Disclaimer : Naruto selalu milik Mas. Kishimoto,,,,,

Can't stop to want you

Pairing : KakaSaku

Rate : M

Warning : Gaje,Aneh,lemon,bahasa dan penulisan acak adul,dll (semua kekurangan ada disini)

Don't Like Don't Read

Happy Reading,,,,, ~_^

"Dari sini,,,,kita akan mulai berjalan menyusuri jalan kita masing-masing" Sasuke berucap dengan wajah datar tanpa exspresi memunggungi sakura.

"Aku...aku sangat-sangat mencintaimu sasuke. Jika kau bersamaku aku tidak akan membuatmu menyesal. Aku akan melakukan apapun untukmu . Jadi aku mohon padamu tetaplah disini. Aku bahkan akan membantumu membalas dendam. Aku akan melakukannya, aku berjanji padamu. Jadi tetaplah disini bersamaku. Jka itu tidak bisa maka bawa aku bersamamu" Air mata sakura tidak dapat dibendung lagi, tangisnya pun pecah.

"Kau benar-benar. . . mengganggu." Sakura terhenyak mendengar jawaban yang dilontarkan pemuda uchiha pujaannya.

"Jangan pergi. . . "

Sakura tenggelam dalam tangisnya.

"Ugh. . .hosh. . .hosh"

Sakura membuka matanya lebar-lebar. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya membasahi lehernya yang mulus.

Dia berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah. Menghirup oksigen memenuhi rongga paru-paru nya untuk mempertahankan kinerja jantungnya.

Gadis pink itu menghela nafas.

"Mimpi itu lagi. . . huh" Dia menyeka keringat yang membasahi wajahnya.

Sasuke Uchiha, pria uchiha yang membuatnya bisa mencicipi manisnya jatuh cinta dan sekaligus merasakan penderitaan karena cinta. Lima tahun telah berlalu sejak sasuke memutuskan untuk pergi dari desa hanya karena ingin membalas dendam kepada Itachi, kakak kandungnya sendiri.

Dan selama itu sakura masih saja terkurung dalam bahayangan akan dirinya.

Meskipun pada saat perang dunia shinobi keempat waktu lalu sasuke membantu pasukan aliansi untuk mengalahkan madara dan menunjukan sedikit sisi baiknya. Tapi, tetap saja itu tidak bisa merubah kenyataan bahwa sasuks tidak akan pernah kembali bersama team tujuh.

.

.

.

.

..

"Hai forehead. . ." Sakura menoleh untuk mencari pemilik suara cempreng yang mengganggu pendengarannya.

Terlihat gadis pirang berkuncir menghampiri dirinya dengan senyuman full size yang menandingi cengiran spektakuler naruto.

"Apa kau mau membuatku tuli Ino. . .?" sakura melempar deathglare kepada sahabatnya itu.

Sedangkan ino hanya memutar bola matanya bosan, kemudian menghela nafas.

"Ah kau ini." Ino sedikit menyenggol bahu sakura "Apa rencanamu hari ini saku,apa kau tidak ada misi?" Tanya Ino sambil berjalan mensejajari sakura.

"hnn entahlah, tsunade shisou memberiku istirahat satu hari." dia menundukan kepalanya.

"mungkin aku akan menghabiskan liburku ini untuk tidur saja di flat-ku, bagaimana dengan kau ino, apa kau ada misi" sambung sakura tidak bersemangat.

"iya. . .tapi hanya misi kecil, ya kau memang sebaiknya tidur saja saku, lihatlah kantung matamu itu"

sakura memandang ino seakan bertanya 'kenapa'.

"Aku jadi merasa dua puluh tahun lebih muda darimu. .ha ha ha." sambung ino sambil tertawa meledek sakura "jaa ne. . ."

"hai pig. . .beraninya kauuuuuu" sakura berteriak melihat sahabatnya itu telah lari melompat dari satu atap ke atap rumah lainnya meninggalkan dia dengan emosi yang siap meledak.

'awas kau pig' gumam sakura dalam hatinya.

.

.

.

.

.

Sudah berjam-jam sakura meringkukkan dirinya diatas kasurnya yang nyaman itu. Dia merasa bosan jika seharian ini dia harus mengurung diri dikamarnya, bergulat dengan kasurnya yang empuk.

Jadi dia memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi desa untuk sekedar mengobati rasa bosannya itu. Melihat warga konoha yang berusaha merangkai harapan-harapan baru dan melanjutkan hidup untuk mewujudkan mmpi yang pernah tetunda, agaknya akan memberinya sebuah semangat baru.

