Fairy Tail by Hiro Mashima

My Lovely Maid by Mika

Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari fic ini, hanya pinjam karakter Mashima-sensei *pundungWarning: OOC, alur maksa/kecepetan, DLDR, AU, Typos dan kekurangan lainnya.Genre: Romance, Hurt/comfort, DramaRate M for safePair: Natsu x Lucy and other slightEnjoy~

Don't like don't read :)

Chapter 1 Pertemuan

Seorang gadis cantik berpakaian sangat lusuh tengah menatap kertas-kertas yang di tempel asal pada tiang listrik maupun tembok warga. Mata karamel miliknya membaca kata demi kata yang di ketik di setiap kertas-kertas lusuh tersebut.

'Dibutuhkan segera pria maupun wanita yang bisa beratraksi dengan beruang, harimau dan buaya!

Hubungi Obaba-sama, kalau perlu datang ke rumahnya segera!!

Jalan Kematian no satu

12xxxx'

Lucy, bergidik ngeri saat membaca lowongan pekerjaan yang menurutnya sangat berbahaya plus mengerikan itu terpampang jelas di depan matanya. Dengan cepat ia menggeleng dan kembali melihat-lihat kertas lowongan kerja lainnya.

'Dibutuhkan seorang wanita berpengalaman bekerja sebagai pelayan

Hubungi: Igneel 12xxxx

Jalan Velveno, Mansion Dragneel kota Timur Magnolia'

"Heh tidak buruk." Gadis blonde itu merapatkan jaket lusuhnyadan menarik kertas yang tertempel di dinding kemudian melipatnya. Kaki jenjang dibalut celana jins selutut itu mulai melangkah meninggalkan kota Selatan Magnolia.

"Sepertinya aku harus mencari taksi." Gumamnya merogoh saku guna mengambil dompet yang ia yakin isinya masih lumayan banyak.

"1,200 Yen cukup tidak ya?" Gadis itu sedikit ragu kemudian kembali melangkah untuk mencari taksi yang kebetulan lewat atau memang dikirimkan untuk dia(?)

'Huh andai saja aku punya ponsel canggih dan bisa langsung memesan taksi online pasti tidak akan susah mencari taksi begini.' Sungutnya kesal sembari menjejakkan kakinya kuat-kuat ke aspal.

"Lucy? Kaukah itu?" Spontan, gadis itu menoleh ke sumber suara kemudian melihat pemuda berperawakan tinggi dan tegap dengan rambut nyentrik tengah melambai kepadanya.

"Loki? Kau sungguh Loki si playboy kelas kakap itu?" Pemuda itu tertawa dan mengangguk. Singkat cerita, sebenarnya Loki adalah kakak kelasnya, mereka dekat saat Lucy memasuki klub taekwondo, kebetulan Loki sendiri adalah sekertarisnya, dan Loki bilang sendiri untuk tidak memanggilnya dengan embel-embel senpai.

"Hoh lama tidak berjumpa!" Lucy mendekat kemudian meninju pelan perut Loki, membuat sang empu meringis kesakitan.

"Kau tidak berubah Lucy! HAHAHA!" Gadis itu tersenyum bangga dan membungkuk penuh hormat.

"Jadi apa yang kau lakukan disini?" Tanya Lucy melirik tentengan yang tengah dibawa Loki.

"Aku habis membeli kue untuk Aries." Loki menunjukkan sekantong plastik yang berisi kue pada Lucy.

"Hn, Aries? Pacar barumu lagi? Yang keberapa?" Loki meringis pelan mendengarnya.

"Dia calon tunanganku Lucy."

Hening.

Sunyi.

"Apa?! BUAHAHAHAHA!!" Lucy tertawa terpingkal-pingkal memegangi perutnya yang mulas tiba-tiba karena perkataan Loki yang tabu bagi diri Loki sendiri.

"Oi aku serius tau! Dia benar-benar calon tunanganku!"

