"Apa yang sudah kau lakukan?" tanya kepala keluarga Uchiha aka Uchiha Fugaku.
"Apa maksud tousan?" tanya balik putra sulung Uchiha Fugaku aka Uchiha Itachi.
"APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN HINGGA MINATO MEMUTUSKAN KERJASAMANYA DENGAN KITA?" marah Fugaku
"Kendalikan dirimu anata." ujar lembut sang istri Uchiha Mikoto menenangkan suaminya.
Mendengar ucapan atau teriakan kemarahan sang tousan, Itachi hanya bisa diam menundukkan kepalanya. Pikirannya kacau selama beberapa hari ini, lebih tepatnya semenjak mengetahui Namikaze-Uzumaki Kyuubi yang kabur meninggalkannya dan hingga sekarang keberadaannya belum diketahui. Bahkan yang lebih parah lagi Kyuubi pergi dalam keadaan hamil anak mereka. Hell, adakah yang lebih buruk lagi. Yah, masih ada yang lebih buruk dari itu. Dari apa yang di dengarnya barusan, perusahaan milik ayah Kyuubi 'Namikaze corp.' telah memutuskan kerjasama dengan perusahaan ayahnya 'Uchiha corp.' Sekarang ia harus menghadapi kemurkaan sang tousan.
"Jelaskan padaku, sebenarnya apa yang sudah terjadi?" tanya Fugaku lagi yang sudah bisa mengendalikan diri.
"Maafkan aku tousan. Ini semua memang salahku." ujar Itachi masih dengan kepala tertunduk.
"Aku tidak butuh maaf darimu. Angkat kepalamu saat berbicara denganku." ujar Fugaku dingin.
"Sekarang katakan, apa yang sudah kau lakukan?" tanya Fugaku saat Itachi sudah menatapnya.
"Kyuubi kabur dari rumah dan dia,,, dia hamil anakku" ujar Itachi masih dengan menatap Fugaku, ekspresi wajah keduanya sulit dibaca.
.
Sret.
.
Bugh.
.
"Aaaaa,,,, Anata hentikan!" seru Mikoto begitu melihat Fugaku berdiri dari tempat duduknya dan memukul Itachi.
"ANAK KURANG AJAR, KAU PIKIR APA YANG KAU LAKUKAN HUH? AKU TAK PERNAH MENGAJARIMU SEPERTI ITU. PENGECUT. KAU TELAH MENCORENG NAMA BAIK KELUARGA KITA."
"Sudah anata, jangan seperti itu, kita bisa membicarakan ini baik-baik."
"Kau lihat sendiri Mikoto. Putra kebanggaanmu ini telah menghamili anak dari sahabat baikku. Aku sudah tidak punya muka lagi dihadapan Minato dan Kushina."
"Maafkan aku tousan."
"Cih, apa maafmu bisa membuat keadaan berubah huh? Kau beruntung Minato tidak menghajarmu"
"Tenanglah anata."
"Bagaimana aku bisa tenang setelah mendengar kelakuan bejat putraku." ujar Fugaku. "Apa sebenarnya yang kau pikirkan hingga menghamilinya?"
"Sebenarnya apa yang terjadi, Nak? Bukankah Kyuu-chan sahabat baikmu sendiri? Kenapa kau lakukan itahu padanya." tanya Mikoto lembut, ia bisa melihat pancaran menyesal di onix Itachi.
"Aku mencintainya, sangat mencintainya."
"Huh, itu bukan alasan kau bisa melakukan hal tidak pantas padanya." sela Fugaku.
"Anata!" seru Mikoto, beharap suaminya tidak menyela perkataan Itachi.
"Tousan benar, itu bukan alasan aku untuk menghamilinya. Saat ulang tahun Konan, aku mabuk dan paginya aku sudah terbangun di kamar hotel. Aku tidak ingat apa yang terjadi tapi samar aku mengingat seorang yang membawaku kesana. Dia,,, Kyuubi."
"Aku sudah berusaha menghubunginya selama ini, tapi dia seakan menghindariku. Dia ikut bersama Asuma sensei ke Suna selama sebulan dan saat dia kembali ia meminta kami semua berkumpul di kampus. Aku tidak bisa menemuinya karena tousan menahanku, menghadiri rapat penting lima hari yang lalu. Malamnya aku mencoba menghubunginya, tapi tidak bisa. Esoknya aku ke rumahnya, tapi Kushina baasan bilang dia sudah pergi ke Oxfort untuk S2. Itu tidak mungkin, karena menurutku dia belum sidang. Namun Kushina baasan memberiku surat pernyataan kelulusan Kyuubi dari kampus. Kami semua curiga dan mencoba mencari informasi di UK dan ternyata Kyuubi sudah menolak beasiswa S2-nya itu. Hingga Kushina baasan menemukan kertas hasil pemeriksaan kehamilan di laci meja Kyuubi."
"Apa Kyuu-chan tau kau menyukainya." tanya Mikoto setelah mendengar penjelasan Itachi.
Dengan senyum miris Itachi menjawab, " Sayangnya dia tidak tau kaasan. Aku sungguh bodoh. Aku bahkan baru sadar kalau aku sangat mencintainya dan mengabaikan perasaannya padaku."
"Apa yang Minato katakan padamu?" tanya Fugaku.
"Paman Minato bilang, dia tidak akan memperbolehkan aku menemui Kyuubi seumur hidupku lagi jika dia berhasil menemukannya terlebih dulu."
"Lalu apa rencanamu sekarang?" tanya Mikoto
"Apalagi Mikoto! Tentu saja dia harus menemukan Kyuubi segera sebelum Minato menemukannya dulu dan dia harus mempertanggung jawabkan semuanya. Kita sudah tidak punya muka di depan Minato." ujar Fugaku. "Dengar, aku tidak akan mau melihatmu sebelum kau membawa Kyuubi kehadapanku." tegas Fugaku
"Ta,,tapi anata?"
"Tidak ada tapi-tapian Mikoto, ini sudah final. Aku tidak mau membicarakan ini lagi." ujar Fugaku yang kemudian beranjak meninggalkan Mikoto dan Itachi.
