Yo, publish fic dikarenakan sebagai pengganti fic Ketukan Malaikat. Fic itu sudah saya hapus dan ini sebagai gantinya. Semoga lebih bagus.
Ikemen
Naruto © Masashi Kishimoto
High School DxD © Ichiei Ishibumi
Warning: Alternate Universe! HaremNaru! No Supernatural! OOC!
Note: Ikemen adalah sebutan untuk pria tampan.
Chapter 1: Kehidupan Lamaku Kembali Lagi!
.
"BANGUN NARUTO!" teriak seorang wanita berambut merah panjang dengan kacamata membingkai indah di wajahnya.
"Iya, iya Nee-san. Bentar lagi oke?" gumamku setengah sadar sambil mempererat pelukan pada gulingku. Tak menghiraukan kakakku yang sedang teriak tak jelas.
"Kau ini manusia atau kerbau hah? Mau sampai kapan kau tidur terus? Ingat ini hari pertamamu masuk di sekolah baru!" kata Karin, itulah nama kakakku.
Saat ini dia sedang mengguncang tubuhku. Ah menyebalkan sekali! Padahal aku masih ingin meneruskan mimpiku yang seru. Jika sudah hampir sadar seperti ini bagaimana aku bisa melanjutkan mimpiku? Dasar kakak menyebalkan! Setidaknya berikan waktu 5 menit lagi untukku tidur.
"Bentar Nee-san … aku masih ngantuk," keluhku.
"Tak ada tapi-tapian! Cepat bangun atau tidak ada jatah ramen selama 1 minggu!"
"BAIK AKU SUDAH BANGUN NEE-SAN TERCINTA!"
Begitulah hidupku. Jika ada sesuatu yang bertentangan dengan kemauan kakak maka dia selalu mengancam tidak ada jatah ramen selama 1 minggu. Haah … aku hanya bisa pasrah dan menuruti kemauannya.
"Nah begitu anak baik. Sekarang cepat mandi, kakak sudah menyiapkan sarapan untuk kita."
"Iya, iya." Balasku malas sambil berlalu menuju kamar mandi dengan ditemani oleh rasa kantuk yang masih belum hilang.
Sedikit penjelasan, namaku Namikaze Naruto. Aku sekarang berumur 16 tahun. Aku bersekolah di SMA Konoha –SMA khusus laki-laki. Tapi itu dulu, sekarang aku sudah pindah ke SMA Kuoh yang berada di kota Kuoh. Kalian ingin tahu alasannya? sederhana, aku terpaksa pindah kota karena pekerjaan kakakku. Ah sial! padahal aku sudah nyaman di sekolah khusus laki-laki. Kenapa nasibku selalu dipertemukan dengan makhluk bernama wanita? Mungkin 1 atau 2 biasa-biasa saja tapi kalau 1 sekolah? Yang totalnya bisa mencapai ratusan wanita? Sumpah aku tak akan tahan di sana! Apalagi SMA Kuoh dulunya sekolah khusus wanita.
Sial! sial! sial! kehidupan normalku sebagai danshi koukousei akan berakhir sebentar lagi!
15 menit kemudian, aku turun dari kamarku yang berada di lantai 2 menuju ruang makan di lantai 1. Aku sudah memakai pakaian seragamku dengan rapih. "Ohayou, Nee-san." Sapaku ramah lalu duduk di kursi.
"Bukannya kita sudah bertemu tadi? Lalu untuk apa sapaanmu?" balas Karin-nee dengan wajah ditekuk. Sepertinya dia masih marah karena aku telat bangun tidur.
"Aku hanya mencoba bersikap ramah saja." Balasku cuek.
"Simpan sapaan ramahmu itu, sekarang cepat makan dan pergi ke sekolah. Nee-san tak mau kau terlambat di hari pertamamu masuk sekolah, mengerti?"
"Iya iya …."
Aku dan Karin-nee mulai menyantap makanan yang tersaji di atas meja. Kenapa hanya kami berdua yang sarapan? Karena kedua orang tua kami, Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ayahku bekerja sebagai Menteri luar Negeri dan Ibuku bekerja sebagai traveler. Keduanya memiliki jadwal padat dan jarang pulang ke rumah. Yah … meskipun sekarang aku dan Karin-nee tidak tinggal di rumah melainkan di apartemen.
Setelah makan selesai, aku bergegas berangkat sekolah, tak lupa berpamitan pada kakakku. "Nee-san aku berangkat dulu."
"Ya. Hati-hati di jalan."
Aku melihat gerbang SMA Kuoh yang begitu tinggi. Badanku gemetar, jantungku berdetak kencang. Tenang Naruto, tenangkan dirimu! Kau harus bersikap senormal mungkin dan tak mencolok. Aku menenangkan diriku sendiri. Hal pertama yang harus kulakukan adalah tak berbuat sesuatu yang mencolok. Aku tak boleh menjadi pusat perhatian!
