Genre: Romance (?) Drama (?)
Pairing: Taoris/Kristao/Fantao
Cast: Huang Zitao, Wu Yifan, Byun Baekhyun, Xi Luhan, Zhang Yixing
Rate: T+
Summary : Red Blizar adalah salah satu boyband terkenal di daratan Asia yang eksistensinya dinaungi oleh agensi terbesar di China, Wu Entertainment. Red Blizar mungkin yang paling dianak emaskan di agensi karena semua popularitas yang dipegangnya, tapi tidak menutup kemungkinan jika banyak orang yang diam-diam menggunjinginya di belakang. Seperti tersebar gossip di dalam agensi jika salah satu personilnya adalah peliharaan kesayangan milik sang CEO Wu Ent sendiri, Wu Yifan.
Warning: OOC, Boyslove a.k.a Yaoi, typo(S)
Only You
.
.
Silahkan tinggalkan page ini jika anda tidak berkenan
Dengan para cast dan warning-nya
.
Menerima Segala kritikan dan saran yang bersifat membangun
Tanpa menghancurkan semangat dan imajinasi author
.
Enjoy the story
.
.
.
Sebagaimana keinginan semua makhluk yang telah tinggal di dunia ini, hidup hanya satu kali dan menjalani hidup selalu setiap harinya hanya untuk sebuah tujuan tertentu yang dipuja hampir setiap orang, yaitu kebahagiaan. Banyak cara dilakukan manusia untuk mendapatkan semua hal yang diinginkan. Bekerja banting tulang hampir setiap waktu, melakukan apa saja untuk menghasilkan uang, karena di zaman serba maju seperti saat ini, uang sama artinya dengan kebahagiaan.
Kepuasaan duniawi.
Tidak sedikit dari manusia sekarang yang mengerjakan sesuatu bukan karena hati tapi akibat tuntutan hidup. Terpaksa menjalani setiap peran yang diambil karena memang hanya itulah yang bisa menjamin. Hanya pekerjaan itu yang sanggup menjanjikan.
Menjanjikan kemakmuran hidup, ketenaran, dan uang.
Huang Zitao memang tidak menyukai atau bahkan membenci pekerjaan yang sudah dilakoninya 1 tahun belakangan ini, tapi bukan berarti dia tidak mensyukuri segala hasil yang didapatkannya hingga kini. Kerena sejak awal, menjadi seorang publik figur memang bukanlah impiannya. Menjadi salah satu member dari sebuah boyband terkenal di negara-nya bukanlah kemauan hidup yang sebenarnya. Jika kau menanyakan sebuah impian, maka untuk saat ini dia akan menjawab 'kebebasan'.
Red Blizar
Adalah salah satu boyband terkenal di daratan Asia yang eksistensinya dinaungi oleh agensi terbesar di China, Wu Entertainment. Sebuah agensi terkenal yang tidak hanya mengorbitkan artis idola dan penyanyi papan atas, tapi juga aktor, top model dan dancer ternama. Dari kacamata orang awam, Wu Ent adalah satu-satunya agensi yang diincar hampir kebanyakan orang yang ingin sukses menjadi publik figur yang terkenal. Tapi kebenaran di baliknya, agensi itu hanyalah sebuah neraka dunia yang berkedok surga duniawi.
Segalanya berupa tuntutan. Orang-orang yang bekerja di dalamnya saling menjatuhkan dan menekan satu sama lain, terutama para artisnya. Karena jika tidak seperti itu, maka tidak akan bisa bertahan lama di dunia hiburan yang persaingannya ketat seperti sekarang.
Red Blizar mungkin yang paling dianak emaskan di agensi karena semua popularitas yang dipegangnya, tapi tidak menutup kemungkinan jika banyak orang yang diam-diam menggunjinginya di belakang. Seperti tersebar gossip di dalam agensi jika salah satu personilnya adalah peliharaan kesayangan milik sang CEO Wu Ent sendiri, Wu Yifan. Atau tersebar gossip miring lain jika semua personilnya adalah pelacur rendahan yang menjajakan tubuh mereka untuk para petinggi perusahaan agar mendapatkan hak-hak khusus dan diperlakukan istimewa daripada yang lain. Dari semua gossip yang menyebar luas tersebut, hanya ada beberapa yang benar-benar dipercayai, Karena menurut pemikiran mereka tidak mungkin sebuah group idol bisa terkenal sedemikian singkat tanpa 'permainan' di belakangnya. Dengan kata lain, Red Blizar dinilai hanyalah sekelompok pemuda tidak tahu diri, tanpa talenta yang melekat ataupun bakat yang menjadi kebanggaan seorang idol.
