kelas, memperhatikan anak-anak lain yang sedang bermain di halaman. Luhan beralih menatap Sehun yang duduk seorang diri di bawah pohon cemara, di tangannya mainan, yang sepertinya robot dari kayu.

Luhan sangat amat tergoda untuk mendekati Sehun. Tentu saja, karena Sehun adalah teman pertama yang didapatkannya di sekolah ini. Pada akhirnya Luhan menyerah dengan keinginannya yang terlamapu kuat itu, dan menghampiri Sehun yang sama sekali tidak menyambut kehadirannya. Sepertinya, mulai dari sekarang Luhan harus terbiasa dengan sikap cuek Sehun yang perlu diacungi jempol itu.

"Luhan, kau mau pergi kemana?" tanya Kyungsoo, anak bermata bulat-besar yang sempat menarik perhatian Luhan karena tingkah lucunya tadi.

"Pergi menemani Sehun. Kau mau ikut?" tawar Luhan riang.

Kyungsoo tampak berpikir. "Kau duluan saja. aku akan mengajak Jongin."

Luhan mengangguk kemudian berlalu. Sehun hanya melirik Luhan yang duduk di sampingnya tanpa minta sama sekali. Jujur saja, Luhan sangat tergoda untuk menginjak kakinya, agar dia mau bersuara sedikit saja.

Lama mereka berdua duduk berdampingan dalam diam. Luhan terlalu jengkel untuk memulai pembicaraan dengan Sehun. Dan Sehun, seperti yang bisa ditebak, dia hanya memandang tumpukan salju dengan mata mengantuknya itu.

Tiba-tiba dari arah seberang, sebuah bola basket melayang ke arah mereka. Luhan membelalakkan matanya kaget. Salah satu diantara mereka akan menjadi korban bola itu. Luhan nyaris berteriak saat bola itu tepat mengarah pada Sehun. Sialnya Sehun sama seklai tidak menyadari bahaya yang mengancamnya.

Sehun itu bodoh atau apa sih? Semua orang yang ada di lapangan menatapnya khawatir, bagaimana bisa dia sesantai tu? Demi Tuhan.

Luhan mnedorong Sehun ke samping dengan keras. Si putih susu itu mengerang kesakitan, saat lengannya harus menopang berat tubuhnya. Dia menatap Luhan dingin. Sebenarnya Luhan takut dengan tatapan Sehun itu, tapi rasa leganya saat bola itu tidak mengenai Sehun dan justru menggelinding, menutupi semua rasa takutnya.

"Kau. Apa yang kau lakukan, hah?" teriak Sehun marah.

Luhan menatap Sehun takut. Memangnya apa yang dilakukannya? Dia hanya menyelamatkan Sehun, tapi kenapa Sehun semarah itu padanya?


TBC OR DELETE?

It depends on you guys.

If you want me to continue this story, just leave your review.

.

.

saya mengharapkan komentar dari readers untuk kelanjutan atau perbaikan dari ff ini ^_^

terima kasih.

12:56 PM

Maret 30, 2014

XOXO