Mikoto memandang iba pada putra sulungnya yang nampak jauh dari kata baik.
"Kau tidak perlu serius menanggapi ucapan tousanmu, dia sedang marah. Dia tidak bermaksud seperti itu."
"Tidak kaasan, tousan benar. Aku sudah mencoreng nama baik keluarga. Aku memang brengsek. Pengecut."
"Sssttt,, sudah. Apa yang kau katakan?" ujar Mikoto sambil memeluk Itachi berusaha mengurangi rasa bersalah pada putranya.
"Tenanglah, semua pasti baik-baik saja. Kyuubi pasti akan segera di temukan." Mikoto bisa merasakan pelukan Itachi mengerat.
"Bagaimana kalau paman Minato yang menemukan di terlebih dulu. Aku tidak akan bisa bertemu dengan Kyuubi dan anakku untuk selamanya kaasan."
"Sstttt, jangan bilang begitu, kau pasti akan menemukan Kyuu-chan terlebih dulu. Kaasan yakin."
"Terima kasih kaasan. Aku pasti akan menemukan Kyuubi duluan dari pada paman Minato. Tapi aku bingung harus mencarinya dimana?"
"Kau tidak usah khawatir, kaasan akan membantumu mencarinya, kaasan dan tousan juga akan mencoba bicara dengan Minato dan Kushina, untuk sekarang kau fokus dulu pada sidangmu. Kau tidak usah khawatir, dia pasti segera ditemukan." ujar Mikoto dan memeluk Itachi sambil sesekali mengusap punggung kokoh Itachi yang mulai bergetar karena tangis.
"Maafkan aku kaasan. Aku benar-benar mencintainya."
"Hm,, iya. Kaasan tahu."
.
.
.
.
.
_A Naruto Fanfiction_
.
.
" Triquel 'Sorry, I Love You' "
.
~I Miss You~
.
.
.
Naruto dkk milik Om Masashi Kishimoto, but this Fiction belong to me "Daniela Alexsandra" disini Dan hanya pinjem chara-chara bikinan Om MK
.
.
.
Pair : Uchiha Itachi, Namikaze-Uzumaki Kyuubi (female),
Genre : Romance and little bit Hurt comfort
Rate : T
Warning : Seperti peringatan Dan di Fict Dan yang terdahulu, hal itu juga berlaku disini, alurnya maju mundur cantik jadi Dan harap reader sekalian nggak bingung.
GS/GB, always human and female Kyuubi. Typo seperti ranjau jadi hati-hati, ide cerita selalu mainstream, judul dan isi tidak sesuai (Maap Dan gak pandai bikin judul), TS (two shoot). But i hope you like.
.
.
.
.
.
.
.
okey here we go
.
.
.
Pagi yang cerah di awal musim semi, sinar mentari mulai merambat masuk melalui celah-celah jendela mengusik kenyamanan tidur seorang wanita bersurai hitam yang masih terlena akan rayuan kelembutan dan kehangatan yang ditawarkan tempat tidurnya. Selimut yang awalnya hanya meyelimuti bagian bawahnya ia tarik keatas hingga menutupi seluruh tubuhnya demi menghindari cahaya nakal yang berusaha mengusiknya.
Namun tanpa ia sadari ada sosok mungil yang telah merangkak menaiki ranjangnya dan ikut masuk kedalam selimut yang ia pakai.
"Ohayou kaasan" bisik sosok mungil tersebut pada ibunya.
"Eenggg,,, ohayou mo Ara-chan" balasnya dengan mata yang masih terpejam.
.
Cup.
.
Sang bocah yang tidak kekurangan akal untuk mengbangunkan sang Ibu dari tidur cantiknya memutuskan mencium sang Ibu seperti dongeng Snow White yang pernah di ceritakan padanya. Dengan tersenyum geli sang ibu pun perlahan membuka matanya menampilkan iris indah sewarna batu ruby. Mengetahui sang kaasan sudah bangun dan menatapnya dengan senyuman yang selalu ia suka tak pelak memunculkan senyuman yang sama di wajah tampannya, senyuman yang sangat jarang muncul dihadapan orang lain kecuali keluarganya.
"Nee kaasan Ara lapar." ujar bocah mungil itu yang diketahui bernama Namizuki Arashi.
"Ara-chan mau makan apa?" tanyanya setelah sebelumnya melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lewat.
"Sebenarnya Ara ingin pie apel buatan kaasan." ujar Arashi yang akan berusia lima tahun pertengahan bulan depan.
"Tidak boleh. Kaasan akan membuatkanmu sandwich tuna dengan ekstra tomat. Bagaimana?"
"yah,,," Arashi mendesah lesu karena keinginannya dilarang oleh sang kaasan.
"Tapi,,, pie apel untuk kudapan menjelang makan siang kedengarannya lezat." tambahnya dengan pose berpikir sambil sesekali melirik pada Arashi.
"Hontou? Yah,,, itu ide yang bagus kaasan." ujar Arashi dengan wajah berbinar.
Mendengar jawaban dari putra kesayangannya yang penuh semangat membuat dirinya tak kuasa menahan gemas, hingga akhirnya ia menjatuhi putranya ciuman bertubi-tubi pada wajah putranya dengan gemas dan terkadang menggelitik perut putranya dan suara tawa bahagia pun menggema di apartemen kecil mereka. Haaaah,,, sungguh pagi yang indah di awal musim semi bagi Namizuki Kurama. Yah,,, begitulah orang-orang disini memanggilnya sejak kepindahannya ke negara berjuluk Negara Matador ini. Sudah hampir lima tahun lamanya dia dan putra tunggalnya menetap disana dan semenjak itu pulalah namanya berubah, bukan lagi Namikaze atau Uzumaki yang menjadi nama belakangnya, melainkan Namizuki yang sekarang menjadi nama belakangnya. Benar,, Namizuki Kurama namanya yang sekarang menggantikan nama Namikaze-Uzumaki Kyuubi yang di sandangnya dari kecil. Berharap agar ia bisa memulai hidup baru bersama putra semata wayangnya tanpa takut akan memalukan nama keluarga yang telah membesarkannya selama ini.