Akibatnya, Red Blizar sering diperlakukan berbeda daripada artis-artis lain. Tidak jarang ada diantara personilnya yang dilecehkan oleh staff dan pihak-pihak lain yang bekerja sama dengan mereka. Walaupun di luar sana mereka sangat terkenal dan dipuja-puja sebagai bintang bak dewa sekalipun, tapi di dalam mereka hanyalah kelompok yang direndahkan.
Huang Zitao sebagai salah satu personilnya sering menyesali dan menyalahkan diri diam-diam. Dia sering memendam perasaan sakit hati saat melihat teman segroup-nya, Xi Luhan sering disentuh tidak senonoh walau pemuda tersebut langsung berteriak emosi dan menepisnya kuat-kuat. Atau Zitao menahan diri untuk tidak menangis ketika mengetahui Zhang Yixing, teman segroup-nya yang lain pernah hampir diperkosa saat mereka menginap di sebuah hotel karena tuntutan konser mereka di luar negeri. Tidak hanya itu, Byun Baekhyun pemuda asal Korea Selatan yang merupakan bagian dari mereka juga, dia bahkan sering dipaksa untuk melayani salah seorang petinggi perusahaan hanya untuk menuntaskan nafsu bejatnya. Zitao tidak tahu apakah Baekhyun menerima sukarela paksaan tersebut atau tidak, tapi melihat gege-nya itu sering murung dengan wajah pucat, Zitao seakan mengerti jawabannya.
Zitao sebenarnya ingin membantu mereka semampunya, minimal dia ingin sekali melindungi para gege-nya dari orang-orang jahat yang mengganggu karena dia adalah satu-satunya member yang paling tinggi dan jago bela diri (walau Luhan dan Baekhyun lumayan menguasai juga), tapi karena sesuatu hal dia tidak bisa melakukannya. Lebih tepatnya, dia tidak memiliki kuasa untuk melakukannya. Dia hanya bisa diam dan menangis dalam hati. Mengutuk dan menyumpahi dalam keheningan, mereka-mereka yang telah menyakiti semua gege kesayangannya.
Apa salah mereka sebenarnya hingga selalu diperlakukan tidak baik seperti itu?
Bagaimana bisa untuk bertahan jika mereka harus tersenyum di depan kamera tapi menangis diam-diam saat sepi?
Zitao membenci keadaannya kini. Agensinya yang biadab, orang-orang di dalamnya yang berhati iblis, atau siapapun yang berperan menghancurkan hidupnya dan orang-orang yang disayanginya. Dia bahkan membenci dirinya sendiri. Karena berkat dialah, mereka menjadi tidak punya pilihan lain.
Tapi dari itu semua, satu hal yang akan selalu dikutuknya seumur hidup, satu hal yang semestinya paling dia benci sampai kapanpun, satu nama, hanya satu orang saja, dia adalah
Wu Yifan
.
.
.
"Zitao, kau mendengarnya-kan? Sehabis latihan nanti, CEO memanggil dirimu ke ruangannya. Kau tahu, dia sangat marah saat kemarin kau menolak untuk menemuinya. Aku ingin kau menurutinya kali ini agar tidak mendapat masalah."
Zitao yang saat ini berdiri di belakang hanya menundukkan kepalanya dalam diam. Matanya lebih memilih mengamati lantai di bawahnya tanpa minat membalas perkataan asistent manajernya. Luhan yang berdiri di sampingnya menatap khawatir pada pemuda mirip panda tersebut.
"Kau dengar tidak, Huang Zitao?! Jangan bertingkah seperti orang bisu seperti itu, Jawab aku!"
Mereka berempat langsung tersentak kaget mendapati pria dewasa di depan mereka murka dan membentak keras seperti itu. Zitao cepat-cepat mengangkat kepalanya dan menatap lemah pria yang berdiri tidak jauh darinya.
"Iya, gege."
Sang pria tersenyum puas lalu mengangguk pelan. Matanya beralih menatapi anak-anak asuhannya yang lain.
