My poison is my pleasure
.
.
.
.
.
.
.
.
=o0o=
.
.
.
.
.
Kita sebenarnya hidup dinegeri yang sama dengan beberapa jenis manusia. Ada beberapa mahluk hidup yang memiliki perbedaan fisik dan proses evolusi yang berbeda dengan kita.
Vampire , manusia yang terlahir dengan serangkaian mantra yang rumit. Pemangsa darah. Berkilau saat tertimpa sinar matahari. Kalian pasti mengenal manusia satu ini. Dia adalah ras yang sudah terkenal di kalangan kita.
Werewolf , manusia setengah serigala. Memiliki daya rusak yang tidak terkontrol. Penyayang yang setia hanya saja keributannya sungguh tidak bisa diatur. Sensitif dengan batas wilayah. Bagaimana pun mereka tetaplah turunan dari anjing.
Kedua mahluk ini memiliki daya magic. Oleh karena itu muncullah penengah sebagai garis damai antar dua mahluk yang masih sering bertarung satu sama lain.
Kaum paling terpilih. Kaum penyihir. Mereka menciptakan buku peraturan penting yang harus dijalani oleh kedua belah pihak dan akan memberikan sanksi mengerikan jika berani melanggar dengan sengaja maupun tidak.
Lalu manusia. No-magic. Muggle. Manusia biasa yang hidup dengan damai dan menerima perbedaan sekecil apapun. Mahluk yang sangat diberkati.
Dengan perundingan bertahun-tahun lamanya. Akhirnya mereka sepakat untuk berbaur satu sama lain. Beberapa berjalan lancar. Beberapa masih ada konflik dan beberapa tidak peduli. Itu semua bagus. Hanya saja tidak untuk seorang pemuda dari kelompok werewolf.
.
.
.
.
.
-=o0o=-
"berhenti menyuruh Alpha untuk membunuh mu , Kim Wonshik !" tuan kim membanting pintu kamar anaknya yang terbaring setelah sang Alfa memberinya banyak pelajaran.
"aku sudah muak.. ayah tahu kenapa kan ?!" Wonshik bangkit dari tidurnya. Ia menuju lemari dengan kaca yang pecah kemana-mana . dia memperhatikan bekas luka cakaran dipipinya dan lehernya ada bekas gigitan anjing sang alpha. Wonshik meraih pecahan kaca dilantai dan dengan sekali tebas ia merobek urat nadinya.
"karena aku tidak bisa bunuh diri. Ayah tau kan ?" Wonshik tersenyum getir saat luka ditangannya secara perlahan sudah menutup. Ia melihat ayahnya yang menghela nafas.
"didalam kawanan , meskipun omega tidak akan Alpha membunuh anggotanya, Wonshikkie.. tenanglah. Lupakan masa lalu mu.." tuan kim mendekati anaknya dan memeluknya erat. Seketika tangis Wonshik pecah dipelukannya.
-=o0o=-
"Taekwonnie.."
Jung Taekwon. Sang calon Alpha melihat seseorang yang memanggilnya dengan nada riang yang memuakkan dan Taekwon kenal betul suara ini. "Ravi..."
"yes Taekwonnie hyung ? atau kau ingin kupanggil Leo saja ?" Ravi-nama panggilan Wonshik- tersenyum. Dia mendekati Leo dengan seringaian jahilnya. "tebak apa yang akan ku lakukan ?"
"jika kau berencana membiarkan ku mengigit leher mu dengan brutal maka berhati-hatilah. Aku bisa saja membunuh mu." Desis Leo sembari mendorong Ravi untuk menjauh.
"itu bagus, kau kenal dengan Hakyeonnie ? uh dia tunangan mu , aku lupa.." Ravi tersenyum mengejek. Leo memperhatikannya dengan risih.
"bagaimana jika aku memperkosanya didepan mu ?"
BRAAK !
Leo menarik lengan Ravi dan membantingnya ke tanah. Sang alpha duduk diatas Ravi dan mencengkram leher sang beta dengan kuat hingga tangannya memutih.
'kau takut ? sekarang pilihlah.. membiarkan ku hidup atau membunuh ku ? Hakyeon adalah taruhannya' Ravi mencemoohnya dengan telepati sialan itu. Leo bisa melihat Ravi tersenyum saat Leo menguatkan cengkramannya. Ravi mengerang kesakitan saat Leo menghentak lehernya.
"berhenti kalian !"