.
.
.
.
Lima tahun yang lalu
.
.
'Selamat tinggal Chiput, maaf tidak mengatakan apa pun padamu. Maaf juga aku terus menghindarimu, semoga kau bahagia dengan gadis pilihanmu. Tolong maafkan aku yang telah lancang mencintaimu.'
.
.
Kyuubi pun beranjak masuk ke pesawat yang akan membawanya ke Inggris tak lama lagi. 'Kuatkan hatimu Kyuu, kau pasti bisa menghadapi semua ini.'
"Maaf nona, silahkan duduk kembali di kursi anda sekarang, pesawat sebentar lagi akan lepas landas."
"Saya, hanya ingin ke toilet sebentar."
"Ya, baiklah."
"Terima kasih."
.
.
.
.
.
Kyuubi berhasil menyelinap keluar dari pesawat dan sebisa mungkin menghindari kamera pengamanan. Tujuannya hanya satu, agar keluarganya tak bisa menemukannya, ia benar-benar tak sanggup menatap wajah penuh kecewa keluarganya. 'Maafkan aku'.
.
.
"Selamat datang Kyuu, bagaimana perjalananmu?"
"Terimakasih nenek Chiyo, perjalanannya sungguh melelahkan."
"Kalau begitu kau istirahatlah, aku sudah menyiapkan kamar untukmu."
"Terima kasih nek."
Semenjak itu, Kyuubi tinggal bersama nenek Chiyo. Masa-masa kehamilan Kyuubi berlangsung dengan baik, meski terkadang morning sickness-nya masih sering terjadi hingga kandungannya menginjak bulan ke tiga. Namun setelah itu semuan berlangsung baik. Kyuubi sangat enjoy dengan kehamilannya.
"Kyuu, hari ini cucuku dan kekasihnya akan datang dari Spanyol."
"Ah, Sakura dan kekasihnya akan datang? Jam berapa mereka tiba baasan? Apa kita perlu menjemput mereka ke bandara?"
"Tidak perlu, Sakura bilang pesawatnya baru mendarat. mungkin lima jam lagi mereka akan sampai."
"Pasti sangat melelahkan."
"Ya, apa kau bisa membantuku menyiapkan makan malam untuk mereka."
"Tentu saja."
Saat akan berjalan menuju dapur tubuh Chiyo tiba-tiba lemas dan hampir terjatuh jika saja Kyuubi tidak menahannya.
"Nenek,,, nenek tidak apa-apa?"
"Ah,, aku tidak apa-apa?"
"Nenek sebaiknya istirahat saja, biar aku yang masak untuk mereka. Belakangan ini nenek sepertinya kurang sehat." ujar Kyuubi dan mulai memapah Chiyo menuju ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur.
.
.
.
"Kyaaa, kau pasyi Kyuubi-neesan?" seru seorang perempuan berambut merah muda saat Kyuubi membuka pintu kemudian memeluk Kyuubi dengan erat.
"Hm, dan kau pasti Sakura." ujar Kyuubi sambil memeluk balik Sakura.
"Hehehe, Kau lebih cantik dari yang ku bayangkan neesan. Ah,, aku lupa menyapa dia juga. Halo jagoan, bagaimana keadaanmu di dalam sana? Apa kau sehat?" sapa Sakura sambil membelai lembut perut Kyuubi yang memang sudah besar.
"Berapa usianya Neesan?"
"Sudah mau delapan bulan."
"Wah,,, sebentar lagi dia akan lahir." ujar Sakura dengan emeraldnya yang berbinar.
"Kalau tahun lalu, kau tidak menolak lamaranku sekarang kita pasti sudah punya jagoan sendiri. Halo Kyuu-nee.." ujar seorang pria berambut raven dengan senyum yang bertengger di wajahnya yang berdiri tidak jauh di belakang Sakura.
"Kau pasti Sai, senang bertemu denganmu Sai."
"Ish,, kau ini. Itu kan salahmu sendiri, melamarku saat aku sedang sibuk mengurusi kuliahku."
"Jadi, apa kau akan menerima lamaranku sekarang?"
"Sai,,, aku kan sudah katakan padamu, aku ingin jadi perempuan yang pantas untukmu. Aku ingin menjadi designer handal dan bisa membuat keluargamu menerimaku dengan tangan terbuka. Kau mengertikan."
"Hn, asal kau tetap memegang janjimu."
"Aku mencintaimu Sai." seru Sakura memeluk Sai dan tanpa sadar mereka berciuman panas di depan Kyuubi.
"Bisa-bisanya kalian berbuat mesum di depan ibu hamil." tegur Chiyo
"Hehehehe,, gomenne."
"Hahaha,, tidak apa-apa nenek, mereka masih muda." ujar Kyuubi.
"Bagaimana kabarmu nenek? Aku sangat merindukan nenek."
"Nenek Chiyo belakangan ini sepertinya kurang sehat." sela Kyuubi.
"Benarkah?"
"Aku baik-baik saja."
"Baik bagaimana? tadi sore saja nenek mau pingsan lagi."
"Apa kita ke dokter saja."
"Dokter mana? kau lupa di desa ini cuma aku yang jadi dokter, hem. Sudahlah aku baik-baik saja, kau tak usah khawatir."
.
.
.
Sudah sebulan ini Sakura dan Sai berada di Suna dan rencananya akan kembali ke Spanyol lusa, tapi sejak seminggu yang lalu keadaan Chiyo memburuk dan sempat mendapatkan perawatan di Rumah sakit pusat di Suna.
"Aku dan Sai sudah merundingkan ini Kyuu-nee. Kami akan membawa nenek ke Spanyol, Aku tak tega jika harus meninggalkan nenek di Suna sendirian. Akan lebih baik nenek ada orang yang harus menjaganya."
"Yah, sepertinya itu ide yang bagus."
