A/N: Hai... readers tercinta... ini fic selanjutnya dari aku. aku senang sekali mendapatkan review dari teman2 yang telah membaca fic pertamaku. Senang sekali.. aku akan mengikuti saran kalian semua. terima kasih ya...

Nah ini fic selanjutnya untuk para readers..

Disclaimer : Masashi Kishimoto-sensei

.

Ada Cinta Yang Mengalir di Setiap Prasat

.

Pair : Sasusai

.

Warning : Typos, OOC, n gaje de el el (saking banyaknya sampai ga mampu nulisnya) Oh ya, satu lagi, ni fic YAOI

.

.

.

.

Aku berjalan bersama seorang temanku menyusuri koridor rumah sakit sore itu dengan membawa sebuah trolly sebagai tempat aku meletakkan satu stel pakaian bersih, sabun mandi pada tempatnya, handuk dua buah, selimut mandi, 2 buah waslap, dan sebuah kom berisi kapas cebok, yang di laci pertama trolly, dan tempat tertutup untuk pakaian kotor, pispot/urinarial, dilaci bawah trolly, sementara temanku membawa sebuah trolly dengan dua buah Waskom di atasnya berisi air hangat dan air dingin.

Hari ini aku akan memandikan salah satu pasien baru di rumah sakit ini. Menurut riwayat penyakit sekarang yang aku baca di catatan askep perawat yang menjaga shift pagi, kudapati pasien itu berjenis kelamin laki-laki dan seusia denganku. Pasien itu masuk rumah sakit karena terlalu lemah akibat kehabisan chakra dan luka di organ tubuh bagian dalam tubuhnya. Kedua tungkainya tak bias digerakkan membuatnya mengalami ketidak mampuan untuk mobilisasi dan merawat diri.

Setelah sampai di depan kamar tempatnya dirawat, aku segera membuka pintu dan masuk dengan mendorong trolly itu. Tapi langkahku terhenti katika kudapati siapa yang tertidur lemah diranjang dalam kamar itu. Aku tersentak kaget. Tentu saja! Siapa yang tak kaget melihat seorang laki-laki muda berkulit putih dengan rambut raven dan mata onyx yang indah? Aku mengenalnya.

Mata onyx itu menatapku dan sekarang mata onyx itu yang terbelalak. Dia kaget? Tentu saja, karena dia juga mengenalku, meskipun tak sekenal aku terhadapnya. Lama kutatap mata indah itu kemudian merasakan jantungku berdebar kencang. Mata itu yang membuat aku merasakan hal yang aneh yang bahagia. Mungkin itu yang dinamakan cinta seperti yang sudah pernah kubaca di buku-buku.

Aku tersadar dari lamunanku saat teman disampingku menyentuh lenganku.

"Sai… jangan tatap pasien dengan tatapan seperti itu! Ya sudah, aku hanya bisa membantumu sampai disini. Ada pasien yang harus segera aku periksa TTV nya. Jadi aku tinggal ya! Maaf tidak bisa membantumu."

"i.. iya, tidak apa-apa! Arigato Gozaimasu!" jawabku. Temanku keluar meninggalkan aku bersama laki-laki pasien baru itu.

"Sumimasen!" sapaku pada laki-laki itu.

"Hn.. " jawab laki-laki itu singkat yang telah menjadi ciri khasnya. Ya, kata-kata yang singkat itu juga telah mencuri hatiku. Aku menyukai caranya berbicara. Sungguh menawan.

Kuhampiri laki-laki berkulit putih itu di tempat tidurnya.

"Selamat sore tuan! Saya Sai, perawat yang akan merawat tuan pada shift sore sekitar pukul 2-9 malam. Pada jam-jam itu, selama anda membutuhkan saya anda bisa segara menghubungi saya. Saat ini saya hendak memandikan tuan, berhubung tubuh tuan yang sudah kotor. Dengan mandi diharapkan tubuh tuan akan kembali bersih, tubuh tuan akan terhindar dari infeksi, melancarkan peredaran darah, dan akan membuat tubuh tuan kembali nyaman dan segar. Bagaimana, tuan? Apakah tuan bersedia saya mandikan?" tanyaku setelah di awal memberikan penjelasan panjang kali lebar (= luas) kepada laki-laki itu.

"Tidak! Aku tidak mau kau mandikan!" itulah jawabannya dari penjelasan panjang yang telah aku berikan. Tentu saja dia tidak mau. Siapa yang mau dimandikan oleh orang yang selama ini telah dianggap sebagai musuhnya yang sudah terlalu banyak menghalangi jalan dan membuat repot. Aku mengerti, tapi aku terikat yang namanya, Professional. Jika pasien tidak mau dimandikan, tugas perawat adalah memberi pengetahuan kembali tentang maksud dan tujuan tindakan.