Aku memulai langkah memasuki SMA Kuoh. Sejauh ini keadaan masih normal. Aku tak menjadi pusat perhatian. Kulihat ke sekelilingku banyak murid perempuan dibanding murid laki-laki. Mereka sepertinya menghiraukanku. Itu bagus!
Aku berjalan di koridor yang cukup sepi. Di depan ada pertigaan. Aku sudah tahu letak ruang Kepala Sekolah karena kemarin diberitahu oleh Karin-nee. Aku belok kiri dengan cepat namun sesuatu menghalangiku.
BRUK!
"A-aduh …,"
Sial! aku menabrak seorang wanita sampai jatuh. "Eh … ma-maaf. Kau tidak apa-apa?" tanyaku gugup sambil menyodorkan tangan.
"Ka-kacamataku di mana?" gumam gadis itu yang dapat kudengar. Dia meraba-raba lantai dengan kedua tangannya.
Kulihat ada kacamata yang berada tidak jauh di samping kanannya. Aku mengambil kacamata itu lalu diberikan pada gadis yang telah kutabrak. "I-ini kacamatamu,"
Kulihat gadis itu menerimanya. Dia lalu memakai kacamata itu dan melihatku. Pandangan kami bertemu, aku dapat melihat warna violet di matanya. Indah.
"Terima kasih," katanya ambigu lalu berdiri tegak.
"Ah tidak. Jangan berterima kasih, seharusnya aku yang minta maaf karena telah menabrakmu sampai jatuh." Kataku sambil menggaruk belakang kepalaku yang pastinya tidak gatal.
"Sebenarnya aku juga yang salah karena jalan terburu-buru."
Kulihat wajah gadis di depanku ini nampak datar dan tegas. Gadis ini memiliki tipe anti-mainstream dari kebanyakan gadis lainnya yang berpenampilan imut, mudah berekspresi, dan selalu memiliki nada berbeda di setiap ucapannya.
"Etto … namaku Uzumaki Naruto. Salam kenal."
"Uzumaki? Begitu ya, kau adalah murid baru di sekolah ini 'kan?" tebak gadis itu yang membuatku kaget.
"Eh? Dari mana kau tahu aku murid baru di sini?" tanyaku dengan wajah polos.
"Aku Ketua OSIS, Sona Sistri. Salam kenal juga Uzumaki-kun."
APA!? Ketua OSIS? Sial. Di hari pertamaku sekolah aku sudah berurusan dengan ketua OSIS, nasibku buruk sekali! Jika gadis ini mempermasalahkan kejadian tadi bisa habis hidupku.
"Ah maaf karena tidak sopan. Aku tak tahu kau ketua OSIS." Kataku sambil membungkuk.
"Ya tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, Uzumaki-kun mau ke ruang Kepala Sekolah 'kan? Biar kuantar." Tawar Sona yang mau tidak mau membuatku kembali menatap mata violetnya.
"Apa boleh?" tanyaku bodoh. Tentu saja itu pertanyaan bodoh! Hei seseorang yang menawarkan dirinya untuk melakukan sesuatu pastilah tak perlu ditanya lagi. Bodohnya diriku.
"Tentu saja. Aku 'kan yang menawarkan."
"Kalau begitu silahkan bimbing jalannya, Sona-san." Pintaku. Sekilas aku dapat melihat semburat merah di kedua pipinya. Entah karena apa, aku juga tidak tahu. Yang pasti gelagatnya sedikit aneh saat aku selesai berbicara. Sona langsung membalikkan badan dan menuntun jalan. Aku hanya mengikuti Sona saja.
"I-itu ruang Kepala Sekolahnya, Uzumaki-kun." Ucap Sona sambil menunjuk pintu besar di depan. Entah kenapa, tapi aku merasa memang ada yang aneh dengan Sona. Pertama, saat dia bergumam kehilangan kacamatanya nadanya seperti gadis biasa yang kehilangan sesuatu. Kedua, saat kembali memakai kacamata nadanya berubah menjadi datar dan tegas. Ketiga, saat ucapanku yang terakhir Sona jadi gugup? Gadis ini memang aneh.
"Terima kasih Sona-san." Kataku lembut yang membuat Sona menegang.
"Eh … i-itu … tidak apa-apa. Kalau begitu aku pergi dulu Uzumaki-kun. Semoga kamu betah belajar di sekolah ini." Kata Sona tanpa menatap lawan bicaranya. Dia buru-buru pergi dengan langkah cepat. Kulihat Sona sempat menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Mungkinkah dia menangis karena aku? Oh kuharap tidak.
Aku lalu masuk ke ruang Kepala Sekolah dan berbicara dengan beliau mengenai statusku sebagai siswa pindahan. Setelah beberapa menit berbincang akhirnya beliau memasukanku ke kelas 2-A. Wah ternyata kelasku sama seperti di SMA sebelumnya. Kuharap kehidupanku di sana sama normalnya dengan kehidupanku di SMA khusus laki-laki.