"Bagus, lanjutkan latihan dance kalian. Comeback kali ini harus sempurna dan maksimal. Kalian tidak ingin mengecewakan fans-fans di luar sana kan?" titahnya mutlak. Matanya beralih kembali ke arah Zitao yang saat ini kembali menundukkan kepalanya. Sementara yang lain terpaksa mengangguk dan menjawab kompak.
"Baik."
Setelah mendengarnya, sang pria membalikkan badan dan berjalan meninggalkan ruang latihan, tempat member Red Blizar mendalami gerakan dance mereka.
Zitao perlahan mundur dan mendudukkan diri di sudut ruangan, mengabaikan ketiga temannya yang saat ini saling pandang dengan raut wajah cemas dan khawatir. Yixing mengambil nafas pelan lalu menghampiri Zitao yang sekarang berubah diam dan tertekan. Padahal sebelum asistent manajer mereka datang tadi, dia tampak bersemangat latihan dan bertingkah kekanakan seperti biasanya.
"Zii, kau tidak apa-apa?" tanyanya hati-hati. Mata Yixing berubah sendu melihat keadaan Zitao. Pemuda itu merengkuh kedua kakinya erat dan menyembunyikan wajahnya diantara lipatan tangan. Membuat Yixing tidak bisa melihat ekspresi apa yang Zitao tampilkan.
"Hey little panda..." kali ini Baekhyun yang berjalan mendekat diikuti Luhan. Mereka bertiga berakhir duduk mengelilingi Zitao yang saat ini masih diam tidak merespon.
"Apa kau ada masalah? Ceritalah pada kami. Kita saudara, ingat?" lanjutnya perhatian. Tangannya mengusap lengan Zitao pelan.
"A-aku.."
Hening
"Aku ingin mati saja, gege."
DHEG
Jantung mereka bertiga seakan berhenti berdetak dalam sedetik. Wajah Luhan memucat dan setelahnya dia menarik lengan Zitao keras untuk memaksanya mengangkat kepala pemuda berambut hitam kelam tersebut. Dan jantung mereka seperti diremas dengan sulur berduri saat melihat Zitao menangis dengan mata memerah. Yixing tanpa pikir panjang langsung memeluknya begitu erat, memberi ketenangan.
"Kenapa kau menangis, huh? Kenapa kau selalu bersikap seperti ini ketika akan menemui CEO kita. Katakan Zii, apa dia memaksamu?" ucapan itu seakan tepat mengusik dinding-dinding pertahanan Zitao. Isakannya semakin lama semakin keras dan mereka bertiga seolah mengerti, hanya diam membisu dan mengunci bibir mereka rapat-rapat. Mereka tahu tentu saja. Dari mereka berempat, hanya Zitaolah yang sering berkunjung ke ruang presdir Wu Ent. Bahkan setahu mereka, hanya Zitaolah artis di bawah naungan agensi yang paling sering datang. Entah masalah apa yang membuat pemuda panda itu harus sering-sering menghadap sang presdir, tapi yang pasti hal itu bukanlah perkara yang ringan. Terlebih setiap kali Zitao kembali ke dorm mereka, penampilannya selalu berantakan dengan wajah pucat menahan tangis. Baekhyun bahkan yakin, dia pernah sekali melihat tanda lebam merah kebiruan di sekitar lengan atas Zitao saat tidak sengaja mengamatinya ketika mereka ganti baju di tempat yang sama. Tidak hanya bagian itu, di sekitar pinggang Zitao juga memar-memar.
"Apa yang dia lakukan padamu, Zitao? Apa dia menyakitimu? Menyentuhmu paksa? Jawab aku!" ucap Luhan setengah berteriak. Matanya memerah menahan tangis saat sang didi hanya diam membisu dipelukan Yixing. Hatinya sakit melihat Zitao seperti tertekan dan ketakutan. Dia selalu yakin jika Wu Yifan, CEO mereka telah melakukan sesuatu terhadap Zitao. Katakan dia berlebihan tapi sejak awal dia sudah sadar jika pria berusia 27 tahun itu melihat Zitao dengan cara berbeda daripada yang lain.
Luhan pernah memergoki sang CEO muda memperhatikan Zitao saat mereka masih menjadi training di agensi dulu. Awalnya dia menduga itu hanyalah hal biasa, tapi semakin lama dia semakin curiga apalagi dengan perlakuan khusus yang sering Zitao dapatkan. Seperti saat yang lain harus belajar dan berlatih keras tapi hanya Zitao yang diberikan waktu bebas untuk beristirahat. Atau ketika Luhan dan Zitao sedang berdua, dan sang CEO datang entah darimana seperti seorang stalker kemudian berjalan begitu saja melewati mereka. Seolah hanya lewat, tapi Luhan tahu jika dia sempat melirik dan mengamati Zitao terlalu intens.