Sakura berjalan mengikuti langkah kakinya yang tidak bertuju itu. Dan sampailah dia di training field yang dulu pernah dugunakan team tujuh untuk berlatih..

Terlihatdua orang anak laki-laki sedang berlatih tanding. Mereka saling melempar deathglare satu sama lain Sedangkan tidak jauh dari mereka terlihat seorang anak perempuan menatap cemas kedua teman laki-lakinya itu.

Sakura tersenyum melihat pemandangan itu. Namun, senyumannya perlahan pudar. Kepalanya tertundu seakan menahan beban berat di wajah melukiskan kepedihan yang dalam.

'Sasuke. . ,' sakura berucap lirih dalam batinnya.

"Yo. . Sakura."

Sakura sedikit tersentak mendengar sebuah suara baritone yang familiar di telinganya. Dia memalingkan wajahnya, mencari sosok yang sangat berarti baginya. Hatake Kakashi, seorang sensei yang membuatnya mampu bertahan hingga sekarang.

"Kakashi-sensei. . ."

Seorang lelaki dewasa yang menutup hampir seluruh wajahnya dengan sebuah masker hitam terlihat sedang berdiri disamping sakura. Dia berdiri dengan menekuk kakinya, membiarkan sebelah telapak kakinya menempel pada pagar keliling didekat training field itu.

Pandangan matanya yang terlihat malas, tidak pernah terlepas dari buku kecil bersampul orange yang selalu menempel ditangannya kemanapun ia pergi. ' Icha-icha paradise' buku ter-pervert se antero Konoha karangan legenda sannin konoha Jiraiya.

"Kau masih memikirkannya kah, Sakura. . ?" Kakashi berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari buku kesayangannya itu.

"A-apa yang sensei maksud?" suara sakura terdengar sedikit bergetar, memperlihatkan adanya kerapuhan di dasar jiwanya.

Mendengar pertanyaan sakura, sensei-nya itu tidak lantas menjawab pertanyanya, dia hanya tersenyum dari balik maskernya, terlihat dari matanya yang menyipit.

Dalam sekejap mata, kakashi sudah berada sangat dekat didepan wajah sakura. Sakura bisa merasakan hangat nafas kakashi menyapu wajahnya. Menimbulkan rona merah di pipi sakura.

"Cara mengobati luka karena cinta adalah dengan mencari cinta yang baru" Kakashi berbisik di dekat telinga sakura.

Sangat dekat hingga sakura dapat mencium bau mint yang memabukan menguar dari tubuh sensei-nya itu.

Setelah mengatakan itu kemudian kakashi mundur beberapa langkah sambil –berpura-pura– menggaruk tengkuknya sendiri tersenyum canggung.

"Baiklah sakura , aku pergi dulu, jaa" Kakashi berlalu meninggalkan sakura yang masih membeku di tempat berusaha menormalkan kembali detak jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya .

Kakashi tidak mengerti dengan apa yang dia lakukan kepada muridnya itu. Entah mengapa ,melihat sakura masih terkekang akan masalalunya bersama sasuke. Membuat jounin silver itu merasa ada sesuatu dihatinya yang terasa menyesakkan. Yang membuat dia kehilangan kontrol akan dirinya. Tubuhya bergerak diluar kendali. Mendekati gadis itu –ingin memeluknya– tapi dia segera sadar dengan apa yang ingin dilakukannya itu dan mengurungkan niatnya dengan hanya berbisik sa

ngat dekat ditelinga gadis itu.

.

.

.

.

.

Hal yang paling membosankan bagi seorang kunoichi adalah berhari-hari menganggur karena tidak ada misi. Bagi sakura itu adalah hal yang paling merepotkan. Memang beberapa hari ini Godaime hokage tidak memberikan satu pun misi untuk gadis bersurai pink ini selesaikan. Ini membuat sakura merasa kehilangan gairah hidupnya. Bagai seorang pelukis yang kehilangan inspirasi.

Sakura bersandar di jendela kamar flat-nya. Menerawang jauh ke depan, membiarkan rambut merah mudanya di terpa angin malam yang menawarkan sensasi dingin menyejukan.

'Jangan khawatir, semua pasti akan kembali seperti semula'

Sakura terngiang akan perkataan kakashi saat menenangkan sakura yang menangis sesaat setelah perkelahian antara sasuke dan naruto di atap rumah sakit dulu.