"Tuan, jika tuan tidak mandi, tubuh tuan akan bau, tubuh tidak akan terasa nyaman dan akan mudah terserang infeksi. Jadi dengan mandi hal-hal tersebut tidak akan terjadi. Dengan mandi juga akan membuat otot tuan yang tegang karena telah lelah bertarung itu akan kembali rileks. Jadi saya harap anda mau Saya mandikan."

Dia memalingkan wajahnya dariku. Aku tahu maksudnya.

"Jika ini karena hal pribadi, saya akan meminta perawat lain yang memandikan Tuan. Jadi tuan tidak perlu khawatir, tinggal katakana saja apa yang tuan inginkan." Kataku kemudian melangkahkan kaki hendak memanggil perawat lain.

"Aku mau kau mandikan!" jawabanya membuat aku tersenyum. Bisa aku jamin ini senyum yang tulus karena ketika aku tersenyum, kurasakan sesuatu seperti rasa senang yang merasuk ke dalam tubuhku. Aku akan memandikan Sasuke.

"arigato Gozaimasu, telah mau berusaha untuk berkolaborasi dengan saya, Sasuke-san!" jawabku.

Aku mulai melakukan langkah-langkah sesuai yang telah aku pelajari sebelumnya dibuku.

Aku melanglahkan kakiku menuju trolly yang aku tinggalkan tadi dan menariknya mendekat kearah sasuke. Aku menutup semua pintu dan melebarkan sampiran.

"Apakah anda ingin BAB/BAK terlebih dahulu, Sassuke-san?"

"Tidak, tidak perlu!" jawabnya singkat.

Aku mulai mendekatinya dan hendak menyingkirkan bantal dan guling yang tidak terpakai.

"sumimasen, Sasuke-san! Bantalnya akan saya singkirkan dulu agar tidak basah." Kataku. Aku mulai mengangkat kepalanya secara perlahan dan menyingkirkan batal itu dari sana. Hatiku tidak bisa berhenti berdebar-debar. Bantal itu ku letakkan di atas meja yang berada tidak jauh dari tempat tidurnya.

Aku mengambil sebuah perlak yang terlipat dari trolly yang aku bawa dan kubuka lipatan perlak itu. Itu sebuah perlak panjang sepanjang tubuh orang dewasa. Setelah perlak itu aku buka kugulung perlak itu secara melintang. Hanya tiga per empat saja yang kugulung.

"Maaf, tuan! Apakah anda bisa memiringkan tubuh anda?" tanyaku pada Sasuke.

"tidak bisa!"

"Oh… Iya! Akan Saya bantu! Saya bermaksud meletakkan perlak ini di bawah tubuh tuan agar kasurnya tidak basah." Kataku padanya. Kemudian aku mulai membantunya memiringkan badannya menjauhiku. Setelah itu aku letakkan gulungan perlak itu di bawah punggungnya. Kemudian balik memiringkan tubuhnya menghadap ke arahku dan gulungan perlak yang berada dibawah punggungnya aku bentangkan hingga kasurnya sepenuhnya tertutupi dengan perlak itu. Sasuke aku terlentangkan kembali.

Kemudian aku mulai mengambil selimut mandi yang ada di dalam trolly yang aku bawa tadi dan melipatnya secara terbalik.

"Sasuke-san, selimut anda akan saya ganti dengan selimut mandi." Ujarku dan meletakkan selimut mandi yang telah aku lipat sedemikian rupa di atas dadanya yang tertutupi selimut itu. Tentu saja aku mengucapkan permisi terlebih dahulu untuk menghormatinya. Ujung selimut mandi dan selimutnya aku satukan kemudian menariknya. Tarikan itu membuat selimutnya tersingkap tapi segera tertutupi oleh selimut mandi, sehingga tak bisa aku lihat tubuhnya.

"Sasuke-san baju anda akan saya buka. Maaf ya!"

Hah… batinku mendesah. Sepertinya tugas ini akan menyiksaku. Aku harus menahan emosiku dan hasratku padanya. Perlahan aku buka bajunya, dan itu membuat selimut mandinya tersingkap. Dapat aku lihat dadanya yang datar itu di antara selimut mandi dan bajunya yang baru lepas sebagian. Sial, kenapa tubuhnya begitu indah! Padahal sedang sakit begini!