"Aku lelah, gege. Aku ingin berhenti."
Luhan mendadak tercekat dan mengeraskan ekspresinya.
"Kenapa? Apa gossip yang beredar di dalam agensi selama ini benar? Bahwa salah satu diantara kita adalah peliharaan kesayangan milik presdir Wu? Apa kau mau mengakuinya, Zitao?"
"LUHAN-GE CUKUP!"
Teriakan dari Baekhyun itu kembali membuat suasana menjadi hening. Hanya terdengar samar-samar isakan kecil Zitao yang saat ini berekspresi terluka mendengar perkataan Luhan sebelumnya. Dia mulai melepaskan pelukan Yixing dan mengusap matanya yang basah. Lalu mengamati wajah para gege-nya satu persatu.
"Mungkin selama ini... Memang hanya aku yang patut disalahkan." lirihnya pelan. Setelahnya dia berdiri dan berjalan keluar ruangan, meninggalkan Luhan yang merasa bersalah, juga Yixing dan Baekhyun yang berwajah sendu.
.
.
.
Wu Yifan atau Kris ( nama kecil ) tengah duduk tenang di kursinya sambil membaca berkas-berkas yang menggunung di meja saat pintu ruangannya di ketuk dengan pelan dari luar. Ekspresi wajah yang awalnya tampak datar dan dingin seketika memudar diganti dengan seringai kecil yang sangat cocok di wajah rupawannya. Tangannya dengan cekatan menumpuk semua berkas yang berserakan dan menggesernya ke arah samping. Matanya sempat melirik ke arah jendela sebelum kembali fokus ke arah letak pintu.
"Masuk." katanya nyaris datar dengan suara baritone khas yang menurut kebanyakan orang, terdengar sexy. Kedua mata elangnya semakin berkilat tajam ketika melihat seorang pemuda berambut hitam sekelam malam masuk ke ruangannya dengan wajah menunduk. Sebuah seringai kecil terpatri indah di bibirnya kala mengamati pemuda tersebut melangkah ragu-ragu ke arahnya.
"Kenapa baru datang, Zi-tao~"
Kris berdiri dari duduknya dan dengan perlahan mendekat ke arah tempat berdirinya Zitao yang posisinya tidak jauh dari meja kerjanya. Mata Kris semakin berkilat terang ketika dirinya tepat berdiri berhadapan dengan sosok Zitao yang saat ini tubuhnya gemetar pelan, tanda ia takut berdekatan dengan dirinya.
"Maaf... Untuk apa anda memanggil saya?" cicitan kecil itu berhasil menarik kekehan kecil dari Kris. Kedua lengan kokohnya yang terbalut jas hitam mewah dengan cepat menarik kedua sisi pinggang ramping Zitao hingga menempel sempurna di tubuh kokohnya. Sebuah rontaan kecil tanda penolakan dari pemuda panda itu sama sekali tidak dia pedulikan. Malahan Kris semakin tertawa kecil seolah menikmati.
"Untuk apa lagi selain menyentuh kesayanganku? Satu minggu tidak menyentuh tubuh polosmu rasanya aku berubah gila."
Zitao ingin menangis. Dia ingin sekali menepis tangan-tangan besar dan laknat itu saat dengan tidak sopannya menggerayangi setiap jengkal bagian tubuhnya. Dia bahkan menahan diri untuk tidak berteriak marah dan menampar wajah rupawan di depannya ketika bibir penuh milik pria itu mulai menyusuri leher jenjangnya. Zitao sebenarnya muak. Dia marah karena sang CEO memperlakukan dirinya layaknya boneka yang bisa dipermainkan. Dia jijik dengan dirinya sendiri ketika mengingat tidak hanya kali ini saja pria pirang itu menyentuhnya, tapi sudah berpuluh-puluh atau bahkan entah keberapa kalinya sejak dia menandatangi kontrak dengan agensi pimpinan pria berwajah blasteran tersebut.