"Aku tau sensei, selama ini aku hanya membebani kalian , kau dan juga naruto karena keegoisanku ini"

"Maafkan aku, jika saja aku lebih kuat" Sakura menundukan kepalanya dalam.

Dia beranjak untuk menutup jendela kamarnya karena dingin yang terasa semakin menusuk. Kemudian berbaring terlentang di atas kasur empuknya, membiarkan mata emerald-nya memandang langit-langit kamar flat-nya. Pikirannya melayang pada kejadian di training field beberpa waktu lalu bersama kakashi. Dia tidak habis pikir mengapa pada saat itu hatinya terasa berdesir mendapati wajah senseinya sangat dekat dengan kepala pink nya. Dia tidak pernah seperti itu kecuali saat di dekat dengan sasuke.

"oh Kami-sama apa yang sebenarnya terjadi padaku" sakura duduk bersender pada bahu ranjangnya.

"Mungkinkah,,ahhhhhh" sakura berteriak frustasi,mengacak-acak rambut pinknya sendiri.

Berulang kali sakura berusaha memejamkan mata emerald nya untuk segera terlelap. Namun, tubuhnya tidak mau mengikuti perintahnya,sampai sekarang dia belum bisa tidur. Merasa bosan, sakura memutuskan untuk keluar sekedar berjalan-jalan di sekitar desa meskipun malam semakin sepi.

.

.

.

.

.

Malam yang terang di konoha. Sakura berjalan di tengah desa yang mulai sepi karena sebagian warganya pasti telah merah mudanya berkilau dibawah cahaya bulan malam itu.

Dari kejauhan terlihat seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap berjalan berlawanan arah dengan sakura. Rambut peraknya yang di tata sedemikian rupa sehingga terlihat keren itu mencuat keatas seolah menantang berjalan dengan sedikit tertatih, entah apa yang terjadi padanya.

"Kakashi sensei.."

Sakura sedikit berlari mendekati sensei-nya yang terlihat kepayahan itu. Rasa khawatir menyeruak di dalam hatinya melihat kondisi kakashi yang jauh dari kata baik-baik saja. Tubuhnya terlihat tak bertenaga banyak goresan kunai pada rompi jounin bagian perutnya pun robek. Dia baru ingat kalau sensei nya itu baru saja mendapat misi solo ke Amegakure.

"Sakura. . ." kakashi berkata lemah sambil di papah sakura.

"hei. . sensei kenapa kau tidak langsung ke rumah sakit saja hah"

"aku merasakan chakramu di dekat apartemenku saku"

"jadi?" sakura sedikit mengernyit heran.

"tolong rawat aku disini sa–" Kakashi jatuh pingsan sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya.

"sensei. . ah ini gawat" –sakura menghela nafas – "baiklah jika itu maumu"

Sakura bergegas menyeret kakashi memasuki apartemen sensei-nya bersyukur di karuniai tenaga super sehingga tidak begitu kesulitan menyeret tubuh kekar kakashi memasuki apartemennya. Sakura membaringkan tubuh pingsan kakashi di atas kasurnya. Dia membuka rompi jounin yang sudah sobek di bagian perutnya. Dia juga melepas seluruh baju seragam yang melekat di tubuh kakashi menyisakan kaus tak berlengan yang terhubung dengan maskernya. Sakura sedikit menyingkap kaus kakashi di bagian perut sixpack nya. Melihat badan sixpack kakashi seketika wajahnya pun memerah.

Namun, dia segera menepis semua perasaan yang ia rasakan sekarang. Dia segera memeriksa luka diperut kakashi.

"gawat ini beracun" gumam sakura.

Dia bergegas mengambil obat penawar racun racikanya sendiri berdasarkan resep shisou- nya yang dia simpan di kantong senjatanya. Tanpa ragu dia menusukkan nya ke perut kakashi.

Sakura mulai menyalurkan cakra medisnya ke bagian perut kakashi yang terluka untuk menutup lukanya. Peluh bercucuran di wajah serius sakura.

"sedikit lagi"

Cakra medis mulai berhenti. "selesai" sakura menghembuskan nafas lega. Dengan sigap dia membalut perut kakashi dengan perban kemudian menyelimuti tubuh kekar kakashi.

