ROUND OF LOVE
Disclaimer : Naruto dan segala karakter punya Masashi Kishimoto
Rate : T
Warning : TYPO(s), OOC, Alur sinetron
.
.
.
.
PART 1
Hinata menjalankan kakinya terburu-buru di sepanjang trotoar sambil terus memperhatikan jam di pergelangan tangannya. Kota Tokyo di hari senin pagi terlihat sangat cerah dengan matahari menyinari dengan hangatnya. Surai black brown yang sepunggung dikuncir ponytail dan poni ala see- through bangs-nya sudah tidak beraturan lagi. Hari ini ia mengenakan blouse berwarna putih yang dilengkapi collar bow hitam dan pleated skirt sedikit diatas lutut yang juga berwarna hitam. Ankle bootsnya bergerak semakin cepat saat lampu tanda menyebrang sudah menyala. Dengan segera ia menuju satu blok berikutnya agar sampai di kedai kopi yang selalu ramai dengan logo tulisan hijaunya yang terkenal itu
"permisi..permisi, maaf" Hinata menyela barisan yang sudah panjang itu. Astaga! Bahkan waktu belum menyentuh pukul 9 pagi dan kedai kopi ini sudah ramai begini? Hinata jadi merasa bersalah karena dirinya yang menyelak menyebabkan beberapa pelanggan diantrian marah-marah tapi kali ini ia harus bersikap seenaknya dulu, karena nyawanya juga diambang batas bila ia sampai terlambat
"terimakasih Yugao-san" Hinata buru-buru memberi uang untuk membayar lalu mengambil kopinya yang sudah Yugao sediakan lalu melesat keluar untuk naik bus menuju kantornya. Yugao sudah menghafal kopi apa yang dipesan Hinata. Bagaimana tidak? Hinata datang setiap hari dengan memesan dua kopi dimana satu cupnya berisi espresso untuk bosnya. Well, espresso yang pahitnya membuat Hinata memasukkan kopi itu didaftar blacklistnya, tapi bosnya mengonsumsinya setiap hari. Pertama kali Hinata membeli espresso karena bosnya yang sepertinya sangat suka. Hinata harus menambahkan empat bungkus gula untuk menambah sedikit manis pada minumannya itu. Tetapi bosnya bahkan tidak pernah memakai gula satu butir kecilpun saat meminumnya
Setelah sampai di gedung kantornya, Hinata melirik jam di pergelangan kirinya dan tertera angka 08.58. Gila! Dua menit lagi adalah jam masuknya dan ia bahkan baru menekan tombol lift untuk kelantai atas. Hinata berdoa dalam hati semoga bos nya belum sampai. Tapi mengingat bos nya yang hampir tidak pernah terlambat itu membuat Hinata semakin panik. Hinata memohon dalam hati supaya bos nya terkena musibah kecil dulu sebelum sampai disini, agar ia datang tak lebih dulu dari Hinata. Biarlah kali ini ia berdosa mendoakan yang tidak-tidak pada bos nya
Setelah pintu lift terbuka, Hinata langsung melesat dan menekan tombol '16' dan pintu lift tertutup. Didalam, Hinata membenarkan letak rantang kopinya yang berisi dua cup dan harap-harap cemas sambil terus melirik jam tangannya. Setelah sampai jam menunjukan pukul 09.02, ruangan yang terdiri dari sekat-sekat meja yang diisi pegawai lain ini sudah ramai, ia meletakkan kopi nya di mejanya dan melesat menuju ruang manajer nya
"Hinata, apapun doamu tadi pagi, yang jelas itu terkabul. Manajer belum datang" ucap Ino sambil menepuk bahu Hinata sekilas
Hinata yang mendengarnya lega dan langsung memasuki ruangan bosnya itu. Sambil menunggu berdiri didepan sofa didekat meja bosnya, ia merapikan letak poninya sedikit agar lebih rapi dan menyiapkan kopi untuk bosnya. Benar, tak lama dia merapikan dirinya, bosnya muncul dengan wajah datarnya seperti biasa
"selamat pagi Uzumaki-sama" salam Hinata sambil membungkuk sedikit dan menyodorkan kopi itu kepada orang itu. Yang disapa hanya mengambilnya dan menuju kursinya tanpa membalas sapaannya. Diatas meja terlihat papan nama bertuliskan 'Naruto Uzumaki' yang menjabat sebagai CEO di Tokyo Post. Hinata yang merasa tidak ada keperluan lagi memutuskan untuk segera keluar. Aura dingin dari bosnya itu sungguh membuat Hinata sedikit risih dan ingin cepat-cepat keluar. Hinata memang setiap hari dalam situasi ini tapi dirinya masih belum terbiasa