Kepala Sekolah menyuruhku menunggu Wali Kelas 2-A di ruangannya. Beliau orangnya baik. Beliau selalu bercerita tentang sejarah SMA Kuoh. Setelah 15 menit menunggu akhirnya datang juga Wali Kelasku yang akan mengantarkanku ke kelas 2-A.
"Mungkinkah kamu siswa yang bernama Uzumaki Naruto itu ya?"
"Iya." Balasku singkat sambil membungkuk hormat.
"Perkenalkan, namaku Hatake Kakashi. Aku adalah Wali Kelasmu. Kebetulan sekarang adalah jadwalku mengajar di kelas 2-A. Ayo sekarang kita ke kelas, bel sudah berbunyi."
"Baiklah, mohon bimbingannya, Kakashi-sensei."
Setelah perkenalan singkat itu, Kakashi-sensei membawaku ke kelas 2-A yang terletak di gedung utama lantai 2. Dalam perjalanan, beliau selalu bercerita tentang suasana di kelasnya. Kakashi-sensei memberitahukan bahwa kelas 2-A 70% muridnya berjenis kelamin wanita, sisanya laki-laki. Oh shit! Kelas itu lebih buruk dari kelasku di SMP.
"Kita sudah sampai. Uzumaki-kun tunggu dulu di sini. Setelah aku suruh baru kau boleh masuk." Kata Kakashi sambil tersenyum ramah. Dia lalu memasuki kelasnya dan berbincang sebentar sebelum suara Kakashi-sensei menyuruhku untuk masuk.
Aku membuka pintu kelas, kuedarkan pandanganku ke segala penjuru. Memang benar, wanita lebih banyak dari laki-laki. Entah kenapa perasaanku jadi tidak enak. Tapi aku harus tetap tenang dan bersikap biasa saja. Aku melangkahkan kaki mendekati Kakashi-sensei yang berdiri di depan kelas.
"Anak-anakku, kita mempunyai murid baru yang jauh-jauh datang dari kota Konoha. Uzumaki-kun, silahkan memperkenalkan diri." Kata Kakashi-sensei.
Kembali aku memandang sekitar. Semua mata tertuju padaku. Ini buruk! Aku melihat ada beberapa pasang mata yang memandangku tertarik. Aku harus bersikap layaknya siswa pindahan biasa.
Aku menyunggingkan senyum tipis, "Salam kenal. Namaku Uzumaki Naruto. Aku pindahan dari SMA Konoha Timur khusus laki-laki. Mohon bimbingannya teman-teman." Ucapku lalu membungkuk sopan.
Aku tak langsung menegakkan tubuhku, ingin mengetahui respon apa yang mereka berikan. Beberapa detik berlalu tak ada suara terdengar. Hening. Ini bagus! Biasanya siswa yang mendapat perhatian selalu diteriaki seperti;
'Kyaaa dia tampan sekali!'
'Berama nomor hpmu tampan?'
'Apa kau ingin jadi pacarku tampan?'
'Menikahlah denganku tampan!'
Kira-kira teriakan seperti itu yang kuketahui dari anime dan beberapa cerita fiksi yang pernah kubaca. Jika tidak ada teriakan seperti itu BERARTI aku tak akan mendapatkan banyak perhatian! YES! Akhirnya aku bisa melihat masa depanku sebagai siswa normal di SMA ini.
Dengan penuh percaya diri dan senyum mengembang kutegakkan tubuhku. Kuedarkan seluruh pandanganku ke segala penjuru kelas. Kulihat mereka biasa sa– ADA APA INI! aku kaget bukan main. Melihat para siswi yang wajahnya semerah tomat dengan di sekitarnya terdapat bunga-bunga kasat mata. Dan yang lebih parahnya lagi … hidung mereka mengeluarkan DARAH!
KUSO! INI LEBIH BURUK DARI ANIME DAN CERITA YANG PERNAH KUBACA SEBELUMNYA!
Sudah 30 menit aku belajar di kelas ini. Kakashi-sensei masih terus menerangkan tentang sejarah Jepang. Memang itulah pekerjaannya sebagai guru. Sensei ahlinya dalam bidang sejarah baik negeri sendiri ataupun sejarah dunia. Aku mendengar Sensei berbicara, yang saat ini Kakashi-sensei sedang terangkan adalah pelajaran SMP. Kenapa? karena Kakashi-sensei ingin kembali mengingatkan pelajaran yang telah lampau sebelum masuk ke bab baru. Begitulah katanya.
"Uzumaki-kun, coba kau jawab pertanyaan dari sensei." Kata Kakashi-sensei tiba-tiba.
"Baik." Aku langsung berdiri dan memandang sensei serius.
"Tanggal berapakah Amerika melancarkan serangan bom atom ke kota Hiroshima dan Nagasaki? Serta berapa korban jiwa dari kedua serangan tersebut?"
"Amerika melancarkan serangan ke kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Total jumlah korban akibat 2 serangan itu mencapai 129.000-246.000 jiwa lebih." Jawabku dengan lancar dan tenang.
"Benar sekali. Kamu boleh duduk Uzumaki-kun."