Sakura terduduk dilantai dekat ranjang kakashi. Tubuhnya terasa lelah setelah mengobati sensei-nya itu. Dia mengedarkan pandangan mengexspose semua yang ada di kamar kakashi. Baru pertama kalinya dia masuk ke kamar sensei-nya itu. Pandangannya terhenti pada sebuah foto yang terpajang di meja baca team tujuh waktu genin dulu. Sakura tersenyum sendu mengingat semua kenangan masa geniin-nya bersama team tujuh dulu.

"Kau tau sensei, sebenarnya dulu aku selalu iri dengan sasuke-kun dan naruto karena kau selalu lebih sering melatih mereka dari pada aku" sakura berucap sambil menatap kakashi yang –pura-pura– terlelap, karena memang kakashi baru saja bangun dari pingsannya.

"Tapi aku tau jika rasa kesalku padamu waktu itu tidak ada apa-apa nya jika di bandingkan dengan bebanmu sekarang sensei, Maaf kan aku yang telah menambah berat bebanmu. Kau slalu berada di sampingku,menenangkan aku yang rapuh akan perasaanku sendiri. Selalu mendengarkan permintaan egoisku untuk membawa sasuke-kun kembali. Maafkan aku sensei. . ."

Sakura beranjak berdiri disamping tubuh kakashi. Tangannya terulur untuk mengusap rambut perak kakashi. Dia sedikit menundukan badannya. Kemudian. . . .

Cupp. .

Sakura mencium kening kakashi yang sudah tidak memakai pelindung dahinya.

"Aku menyayangimu sensei. ." sakura berucap lirih di telinga kakashi. Kemudian beranjak pergi dari apartemen kakashi.

Kakashi membulatkan matanya terkejut. Dingin bibir gadis itu masih terasa menempel di dahi nya. Hatinya bergejolak menerima perlakuan dari muridnya itu. Dadanya berdetak sangat kencang. Perlakuan sakura padanya menghancurkan pertanahan dirinya akan perasaan yang selama ini selalu disangkalnya.

Perlahan kakashi tersenyum dari balik maskernya, terlelap kembali akibat lelah yang menderanya.

.

.

.

.

.

"hosh. . .hosh" kakashi terengah-tengah di balik pohon besar yang menjadi sandarannya. Mata sharingan-nya mengendap-endap memperhatikan pergerakan musuh yang sedang bersembunyi yang sewaktu-waktu dapat bergerak diluar prediksi.

'Kau tahan dia dengan mokutonmu, kemudian aku akan menyerangnya. . .kau mengerti Tenzo'

Tidak jauh dari kakashi. Yamato bertengger di atas dahan pohon , siaga dengan kunai di kedua tangannya. Bersiap menjalankan strateginya yang telah mereka pikirkan sebelumnya.

Trang. .

Terdengar suara kunai yang di lemparkan ke arah kakashi. Dengan sigap dia melompat menghindari serangan itu. Melihat musuh yang keluar dari persembunyiannya yamato dengan sigap menangkapnya dengan jutsu mokutonnya. Melilit tubuh musuh dengan kayu kayu yang memanjang dari lengan kirinya.

Kakashi melompat ke arah musuh dengan raikiri ditangannya.

bsstt. . . cippp...cip. . cip

Jduarrrr. . .

Kemudian dengan sekali serangan dia menghampiri musuhnya dan menghujamkan raikiri-nyaa. Tapi sial, karena musuh yang dikenainya itu hanya bunshin..

Musuh yang diketahui bernama Temujin itu balik menyerang kakashi dari belakang dengan menghunuskan pedangnya menusuk punggung kakashi sampai tembus ke dada kirinya.

"hahaha jadi cuma ini kehebatan si sharingan no kakashi yang terkenal itu hah" Temujin berkata meremehkan

Tiba-tiba tubuh kakashi yang ditusuknya mengeluarkan raiton dan siap untuk meledak.

"Apa. . .raiton kagebunshin" ucap temujin membulatkan matanya tidak percaya.

Jduarrr. . .

Raiton kagebunshin kakashi meledak mengenai temujin. Tubuh temujin tergeletak lemas di melompat menghampiri musuhnya yang sudah tidak berdaya itu bersama kakashi.

"Penyusup berhasil dilumpuhkan, Misi selesai" Yamato berucap kepada kakashi. Kakashi bernafas lega.

Setelah menyelesaikan misinya Yamato dan Kakashi segera kembali ke konoha. Hanya beberapa hari meninggalkan desa kakashi merasa sangat merindukan desanya. Bukan, bukan desa tapi seseorang yang ada disana. Dia merindukan sakura. Setelah sakura merawat dirinya di apartemennya dia belum sempat berterimakasih kepada sakura.