"baiklah, kalau begitu saya permisi Uzumaki-sama" Hinata mengucapkan salam dan membungkuk lagi. Tapi baru ingin menuntaskan langkahnya yang kedua, suara baritone dari orang itu menghentikan langkahnya
"apa kau sudah memperbaiki laporan yang kuberikan kepadamu kemarin, Sasaki-san?" Naruto bertanya dengan tatapan datarnya dan kedua tangannya diatas meja
Hinata segara membalikkan tubuhnya, "sudah manajer-sama. Saya akan segera memberikkannya pada anda". Naruto hanya mengangguk kecil dan Hinata kembali membungkukkan badannya dan keluar dari ruangan itu
Hinata kembali ke ruangannya yang berada disebelah ruangan Naruto. Hinata memang memiliki ruangannya sendiri walau tidak sebesar Naruto. Karena ia menjabat sebagai Editor di perusahaan penerbitan ini dimana jabatannya cukup tinggi. Sebenarnya Hinata juga merangkap sebagai sekretarisnya Naruto yang membuatnya bekerja ekstra. Sungguh! Sebenarnya Hinata sudah ingin meledak! Ia terpaksa menjadi sekretaris pengganti sementara karena sekretaris sebelumnya berhenti dan belum ada penggantinya. Beruntung ia memiliki asisten yang bisa membantunya menangani pekerjaan-pekerjaan yang membuat Hinata mual ini
Tok tok
"masuk" Hinata mempersilahkan orang yang mengetuk pintu itu untuk masuk. Pintu terbuka dan tampaklah sosok asisten Hinata yang memiliki surai red lotus itu
"ah, Gaara-san, apa kau membawa laporannya?" tanya Hinata. Kemarin ia memang menyerahkan seperempat lagi kepada Gaara karena dirinya sangat sibuk menangani segala pertemuan dan rapat bersama Naruto.
Tokyo Post adalah cabang perusahaan dari Uzumaki Company yang sangat berpengaruh di Jepang dan Asia. Ditambah lagi beberapa bulan lalu Tokyo Post merambah kedalam TV nasional dengan channel Tokyo Entertain. Lengkap sudah kesibukan Naruto dan Hinata dengan para partner bisnis mereka. Uzumaki sendiri adalah perusahaan besar yang membangun banyak hotel dan apartemen berbintang di Jepang dan sudah ada cabangnya diluar Jepang, seperti di Korea Selatan, Taiwan, Singapura dan Malaysia
"ini, Hinata-san. Saya sudah mengerjakan bagian yang anda berikan kemarin untuk saya" Gaara meletakkan beberapa berkas dan map ke meja Hinata yang diatasnya terdapat papan nama 'Hinata Sasaki' sebagai Editor
"arigatou, ne, Gaara-san. Kau sudah banyak membantuku" Hinata berterimakasih sambil tersenyum tipis namun tulus
"Hinata-san, itu memang tugas saya untuk membantu pekerjaan anda. Makanya saya jadi asisten anda, kan?" Gaara membalas sambil tersenyum tipis juga
"baiklah, sekali lagi terimakasih. Aku akan ke ruangan Naruto sekarang". Gaara membungkuk sebentar lalu melangkah keluar dari ruangan yang disusul Hinata menuju ruangan Naruto. Sesampainya didepan pintu ruangan Naruto, Hinata mengetuk beberapa kali hingga terdengar suara Naruto yang mengizinkannya masuk
"permisi Naruto-sama, saya membawakan berkas yang an-" ucapan Hinata terhenti ketika ia melihat dua sosok perempuan yang duduk di sofa dekat meja kerja Naruto. Ia mengamati dengan teliti kedua orang itu, sungguh ia seperti mengenal dua orang tersebut. Yang satu dengan surai Linen Whitegold-nya persis seperti Naruto dan yang satunya bersurai Red-blood panjang. Kedua wanita itu menengok karena mendengar suara pintu yang terbuka, dan-
"HINATA-CHANN!!"
Serempak kedua perempuan cantik nan beda umur itu berlari dan memeluk Hinata. Sontak Hinata juga dibuat kaget oleh kedua orang ini. tapi pelukan kedua orang itu tidak bertahan lama-
"loh, Naruko-chan mengenal Hinata?"