"Maaf-maaf aku terlalu syok, jadi kau dijodohkan lagi atau memang keahlianmu menjadi playboy? " Lucy menghapus sisa-sisa air matanya yang jatuh tanpa permisi saking gelinya menertawakan Loki.

"Aku memang sangat mencintainya Lucy, jadi aku ingin melamarnya tiga bulan yang akan datang, saat hari kelulusanku. Oh ya ngomong-ngomong kau sekarang bersekolah dimana Lucy?" Lucy tersenyum hambar sembari menunduk.

"Aku memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah." Loki mengangkat alisnya penasaran.

"Jadi kau homeschooling atau apa?"

"Tidak. Aku tidak sekolah maupun homeschooling, aku memutuskan untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidupku dan ibuku, kau tau kan aku dulu bersekolah di Fiore akademi karena beasiswa?" Oh tidak, Loki sangat bersalah menanyakan pertanyaan barusan.

"Ma-maafkan aku Lucy, aku turut sedih mendengarnya." Lucy tersenyum, ini sudah sering kali terjadi, jadi bagi Lucy ini sudah biasa.

"Jadi kau mau kemana membawa koper ini?" Bukan koper bagus, hanya koper jelek yang ditinggalkan pria brengse— ups, Ayahnya itu sebelum menghilang tanpa kabar.

"Oh ya kau benar, aku ingin melamar pekerjaan, sebentar," gadis itu merogoh sakunya lalu membuka lipatan kertas lusuh itu kemudian diberikan pada Loki.

"Jalan Velveno? Aku sepertinya tau dimana," Loki memasang pose berfikir kemudian matanya berbinar-binar.

"Kau tau?" Loki mengangguk mantap.

"Aku akan mengantar mu kesana, ayo naik mobilku." Ia menyilahkan Lucy pada mobil mewah berwarna hitam mengkilap miliknya.

"Heh tidak usah! Terimakasih! Aku bisa sendiri, terimakasih banyak." Lucy membungkuk 90 derajat kemudian melangkah pergi.

"Hei ayolah Lucy, kau sama sekali tidak merepotkan, lagipula aku tidak akan macam-macam kok! Aku sudah tidak lagi menyandang nama playboy cap kuda. Jadi tenang saja! Kumohon Lucy! Bagaimana jika hari ini terakhir aku bisa berbaik hati padamu?" Lucy menghela nafas kemudian mengalah. Walaupun ia masih tidak percaya bahwa Loki sudah membuang sifat playboy-nya

"Aku tidak mau terjadi salah paham antara aku, kau dan calon tunanganmu."

"Tenang saja, semua beres." Mungkin dengan Loki mengantarnya, Lucy bisa menghemat uangnya.

[{(OoO)}]

"Maaf Lucy aku hanya bisa mengantarmu sampai sini."

"Sekali lagi terimakasih Loki." Loki tertawa cengengesan dari dalam mobil kemudian menyodorkan sebuah— undangan?

"Lucy datanglah, jangan lupa bawa pasanganmu ya. Sampai jumpa ketua!" Lucy mengepalkan tangannya hendak memukul pemuda singa itu namun Loki tertawa lalu langsung memacu kendaraannya.

"Aku hanya tinggal mencari Mansion Dragneel." Kakinya melangkah melewati batasan portal dan disambut rumah-rumah mewah di sekelilingnya. Mulutnya hampir meneteskan air liur jika tidak ada wanita paruh baya yang menegurnya.

"Anak muda kau baik-baik saja?" Lucy tersentak kaget dan buru-buru mengelap mulutnya dengan kasar menggunakan jaketnya.

"Ti-tidak apa-apa bibi. Bibi aku ingin bertanya, apa bibi tau dimana Mansion Dragneel?" Wanita paruh baya itu mengangguk.

"Kau lihat rumah berwarna abu-abu itu yang paling besar? Itu rumah keluarga Dragneel." Lucy tersenyum semangat kemudian mengucapkan terimakasih berkali-kali.