Leo melihat ke arah datangnya suara itu dan Hakyeon berdiri disana dengan wajah marahnya. Ia hampir melepaskan Ravi. Namun suara telepati Ravi memanggilnya.
'tepat waktu sekali, cobalah serius hyung.' Ravi menendang perut Leo dan berdiri.
Dia menepuk celananya dan melihat Hakyeon , dalam sekejab ia berlari dan menghampiri Hakyeon. Ravi berdiri dibelakang Hakyeon dan menempelkan kuku jarinya dileher Hakyeon.
"Ravi apa yang kau lakukan ? kau lupa aku siapa hm ?" Hakyeon tersenyum. Dia berbalik dan menarik Ravi hingga terjerembab ke tanah. Ia menginjak punggung Ravi. "aku adalah tipe petarung , Wonshikkie.."
"Hakyeon.. ini bukan pertama kalinya dia mengganggu kita. Tapi kali ini dia keterlaluan." Desis Leo , ia melihat Ravi dengan jengkel.
"lepaskan aku !" Ravi menggeram kesal. Hakyeon menarik kakinya dan membantu Ravi berdiri. Ravi mendengus kesal sembari menepis tangan Hakyeon.
"kita main saja yuk.. nanti pasti kau akan lupa .." Hakyeon tersenyum dan menarik tangan Ravi untuk berdiri. "siapa tau kau akan bertemu jodoh malam ini. Salah satu peramal mengatakan , teman dekat ku akan bertemu jodohnya.."
"jodohku hanya dengan kematian hyung.." Ravi mendengus dan membiarkan tangannya ditarik Hakyeon. Leo berjalan mengikuti dari belakang.
Malam itu ada show karnaval dan sirkus yang sudah dari seminggu menetap disana. Mereka menampilkan beberapa macam wahana dan akrobat. Beberapa stan permainan berdiri dengan megah dan menarik mata pengunjung. Badut berterbaran dimana-mana. kebanyakan yang datang adalah manusia. Beberapa vampire anak kecil berlarian dengan riang sedangkan kedua orang tuanya harus merengut berada diluar daripada didalam peti matinya.
"hey lihat mereka menjual permen werewolf.." Hakyeon menunjuk stan permen. Disana ada bentuk aneka hewan dan mainan. Yang menarik adalah bentuk werewolfnya. Kepalanya berbentuk serigala tapi memiliki badan manusia.
"berapa harganya ?" tanya Hakyeon begitu sampai didepan stand. Dia membeli 3 permen dan membaginya pada Leo dan Ravi.
"aku lapar .." Ravi menarik ujung baju Leo dan membuat calon alpha itu melihatnya. Leo mengangguk dan meraih tangan Hakyeon yang ingin mencoba wahana rumah hantu.
"Ravi lapar.. kita makan dulu disana." Ucap Leo dan membuat Hakyeon mengangguk.
"tapi sebentar aku ... menjatuhkan kalung ku.. akan ku cari sebentar.." Ravi kembali ke belakang menuju stand permen dan melihat tidak ada kalung yang ia cari. "padahal itu hadiah dari Jiwon , dia pasti marah.."
Ravi menghela nafas dan saat berjalan menuju kedai dimana Leo dan Hakyeon berada ia mendekat ke pepohonan, dibawahnya ada lereng yang lumayan curam. Ia menengok ke bawah. "apa aku menjatuhkannya disa- uwaaahhh !"
Ravi terpeleset dengan keras, tubuhnya berguling-guling kebawah dan yang menghentikannya adalah saat punggungnya menghantam pohon dengan kuat. "ahh... dasar lereng bodoh.." Ravi mengumpat dan bangkit berdiri. Ini taman bermain anak-anak. Suasana sangat sunyi dan senyap. Ia melihat sekeliling , sepertinya tidak ada siapa-siapa.
Saat kakinya hendak melangkah. Ia mendengar suara ranting pohon bergerak , Ravi mendongak dan melihat dua remaja tengah menyeringgai memperhatikannya. Mata mereka menyala dikegelapan. Remaja itu meloncat turun, namun langkah kakinya sangat ringan seperti bulu. Sekejab Ravi tau mereka adalah Vampire.
"apa werewolf memang mengerikan seperti itu ?" kekeh vampire dengan mata birunya mengejek Ravi. Ia mengambil ranting yang menusuk pakaian Ravi.