Jantungku berdebar kencang. Jantung brengsek! Bisa diam tidak sih? Kalau dia mendengar bisa gawat. Aku tidak akan dianggap profesional lagi karena ini.

Setelah bajunya kubuka seluruhnya, segera aku tutupi tubuhnya dengan selimut mandi. Selain karena ini adalah bagian dari prosedur, ini juga membantuku untuk menahan hasratku padanya.

Aku mulai mengambil celemek, dan mulai memakainya. Kemudian disusul oleh hand skun yang dengan segera menutupi tanganku. Aku mulai memandikannya dengan pertama-tama membersihkan wajahnya.

Aku mengambil sebuah handuk,kemudian membentangkan handuk itu dibawah kepala..

"Sasuke-san apakah anda ingin memakai sabun untuk wajah anda?"

"Tidak!" Jawabnya. Kenapa kata-katanya begitu merdu? Aku bisa gila berlama-lama disini.

Aku mengambil sebuah waslap, memasukkannya ke dalam air hangat, memerasnya kemudian memakainya. Aku mulai mengusap wajah Sasuke perlahan-lahan dengan waslap itu. Mengusap dahinya, pipinya, hidungnya yang mancung itu, kemudian matanya yang dia tutup secara reflex. Satu sisi waslap untuk satu mata. Kemudian telinga dan lehernya secara perlahan-lahan. Setelah semuanya terlihat bersih, aku melepas waslap dan aku tetakkan kedalam Waskom air hangat. Aku mengambil 1 sisi handuk dan mengeringkan wajah sasuke dengan handuk itu.

Wajahnya memerah. Bukan karena dia malu, tapi karena rasa nyaman yang dihasilkan dari membersihkan wajah itu. Duh… Sasuke, wajahmu yang merah merona itu membuat hasratku merekah. Jangan lakukan hal itu disaat-saat seperti ini. Aku bisa shock. Tapi sekuat tenaga kutahan. Aku tidak bisa berbuat seenaknya dengan klienku.

"Sasuke-san, sekarang lengan anda yang akan aku bersihkan. Selimut mandinya akn aku turunkan sampai ke perut anda." Kataku. Aku mulai menurunkan selimut mandinya. Pada akhirnya, dadanya terlihat jelas juga. Tapi segera kututupi dengan handuk yang kubentangkan secara melintang setelah sebelumnya aku mengangkat kedua tangannya. Kulebarkan handuk itu ke kiri dan kanan Sasuke, sehingga kedua tangan Sasuke dapat diletakkan di atas handuk.

Tangannya tak kalah indah dibanding dengan bagian tubuhnya yang lain. Menyentuh tangannya, seperti dapat kurasakan keindahan bulan di malam yang gelap. Semua yang ada padanya membuat aku tergila-gila.

Aku mengambil waslap yang lain di atas trolly, kemudian memasukkannya ke dalam Waskom yang berisi air dingin. Kemudian dengan waslap, kuambil sabun padat yang berada di atas trolly itu kemudian mengusapnya hingga ada sabun yang tertinggal di waslap. Aku mulai mengusap tangan Sasuke, mulai dari tangan yang derada jauh dariku dengan waslap itu. Kemudian waslapnya aku ganti dengan waslap dalam Waskom air hangat, memerasnya dan kugunakan untuk mengusap tangan Sasuke yang telah aku sabuni hingga bersih. Setelah bersih, aku mengeringkannya dengan handuk yang ada dibawah lengannya. Begitu juga yang akan aku lakukan untuk lengan yang satunya lagi.

Disela-sela membersihkan lengannya, dia mulai angkat bicara.

"kenapa kau berada di Oto?" itu pertanyaan pertamanya setelah dia lama berdiam diri. Sungguh, aku tersentak mendengar pertanyaannya. Menakjubkan bisa mendengar suaranya yang bertanya padaku setalah sekian lama tak bertemu.

"Bagian dari tugasku." Jawabku seadanya, sambil mengusap tangan kanannya dengan waslap dan sabun, sambil sesekali memijat tangannya. Sengaja aku jawab tidak jelas begitu agar ada pertanyaan lagi yang terlontar dari bibirnya yang merah itu.

"Tugas?" yang aku harapkan terjadi. Dia bertanya lagi.

"iya, tugas. Oto membutuhkan perawat tambahan karena mereka kekurangan perawat. Jadi aku yang disuruh oleh Nyonya Tsunade untuk ini."

"Seorang ANBU? Apa Tsunade tidak salah menyuruh orang? Atau mungkin dia sudah gila?"