Tidak butuh waktu lama untuk berjalan menuju Mansion Dragneel, kini Lucy sudah berada di depan pagar rumah ini lengkap dengan keamanan yang ketat.

"Ada yang bisa saya bantu nona manis bertubuh seksi?" Tanya salah satu satpam dengan badannya yang besar dan mirip seperti sapi. 'Hoh dia ingin kuhajar rupanya'

"Aku ingin melamar pekerjaan." Jawab Lucy to the point.

"Kukira kau ingin melamarku." Lucy mengepalkan tangannya, ingin sekali ia melemparkan bogeman mentah pada sapi satu ini!

"Oi Virgo! Ada yang ingin bekerja!" Teriaknya, tak lama kemudian munculah seorang pelayan cantik dan imut berambut ungu muda.

"H-hime?! Apakah kau putri yang turun dari kayangan?" HUAPA?!

"Um Virgo-san aku Lucy dan aku ingin melamar pekerjaan." Lucy merogoh sakunya dan menyodorkan selembar kertas lusuh.

"Ayo Hime silahkan masuk, akan kupanggilkan Igneel-sama." Lucy menjejakkan kakinya pada lantai dingin ini, seperti tidak ada kesan kehidupan pada rumah ini, dinding yang di cat putih gading dengan lukisan indah namun menyeramkan, lalu furnitur dengan warna gelap. Oh tidak, bulu kuduk miliknya meremang dengan sendirinya.

"Kau ingin bekerja sebagai pelayan bukan?" Lucy tersentak dan menoleh mendapati laki-laki paruh baya berdiri di belakangnya.

"Ya Tuan itu benar." Bungkuknya hormat.

"Kau hanya kutugaskan menjadi pelayan pribadi anakku, berapapun yang kau mau akan kubayar." Lucy bersorak girang, berapapun? Eh tunggu—

Menjadi

Pelayan

Pribadi

Anakku

Apa maksudnya?

"Maksud Tuan apa? Maaf saya kurang paham."

"Kau hanya perlu menjadi pelayan pribadi anakku, sebagaimana tugas pelayan tetapi ini hanya kau lakukan pada anakku. Kau tidak perlu membereskan rumah tugasmu hanya menjadi pelayan pribadi anakku itu saja. Aku sangat memohon padamu untuk bisa menjaganya."

"Baik Tuan, dimengerti."

"Virgo aku ada kerja di luar kota selama sebulan. Aku pergi dulu." Virgo mengangguk dan membungkuk begitupun juga dengan Lucy. Igneel hilang dari penglihatannya. Tinggal ia dan Virgo yang berada di ruang tamu ini.

"Virgo-san jadi siapa anak yang harus ku layani?" Virgo tersenyum misterius.

"Ah Hime tunggu saja sebentar lagi dia akan pulang. Ayo aku antarkan ke kamarmu." Lucy mengangguk pasrah kemudian mengekori Virgo.

"Hime ini kamarmu dan ini, pakai ini selama bekerja. Selamat bekerja Hime, semoga kau betah." Lucy menerima sepasang baju khusus pelayan yang disediakan di rumah ini.

"Ah ya terimakasih." Lucy melirik tidak minat pada baju pelayan ini, namun mau tidak mau ya harus mau.

Selesai memakai baju pelayannya* Lucy melihat pantulan dirinya di cermin dan WoW lihat dirinya, tubuh seksi dibalut baju pelayan yang sangat pas di tubuhnya dan rambut blonde di kuncir dua menambah kesan imut pada dirinya.

'Astaga! Jika Cana melihatku begini, dia pasti akan menertawaiku habis-habis-an!'

BRAK!

"Hime Tuan muda datang!" Lucy menyiapkan dirinya kemudian ekspektasinya adalah ia harus melayani anak laki-laki super imut! Tidak buruk!

Lucy-pun melesat keluar dan berdiri tepat di depan pintu utama, tidak sabaran untuk memperkenalkan dirinya dan melakukan pekerjaan barunya.