"loh, Ibu mengenal Hinata?"
Tanya mereka berdua serempak sambil berpandangan karena kaget mereka berdua memeluk Hinata secara bersamaan. "loh? Kushina-sama? Naruko-san?" tanya Hinata tak kalah bingungnya. Naruto yang menyaksikan kejadian itu sampai memunculkan tiga kerut dikeningnya
Saling terhubung satu sama lain dan tidak saling menyadari. Ada-ada saja kejutan yang ada di dunia, bukan?
Seperti sedang di hari terkejut nasional, mereka bertiga—Hinata, Kushina, dan Naruko—memutuskan untuk duduk di sofa dan menceritakan bagaimana mereka bisa saling mengenal. Naruto yang tidak tertarik sama sekali tetap duduk pada kursinya dan mengerjakan pekerjaan pada laptopnya. Sudah cukup pening kepalanya dengan segala pekerjaannya yang tak kunjung selesai, ditambah kedatangan kakak dan ibunya, dan sekarang? Malah akan diadakan acara berdongeng dengan tema 'Bertemu dengan Hinata', sungguh, Naruto sudah pasrah, entah berapa lama mereka akan berkumpul disitu. Naruto kembali menghela nafasnya
Cerita ini tentu dimulai dari Kushina yang paling antusias, ah tidak, sebenarnya mereka berdua sama-sama antusias, tapi sepertinya Naruko lebih penasaran bagaimana ibunya bisa mengenal Hinata? Akhirnya Kushina menceritakan dari awal hingga akhir dengan sedetail mungkin
Awal pertemuannya dengan Hinata adalah dua tahun yang lalu. Kushina yang memiliki jiwa sosial yang aktif di berbagai kegiatan dan seorang donatur tetap untuk sebuah yayasan tempat anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Di yayasan itu terdapat beberapa pengurus, yaitu, nenek Chiyo, Konan, Matsuri, dan masih ada beberapa lagi. Yayasan itu adalah rumah bagi mereka. Tempat dimana mereka bisa saling berkumpul, saling berbagi, saling tersenyum, sedih bersama. Tempat dimana mereka mendapat kasih sayang. Tempat dimana mereka tak merasa sendiri. Tempat dimana, meskipun tak memiliki kedua orang tua yang lengkap, tetapi bersama-sama ditempat itu seperti memiliki anggota keluarga yang lebih dari cukup. Kushina yang dasarnya sangat menyukai anak-anak, sangat nyaman ketika berada ditempat itu. Nyaman berada di tengah-tengah mereka. Di yayasan itu juga anak-anak mendapat pendidikan dan suka mengadakan kelas atau workshop untuk mengasah kemampuan mereka
Suatu hari saat ada kelas memasak, Kushina melihat wanita itu. Surai coklat gelapnya yang indah, sikapnya yang sopan dan wajahnya yang cantik. Bukan hanya disitu, Kushina lebih terpana pada kesabarannya dalam mengajar anak-anak dalam memasak brownies kukus yang terus bersalahan, entah browniesnya yang terlalu lama di ovenlah, hasilnya yang terlalu keras, ada yang terlalu lembek, ada yang salah memasukkan tepung. Gadis itu tetap sabar mengajari mereka sampai mereka tahu dimana kesalahan mereka. Di minggu-minggu berikutnya ia terus melihat gadis itu. Dan setelah ia bertanya pada Konan, ternyata namanya adalah Hinata, Hinata Sasaki. Ia sudah hampir setahun menjadi relawan mengajar disitu. Hinata? Nama yang cantik, itulah yang dipikirkan oleh Kushina saat mengetahui nama dari gadis manis itu
Kushina pun mulai mengajak kenalan dan ngobrol Hinata mulai saat itu. Sungguh, yang Kushina lihat pertama kali dari wajah Hinata yang manis adalah sifatnya yang cenderung pemalu dan anggun. Tapi setelah mengobrol langsung dan sering, Kushina menyadari bahwa Hinata bukanlah gadis seperti itu sepenuhnya. Maksudnya, Hinata tidaklah sangat anggun dan pemalu. Malah menurut Kushina, Hinata sangat seru bila diajak mengobrol, entah berapa banyak topik yang mereka obrolkan tapi selalu nyambung bagi mereka berdua. Bahkan Hinata bila sudah menertawakan hal yang benar-benar lucu, ia kadang tak menutup mulutnya dan kadang ia bisa menjadi galak. Ia suka membuat wajah yang aneh untuk menghibur anak di yayasan yang masih balita tanpa takut terlihat jelek