Sejujurnya dia ingin menolak tegas atau jika bisa melawan keras atas tindakan tidak senonoh yang dia dapatkan setiap waktu. Tapi dia bisa berbuat apa ketika Kris mengancam akan merusak karir ketiga teman segroupnya dan menghancurkan keluarganya jika benar-benar dibutuhkan. Zitao tidak masalah jika pria itu mendepaknya dari agensi ataupun meminta ganti rugi berupa uang dan kekayaan, tapi masalahnya Kris sama sekali tidak berniat untuk membuangnya. Pria itu malah melakukan segala cara agar Zitao tetap terikat kontrak di perusahaan dan Kris bisa sesuka hati memonopolinya seorang diri. Dia tidak mengerti akan maksud dan tujuan Kris sebenarnya.
Tapi apapun tindakan yang dilakukan, Zitao hanya akan berakhir terluka dan tersakiti. Karena apapun alasannya, Zitao tidak pernah menginginkan hal tersebut.
"Kenapa anda selalu melakukan ini? Masih banyak wanita dan pria di luar sana yang dengan senang hati tidur dengan anda. Kenapa harus saya?" bisiknya nyaris bernada parau. Kedua matanya mulai mengabur ketika merasakan bibir Kris bergerak naik dan menciumi bibir uniknya berulang kali. Kedua tangannya yang gemetar dia simpan di dada bidang pria tersebut, bermaksud untuk menjaga jarak. Tapi Kris malah memutar tubuh mereka, menekan tubuhnya hingga punggung Zitao menabrak meja kerja di belakangnya.
Suara kecipak basah terdengar saat bibir mereka beradu dalam gerakan yang intens. Begitu dalam, kasar dan menuntut. Terutama Kris yang seakan-akan tidak ada habisnya untuk menginvasi mulut dan lidah kaku milik Zitao.
"Berhenti bicara formal padaku, Zitao. Aku lebih suka kau yang keras kepala dan berpose nakal dihadapanku. Aku suka teriakan sexy-mu saat kita bercinta seperti sebelum-sebelumnya." ungkap Kris disela-sela nafas tersendatnya. Wajahnya memerah dengan keringat menetes deras dari dahinya. Kedua matanya bahkan sudah menggelap tertutupi nafsu yang membludak. Saat ini dimatanya, Zitao terlihat begitu indah dan menggoda. Bahkan disaat-saat normalpun hanya Zitao seoranglah yang sanggup membangunkan sisi dominannya. Perasaan ingin memiliki itu begitu besar. Hingga dia rela melakukan apa saja, APAPUN, agar Zitao tunduk dan patuh kepadanya.
"Apa yang harus aku perbuat agar kau mau melepasku? Aku lelah, Aku muak menjadi budakmu terus-terusan. Apa aku harus membunuh diriku sendiri agar kau berhenti?" lagi. Bisikan itu menguar di udara tanpa harus direspon sedikitpun oleh Kris. Karena pria itu kini sibuk mengecupi seluruh bagian wajah Zitao dengan sebelah tangan kiri masuk dari celah bawah kaos yang Zitao gunakan. Menulikan telinga saat pemuda tersebut mulai memohon bahkan berteriak menyuruhnya untuk berhenti. Kris seakan lupa akal. Lupa akan segalanya bahkan saat seseorang mengintip kegiatan mereka dari celah pintu yang terbuka sedikit, dia tidak menyadarinya sedikitpun. Terlihat aneh memang, karena Kris sejatinya adalah orang yang begitu peka terhadap sekitar dan memiliki radar kewaspadaan yang tinggi, tapi untuk sekarang dia begitu buta akan semua hal.
Huang Zitao
Hanya karena seorang Zitao berada direngkuhannya saat ini membuatnya gila untuk sesaat. Merubahnya menjadi pribadi lain yang begitu dominan, buas dan posesif.
Hanya seorang Zitao yang mampu membuat Wu Yifan tergila-gila hingga terobsesi ingin dikuasainya seorang diri.
.
.
.
Zitao dengan langkah pelan menyusuri koridor demi koridor bangunan agensinya. Hari ini dia terlambat bangun dan ketiga temannya sama sekali tidak ada niat untuk membangunkannya tadi pagi. Dia cukup berterima kasih sebenarnya, karena akibat aktivitas kemarin hingga memaksanya pulang larut ke dorm, tubuhnya sudah remuk di semua bagian dan kepalanya mendadak sakit serasa ingin terbelah menjadi dua. Beruntung sebelum teman-temannya berangkat, mereka meninggalkan obat dan sarapan untuk Zitao. Jika tidak, dia tidak tahu apakah dia bisa bertahan atau tidak.