"aku terjatuh." Ravi menepis tangan sang vampire dan memutar arah melanjutkan jalannya.
Saat itu vampire bermata biru itu melihat tanda luka diarea belakang telinganya hingga ke leher milik Ravi. "aku kenal luka itu.."
"bagaimana bisa , Bobby ? kau bercanda." Desis vampire bermata kuning dan menarik temannya untuk meninggalkan Ravi.
"tidak Hanbin. Aku kenal bentuknya. Apa kau werewolf bocah itu ?" tanya Bobby pada Ravi.
Ravi berhenti dan melihat vampire itu. dari telinga sampai lehernya hingga pundaknya rasa ngilu menyerangnya. Rasanya lukanya dirobek paksa kali ini. Ravi merinding ketakutan saat ingatan yang ia coba simpan dibuka dengan paksa.
=o0o= Malam Halloween tengah berlangsung dikota. Beberapa anak kecil memakai kostum serigala , tulang dan setan untuk bermain atau meminta permen. Saat itu Ravi tengah kabur dari ruma karena ibunya memarahi adik kecilnya.
Disaat dia bermain dengan anak manusia perutnya merasa lapar dan memutuskan untuk masuk ke sebuah sekolah. Ia berjalan kebelakang dan menemukan kandang kelinci.
"ahh kelinci.. syukurlah..." Ravi tertawa khas anak 11 tahun dan mengeluarkan seekor kelinci. Tapi kelinci itu berontak dan berlari. Kelinci itu masuk ke dalam rumah-rumahan bewarna-warni yang terbuat dari semen.
"eih kau ini.." Ravi mendesis kesal saat ia berhasil menangkap kelinci putih. Langsung saja Ravi mengigit leher kelinci itu dan mengoyaknya, memakan dagingnya dengan tenang sampai ia sadar. Disana ia tidak mencium sesuatu yang kekal.
Cahaya bulan menyinari rumah dan ada dua sosok vampire yang menyeringgai menampilkan taringnya dan anak manusia yang sudah mati dengan kulitnya yang pucat.
"lihat .. makan malam sebenarnya datang dengan sendirinya Hanbin.."
"kau benar Bobby.."
Ravi merapal mantra untuk berubah menjadi wolf, namun sihirnya dipatahkan dan vampire bernama Hanbin itu sudah menyegel rumah mainan ini.
"a..ayah.." Ravi tidak yakin apa telepatinya didengar ayahnya atau tidak. Bobby meraih tubuhnya yang kecil dengan cakar ditangannya, menghadapkan Ravi pada mulut kelaparan milik Bobby. Vampire itu mengigit pundak Ravi dengan kuat dan merobek setiap otot disana menghisap darahnya dengan kali ia mengunyah daging Ravi dan menelannya.
Ravi berteriak tanpa suara berkat Hanbin, vampire itu mengunci suaranya. Bobby melepas dekapannya dari Ravi dan terengah. Ia merasa hampir meledak meminum darah werewolf dengan rakusnya. "huuh.. kau harus meminumnya juga Hanbin.."saran Bobby dan Hanbin hanya menggeleng.
Ravi tergeletak persis disebelah anak manusia itu. dia juga merasa mungkin dia akan mati seperti anak itu. tanpa suara ia memperhatikan Bobby yang kini naik ke atasnya dan mencium bibirnya, mengigitnya hingga darah keluar dari bibir dan lidahnya. Menghisapnya terus seakan Ravi tidak akan kehabisan darah.
"nggh.." Ravi bergerak tak jenak saat Bobby melepas bajunya dan mencium perutnya dengan lembut. Mengigiti dengan sensual sembari tangannya mengeluarkan penis mungil milik Ravi. Bobby mencium penis kecil itu, melahapnya dan mengulumnya beserta biji kembarnya. Mulutnya menghisapnya namun kemudian mengigitnya dengan kuat.
Ravi mengelijang, ia bergerak liar berusaha melepaskan gigitan sang vampire. Kedua kakinya mencoba menendang tapi percuma saja.Bobby melihat Ravi yang bergerak liar kesakitan itu dengan senang dan begitu melepas kulumannya cetakan giginya terlihat mengerikan dengan darah yang mengalir. Ravi meringkuk berusaha menutupi tangan Bobby yang memainkan penisnya lagi.
Tapi kali ini, Ravi ditarik untuk menungging didepan Bobby dan vampire menampar kasar pipi pantatnya berkali-kali.