Ia cantik, tapi ia tak pernah berusaha untuk terlihat cantik didepan semua orang. Ia berlaku apa adanya, tak dibuat-buat untuk menarik simpatik orang lain. Beberapa kali mereka bertemu dijalan, dan Hinata selalu menyapa Kushina, pernah suatu kali Kushina pulang malam sendiri, karena tak bawa ponsel ia tak bisa menghubungi supir atau siapapun untuk menjemputnya, dan kebetulan ia bertemu Hinata, Hinata membatalkan niatnya naik bus dan menemani Kushina hingga ia sampai rumah. Padahal rumah mereka berlawanan dan Kushina baru tahu kebenarannya keesokan harinya saat bertanya langsung pada Hinata
Singkat cerita Hinata mulai jarang bahkan sekarang sudah tak pernah mengajar lagi, ternyata ia bekerja di sebuah perusahaan. Tapi ia tak menyangka, Hinata malah bekerja di perusahaan anaknya sendiri. Begitulah akhir dari cerita Kushina
"kau tahu Hinata, aku sangat senang bisa bertemu denganmu lagi" Kushina tersenyum sambil mengelus pipi kiri Hinata. Hinata balas tersenyum
"maafkan aku, bi. Bukannya aku tak ingin mengajar lagi, aku sangat ingin malah, tapi aku sedang fokus bekerja sekarang"
"ya bibi mengerti. Sekali-kali datang ya disaat waktumu senggang!" pinta Kushina dengan girang. Hinata hanya mengangguk sambil tersenyum sampai matanya menyipit dan memperlihatkan gigi rapihnya
Kushina sedikit tertegun melihat senyum Hinata. Ia sering tersenyum tapi entah kenapa kali ini sedikit berbeda. Sungguh tak asing dimata Kushina, ia seperti mengingatkannya pada seseorang
"Hinata, kau..senyummu.. seperti mengingatkanku pada seseorang. Seorang-... teman" Kushina mengujar pelan dan terdiam sejenak. Ia merasa agak sesak didadanya. Ada apa ini? ia merasa sedih. Ia ingin menangis saja rasanya, tapi mengapa ia ingin menangis?
"bi, apa bibi baik-baik saja?" tanya Hinata mulai khawatir, karena Kushina tiba-tiba terdiam seperti itu dan pandangannya seperti menerawang
"a-ah, bibi tidak apa-apa Hinata-chan. Kamu terlalu cantik, sih, sampai bibi terpana" ucap Kushina dengan sedikit menggoda. Hinata yang mendengarnya hanya bisa tersenyum tipis. Bibinya ini suka melakukan hal yang tak biasa
"nah, sekarang giliran Naruko-chan yang bercerita. Kami sangat penasaran bagaimana kau bisa mengenal Hinata. Iya kan, Naruto?" tanya Kushina sambil sedikit menengok ke meja kerja Naruto. Dari tadi kerjaannya hanya memandangi laptop terus, Kushina mendengus kecil
Yang ditanya hanya mengangkat bahu tak acuh dan tetap fokus pada layar didepannya. Pandangannya memang lurus kedepan, tapi Naruto sebenarnya mendengarkan sedikit yang diceritakan ibunya. Ia hanya mendengar bahwa Hinata pernah jadi relawan dan itu membuatnya berpikir bahwa, yah, Hinata wanita yang tidak buruk
Sekarang giliran Naruko yang antusias. Sambil menerawang kembali pertemuannya dengan Hinata empat tahun lalu. "aku bertemu Hinata saat sedang mengambil S2 tahun keduaku di Amerika. Ternyata kami satu kampus! Saat itu Hinata baru ditahun ketiga untuk mengambil S1nya. Aku bertemu dengannya karena kami saat itu aktif di organisasi pelajar Jepang disana. Apalagi umur kami tidak terlalu jauh, kan? seperti yang ibu bilang, Hinata sangat asyik untuk diajak mengobrol dan blablabla" cerita Naruko sama panjangnya dengan ibunya.