Gerbang desa sudah mulai terlihat, kakashi dan yamato berpisah untuk kembali ke apartemennya.

"Baiklah senpai aku pergi ke gedung hokage untuk menyampaikan laporan misi . " yamato bergegas menuju ke gedung hokage.

Kakashi berjalan seorang diri melewati rumah-rumah warga desa yang terlihat sudah sepi. Hanya bulan diatas sana yang menemani langkah demi langkah kakashi. Sebenarnya, kakashi bisa saja menggunakan chakranya untuk bisa dengan cepat tiba diapartemnya. Tapi suasana malam yang tenang membuat kakashi ingin berlama-lama menikmati perjalanannya pulang.

Langkah kakashi terhenti di depan sebuah bangunan flat, matanya menatap jendela kamar di flat it yang terang dan terbuka. Kakashi tersenyum di balik maskernya.

"Yo sakura"

Sakura tersentak mendengar sapaan dari seseorang di balik punggungnya. Dengan reflek dia memutar kepala dan berdiri dari meja bacanya.

"Kakashi sensei" kakashi tersenyum innocent

Entah sejak kapan senseinya itu sudah bertengger dengan manisnya di jendela kamarnya itu. Benar-benar tamu yang tidak tau apa fungsi pintu dirumahnya.

"Bisakah sensei. . .pergunakan pintu yang terpajang dirumahku atau setidaknya ketuklah dulu jendela kamarku sebelum kau masuk. . ." sakura mengatur nafasnya yang tidak teratur karena menahan emosi.

"Jendelamu terbuka" Kakashi berucap tanpa dosa

"hah. . . " sakura cengo sesaat mendengar jawaban kakashi yang singkat, padat dan jelas, jelas membuat posisi sakura yang tadinya sebagai pihak yang menyalahkan menjadi pihak yang bersalah.

Kakashi melangkah menghampiri sakura yang masih mengumpulkan nyawanya akibat virus cengo tadi.

Greb. .

Kakashi memeluk sakura erat. Sakura shock melihat perlakuan senseinya itu, dia merasa seluruh tubuhnya kaku. Dia tidak bisa melepaskan atau pun membalas pelukan senseinya itu.

"Arigatou sakura"

Sakura merasa jantungnya berdegub kencang. Dia yakin wajahnya pasti sudah sangat merah sekarang. Dia tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang. Kenyamanan yang ditawarkan dari pelukan kakashi membuatnya kehilangan pikirannya.

Kakashi melepaskah pelukannya, kedua tangannya memegang bahu sakura. Mata sayunya menatap iris emerald yang ada di depannya.

"Be-berhentilah menatapku seperti itu sensei, K-kau membuatku takut"

Dengan sedikit gerakan kakashi menurunkan maskernya, membuat sakura membulatkan kedua matanya kaget mendapati pemandangan yang di suguhkan di hadapannya. Ternyata sensei-nya. . .

"sensei kau tampa—mmph" belum sempat sakura menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba kakashi mendaratkan bibirnya diatas bibr sakura.

Sakura dengan reflek mendorong dada kakashi membuat kakashi terpaksa melepaskan tautan pada bibirnya. Kakashi mundur beberapa langkah akibat dorongan sakura, dia menaikkan maskernya kembali.

"Gomen sakura" Kakashi berkata dengan suara serak yang terdengar penuh kemudian kakashi menghilang dari kamar sakura, meninggalkan sakura yang masih berusaha mencerna semua kejadian yang baru dialaminya.

.

.

.

.

.

To be continued. . .?

.

.

.

Fiuhhh. . Susahnya nulis fanfic

tapi akhirnya. .

Taraaaaaaaaa . . Inilah fanfic pertama aku dengan pairing terrrrrrr favorit aku. . sebenarnya saya kurang percaya diri buat publish karya ini tapi dengan segala kekurangan saya, saya berusaha meneguhkan hati untuk menularkan semangat masa muda saya *nyengiralaguruguy. . .tringggg*

. gimana gimana. . .? mau lanjutkah? :D

Terima kasih buat yang udah mau baca karyaku yang gaje ini. . .

Kritik dan saran saya terima dengan lapang dada.

ehem. . . ehem. . .

Review pleaseeeeeeeeeeeeeeeeee—mmmph *diciumKAKASHI*