Aku kembali duduk dengan tenang. Ini bagus. Kesan pertamaku pada Kakashi-sensei berjalan lancar. Bukan apa-apa, aku diberi tahu oleh temanku dulu bahwa jika ingin mendapatkan nilai bagus maka dekatilah wali kelasmu. Jika kau sudah dekat maka kemungkinan wali kelasmu akan memberikan bonus nilai pada setiap mata pelajaran. Trik ini sudah kupakai lebih dari 3 tahun dan hasilnya memang memuaskan, aku selalu berada di jajaran atas peringkat kelas. Ngahaha….
Aku merasakan seseorang memandangiku terus, kulihat ke samping kananku. "Irina-san, kenapa kau melihatku terus? Apa ada yang salah dengan wajahku?"
Shidou Irina, gadis berambut orange yang dikucir 2 itu tersontak. "E-eh? Ti-tidak apa-apa." Kata Irina lalu membuang muka ke arah lain.
Aku menggaruk pipiku. Bingung dengan sifat teman sebangku seperti Irina. Yah, sekarang aku terdampar di kelas penuh dengan makhluk bernama wanita. Parahnya lagi aku sekandang (sebangku) dengan wanita seperti Irina. Gadis yang memiliki sifat … ah aku tak kuat menjelaskannya.
"Ne ne Naru-kun," panggil Irina manja.
Jujur aku cukup risih dengan panggilan akrab itu. Bahkan kakakku yang sudah bersama sejak dulu tak pernah memanggilku seperti itu. Mungkin Irina berpikir kita telah dekat hanya karena 'kebetulan' sebangku denganku.
"Ada apa Irina-san?" kataku malas.
"Aku baru tahu ternyata kamu orangnya pintar ya. Aku jadi senang kita sebangku." Kata Irina mengungkapkan perasaannya.
Aku mencoba tersenyum seramah mungkin. "Ya begitulah. Jadi bisakah Irina-san tidak mengobrol denganku saat pelajaran berlangsung? Aku ingin berkonsentrasi."
Kata-kata bagus! Irina tidak akan menolak permintaanku. Sebenar lagi aku akan bebas dari gangguan wanita saat jam pelajaran.
"Hmm … baiklah. Tapi kalau ada yang tidak kumengerti boleh aku bertanya?"
"Tentu saja. Asalkan masih ada kaitannya dengan pelajaran."
"Yattai! Terima kasih Naru-kun."
Sejak saat itu, Irina tidak pernah lagi berbicara denganku selama pelajaran. 40 menit kemudian pelajaran Kakashi-sensei selesai. Sekarang sudah memasuki pelajaran ke 2 yaitu Biologi dengan guru bernama Mei Terumi. 10 menit kemudian aku melihat seorang wanita cantik yang memiliki rambut coklat maroon masuk. Aku bertaruh bahwa itu adalah Mei-sensei. Dan benar saja, dia adalah guru biologi. Terbukti dari ketua kelas yang menyuruh seluruh siswa untuk memberi hormat.
"Baiklah anak-anak. Mulai saat ini pelajaran Biologi memasuki bab baru tentang REPRODUKSI."
"UOOO!"
"AKHIRNYA PELAJARAN YANG KUTUNGGU-TUNGGU SELAMA HIDUPKU DIMULAI!"
"MEI-SENSEI KAU YANG TERBAIK!"
"AYO CEPAT MEI-SENSEI TERANGKAN PADA KITA!"
Telingaku sakit gara-gara teriakan mendadak dari hampir seluruh murid laki-laki di sini. Iyalah hampir seluruh karena hanya aku yang tidak berteriak tak jelas seperti tadi. Kulihat Mei-sensei hanya menghela nafas panjang. Mungkin dia sudah terbiasa dengan kejadian seperti ini.
Mei-sensei mulai menerangkan pelajaran. Seluruh murid menyiapkan buku catatan masing-masing. Terlebih bagi kaum adam yang sepertinya sangat bersemangat menulis. Terbukti dari seberapa cepatnya gerakan pensil yang kulihat. Dasar sekumpulan laki-laki tak bermoral, pikirku saat itu.
"Ne Naru-kun," panggil Irina.
Aku menghela nafas. "Kan aku sudah bilang jangan berbicara saat jam pelajaran berlangsung, Irina-san."
"Tidak tidak. Aku bukan mengajak Naru-kun ngobrol."
"Lalu apa?"
"Aku hanya ingin mengajukan beberapa pertanyaan, boleh 'kan?" pinta Irina sambil memasang wajah imut membuatku sulit menelan ludah.
"Y-ya jika pertanyaanmu seputar pelajaran tidak jadi masalah. Irina-san ingin bertanya apa?" tanyaku gugup tapi mati-matian aku bersikap sebiasa mungkin.
"Pertanyaan pertamaku, sperma itu apa?" tanya Irina dengan tampang polosnya.
GLEK!