"Semuanya sudah Sai-kun siapakan. Sesuai jadwal, kami akan berangkat lusa. Aku berharap kau juga ikut bersama kami."
"Aku? tidak perlu. Aku sudah terlalu banyak merepotkan kalian selama ini."
"Apa yang neesan katakan? Nenek sudah menganggapmu seperti cucunya sendiri. Aku pun demikian, saat aku tak disisi nenek ada kau yang menemaninya. Aku pun sudah menganggapmu sebagai kakakku sendiri. Kumohon neesan, ikutlah bersama kami. Aku tak tega meninggalkanmu sendiri disini, apa lagi dokter bilang kalau sebentar lagi kau akan melahirkan. Kumohon ikutlah bersama kami?"
"Hm, baiklah."
.
.
.
.
.
.
.
.
"Ara-chan, cepat kemari, Sarapan sudah siap, Sayang." ujar Kurama aka Kyuubi sambil menata piring di meja makan.
Tak berapa lama Arashi sudah turun dengan pakaian yang sudah rapi. "Wah,,, sepertinya enak." ujar Arashi sambil mendudukan dirinya di kursi makan sambil menatap lapar sandwich tuna favoritnya.
"Cuci tanganmu dulu sayang." ujar Kyuubi sambil mengelus surai raven putranya.
"Tapi tanganku kan sudah bersih kaasan."
"Tidak, pokoknya kau harus cuci tanganmu dulu."
"Huh,, baiklah." ujar Arashi sambil beranjak menuju wastafel dapur yang memiliki bangku pijakan yang membantunya menjangkau wastafel untuk mencuci tangannya.
"Kaasan sudah membuatkanmu susu coklat. Ingat ya kau harus selalu cuci tangan sebelum dan sesudah makan." jelas Kyuubi saat Arashi sudah duduk kembali di kursinya dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
.
.
Ting,,, tong
.
.
"Ah,, sepertinya itu bibi Maria. Habiskan sarapanmu Ara, kaasan akan membukakan pintu untuknya sebentar." ujar Kyuubi kemudian beranjak membuka pintu apartemennya dan seperti dugaannya, Maria yang datang.
"Ohayou Kurama-san" sapa Maria yang merupakan wanita berumur lima puluh tahun yang menjadi pengasuh Arashi selama Kyuubi bekerja. Seorang wanita yang pernah menetap beberapa tahun di jepang sebelum memutuskan kembali ke Spanyol saat suaminya yang asli orang Jepang meninggal.
"Ohayou mo bibi Maria. Ara sedang sarapan, dia tadi minta di buatkan pie apel. Bahan-bahannya sudah ku siapkan, tolong nanti buatkan pie apel untuknya."
"Baiklah, apa kau akan berangkat ke kantor sekarang?"
"Hm, ini sudah cukup siang. Aku akan berangkat sekarang. Tolong jaga Arashi.
"Tentu saja. Selamat bekerja."
"Iya. Ara-chan, kaasan kerja dulu ya. Kau harus jadi anak baik, jangan nakal ne." ujar Kyuubi seraya mencium pipi Arashi.
"Kaasan bilang akan membuatkan aku pie apel." ujar Arashi.
"Nanti bibi Maria yang akan membuatkan pie apelnya untukmu."
"Yah,,, tapikan Ara mau pie apel bikinan kaasan."
"Ayolah Ara, kaasan tidak bisa membuatkanmu pie apel karena kaasan harus bekerja."
"Hn."
"ow,,, come on honey. Jangan marah begitu yah. Baiklah nanti sore akan kaasan buatkan sepulang dari kantor. Bagaimana?" tawar Kyuubi
"Kaasan janji?" ujar Arashi seraya mengacungkan jari kelingkingnya ke arah sang ibu.
"Hm, kaasan janji." ujar Kyuubi seraya menyambut uluran jari kelingking putranya sambil tesenyum teduh.
.
.
.
.
.
-^_^/-
.
.
.
.
"Selamat pagi Mrs. Namizuki, hari ini Mr. Shirmura ingin mengadakan rapat jam 10." ujar Mr. Sam yang merupakan wakil direktur perusahaan tempat Kyuubi bekerja.
"Kenapa begitu mendadak Mr. Sam?" tanya Kurama dengan sebelah alis terangkat. Karena setau Kyuubi bosnya itu baru menikah dua hari yang lalu dan sekarang tiba-tiba akan mengadakan rapat. Oh,,, yang benar saja.
"Mr. Shimura tidak mengatakan apa pun. Aku juga sedikit heran kenapa Mr. Shimura lebih memilih bekerja dari pada menikmati masa-masa bulan madunya."
"Ow,,, percayalah Mr. Sam. Si mesum itu tidak akan melewatkannya." ujar Kyuubi yang langsung memecahkan tawa .
"Hahaha, kau benar sekali Ms. Namizuki."
.
.
.
.
.
"Baiklah, karena semua sudah hadir. Aku akan langsung saja pada intinya." ujar Shimura Sai aka CEO Shimura corp.
"Ehem, Aku akan mengambil liburan selama satu bulan kedepan. Sakura dan aku akan berbulan madu. Karena itu aku mengumpulkan kalian semua kesini."
"Lalu apa hubungannya? apa kau akan mengajak kami semua untuk ikut berbulan madu bersama kalian?" ujar Kyuubi
"Karena selama satu bulan kedepan aku tidak ada, aku akan melimpahkan semua tanggung jawabku pada Mr. Sam."
"Mr. Pedro dan Ms. Olive untuk sementara akan mengambil alih semua tugas-tugas Mr. Sam, sedangkan untukmu Ku-nee aku minta kau untuk terus menghubungi Mr. Nara untuk kepastian akan proyek kita."
"Okey, tak masalah."
"Tapi yang ku dengar Mr. Nara sudah kembali ke negara asalnya." ujar Sai yang terdengar serius.
"APA?" kaget Kyuubi.