Cklek

"Selamat datang Tuan muda, aku Lucy pelayan baru anda. Mohon kerjasamanya." Lucy membungkuk hormat begitupun juga dengan pelayan lainnya, ya keluarga Dragneel memiliki banyak pelayan.

Sepi, tidak ada sahutan dari sang majikan tetapi hanya ada suara jangkrik(?) Yang mengiringi.

"Oh hai sepertinya kau berbicara pada orang yang salah." Speechless, Lucy mendongak dan mendapatkan pemuda berambut pirang pucat dan beriris blue saphire tengah memasang cengiran padanya.

"Dia Tuan muda mu cantik." Semburat merah menjalar pada pipinya tetapi sedetik kemudian menghilang di karenakan seorang pemuda berambut salmon dengan angkuh berjalan melewati Lucy dan yang lain. Jadi itu pemuda yang harus aku layani? Bukan anak kecil yang imut?!

"Tu-tuan tunggu! Perkenalkan aku Lucy, aku yang akan menjadi pelayan pribadi anda. Mohon kerjasamanya." Pemuda itu menatap Lucy dari ujung kaki hingga ujung rambut, Lucy merasa risih ditatap seperti itu. Ya walaupun Lucy mengakui bahwa pemuda itu uhuksedikituhuktampanuhuk.

"Hoi Natsu! Dasar mesum!" Natsu, pemuda itu melemparkan death glare kemudian kembali menatap Lucy.

"Siapa namamu tadi?"

"Saya Lucy Tuan muda."

"Luigi? Ok—"

"Lucy, L-U-C-Y." Ejanya dengan sabar.

"Masa bodoh dengan namamu. Jadi Luce kau ingin menjadi pelayanku? Kau menuruti apapun yang ku mau?" Lucy pun mengangguk mantap. Pemuda berambut pirang pucat itu sedikit gusar. Ngomong-ngomong siapa Luce? Namanya Lucy oi!!

"Baiklah sebelum sepenuhnya jadi pelayanku kau harus melewati beberapa tes dariku bagaimana?" Lagi, Lucy mengangguk mantap.

"Baiklah tes pertama kau harus berenang pada malam hari selama dua jam." Cengo, Lucy jaw drop. Pemuda ini gila apa gimana sih? Malam hari berenang? Dua jam?! Tes macam apa itu?! Suhu disini lagi sangat dingin, gila sekali pemuda itu!

"Hei Natsu kau yakin?" Tanya pemuda berambut pirang pucat yang nampak khawatir.

"Tentu saja Sting." Sting sweatdropped dan menggeleng-geleng pasrah, tipikal Natsu.

"Bagaimana?" Sebulir keringat menetes dari dahi mulusnya. Lamat-lamat ia mengangguk.

"Bagus persiapkan dirimu malam nanti!" Natsu menepuk pelan kepala Lucy, pemuda itu berjalan ke lantai atas disusul Sting. Pemuda beriris saphire itu tersenyum kemudian mengucapkan kata-kata lewat gerakan mulutnya.

"Semangat." Entah angin apa membuat Lucy tak berhenti senyum.

Eh tunggu! Ia masih marah! Argh andaikan saja dia bukan Tuanku, kupastikan dia akan di opname selama tiga bulan!

[{(OoO)}]

bayangkan aja baju pelayannya yang waktu dia menjalankan misi pertama kali bersama Natsu, eh pertama bukan sih? 0.0

Yo minna! Mika membawakan ff Fairy Tail dengan pair NaLu! Oiya aku pakai rate M bukan karena ada ehm itu nya enggak kok cuma buat aman aja soalnya si Pinky itu rada-rada gitu deh ada adegan yang emang M tapi nggak sampe gitu kok #senyumjahat #ditabok

Tapi kalo sampe ada adegan itu mungkin aku lagi khilaf (?) #tabok

Semoga kalian suka ya, dan hargai kerja keras author ya:)

Jangan lupa me-review :p