A-APA?! DI-DIA TADI TANYA APA? S-sperma … sial, apa aku harus menjelaskan kepunyaanku sendiri? Tapi memang benar pertanyaan Irina berhubungan dengan pelarajan biologi bab REPRODUKSI. Tapi … KENAPA YANG DITANYA HAL ITU!? aku benar-benar tak mengerti.
"I-irina-san, tadi 'kan Mei-sensei sudah menjelaskan tentang sperma." Kataku sebagai perisai utama.
"Aku masih belum paham meskipun Mei-sensei sudah menjelaskannya tadi. Sepertinya menanyai kepada yang punya lebih baik." Sepertinya serangan Irina lebih kuat daripada perisaiku. Ah kenapa disaat seperti ini otakku malah tak bisa jalan. Apakah aku memang harus menjawab pertanyaan Irina?
Tapi sebagai laki-laki sejati aku harus menjelaskan apa itu sperma, seperti yang kukatakan sebelumnya, jika Irina bertanya seputar pelajaran maka aku harus mejawab. Akhirnya dengan penuh perjuangan –menahan malu, menahan gugup, bersikap normal aku bisa menejaskan sejelas-jelasnya tentang sperma.
"Souka … aku mengerti. Terima kasih Naru-kun, kau yang terbaik. Lalu untuk pertanyaan keduaku,"
Kedua? Apa-apaan gadis ini? perkataannya menyiratkan masih banyak pertanyaan yang ada. Oh Tuhan berilah kekuatan pada hambamu ini agar kuat menahan malu yang tak ketolong.
"Naru-kun, aku masih belum mengerti tentang sel telur. Apa maksudnya? Bukankah manusia itu melahirkan? Kenapa ada sel telur di dalam tubuh wanita? Kan wanita tidak bertelur." Sekarang, ya SEKARANG gadis di sampingku menampilkan wajah imutnya. Sial! wanita memang makhluk paling menyeramkan di dunia. Aku dengan sekuat tenaga menahan kesadaran agar tak lepas dari tubuhku.
"Irina-san. Aku kurang begitu mengerti tentang sel telur. Lebih baik tanya saja pada Mei-sensei. Beliau pasti lebih tahu daripada aku." YES YES YES! Kini perisaiku pasti tak akan tertembus oleh Irina. Dia pasti tak memiliki alasan untuk menolak kata-kataku.
"Ta-tapikan … Mei-sensei belum menerangkan tentang sel telur,"
"Oleh sebab itu aku menyarankanmu untuk bertanya langsung pada Mei-sensei agar lebih paham." Aku tak mau kalah oleh tampang imutmu itu Irina!
"Tapi, misalkan Mei-sensei menunjukku untuk menerangkan sel telur dan aku tak bisa menjawabnya maka aku akan diberi hukuman. Mei-sensei itu guru menakutkan. Dia selalu bertanya pada murid tentang pelajaran yang belum diterangkan. Jika tak bisa menjawab maka akan diberi hukuman. Aku tak tahu apa hukuman itu tapi … Ayame-chan pernah diberikan hukuman dan besoknya dia absen sekolah karena sakit." Kata Irina dengan tampang ketakutan.
Aku tak tahan dengan tampang itu. Aku baru sehari di sekolah ini jadi aku tidak tahu persis watak guru-guru lain. Mungkinkah Irina berkata bohong? Atau jujur? Ah sepertinya Irina memang memiliki serangan yang lebih kuat daripada perisaiku.
"Baiklah, aku akan jelaskan." Dengan berat hati aku menjelaskan apa itu sel telur sebisaku.
"Begitu ya, aku mengerti. Jadi, intinya jika sperma bertemu dengan sel telur dan membuahinya maka akan tercipta embrio, janin, dan akhirnya menjadi bayi. Begitu 'kan Naru-kun?" tanya Irina dengan ceria.
Tak ada rona merah di wajahnya. Semua perkataan Irina bagaikan hal biasa. Oh ayolah, gadis normal pasti akan malu-malu berbicara topik itu. Apakah Irina termasuk gadis abnormal? Atau memang dirinya yang kelewat polos?
"Sekarang pertanyaan terakhir,"
Akhirnya … AKHIRNYA sebentar lagi aku akan lepas dari siksaan batin yang mengekangku selama kurang lebih 10 menit ini tapi bagiku bagaikan 10 hari. "Apa itu? cepat tanyakan saja jangan malu-malu seperti itu." Kataku cepat tak berpikir panjang yang melihat gerak-gerik malu-malu Irina.
"Baiklah jika Naru-kun meminta cepat,"
"Ya apa itu?" aku semakin tidak sabaran.
"Bagaimana cara mempertemukan sperma dengan sel telur?"
BRAK!
ADA APA DENGAN GADIS INI! OH YA TUHAN KELUARKANLAH HAMBAMU INI DARI SIKSAAN BATIN TAK TERTAHAN. TOLONG KELUARKANLAH AKU DARI KELAS- AH TIDAK, DARI SEKOLAH ABNORMAL INI!