Sebenarnya Hinata tidak enak terus lama-lama mengobrol. Tidak, bukannya Hinata tidak mau mengobrol dengan mereka, tentu saja ia juga rindu pada kedua orang ini, tapi waktu dan tempat sangat tidak tepat. Ngomong-ngomong tempat, mereka mengajaknya ngobrol santai diruang atasannya. Catat, atasannya! Sungguh, Hinata merasa sangat tidak enak pada Naruto
Hinata tidak bisa membiarkan ini berlama-lama, kalau tidak dihentikan Naruko dan Kushina akan terus berbicara. Mereka kalau sudah berbicara pasti menjalar kemana-mana
"ehm" Hinata berusaha memotong dengan halus pembicaraan mereka, "bibi, Naruko-san, bagaimana kalau kita lanjutkan obrolan ini saat aku pulang kerja? Rasanya, akan lebih leluasa"
Kushina dan Naruko langsung terdiam. Benar, ini bukan waktu yang tepat
"ah! Benar Hinata-chan! Kita harus berkumpul untuk mengobrol!" Hinata hanya tersenyum mendengar Kushina dan Naruko bisa mengerti
"ne, Naruto, kami pinjam Hinata saat pulang kerja nanti. Jangan memberinya banyak pekerjaan!" titah ibunya, dan didukung oleh tatapan mendukung dari kakaknya juga. Naruto yang melihatnya hanya bisa menghela nafas lagi, "ya, ibu". Untunglah hari ini mereka tidak terlalu padat, hanya menghadiri rapat dengan Uchiha Corp. Naruko dan Kushina yang melihatnya langsung tersenyum senang
"baiklah, Hinata-chan sampai bertemu nanti sore!" girang mereka berdua sambil memeluk Hinata sebelum meninggalkan ruangan Naruto, menyisakan mereka berdua
"um-maafkan saya Uzumaki-sama" Hinata langsung membungkuk cepat didepan meja kerja Naruto, "s-saya malah ikut mengobrol sedari tadi" Hinata sedikit menunduk karena takut bosnya akan marah padanya, dan sebentar lagi akan memarahinya
"hn" hanya dehaman yang dikeluarkan mulut bosnya itu. 'oh, tidak, bos benar-benar marah' rutuk Hinata dalam hati
"sepertinya kau cukup akrab dengan ibu dan kakakku" mata Naruto tetap tertuju pada laptop
Hinata tersadar dari lamunannya dan menengok kearah Naruto, "eh?"
"kau mendengarnya"
"um-ya, begitulah. Seperti yang anda lihat tadi" oke, ini mungkin terdengar sedikit konyol, karena Hinata sesaat baru tersadar bahwa Naruko adalah kakaknya Naruto. Kenapa ia tak menyadarinya? Namanya yang hampir mirip, warna rambut yang sama, dan marga yang sama! Dan Hinata ingat saat itu Naruko pernah bercerita bahwa ia memiliki adik laki-laki. Demi tuhan! Hinata merasa seperti orang bodoh sekarang
Mereka berpandangan beberapa saat. Sebenarnya Hinata cukup terpana dengan wajah Naruto, dari pertama kali ia bekerja disini. Wajahnya yang diatas rata-rata, rambut pirang pendek, tatapannya yang tegas dan perfeksionis, garis wajahnya yang berkharisma, kulit tannya dan oh! Jangan lupakan iris sapphire sebiru laut yang sangat indah. Sebenarnya mata itulah yang membuat Hinata terpesona
"sebaiknya kerjakan pekerjaanmu dengan cepat hari ini. Kau bisa langsung pulang setelah jam pulang"
"ap- tapi bagaimana dengan anda Naruto-sam-ah, maksudku Uzu-" Hinata mengkhawatirkan bosnya ini, karena besok mereka akan dinas keluar kota dan tentu banyak berkas dan dokumen yang harus diselesaikan. Ia tidak menyangka bosnya akan benar-benar menyuruhnya pulang tepat waktu
"Naruto saja" potong Naruto
"iya, Naruto-sama, bagaimana dengan anda? Besok kita akan tugas keluar kota, dan masih ada beberapa dokumen yang harus diselesaikan. Dan astaga! Bahkan dalam dua jam kita harus mengikuti rapat dengan perusahaan Uchiha! Bagaimana mungkin saya mengerjakan itu semua tepat selesai pukul enam?!" kebiasaan Hinata bilang panik atau khawatir, ia akan berbicara dengan tempo cepat dan menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinganya
Naruto tersenyum tipis, sangat tipis hingga Hinata tidak bisa melihatnya