"Hm, itu artinya kau harus ke Jepang untuk mensukseskan proyek ini." putus Sai
"Ta,,ta,,tapi aku tidak bisa kesana." jawab Kyuubi terbata. 'Kami-sama, bagaimana ini?' batinnya.
"Kenapa?" heran Sai melihat keanehan pada Kyuubi, orang yang sudah di anggap kakak sendiri oleh istrinya.
"Kalau aku pergi, siapa yang akan menjaga Ara?"
"Ya sudah, ajak saja dia pergi bersamamu Neesan, gampangkan."
Mendengar jawaban terakhir Sai membuat Kyuubi terdiam. 'Apa yang harus kulakukan sekarang.' jerit Kurama dalam hati.
"Baiklah, kalau tidak ada yang perlu di bahas lagi, kita akhiri rapat hari ini dan untukmu Ku-nee, aku telah menyiapkan segala keperluan selama kau di Jepang, tiga hari lagi kau akan berangkat. Jadi aku benar-benar berharap kau kembali dengan berita baik untuk perusahaan kita." ujar Sai. Sedangkan Kyuubi aka Kurama hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. 'Apa yang ku pikirkan, ini pekerjaan. Aku harus profesional. Aku hanya harus segera menyelesaikannya dan segera kembali kemari. Benar, itu yang harus kulakukan.' putus Kyuubi dalam hati
.
.
.
.
.
.
"Wah,,, Ara tidak percaya ini. Apa benar kita ada di Jepang?" tanya Arashi untuk yang kesekian kalinya pada sang ibu. Iya sungguh senang, akhirnya ia bisa berkunjung ke negara kelahiran ibunya.
"Iya, Ara-chan, sudah berapa kali kaasan bilang padamu." ujar Kyuubi dan dengan gemas ia mengacak surai raven putranya.
'Kami-sama, apa ini waktunya?' batin Kyuubi.
.
.
.
.
Sai sudah menyiapkan sebuah apartemen di kawasan perkantoran di Konoha, sebuah apartemen yang cukup mewah.
"Kenapa tidak sewa hotel saja sih, inikan tidak akan lama. Dia benar-benar berlebihan." gerutu Kyuubi setelah melihat apartemen yang akan dia tinggali di Jepang bersama Arashi.
Setelah membereskan barang-barangnya, tubuh Kyuubi terasa begitu lelah, ia pun melangkahkan kakinya ke kamar utama dan mendapati Arashi yang sudah terlebih dulu tertidur.
'Apa kita akan bertemu Chiput?'
'Sudah sekian lama, bagaimana kabarmu? kau baik-baik saja?'
'Kaasan, tousan, Naru kalian semua hidup dengan baikkan?'
'Aku merindukan kalian'
Tak terasa cairan bening membasaha pipi Kyuubi, ia menatap dalam Arashi sambil mengelus surai raven warisan ayah biologisnya.
'Maafkan kaasan yang sudah memisahkanmu dengan tousanmu.'
.
.
.
.
Hari pertama Kyuubi beserta Arashi di Konoha, mereka memutuskan berkeliling, Sai benar-benar telah mempersiapkan segala sesuatu untuknya bahkan dia memberikan mobil untuk Kyuubi selama dia di Jepang.
"Kita akan kemana kaasan?"
"Kita akan ke rumah sakit terlebih dulu, ayah rekan bisnis kaasan sedang sakit."
Kyuubi sudah menghubungi CEO muda Nara, Shikamaru Nara tentang kedatangannya ke Jepang untuk menyelesaikan kesepakatan proyek yang akan mereka kerjakan. Tapi Shikamaru mengatakan untuk sementara waktu dia tidak bisa melakukan kesepekatan itu karena sang ayah, Shikaku Nara sedang di rawat di rumah sakit, maka dari itu Kyuubi berinisiatif menjenguknya.
.
.
"Permisi."
"Ah, anda sudah datang rupanya. Mari silahkan masuk." ujar Shikamaru
"Terima kasih, bagaimana keadaan anda Nara -san?"
"Panggil saja Shikaku, putraku itu juga Nara, Namizuki-san. Aku sudah lebih baik, tapi putraku tidak mengizinkanku pulang. padahal aku sudah tidak betah disini."
"Hah,,, mendokuse,"
"Hahaha, syukurlah kalau begitu. Aku senang mendengarnya. Anda juga jangan memanggilku Namizuki karena putraku juga Namizuki, Shikaku-san"
"Hahaha, kau benar Kurama-san. Hai, siapa namamu nak?"
"saya Arashi. Arashi Namizuki, Shikaku-jiisan." ujar Arashi memperkenalkan diri.
"Hahaha, putrama sangat tampan dan pintar Kurama-san."
"Tousan~" seru sebuah suara dari arah pintu masuk. Kurama aka Kyuubi yang mendengarnya pun menolehkan kepalanya ke arah tersebut. Tubuh Kyuubi menegang melihat wajah familiar sosok di depannya, tapi sepertinya nampak lebih muda.
"Ck, jangan berteriak. ini rumah sakit Ino. Mendokuse." ujar Shikamaru
"Hehehe, gomenne. Are, ada tamu ya."
"Ino, kemarilah. Kenalkan dia Namizuki Kurama dan putranya Namizuki Arashi. Kurama-san dia adalan Ino Yamanaka calon menantuku."
.
Deg.
.
'Yamanaka? Apa dia adik Deidara?'
.
"Ah, senang bertemu denganmu Yamanaka-san. Ara-chan beri salam pada Yamanaka-san." ujar Kyuubi setelah berhasil mengendalikan dirinya.
"Hn, senang bertemu denganmu Yamanaka-neesan."
"Kyaaaaa, dia tampan sekalai." Seru ino sambil menatap Arashi dengan mata berbinar.
"Ini rumah sakit Ino, jangan berisik, mendokuse."
"Huh, bilang saja kau iri, karena kau kalah tampan dari Ara-kun, ne Shikamaru."
"Ck, mendokuse."
"Eh,, tapi kenapa wajahmu sangat familiar ya." ujar Ino sambil menatap dalam Arashi.