"A-ada apa Naru-kun? kenapa kamu tiba-tiba menyundul meja? Apa kamu sakit? Atau … kamu tak tahu cara menjelaskan jawaban dari pertanyaanku? Baiklah jika itu penyebabnya. Aku tak bisa memaksamu untuk menjawab dengan lisan." Kata Irina yang khawatir dengan kondisiku.
Ah akhirnya Irina menyerah juga. Terima kasih Tuhan karena telah mengabulkan setengah doaku. Aku mengangkat kepalaku lalu menatap Irina yang selalu tersenyum indah padaku. Eh tunggu! Tunggu tunggu … tadi gadis ini berkata tak akan memaksaku menjawab dengan lisan … itu berarti!
"Naru-kun boleh menjawabnya dengan praktek langsung."
"AKU TAK SUDI MELAKUKAN 'ITU' DENGANMU!"
Bel istirahat telah berbunyi. Akhirnya suara bagaikan lonceng di Surga itu terdengar. Aku telah lepas dari SIKSAAN batinku. Terima kasih wahai penguasa waktu. Akhirnya aku telah lepas dari iblis berwujud manusia yang diberi nama Irina.
"Naru-kun, selama istirahat kamu mau ke mana? Keliling sekolah atau ke kantin?" tanya Irina.
Aku menatap balik wajah Irina sambil tersenyum. "Tidak. Aku di kelas saja. Aku membawa bento."
"Oh. Kalau begitu aku gabung dengan teman-temanku ya!"
Sekalian enyah saja dari sini. Perkataan itu hanya terucap dalam hatiku. "Baiklah. Aku akan melanjutkan menulis pelajaran yang belum sempat kucatat."
Irina menghampiri grupnya yang ada di belakang. Bangku Irina dan aku berada di sebelah kiri dekat jendela di jajaran tengah. Dengan posisiku sekarang aku bisa melihat pemandangan luar secara jelas. Aku kembali melanjutkan acara menulisku.
Di sisi lain, Irina terlihat bergosip ria bersama teman-teman 1 grupnya. Entah apa itu, aku tidak terlalu jelas mendengar. Mungkin masalah seputar wanita. Aku juga tak peduli.
"Hei Irina, kau beruntung sekali bisa 1 bangku bersama Naruto-kun-ku." Celetuk siswi lain.
"Sejak kapan Naruto berpacaran denganmu?" tanya sinis siswi lainnya.
"Memang saat ini tidak. Tapi suatu hari aku pasti akan mendapatkan Naruto-kun-ku!"
"Memang kau bisa? Dengan tampang jelekmu itu?"
"Hei siapa yang kau sebut jelek?"
"Sudah-sudah. Hentikan pertengkaran kalian yang tidak berguna ini." Lerai Irina.
"Hmp! Mentang-mentang kau yang paling dekat dengan Naruto-kun-ku jangan seenaknya pasang muka penuh kemenangan itu Irina!"
"Lupakan hal itu, yang lebih penting lagi. Naru-kun benar-benar tampan ya?" gossip pun dimulai dengan sepatah kalimat Irina.
"Aku setuju denganmu Irina, Naruto memang seorang ikemen."
"Aku juga setuju. Kalian lihat pertama kali Naruto-kun-ku masuk ke sini dan memperkenalkan diri? Senyumannya itu … menghangatkan. Dan tutur bahasanya itu … menenangkan."
"Ikemen da."
"Oh iya, apa kalian mendengarkan jawaban Naruto saat Kakashi-sensei menanyainya? Dia memang orang pintar 'kan."
"Ikemen da."
"Belum lagi, Naru-kun itu orangnya ramah dan rajin. Lihat saja, meskipun bel istirahat sudah bunyi Naru-kun masih tetap belajar."
"Ikemen da."
"Woh lihat Naruto membawa bento. Woah cara makan Naruto layaknya seorang raja yang sedang menyantap hidangan spesial."
"Ikemen da."
"Yang lebih penting lagi, cara Naruto-kun-ku memakai seragam terlihat lebih rapih dibandingkan kebanyakan laki-laki di sini. Naruto-kun-ku terlihat lebih tampan."
"Ikemen da."
"Betul betul, belum lagi Jiraya-sama sang penakluk wanita yang memiliki ketampanan melebihi Naruto."
"Ikeme- APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI!?"
"Ehehehe … aku tak sengaja mendengar perbincangan kalian. Jadinya aku bermaksud untuk bergabung dengan kalian, boleh?"
"MATI SAJA SANA DASAR JIRAIYA MESUM!"
Hmp! Ada apa ribut-tibut di belakang? Acara makanku jadi terganggu. Tapi biarlah, mungkin mereka sedang main game … sial, suaranya semakin keras. Aku sudah tak tahan! Kutengokkan kepalaku ke belakang dan …,
"Aahh~ Naruto-kun-ku melihatku~"
"Bukan! Naruto itu sedang melihatku tahu! Aahh~ Naruto terdiam karena terpesona dengan tubuhku."
Sementara Irina hanya melihat kejadian abnormal itu di pojok kelas dengan sweetdrop.