"tangan anda sudah bersih. Sekarang saya akan membersihkan dada dan perut anda." Kataku tanpa menjawab pertanyaannya sebelumnya. Bisa kulihat dia sedikit mendesah kecewa karena tak kujawab pertanyaannya.

"Sumimasen, akan aku buka selimut mandinya." Kataku sambil menurunkan selimutnya sampai ke area pubis. Aku ngkat kedua tangannya, kemudian mengangkat handuk yang ada di dada Sasuke, dan kubentangkan handuk itu disisinya, kubasahi tubuhnya dengan waslap yang telah kupakaikan sabun dan mengusap dada dan perutnya. Oh… dada yang indah. Seandainya aku bisa terus bersama denganya mungkin bisa kunikmati dada kekar itu lebih lama. Sasuke benar-benar buat aku gila. Aku tergila-gila pada Sasuke.

"Tidak salah." Jawabku datar dengan wajah yang tanpa ekspersi walaupun sebenarnya hatiku memberontak ingin teriak.

"Semua orang di Konoha sibuk mencarimu. Hingga yang tersisa hanya aku. Makanya yang mendapatkan misi ini adalah aku."

"Jadi kau tidak sibuk mencariku? Bukankah kau bagian dari tim 7 dan merkalah yang paling bernafsu untuk mencariku?"

"Tidak, aku tidak perlu sesibuk mereka untuk menemukanmu." Jawabku

"hn…" dia memalingkan wajahnya segera dariku.

"Bagaimana tuan, apakah dada anda sudah terasa nyaman dan tidak ada sabun yang tersisa?" tanyaku.

"Usap ulang! Aku masih merasakan licinnya sabun di dadaku." Ucapnya sinis. aku tersenyum mendengar jawabannya. Ini yang aku inginkan. Aku mengambil waslap air hangat itu lagi dan mengusap ulang dada dan perutnya sesuai dengan yang dia perintahkan.

Setelah bersih, aku mengambil handuk yang aku bentangkan disisinya dan kugunakan untuk mengeringkan dada dan perutnya.

"Sekarang saya akan membersihkan punggung anda. Saya akan membantu untuk memiringkan tubuh anda."

Setelah tubuh Sasuke berda dakam posisi miring, aku mengambil handuk dan kubentangkan handuk itu dibawah punggung hingga bagian bokong. Sama seperti membasuh dada dan perutnya, aku mulai menyabuni punggungnya dengan mesase disekitar punggungnya. Aku juga melihat mungkin saja ada lesi di punggungnya, tapi ternyata nihil. Punggungnya tidak terdapat luka sedikitpun.

"benarkah kau tidak sibuk mencariku?" tanyanya. Ah… Kau menginginkanya ya Sasuke. Aku tahu alasanmu.

"Ya, karena aku tahu, aku akan menemukanmu. Dan sepertinya buktinya sudah ada." Jawabku. "Aku sudah menemukanmu."

Sasuke mencibir. Aku tersenyum melihatnya seperti itu.

Setelah mengeringkan punggungnya, aku menelentangkan Sasuke kembali dan kupakaikan baju yang bersih padanya. Dia mengikuti saja apa yang aku lakukan.

"Tuan, sekarang saya akan membersihkan tungkai bawah anda. Saya akan membuka pakaian bawah anda untuk mempermudah pekerjaan saya." Kataku. Aku mulai membuka celananya, dan tentu saja tidak kubuka dengan selimut mandi yang tersingkap, tapi kubuka di dalam selimut mandi untuk menjaga privasinya dan hasratku, sentu saja. Syukurlah praktek keperawatan sudah sedemikian rupa dibuat untuk menjaga privasi pasien. Jika tidak mungkin aku akan kehilangan kendali. Aku orang normal yang tentu saja punya libido. Kalian harus ingat itu.

Setelah celananya kubuka, ku keluarkan kaki sasuke yang berada di sisi terjauh dariku dari bawah selimut mandi. Ku bentangkan handuk di bawah kaki dan tekuk lutut Sasuke. Dengan waslap berisi air dingin, kusabuni kaki Sasuke, kemudian menggantinya dengan waslap air hangat kubilas kaki Sasuke agar bersih dari sabun. Kulakukan itu dengan gerakan memijat perlahan-lahan agar sirkulasi darahnya kembali lancar.

"Setelah menemukanku, apakah kau akan membawaku kembali ke Konoha?" Tanya Sasuke padaku.