"ibu dan kakakku ingin bertemu denganmu. Segera selesaikan pekerjaanmu dan bersiaplah untuk perjalanan kita ke Kyoto besok" Naruto lebih takut pada ibunya. Bila ia tidak menuruti ibunya bisa-bisa dia terkena hadiah bogeman dari ibunya dan berakhir dengan benjolan indah di kepalanya
"tapi Naruto-sama, seperti yang saya bilang tadi, tidak mungkin saya menyelasaikan semuanya sampai waktu pulang"
"sisanya berikan padaku, yang penting kau menyelasaikan bagianmu" jawab Naruto cepat
"ap-apa? Bagaimana bisa? Saya tid-" oh tidak, secara tidak langsung Hinata seperti menyuruh Naruto—atasannya—mengerjakan dokumen-dokumen itu
"tidak apa-apa"
"tapi-" Hinata tetap bersikeras sambil menautkan kedua tangannya didepan rok, kepanikan tidak luntur dari wajahnya
"anggap saja ini hadiah untukmu karena sudah bekerja dengan baik"
Hinata hanya menghela nafas saat mendengarnya, "baiklah Naruto-sama, saya akan menyelasaikannya secepat mungkin. Dan sekali lagi maaf merepotkan anda" Hinata membungkuk
"tidak perlu cepat-cepat. Selesaikanlah dengan teliti" koreksi Naruto, sekretarisnya ini kadang tidak teliti bila sudah menyangkut angka
"ah, iya. Baiklah Naruto-sama, kalau begitu saya permisi" bungkuknya lagi yang dibalas anggukan singkat dari Naruto dan meninggalkan ruangan
Setelah menyelesaikan rapat pada pukul empat, Hinata langsung mengerjakan pekerjaannya dengan cepat. Kalau bisa ia ingin menyelesaikan pekerjaannya sampai selesai hingga ia tidak perlu membebani Naruto apa-apa. Bosnya itu sudah memiliki setumpuk pekerjaan mana mungkin ia menambahkannya lagi. Bukankah tugas sekretaris adalah membantu atasannya? Tapi yang Hinata lakukan sekarang adalah malah memberi pekerjaan tambahan pada Naruto
Ia sudah berusaha secepat dan seteliti mungkin, tapi tetap saja seperti yang ia bilang sebelumnya, Hinata tak mungkin selesai tepat waktu. Masih ada dua laporan yang tak sempat Hinata kerjakan. Sambil menghela nafas, ia membereskan mejanya, menyiapkan segala dokumen yang dibutuhkan untuk perjalanan dinas mereka ke Kyoto besok
Hinata memakai mantel hitamnya, karena cuaca sedang cukup dingin dan berangin di Tokyo. Menyampirkan tasnya ke bahu dan menenteng beberapa dokumen lalu berjalan menuju ruangan Naruto. Dan benar, sesampainya disitu sudah ada Kushina dan Naruko yang menunggu di sofa dekat meja Naruto
"Hinata-chan!!" sapa mereka berdua dengan girang
"halo bibi, Naruko-san. Sebentar ya" Hinata tersenyum lalu mendekati meja kerja Naruto. Hinata menyerahkan beberapa map ke meja Naruto
"maafkan saya Naruto-sama, masih ada dua laporan lagi yang belum sempat saya selesaikan" ucap Hinata dengan wajah dan nada bersalah
"hn" Naruto mengambil berkas yang diberikan Hinata
"tidak apa-apa Hinata-chan! Biarkan ia yang mengerjakannya!" Kushina dan Naruko tertawa setan, wajah Naruto seperti dianaktirikan dan Hinata hanya bisa sweatdrop
"baiklah Naruto kami pergi dulu ya" kata Naruko sambil mengambil tasnya dari atas sofa. "jangan lupa makan malam!" tambah Kushina dengan deathglare-nya yang dibalas anggukan oleh Naruto
"baiklah Naruto-sama, saya permisi dulu" Hinata membungkuk lalu meninggalkan ruangan bersama Kushina dan Naruko yang mengamit lengannya
TBC
Holla minna! Maafkan author karena membuat ff dengan alur sinetron (lagi) ini :"( gatau kenapa lagi ingin menuangkan ini kedalam tulisan. Dan maafkan author belum lanjutin ff Unexpected tapi malah buat ff baru
Maafkan author bila ada kesamaan dalam bentuk apapun. Namanya imajinasi, author sendiri juga dapat inspirasi dari film-film, tapi tetap semuanya murni dari author
Bila berkenan boleh reviewnya :)
See you on next chap!