"Yo, lanjutkan permainan kuda-kudaan kalian." Aku yang tak tahu apa-apa hanya menyemangati kedua siswi itu dengan senyum simpul. Menurutku mereka sedang main kuda-kudaan bersama siswa yang memiliki rambut putih itu. Sepertinya mereka teman akrab. Aku tak boleh mengganggu mereka, jadinya aku keluar kelas menuju atap untuk menghabiskan bento-ku.
Sementara itu Irina yang melihatku keluar kelas dengan membawa bekalnya mulai mengikutiku tanpa kusadari.
"Akhirnya sampai juga, fiuh …." Gumamku. Seketika aku dapat merasakan angin berhembus menerpa kulit tanku. Sejuk. Itulah yang kurasakan. "Makan siang sambil merasakan sejuknya angin memang yang terbaik. Apalagi makanan ini dibuat ole Nee-san hehe,"
Aku bergegas mencari tempat yang nyaman sekaligus dapat melihat pemandangan kota Kuoh. Kota ini tak seperti Konoha yang dipenuhi oleh bangunan menjulang tinggi. Kota Kuoh adalah kota yang dipenuhi taman indahnya. Aku pernah mendengar orang-orang yang berlibur ke Kuoh pada saat musim panas, katanya saat mereka di sana hawa panas yang dirasakan berbeda dengan kota metropolitan lainnya. Hawa di Kuoh lebih sejuk.
"Enak. Makanan buatan Nee-san selalu yang terbaik." Gumamku sambil mengunyah kroket buatan Karin-nee.
"Hee Naru-kun sedang makan sendirian di atap. Apa mungkin Naru-kun tak ingin berbagi dengan yang lainnya?"
Suara ini! "Ohok! Irina-san jangan mengagetkanku seperi itu. Aku hampir saja tersedak." Keluhku. Hawa keberadaan Irina benar-benar tak dapat kurasakan sebelumnya.
"Maaf maaf. Aku hanya penasaran saja ke mana Naru-kun akan pergi. Jadinya aku ikuti hehehe," kata Irina sambil menggaruk belakang kepalanya.
"Begitu. Lain kali tak boleh mengagetkan seseorang yang sedang makan. Dan juga jangan jadi penguntit!" kataku agak keras.
"Iya iya maaf. Naru-kun, bekalmu kelihatannya enak. Boleh aku coba?" pinta Irina dengan mata berbinar melihat makananku.
Melihat wajah Irina yang seperti itu membuatku luluh. Mana ada laki-laki yang menolak permintaan wanita cantik di depannya 'kan?
"Boleh, ini," kataku sambil memberikan sumpitku pada Irina. Namun gadis itu sepertinya enggan mengambil sumpitku. Aku sedikit heran. "Kenapa?"
"Su-a-pin."
"Tak akan pernah!"
"Ayolah Naru-kun. Aku ingin di cuapin~" rengek Irina manja sambil menggenggam tanganku. Logatnya seperti bayi yang belum lancar bicara. Shit! Benar-benar imut.
"Cuapin cuapin cuapin cuapin cua-"
"Iya iya aku suapin! Tapi hanya kali ini saja."
"Yatta! Akhirnya aku bisa merasakan bagaimana rasanya disuapin sama Naru-kun." Kegirangan Irina itulah yang membuatku sebal, sangat sebal.
Dengan berat hati aku menyuapi Irina seperti bayi. Semua sisa makananku habis oleh Irina. Sejujurnya tidak masalah, lagipula aku sudah kenyang. Irina benar-benar menghabiskan makananku tanpa sisa.
"Ah kenyangnya, terima kasih atas makanannya." Kata Irina.
Aku tersenyum, namun senyuman itu tidak bertahan lama. "Gawat! Aku lupa bawa minum!"
"Ahahaha jangan panik seperti itu Naru-kun. Aku sudah membeli minuman. Ini," kulihat Irina menyodorkan orange juice padaku.
Aku menerimanya dengan senang hati. Baru kali ini aku melihat kebaikan Irina. Semoga saja dia selalu memperlihatkan kebaikannya, bukan keabnormalannya.
Angin berhembus kencang menerpa wajah kami. Rasanya begitu sejuk di tengah hari yang terik. Apalagi ditambah meminum jus pemberian Irina menambah rasa sejuk kami dalam tubuh. Ah enaknya. Sejak saat itu, kami tak lagi berbicara. Kami berdua menatap ke depan, pusat kota Kuoh. 10 menit berlalu, aku merasakan kepala Irina menyandar di bahuku. Kulihat matanya terpejam dengan wajah damai. Irina sudah tertidur lelap di bahuku. Aku dapat merasakan jelas pipinya yang halus meskipun terhalang oleh seragam sekolah yang kupakai.
"Mungkin tidur sebentar lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa." Gumamku lalu mulai memejamkan mata. Kusenderkan kepalaku di atas kepala Irina. Kini posisi kita saling bertumpuan, menjaga tubuh agar tidak jatuh ke lantai. Tanpa kusadari aku sudah terlelap dalam mimpi.