Kedua kaki jenjangnya yang terbalut celana jins warna abu-abu, semakin dipercepat kala kedua manik hitamnya melirik jam tangan yang ada di tangan kirinya. Tas selempang yang ia gunakan tampak berayun-berayun pelan seirama dengan langkahnya yang diperlebar. Dia melewati sebuah ruangan yang isinya para staff bagian promosi saat sebuah percakapan dari dalam menghentikan langkahnya. Tubuhnya tiba-tiba kaku dengan nafas tersendat di tenggorokan.
"Jadi kabar itu benar? Presdir Wu bercinta dengan salah satu member R.B di ruangannya kemarin. Pantas saja, group itu selalu mendapat perhatian lebih dari pimpinan."
Zitao menundukkan kepalanya dalam. Dia bersender di tembok samping pintu ketika sebuah suara perempuan kembali memasuki gendang telinganya.
"Siapa? Pasti Huang Zitao, benar-kan? Hanya anak itu yang sering mendapatkan hak-hak khusus daripada artis lain. Cih, Beruntung sekali dia. 5 tahun aku bekerja di agensi ini, dan aku baru melihat presdir Wu tertarik dengan seseorang."
Tubuhnya merosot jatuh, dan Zitao mengepalkan kedua tangan di masing-masing sisi tubuhnya. Tatapan matanya kosong menatap lurus ke depan.
"Jika berita ini tertangkap media, aku tidak tahu kehebohan macam apa yang akan terjadi. Pasti 'BOOMMMM' dan voila! Karir R.B akan rusak dan berantakan dalam sekejap. Tapi mengingat sebesar apa kekuasaan presdir, aku yakin dia akan menutup mulut para media."
Berhenti...
"Jika tidak, dia akan menutupinya dengan skandal yang lain. Seperti skandal Byun Baekyun yang sempat merebak beberapa waktu yang lalu. Dia dirumorkan tidur dengan salah satu petinggi perusahaan, dan agensi menutupinya dengan kabar dating dari artis lain."
Tolong hentikan...
"Ck, kau benar. Member R.B tidak ada yang normal satu orang pun. Jika bukan karena tampang dan tubuh yang menjual, mereka hanya sekumpulan sampah."
CUKUP!
Zitao berdiri dan tanpa pikir panjang langsung memacu kakinya meninggalkan tempat tersebut. Kedua matanya memanas, hatinya begitu ngilu dan berdenyut sakit.
Tuhan, apa salah mereka hingga selalu mendapatkan cemoohan kasar seperti itu? Mereka juga manusia, tapi kenapa selalu dianggap rendah dan dipandang sebelah mata? Mereka juga tidak meminta untuk diperlakukan seperti itu, mereka terpaksa dan tidak memiliki pilihan lain. Lantas kenapa semua orang seakan-akan menghakimi, menuduh semua hal itu adalah kesalahan mereka?
Zitao benci.
BRUK
"Zitao?"
Yixing yang baru saja keluar dari toilet tidak sengaja menubruk sosok Zitao yang kini keadaannya begitu memprihatinkan. Matanya sembab dengan wajah memerah menahan isakannya agar tidak semakin keras. Kedua kakinya perlahan melangkah mundur, membuat Yixing menatapnya bingung dan khawatir secara bersamaan. Dia menggelengkan kepalanya pelan saat Yixing berjalan mendekatinya.
"Ini semua salahku..." bisiknya parau. Kakinya kembali berjalan mundur, menjauh dari jangkauan Yixing.
"Zitao, apa yang kau bicarakan?"
"Yixing-ge, Zitao!"
Mereka serempak menoleh ke arah Baekhyun yang saat ini berjalan tergopoh-gopoh ke arah mereka. Wajahnya tampak pucat pasi sekaligus tegang. Di tangan kanannya menggenggam tablet sedang warna silver keemasan. Begitu sampai di depan mereka berdua, dia langsung menghadapkan layar tablet-nya ke arah Zitao. Ekspresi wajahnya berubah mengeras.
"Jelaskan apa maksudnya ini, Huang Zitao!" teriaknya menahan amarah.
Tubuh Zitao seakan tersiram air es saat membaca judul artikel yang terpampang jelas dengan ukuran huruf yang besar dan tercetak tebal.