"akhh.. hentikaan.. ku mohon.." Ravi akhirnya bersuara setelah Hanbin melepas sihirnya. Ravi menahan tangan Bobby yang memukuli pantatnya hingga memerah. Werewolf kecil itu menangis tersedu-sedu. "ampuni aku .. hiks... ku mohon.."
Bobby hanya tersenyum dan ia menempelkan bulgenya dipantat Ravi, membuka celananya dan menggesek miliknya yang sudah tegang didepan lubang analnya. tanpa aba-aba ia berusaha memasukan kepala kejantannya ke lubang mungil milik Ravi. Namun usahanya tersendat. karena ukuran miliknya kelewat besar dan anal mungil Ravi masih belum ia persiapkan, karena itu Bobby harus melebarkannya, dengan dua jarinya yang merenggangkan paksa lubang anal Ravi.
"aarghhh... hentiikkan.. ayaah !" Ravi berteriak keras saat Bobby melakukannya tangannya mencakar lantai rumah mainan itu hingga kukunya robek dan berdarah
Bobby menggeram merasakan kuatnya jepitan rectum Ravi mencengkram setelah miliknya masuk seutuhnya ia memompa tubuh anak itu seperti sex doll.
Ravi akhirnya tidak bersuara, suaranya sudah habis untuk menjerit dan meraung kesakitan. Dia hanya bisa diam dan melihat sosok mayat anak itu. Bobby berdiri disebelahnya. Vampire itu sudah puas dengan tubuh dan darah milik Ravi. Ia membuka segel dirumah mainan itu. "panggil orang tua mu, kau pasti merindukannya..bocah werewolf.." Bobby mengacak rambut Ravi dengan lembut dan menghilang.
'I-ibu...ayah..' =o0o=
Ravi menggeleng , ingatan itu terulang dengan sangat jelas dan dihadapannya ada vampire itu. vampire yang pernah memperkosa tubuhnya hingga dirinya tidak pernah ingin hidup lagi. Ia mundur perlahan saat tubuhnya menolak berhadapan dengan Bobby.
"kau tau , itu malam paling indah untuk ku."
Ravi berlari menjauh dan mengubah tubuhnya menjadi serigala , melesat melewati mereka, ia melewati lereng terjal itu menuju kedai , mencari Leo dan Hakyeon. Mereka masih disana dan dia menabrakkan tubuh anjingnya ke Hakyeon kemudian berubah menjadi manusia lagi.
Seluruh pengunjung panik mendengar suara gaduh namun dengan cepat pemilik restoran menenangkan mereka.
"ada apa ? kau pucat sekali ?" Hakyeon menyentuh kening Ravi yang basah keringat dingin dan bibirnya gemetaran ketakutan.
"ada vampire.." ucap Leo dan Hakyeon melihat keluar. Ia mencari sosok vampire mungkin itu penyebab Ravi seperti ini.
"mencari kami ?"
Leo dan Hakyeon melihat mereka sudah ada didekat mereka. Bobby tersenyum dan duduk menghadap Ravi, werewolf itu menunduk tubuhnya gemetar tidak terkendali.
"apa kau tau , jika kalian berjodoh ?"
-=o0o=-
"berjodoh ? kalian gila para anjing dan kau juga Hanbin. Tidak ada sejarah bahwa Vampire berjodoh dengan anjing." Sinis Bobby sambil melihat kearah Hakyeon dengan sengit.
"itu ada idiot. Jaga sikap mu didepan ku, aku tidak mau ada kesombongan disini. Meskipun kau vampire murni." Seorang penyihir wanita cantik datang dan membawa buku biru besar ditangannya. Ia membuka halamannya dan menunjukannya pada Bobby.
"kau memperkosanya disaat fase bulan biru kaum werewolf. Bulan biru bagi mereka artinya jodoh apapun dan siapapun sudah datang dan mengambilnya. Jadi secara sah kau sudah jadi jodohnya." Jelasnya kemudian menutup buku besar itu.
"perkenalkan.. namaku Bomi, aku penyihir. Jadi jika dilihat dari hukum kalian, kaum werewolf. Mulai hari ini Ravi sudah harus pindah ke rumah pasangannya, mengingat kau statusnya sebagai wanita saat itu." Bomi tersenyum. "jika tidak, maka kami akan membawa mu secara paksa."