Bel pulang telah berbunyi. Akhirnya penderitaanku dapat berakhir. Yah meskipun besok aku harus bertahan dari godaan wanita. Aku sekarang ingin cepat pulang! Tanpa basa-basi aku langsung memasukkan semua bukuku ke dalam tas.
"Sampai jumpa besok, Naru-kun." Kata Irina lalu pulang bersama teman-temannya.
Sepertinya kecepatanku dalam membereskan buku kalah oleh murid yang lain. Dengan berat hati akulah yang terakhir keluar dari kelas. Kulihat ada seseorang yang sedang menungguku di depan pintu. Oh itu Sona, ketua OSIS.
"Kaichou? Kau sedang menunggu siapa?" sapaku basa basi dan mengubah panggilan Sona. Bagaimanapun aku harus bersikap hormat pada ketua OSIS.
Kulihat Sona menunduk. Entah apa yang terjadi padanya. Apa perkataanku membuat dia sakit hati? Tapi perasaanku kata-kataku biasa saja.
"Aku datang ke sini untuk menanyaimu tentang klub yang akan kau ikuti." Kata Sona menatap mataku.
"Apakah harus wajib aku mengikuti kegiatan klub?" tanyaku.
"Sebenarnya tidak. Tapi ada banyak keuntungan jika Uzumaki-kun mengikuti kegiatan klub."
Yang dikatakan Sona memang benar. Ada banyak hal menyenangkan jika kita mengikuti klub di sekolah. Aku berpikir sebentar, kira-kira klub apa yang cocok denganku? Jika di SMA-ku sebelumnya aku mengikuti klub sepak bola. Hmm, mungkin mengikuti klub yang berbeda akan menambah pengalamanku.
Setelah berpikir sejenak aku telah memutuskan, "Baiklah Kaichou, aku akan mengikuti klub Taekwondo."
"Oh, jadi Uzumaki-kun ingin bergabung dengan OSIS?"
"Hah!? Bukan bukan. Aku ingin mengikuti klub Taekwondo."
Seketika wajah Sona memerah padam karena salah bicara. "Ma-maksudku apa Uzumaki-kun mau bergabung dengan OSIS?" revisinya. Sona terlihat mengharapkan sekali pria di depannya bergabung dengan OSIS.
"Tidak, terima kasih."
"Sungguh?"
"Iya."
"Baiklah. Aku juga tak bisa memaksamu. Aku akan mengurusnya. Mulai besok Uzumaki-kun sudah bisa mengikuti kegiatan klub Taekwondo." Kata Sona lalu menghampiriku.
Son- Kaichou berdiri sangat dekat denganku. Aku tak tahu apa mau dia. Pandangan kami saling bertemu, wajah kami saling berhadapan. Kulihat perlahan-lahan Kaichou berjinjit. Otomatis jarak antara wajahnya dengan wajahku semakin dekat, namun tak sampai bersentuhan. Kaichou terus mengulangi kegiatannya. Dapat kulihat dia sedang berjuang keras menyentuh wajahku. Namun wajah Kaichou tak memperlihatkan apapun, tetap datar.
Setelah bebera saat kemudian, Kaichou berbalik dan meninggalkanku tanpa sepatah kata. Aku semakin dibuat heran.
'Haah … pada akhirnya aku tak dapat mencium Uzumaki-kun. Badanku terlalu pendek untuk menjangkau bibirnya.' Batin Sona lemas.
Sedangkan denganku … aku masih tak tahu apa yang terjadi. Aku diselimuti kebingungan di sore cerah ini.
To Be Continued
AN: Danshi Koukousei: siswa SMA.
Akhirnya bisa di-publish juga. Bagaimana? Bagus? Main pair untuk Naruto adalah Rias, Akeno, dan Sona. Tapi tetap akan diselingi oleh beberapa gadis lainnya seperti Irina. Aku juga akan menyisipkan kisah hidupku sewaktu SMP di fic ini. Ngahah….
Alur cerita fic sudah terbayang sampai tamat. Tenang saja, fic ini tak ada istilah mati ide atau apalah. Kemungkinan besar fic ini tidak akan hiatus kecuali memang ada sesuatu yang penting di dunia nyata. Dan saya akan usahakan words tiap chapter-nya lebih dari 4k.
Fic ini dikhususkan untuk semua orang (terutama yang jomblo –karena authornya juga seorang jomblo happy). Yang merasa jomblo mana suaranya! Ayo kita berfantasi ria di fic ini daripada nikung punya orang lain! Ngahah….
Saya pilih sudut pandang orang pertama karena akan menambah penghayatan cerita.
Jika dilihat dari seluruh fanfic yang ada di tiap fandom, memang fic ini masuk dalam kategori mainstream. TAPI jika hanya melihat fandom Naruto X DxD pastinya fic ini anti-mainstream!
Sekarang masih liburan sekolah. Jadi review sebanyak-banyaknya agar fic ini cepat di update!
Terima kasih.
Indra Kusuma