CEO Wu Entertainment tertangkap melakukan hubungan sex dengan salah satu member Red Blizar, Huang Zitao di ruangan pribadinya. Mereka menjalin hubungan gelap?
Lidah Zitao mendadak kelu ketika Yixing dan Baekhyun menatapinya nanar, seolah Zitao adalah seorang tersangka tindak kejahatan yang melakukan hal keji. Kedua kakinya perlahan melemas dan dia jatuh bersimpuh di lantai koridor yang dingin.
Tes
Tes
Kepalanya menunduk dan beberapa tetesan air mata jatuh membasahi lantai di bawahnya.
"Maaf..." lirihnya syarat akan keputusasaan. Kedua tangannya gemetar saat meremas udara kosong di tumpuan lantai.
"Maafkan aku, gege... "
Dan setelahnya yang terjadi, Yixing dan Baekhyun berhambur memeluk tubuh ringkih Zitao.
.
.
.
Setelah beberapa hari skandal itu menyebar luas dan menjadi tranding topic di berbagai media sosial, bahkan menggemparkan seluruh jagad dunia hiburan China hingga merambah ke isu sosial terkait tindakan asusila yang merusak moril masyarakat, namun nyatanya pihak agensi yang terkait tetap menutup mulut rapat-rapat. Tidak ada konfirmasi sama sekali dari sang CEO yang menjadi sorotan skandal tersebut. Akibatnya di kalangan fans dan masyarakat memberikan respon pro dan kontra dari sudut pandang masing-masing. Banyak fans R.B yang menyayangkan skandal tersebut dan tidak sedikit yang menghujat, mencaci maki dan memaksa Zitao untuk segera keluar dari group. Mereka menganggap Zitao adalah aib yang nantinya akan merusak nama kebesaran idola mereka. Di sisi lain banyak di antara kalangan fans juga dan orang awam yang justru mendukung hubungan tersebut. Homoseksual sudah bukan hal yang tabu dan larangan di mata masyarakat modern yang memiliki pemikiran terbuka seperti sekarang ini.
Pernasalahannya bukan pada orientasi seksual-nya tapi lebih mengarah pada perbuatan asusila yang mencoreng batasan wajar yang ditetapkan oleh hukum.
Satu minggu. Semua kegiatan Red Blizar, baik itu konser, acara fansign, reality show atau apapun, dibatalkan secara sepihak oleh pihak manajemen dan melarang semua membernya untuk tampil di media, terutama Huang Zitao. Pemuda itu akhir-akhir ini berubah murung, menolak untuk melakukan kegiatan apapun dan mengurung diri di kamar dormnya. Dia bahkan takut untuk membuka media sosial akibat banyaknya ucapan pedas nan tajam yang belakangan ini ditujukan padanya terang-terangan. Padahal sebelumnya, pemuda itu rajin membuka akun pribadinya untuk sekedar menyapa para fans.
Tubuhnya mengurus dan wajahnya semakin pucat tiap harinya. Teman-temannya sudah sering membujuknya agar tidak terlalu dipedulikan, ataupun menghibur pemuda panda itu untuk tidak larut dalam keterpurukan. Tapi Zitao tetaplah Zitao. Pemuda itu akan selalu memikirkan semua akibat dan segala bayaran yang ia dapat dari tindakan busuknya selama ini.
Jika ada seseorang yang harus ia salahkan atas semua masalah ini adalah pria brengsek itu, Wu Yifan. Karena pria brengsek itulah nama bersih yang sudah susah payah dia jaga, tercemar hanya dalam kurun waktu beberapa jam setelah skandal itu merebak. Wajahnya kini menjadi sorotan seluruh negeri dan semua orang akan menghakimi tindak tanduknya setelah skandal ini berakhir. Ibaratnya, kaca yang sudah terlanjur pecah tidak bisa lagi kembali seperti semula walau sudah direkat ulang. Zitao sudah terlanjur hancur, dan dia tidak tahu harus berbuat apa untuk bangkit dan melanjutkan hidup.
Apakah dia harus hidup untuk menanggung malu atau lebih memilih mati tapi membawa kesalahan dan dosa?
Mungkin...
Dia akan lebih memilih hidup tapi seolah-olah mati dan ditinggalkan.