"Hahaha,,, mana mungkin Yamanaka-san. Kami baru ke Jepang." ujar Kyuubi sambil tertawa canggung.
"Benarkah? tapi kenapa wajahnya tidak asing ya? Sangat mirip sekali dengan seseorang. Tapi siapa?" ujar Ino sambil memasang pose berpikir.
"Hahaha,,, anda bisa saja." ujar Kyuubi yang mulai sedikit panik.
"Ah, maaf kami harus pergi. Saya sudah perjanji pada Arashi untuk mengajaknya jalan-jalan."
"Kenapa buru-buru sekali, kalian baru saja datang." ujar Shikaku.
"Maaf, mungkin lain kali saya akan datang berkunjung lagi. Semoga anda lekas sembuh Shikaku-san. Ayo Ara, ucapkan salam pada jiisan."
"Semoga jiisan lekas sembuh. sampai jumpa lagi."
.
.
.
.
"Kaasan baik-baik saja?" tanya Arashi, keduanya sekarang sedang berada di Taman Konoha.
"Apa maksud Ara?"
"Sejak di rumah sakit tadi kaasan jadi aneh, sering tidak fokus."
"Ti,,tidak, kaa,,kaasan baik-baik saja."
Terjadi keheningan selama beberasa saat. Tidak ada yang membuka suara, mereka larut dalam pikiran masing-masing.
'Apa kaasan mengenal Yamanaka-neesan? Kenapa reaksi kaasan seperti itu saat neesan bilang wajahku mirip seseorang. Atau neesan itu tau siapa tousanku?' pikir Arashi.
.
'Kami-sama,,, apa yang harus kulakukan sekarang? Apa ini sudah saatnya?' batin Kyuubi.
.
"Ah, ada yang menjual ice cream. Mau beli Ara-chan?" tawar Kyuubi.
"Hn, Ara mau yang rasa vanilla."
"Baiklah kalau begitu ayo."
"Tidak, Ara tunggu kaasan disini saja dan Ara mau main game di tab kaasan. Bolehkan kaasan."
"Yah,, baiklah. Tunggu kaasan disini ya. Kaasan tidak akan lama." ujar Kyuubi sambil menyerahkan tab-nya pada Arashi."
"Hn"
Selepas Kyuubi pergi Ara mulai mengutak-atik tab Kyuubi, main game hanya alasan agar Arashi bisa leluasa mencari info tentang Yamanaka Ino dengan tab Kyuubi.
Setelah menunggu beberapa saat, terpampanglah berbagai info yang berhubungan dengan Yamanaka Ino, sosok yang ia pikir akan menghubungkannya dengan ayah kandungnya yang selama ini selalu berusaha disembunyikan identitasnya oleh Kyuubi ibunya. Bukannya Arashi tidak pernah bertanya pada Kyuubi, ia sudah pernah menanyakan akan sosok ayah kandungnya, namun Kyuubi terkesan menghindar dan malah mengganti topik lain, atau Arashi akan mendapati raut penuh kesedihan dan kerinduan dari wajah ayu ibunya setelah ia menanyakan sosok ayah kandungnya. Sehingga Arashi harus menekan rasa ingin tahunya akan sosok ayah kandungnya.
"Ck, tidak berguna. Masak sekian banyak laman tidak ada satu pun yang penting." gerutu Arashi.
Hingga sebuah laman menarik perhatiannya, disana di katakan pernikahan antara empat perusahaan besar di Jepang segera di gelar sebelum akhir tahun ini. Disebutkan salah satunya adalah perusahaan Yamanaka corp. yang akan menikahkan putri bungsu mereka dengan pewaris tunggal Nara corp. Sedangkan perusahaan yang lainnya adalah perusahaan Uchiha corp. yang akan berbesan dengan perusahaan Namikaze corp. Tapi bukan itu yang membuat Arashi merasa tertarik, melainkan foto-foto yang terpampang di artikel itulah yang membuatnya tertarik. Disana ada sosok pria sang sangat mirip dengan dirinya. Yah,,, mungkin hanya berbeda model rambut saja, pria di foto itu memiliki style rambut yang cukup unik.
"Hihi,, rambutnya mirip pantat ayam" ujar Arashi tersenyum geli.
"Apanya yang lucu, sayang." ujar Kyuubi tiba-tiba sambil membawa dua buah ice cream cone di kedua tangannya.
"Issshh, kaa,,kaasan mengagetkan saja." ujar Arashi gugup sambil menutup larar tab-nya berharap Kyuubi tidak melihat apa yang ia lakukan.
"Hahaha,,, gomenne. Ini, makan dulu ice creammu sebelum mencair."
"Hn."
.
.
'Siapa pria itu? Kenapa wajahnya mirip denganku? Apa dia tousanku? Huh,, tapi itu tidak mungkin, usianya sepertinya jauh lebih muda dari kaasan. Aku harus mencari tau.'
'Maafkan Ara, kaasan. Tapi Ara benar-benar ingin tahu siapa ayah kandung Ara.'
.
.
.
.
.
.
.
Hari ini tepat empat hari Kyuubi dan Arashi berada di Jepang. Hari-hari mereka isi dengan berjalan-jalan menikmati pemandangan kota Konoha. Kyuubi cukup bersyukur karena selama dua hari ini ia tidak bertemu orang yang bisa mengenalinya. Yah,, walaupun sebenarnya Kyuubi juga berharap bisa bertemu keluarga dan teman-temannya, bahkan dengan 'Dia'. Kyuubi ingin tau kabar tentang mereka, tapi apa daya, dia terlalu takut akan reaksi yang akan mereka berikan padanya. Sungguh sebuah dilema. Disatu sisi ia ingin bertemu mereka tapi di sisi lain melarangnya untuk menemui mereka.
.
Kring,,, Kring,,,Kring,,, Kring,,, Kring,,
.
"Halo-"
"Kurama-neesan,,,," seru sang penelpon yang Kyuubi yakini sebagai istri dari bos tempatnya bekerja Shimura Sakura.
"Berhenti berteriak baka, kau ingin membuatku tuli ya?" omel Kyuubi
"Hehehe,,, gomen ne."