Tersentak aku mendengar kata-katanya itu. Sambil terus melanjutkan aktivitasku membersihkan kaki kanannya, aku memikirkan kata-katanya. Ya, aku bisa saja membawa dia kembali ke Konoha dengan keadaannya yang lemah seperti iu. Aku yakin dia tidak akan bisa untuk memberontak, ini kesempatan buatku. Tapi….

"Sasuke…." Ucapku.

"Hm… dasar lambat! Seharusnya kau sudah memikirkan itu sejak tadi." Katanya

Kali ini aku tidak dapat berkata apa-apa. Lidahku kelu. Tiba-tiba kesedihan mengalir masuk jantungku. Aku sudah selesai membersihkan kakinya dan kututupi lagi kakinya dengan selimut mandi.

"Sekarang Saya akan membersihkan daerah lipat paha dan daerah genitalia anda"

"what the…"

-sorry ya bagian ini author SENSOR demi keselamatan Sai, Sasuke dan para Readers-

Setelah aku membersihkan daerah lipat paha dan genitalia Sasuke, aku memakaikannya celana yang bersih. Setelah itu aku mengangkat perlak yang ada di atas kasur. Mengganti selimut mandi Sasuke dengan selimut baru yang bersih, dan merapikan kembali bed sasuke dan memposisikan Sasuke supaya nyaman. Mengambil bantalnya kembali mengangkat kepalanya dan meletakkan batal itu di bawah kepalanya. Aku rapikan kembali alat, pakaian dan alat tenun yang telah terpakai dan kotor.

"Tuan, tindakan telah selesai dilakukan. Bagaimana perasaan anda? Apakah anda sudah merasa nyaman?" tanyaku padanya. Dia berpaling dari tatapanku. Aku tersenyum hambar.

"Kau orang yang menyebalkan, Sai!" kembali aku tersenyum mendengar kata-katanya.

"Arigato Gozaimasu. Anda telah mau berkolaborasi dengan Saya dalam hal ini. Jika anda butuh sesuatu anda bisa memanggil saya." Aku menarik trolly yang ada di sampingnya.

"selamat Sore, Sasuke-san" ucapku kemudian pergi dari tempat itu dengan mendorong trolly.

"Tunggu, Sai!" perintahnya.

"Ada yang bisa saya bantu, tuan?" aku berhenti melangkah untuk mencari tahu apa yang dibutuhkannya.

"kau belum menjawab pertanyaanku. Apakah kau akan mengembalikanku ke Konoha?" tanyanya padaku. Aku menggigit ujung bibirku. Kenapa harus dia tanyakan itu sih?

Setelah memutar otakku mencari alasan yang tepat akhirnya aku jawab juga.

"Tuan adalah klien saya. Rahasia tuan, akan menjadi rahasia saya juga." Itulah jawabanku. Dia tertawa, tertawa yang bisa dibilang bukan tawa bahagia.

Aku segera meraih trolly itu dan menggenggam erat ganggangnya, kemudian mendorong trolly itu keluar ruangannya. Aku tak kuat mendengar tawanya. Tawanya itu bagai kunai yang menusuk jantungku. Bukan, bukan itu jawabanku yang sebenarnya. Aku tak bisa berfikir ingin menjawab apa. Kenapa? Kenapa, Sasuke?

"hahaha… Kau tidak jujur, Sai, kau tidak jujur!" katanya. Aku yang hendak membuka pintu jadi mengurungkan niatku untuk merespon kata-katanya.

"Kau permainkan perasaanku." Jawabku tanpa berbalik memandangnya.

"Kita seimbang, satu sama." Katanya enteng.

'Kurang ajar kau, Sasuke!' gumamku di dalam hati. Tak bisa kukeluarkan kata-kata itu. Hingga yang bisa terdengar hanyalah suara roda trolly yang terdorong keluar dari kamar Sasuke.

Akhirnya…

Kita tak saling menyapa

Kita tak ingin bersekutu

Karena tak ingin ada hati yang terluka

Semuanya kita simpan dalam diam

Dalam diam…

(Rinduku Menggumpal by Ebiet G. A)


Thank you for read

gimana? ancurkah? Menyenangkankah? atau terlalu OOC?

ini sebenarnya ada kelanjutannya lho... jadi semua prasatnya akan aku discripkan dan membuat cinta mereka mengalir di rumah sakit itu melalui prasat2 yang dilakukan Sai...

Tolong review ya.. untuk kelanjutan fic ini, soalnya aku ragu, akan aku lanjutkan atau tidak...

Tetima kasih buat yang udah Review...