Tok tok tok
"Zii, tolong buka pintunya. Kau harus melihat ini." suara Yixing yang mengalun dari luar kamarnya sama sekali tidak membuatnya bergeming. Dia tetap meringkuk di sudut kamar dengan angin malam berhembus memainkan gorden jendela warna biru langit, warna kesukaan Zitao.
"Zii, kumohon... "
Perlahan, pemuda berambut hitam malam itu berdiri dan menyeret kaki lemahnya ke arah pintu. Wajah menahan tangis milik Yixing-lah yang pertama kali dia lihat saat membuka daun pintu. Pemuda itu langsung meletakkan kedua tangannya di pundak Zitao.
"Dengar, apapun yang terjadi nanti, kita akan tetap sebuah keluarga yang menguatkan satu sama lain. Kita berempat tetap saudara yang saling memiliki sampai kapanpun."
Yixing membimbing tubuh lemah Zitao ke arah ruang santai dorm mereka, dimana terdapat satu set sofa dan TV berada di tengah-tengah. Di sana sudah ada Luhan dan Baekhyun yang menunggu, tampak tegang dan pucat pasi.
"Dia mengadakan press conference malam ini. Setelah satu minggu, Wu Yifan akan membuka mulutnya, Zitao." ujar Baekhyun setelah beberapa lama terjadi keheningan. Hanya suara TV yang menjadi pemecah kebisuan diantara mereka. Siaran TV yang semua saluran progamnya menayangkan hal yang sama khusus untuk malam ini.
Di layar televisi terpampang seorang pria berambut pirang, berwajah tegas nan rupawan, dengan di samping kanan kirinya terdapat beberapa orang sebagai pendamping. Tatapan tajam pria itu sukses membungkam Zitao yang saat ini duduk tidak nyaman di sofa. Tatapan itu seolah tertuju hanya kepadanya. Begitu mengintimidasi dan mengerikan secara bersamaan.
Pria itu mulai berbicara tapi entah tentang apa, karena suara yang keluar dari televisi di depannya terdengar samar-samar di telinga Zitao. Semuanya tampak bergerak lambat dalam pandangan kosong pemuda panda tersebut. Dia berkedip sekali dan lagi...
Tampilan layarnya tetap sama. Hanya berupa gerakan lambat, suara-suara yang semakin mengecil, menjauh.
Sekali lagi...
"Huang Zitao, apa kau mendengarkan aku? Apa kau menonton acara ini di sana? Bertahanlah di posisimu saat ini. Jangan beranjak sedikitpun."
Sang CEO tampak menarik nafas dan memejamkan matanya sejenak. Ketika matanya kembali terbuka, kilatan akan kesungguhan dan ketegasan tampak terpancar dari manik coklatnya. Semuanya mendadak diam dan terpaku. Kilatan blitz kamera berhenti, suara seperti dengungan lebah yang sebelumnya mengganggu langsung berubah sunyi.
Terpana
Tatapan itu...
"Aku memiliki semua hal. Segala sesuatu yang aku inginkan mudah aku dapatkan dengan hanya menjentikkan satu jari. Hanya dirimu, aku menggunakan kesepuluh jariku untuk menggenggam tanganmu tapi kenapa sedikitpun kau tidak bisa kudapatkan?"
Sorot matanya melembut...
"Katakan padaku, Zitao. Berapa banyak jemari yang aku butuhkan untuk menggenggam hatimu? Seratus? Seribu? Berapapun akan aku berikan. Tapi kumohon, bertahanlah di sisiku yang egois ini. Aku berjanji akan memperbaiki semua kesalahan untukmu."
Hening
"Sekalipun, aku belum pernah mengatakan ini kepada siapapun. Huang Zitao, aku mencintaimu."
.
.
.
.
.
Baby it just took one hit of you now I'm addicted
You never know what's missing
Till you get everything you need
I don't wanna run away
Just wanna make your day
When you feel the world is on your shoulders
Don't wanna make it worse
Just wanna make us work
Baby tell me, I'll do whatever
( Until You - Shayne Ward)
.
.
.
.
.
END
Note : ngegantung? Kurang greget? Bikin emosi? Emang iya. Minta sequel atau lanjutan? Ngipi aja sono. Atau kasih author cium dulu baru nanti akan saya pertimbangkan.. :V :V
Ini ide mucul saat author lagi makan gorengan, jadi maaf kalau terkesan buru2, ngetiknya kilat sih... -_-
At last~ salam cinta dari author :*