Ravi,Leo dan Hakyeon ada dihutan penyihir bersama dengan Bobby , Junhoe dan Hanbin. Malam itu Hanbin mengatakan jika mereka berdua sudah berjodoh dan Hakyeon langsung mendatangi penyihir. Bersama dengan mereka semua mencari kejelasan ini.
"pergilah Ravi.. jika kau tidak mengikuti hukum kita , kau bisa membuat kawanan kita celaka.." ucap Leo menenangkan Ravi yang berkali-kali menggeleng.
Bukan mengusir hanya saja aura werewolf yang tidak tinggal serumah dengan jodohnya setelah ia tahu dia berjodoh. Akan memberikan aura sial pada seluruh kawanan.
"aku tidak mau." Bobby bangkit berdiri. Dia meludah ke arah kaki Ravi dan menghilang begitu saja.
"dia memang seperti itu, ayo anjing kecil kita pulang." Junhoe tersenyum dan meraih tangan Ravi. Kemudian mereka menghilang.
"tunggu, Hanbin.." panggil Hakyeon. Dia kemudian melihat Bomi. "apa bisa ini dicegah ? Bobby dan Ravi bertolak belakang."
"dua pilihan. Salah satu harus ada yang mati, atau pilihan kedua. Semuanya mati." Jelas Bomi dengan wajah khawatir.
"kau dengar kan Hanbin, jadi tolong titip Ravi." Ucap Hakyeon dan Hanbin hanya mengangguk ragu.
"mengingat saat Bobby melakukan 'itu' pada Ravi kau hanya diam dan Kau tau jika mereka berjodoh tapi kau masih diam saja. Makanya aku akan memperhatikan mu lebih dari sekarang." Hakyeon menggeram marah dan saat Leo menggenggam tangannya ia kembali tenang meskipun masih kesal.
"aku mengerti." Ucap Hanbin singkat kemudian menghilang.
-=o0o=-
Mansion mereka sangat besar dan luas. Halaman depannya dihiasi banyak bunga dan padang rumput yang luas, ditengahnya sebuah pohon berdiri kokoh. Ravi melihatnya dengan kagum. Ia ingin berlarian sepuasnya dihalaman itu.
"ayo masuk anjing kecil." Junhoe tersenyum saat membuka pintu mansion.
Ravi mengumpat kecil dan mengikuti Junhoe. Para maid menatapnya heran namun tetap menunduk saat Ravi mendekat. Junhoe mengantarnya masuk ke kamar besar dengan suasana bewarna putih dan hitam. Begitu juga dengan karpet dan sofanya.
"aku tidak tau apa Bobby hyung mau tidur dengan mu, jadi kamar ini ku siapkan untuk mu. Kau tau, bau anjing sangat menyengat.. ah omong-omong nama ku Junhoe. Akan ku suruh maid untuk membawakan mu makan jika kau malu untuk turun dan makan di bawah , okey." Junhoe menepuk pundak Ravi dan meninggalkannya.
Ravi melihat ke para maid itu dan mereka langsung membuang muka. Werewolf itu menghela nafas dan masuk kekamar. Ia membuka gorden yang menutupi jendela kaca besar dan membiarkan cahaya menerangi kamar itu.
Dia hanya duduk dikarpet dan memandang keluar. Sepi dan yang terdengar hanya suara tidak jelas. Kupingnya tidak terlalu mengerti bahasa apa yang digunakan para vampire itu. Ia akhirnya memutuskan untuk mandi.
Dia membuka lemari pakaian dan ada beberapa kaos yang sangat besar. Ravi bisa mencium baunya itu milik Bobby. Karena tidak ada yang lain ia akhirnya mengambilnya dan celana pendek. Mengingat ia langsung dibawa pergi. Ia tidak menyiapkan pakaiannya sendiri.
Kamar mandi sangat luas bathubnya juga sangat keren, Ravi menyalakan krannya dan menunggu airnya penuh sambil melihat sabun cair yang bisa digunakan. "kehidupan mereka sungguh pemborosan."
Ravi menuang aroma berry dan bathub penuh dengan busa. Dirasa cukup panas ia melepas pakaiannya dan masuk kesana. Merilekskan tubuhnya.
=o0o=
"tuan muda, benarkah anjing itu jodoh Tuan muda Bobby ?"
Seorang maid bertanya pada Junhoe yang tengah bermain game dengan Jinan. Junhoe menatap nyalang maid itu dan maid itu menghilang.