"Huh,, sudahlah. Ada apa kau menelfon pagi-pagi di hari mingguku ini? Kalian batal berbulan madu?"
"Tentu saja tidak, Kami sekarang sedang berlibur dengan kapal pesiar. Kau harus mencobanya neesan. Ini sungguh luar biasa."
"Apa kau hanya menelfonku untuk pamer pinky?"
"Hehehe, tentu saja tidak. Sai ingin bicara denganmu."
"Ohayou Kurama-nee, bagaimana kabarmu dan Ara-kun?" tanya Sai
"Kami baik-baik saja Sai. Ada yang ingin kau bicarakan denganku?"
"Ah,, ya. Bagaimana perkembangannya? Apa yang dikatakan Nara-san.?"
"Yak, kenapa kau malah bertanya masalah pekerjaan sih." seru Sakura, sepertinya mereka mengaktifkan speaker telpon.
"Iya gomen,, gomen Saku-koi. Em,, begini Ku-nee, sebenarnya aku mendapatkan undangan pernikahan dari sepupu jauhku di Jepang. Tapi berhubung aku dan Sakura baru saja pergi berbulan madu, apa kau berkenan menggantikan kami menghadiri pesta pernikahannya."
"Hm, baiklah."
"Ah,, kau memang yang terbaik neesan."
"Hm, lalu undangannya bagaimana?"
"Kau tenang saja, nanti akan ada yang mengantar undangannya ke apartemenmu dan aku juga sudah menyiapkan gaun pesta untukmu." seru Sakura girang
"Kau tidak memilih gaun yang macam-macam kan Sakura?" masalahnya sejak ia datang ke Spanyol ia dijadikan model dadakan oleh Sakura dengan gaun-gaun rancangannya. Memang gaun rancangan Sakura tidak ada yang jelek menurut Kyuubi hanya saja kalau untuk Kyuubi gaunnya terlalu 'sexy' dan itu bukan gayanya.
"Hehehe, kali ini aku yakin kau akan menyukai gaun yang ku pilihkan untukmu.
"Yah,, terserah apa katamu, tapi kalau kau macam-macam, kau akan tau akibatnya." ancam Kyuubi.
"Sebenarnya mereka juga mengundang saat upacara pernikahannya di gereja. Jika kau tak keberatan kau bisa datang kesana atau kau hanya menghadiri resepsinya saja, itu pun tidak masalah." Sai menambahkan.
"Aku punya banyak waktu disini, Shikaku-san kemarin baru keluar dari rumah sakit, mungkin minggu depan aku akan membicarakan mengenai proyek itu dengannya."
"Bagus kalau begitu. Aku akan menghubungi sepupuku agar mengantar undangannya ke apartemenmu."
"Baiklah. Kalau boleh tau siapa nama sepupumu itu? Dia bukan selebriti kan?" canda Kyuubi.
"Hahaha,,, bisa di bilang begitu. Dia sangat populer di Jepang, bahkan melebihi selebriti disana."
"Wah,,, pesta pernikahannya pasti sangat meriah kalau begitu."
"Tentu saja, Uchiha corp. adalah perusahaan besar di Jepang."
.
Deg.
.
'U,,,uchiha?'
.
"Halo Ku-nee,, kau masih disana?"
"..."
"Neesan, apa kau baik-baik saja?" terselip nada khawatir dari Sai saat tiba-tiba suara tawa Kyuubi terhenti dan tidak ada tanggapan lagi darinya.
"Ah,,, ya, maaf kau bilang apa tadi?" tanya Kyuubk setelah sadar dari lamunannya.
"Hm, sepupuku Uchiha Sasuke akan menikah. Perusahaan Uchiha termasuk perusahaan terbaik di Jepang jadi pesta pernikahannya pasti akan meriah. Apalagi calo. mempai wanitanya juga anak dari pengusaha sukses di Jepang. Kalau tidak salah namanya Na-" penjelasan Sai terhenti saat mendengar suara Arashi.
"Siapa yang telpon kaasan" tanya Arashi pada Kyuubi,
"Apa itu Ara-kun?" tanya Sakura yang sepertinya mendengar suara Arashi.
"Iya ini Arashi." jawab Kyuubi
"Sakura-baasan dan Sai-jisan yang menelpon sayang" ujar Kyuubi pada Arashi.
"Benarkah? Ara mau bicara dengan mereka kaasan." pinta Arashi.
"Halo baasan?" sapa Arashi
"Ara-chan,,, baasan kangen sekali padamu sayang. Bagaimana kabarmu?" seru Sakura
"Ara sehat baasan, nee baasan sekarang sedang berlibur bersama dengan Sai-jisan ya?"
"Um, kami sedang berlibur di kapal pesiar. Maaf ya kami tidak bisa mengajak Ara-chan berlibur bersama."
"Tidak apa-apa baasan. Sai-jisan bilang kalau Ara ikut nanti Ara hanya akan mengganggu."
"Au,,, sakit Sakura" Seru Sai yang sepertinya menerima cubitan mesra dari Istrinya.
"Tidak itu tidak benar sayang, maafkan jisanmu ya. Dia kalau bicara memang keterlaluan." ujar Sakura.
"Itu tidak masalah baasan. Lagi pula jisan sudah berjanji akan membawakan oleh-oleh yang Ara pinta."
"Benarkah? Memang Ara-chan minta oleh-oleh apa?"
"Ara hanya minta dedek bayi. Jisan bilang kalian akan membuatnya bersama selama liburan nanti." ujar Arashi dengan binar wajah bahagia membayangkan dirinya menggendong bayi mungil mengindahkan wajah horor Kyuubi yang masih meresapi kata-katanya.
"SAI/SAI" teriak Sakura dan Kurama bersamaan.
Mendengar sang ibu menjeritkan nama sang paman membuat Arashi terlonjak kaget bersamaan dengan gagang telfon yang sudah berpindah tangan pada Kurama kembali. Sedangkan Kyuubi yakin mendengar tawa Sai yang meledak dan beberapa kata omelan yang di lontarkan Sakura pada yang suami yang sudah meracuni kepolosan keponakannya.