"j-jodoh ? anjing ? bukankah kekasih Bobby adalah Hayi ?" tanya Jinan heran
"kekasih tidaklah harus menjadi jodohnya. Dan dia ada di kamar tamu hyung. Jangan menganggungnya. Mengerti." Ucap Junhoe dan membunuh karakterJinan digame. Merasa aneh Junhoe melihat ke sebelahnya dan Jinan sudah menghilang. "well done Junhoe," sinisnya pada dirinya sendiri.
=o0o=
Ravi keluar dari bathub dengan keadaan telanjang bulat ia hendak mengambil handuk tapi memilih mendekati wastafel dan menatap pantulan dirinya dicermin lebar pucat pasi. Bibirnya sama pucatnya. yang mencolok adalah Luka menjijikan itu yang berdenyut ngilu, bayangan itu menyakitinya dan dia muntah diwastafel.
"kau tak apa ?" seseorang menepuk punggung Ravi dengan pelan.
Ravi membasuh mulutnya dan melihat vampire cantik didepannya. Dia memiliki tanda hitam area matanya. Tubuhnya kecil dan pendek. Ia nampak khawatir dengan keadaan Ravi. "namaku Jinan." Saat ia mengulurkan tangannya , namun segera ia gunakan untuk menutup matanya sendiri.
"aakh.. maafkan aku.. aku tidak tau kalau kau sedang mandi, tadi aku berpindah langsung kesini.." Jinan panik saat mengetahui Ravi tidak tertutup sehelai benang pun, ia menyodorkan sebuah handuk. " aku kakak Bobby. Yang paling tua.."
"aku Wonshik, tapi kau bisa memanggilku Ravi." Ucap Ravi dan menerima handuk dari Jinan dan memakainya untuk menutupi miliknya.
"aku akan menunggu mu diluar kalau begitu." Ucap Jinan dan dia menghilang.
Ravi menghela nafas , ia memakai pakaian yang sudah ia ambil tadi dan membuka pintu kamar mandi. Jinan tengah duduk di ranjang. "maaf untuk yang tadi." Kekeh Jinan.
"tak apa.. bukan masalah besar." Ucap Ravi dan tersenyum kecil.
Jinan mendekati dirinya dan mengambil benang dikepala Ravi, tapi saat jarinya menyentuh kulit Ravi rasanya seperti tersengat listrik. "akh..!"
Mereka berbandangan cukup lama hingga dari bibir Jinan mengucapkan kalimat. "Ravi.. kau sudah rusak.." Jinan menggeleng dan kemudian menghilang.
Ravi tidak mengerti apa maksudnya tapi hidupnya memang sudah rusak. Berkat Bobby.
=o0o=
Jinan menarik Junhoe untuk berdiri dan melihatnya. "kau sudah lihat ? Ravi sudah rusak."
"itu karena Bobby, percayalah." Junhoe tersenyum tipis dan menenangkan Jinan untuk tidak mencakar wajah Bobby jika dia pulang nanti.
"sampai seperti itu ? aku bahkan tau dia mencoba bunuh diri berkali-kali dengan kawanan werewolf lain." Desis Jinan. Ia merasa kasihan dengan Ravi. Ia juga merasa bersalah padanya.
"Ravi tidak peduli, diamkan saja. Toh dia tetap masih hidup kan." Ucap Junhoe dan membuat Jinan memutar bola matanya malas.
"itu karena dia tau Bobby tidak akan tinggal diam. Dia merasa yakin Bobby akan membunuhnya." Sinis Jinan dan menyandarkan tubuhnya disofa. "kemana Bobby dan Hanbin sekarang ?"
"entahlah,, mungkin Bobby mencari kan hanya mencintai wania licik itu." Ucap Junhoe dan diangguki oleh Jinan.
Malam sudah tiba tapi Bobby belum pulang. Jinan khawatir Bobby mengamuk. Terdengar suara serpihan berjatuhan dan Jinan tau Bobby sudah pulang. Bobby melihat jinan dengan heran.
Bobby mencium bau anjing dan segera menuju kamar tamu. Ia melihat Ravi terlelap di ranjang. Emosinya kembali meledak , mengingat Hayi seharian ini memarahi dan memutuskan hubungan dengannya. Ia meninggalkan kamar itu dan kembali kekamarnya dan membanting pintu dengan sangat kuat.
=o0o=
.
.
.
.
.
.
.
Lanjutkan ? sepertinya akan menjadi mpreg kkk