.
.
.
.
.
.
.
"Kita akan kemana kaasan?"
"Ah, kita akan mengunjungi rumah Shikaku jisan, Ara. Kau masih ingat dengannya?"
"Hn, jisan yang dulu kita jenguk di rumah sakitkan? Kenapa kita ke rumahnya kaasan?
"Kemarin Shikaku jisan baru keluar dari rumah sakit."
"Apa jisan sudah sembuh?"
"Hn, sepertinya begitu."
"Itu sebabnya tadi pagi kaasan membuat banyak pie apel. Aku kira semua itu untukku." rajuk Arashi.
"Ayolah sayang, kaasan bisa kapan saja membuatkan pie apel dan sebanyak yang kau mau."
"Hn, kaasan janji."
"iya, kaasan janji."
.
.
.
.
"Wah,,, lihatlah siapa yang datang? Bagaimana kabarmu Kurama-san dan jagoan kecilmu ini." sambut Shikaku ketika mengetahui kedatangan Kyuubi dan putranya.
"Kami baik-baik saja Shikaku-san. Bagaimana keadaan anda?"
"Seperti yang kau lihat. Aku sudah lebih baik. Mari kita kedalam, hari ini banyak yang berkunjung kemari. Katanya sih ingin menjengukku, tapi mereka hanya beralasan agar bisa bermalas-malasan disini." bisik Shikaku pada akhir kalimatnya.
"Hahahaha,,, anda bisa saja. Tapi jika begitu, kedatangan kami hanya akan mengganggu acara malas-malasn kalian saja, bukan begitu?"
"Hahaha,,, tentu saja tidak. Semakin banyak orangnya maka akan semakin seru."
"Ah, ini. Saya membawa sedikit oleh-oleh."
"Kau tidak perlu repot-repot, Kurama-san."
"Semuanya, perkenalkan ini rekan bisnis putraku Namizuki Kurama dan putranya Namizuki Arashi. Mereka berasal dari Spanyol."
.
Deg.
.
'Kami-sama. Kenapa ada dia disini?' jerit batin Kyuubi
.
"Ha,,halo sa,,saya Namika- Namizuki Kurama" sapa Kyuubi. 'Sial, hampir saja salah sebut'.
"Dan ini putra saya, Namizuki Arashi. Perkenalkan dirimu sayang?" ujar Kyuubi mencoba bersikap biasa. 'Tenanglah Kyuu, tidak akan ada yang curiga padamu jika kau bisa mengendalikan dirimu.'
"Hn, Namizuki Arashi, senang bertemu kalian semua."
Di ruangan itu, ada anggota lengkap keluarga Nara Shikaku dan sang calon besan kepala keluarga Yamanakan beserta putrinya.
"Ne, Shika. Apa anak ini yang di ceritakan Ino tempo hari." tanya wanita berambut pirang yang perawakannya mirip Ino.
"Hn, iya."
"Wah,,, Ino benar, dia sangat tampan. Halo perkenalkan aku Deidara. Yamanaka Deidara."
"Mau sampai kapan kau menggunakan nama itu? apa kau lupa kalau kau sudah menikah?"
.
Deg.
.
'Menikah! Apa dengan Itachi?' pikir Kyuubi.
'Ck, kenapa aku ini? Huh, apa urusanku? Mereka kan memang saling mencintai'
'Tapi kenapa disini sakit sekali?'
'Kami-sama,,, apa aku masih mencintainya?'
.
"Isshh, tousan ini."
"Hahaha,, suamimu akan marah kalau kau selalu mengenalkan dirimu dengan nama lamamu, Dei."
"Biarin, aku sedang marah padanya."
"Hah,,, kau ini. Kau beruntung, suamimu adalah orang yang sangat sabar hingga sanggup mengatasi mood swingmu ini."
.
"A,,,anda sedang hamil?" tanya Kyuubi spontan
"Tidak usah terlalu formal. Iya aku sedang mengandung anak pertamaku." ujar Deidara dengan senyum manis.
"Be,,berapa bulan usianya? Sepertinya perutmu sudah besar?"
"Hmm,, dokter bilang sekitar pertengahan bulan depan sudah akan lahir."
"Eh,, benarkah? Kalau begitu minta suamimu untuk mengurangi jam kerjanya, dia harus stand by menungguimu jika sewaktu-waktu ada tanda tanda melahirkan." ujar Inoichi
"Tousan tenang saja, awal bulan depan danna sudah mengajukan cuti selama sebulan." ujar Deidara sambil mengusap lembut perut buncitnya.
Entah kenapa Kyuubi jadi teringat masa-masa kehamilan dan persalinannya dulu. Hingga tak terasa olehnya cairan bening sudah lolos meluncur membasahi pipinya.
"Kaasan baik-baik saja?" tanya Arashi tiba-tiba yang membuat seluruh mata menatap kearahnya.
"Ah, kaa,,kaasan baik-baik saja Ara." ujar Kyuubi dan dengan cepat menghapus air matanya sebelum diketahui.
"Maaf sepertinya kami harus pergi."
"Kenapa terburu-buru? Tinggallah sebentar untuk makan siang." ujar Shikaku
"Sekali lagi saya minta maaf, tapi kami memang harus pergi sekarang."
"Baiklah, tapi lain kali kau tidak boleh menolak."
"Hm, baiklah."
"Ah, Kurama-san lusa depan kuharap kau bisa datang ke kantorku untuk membicarakan proyekmu dan putraku."
"Tapi, anda baru keluar dari rumah sakit. Saya bisa menunggu, jadi anda tidak perlu memaksakan diri."
"Tidak. Tidak sama sekali, lagi pula aku bosan hanya dirumah."
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih banyak."
.
.
.
.
.
Sebenarnya Kyuubi tidak tega meninggalkan Arashi di tempat penitipan anak seperti bangunan yang ada di depannya ini, tapi ia juga tak bisa membawa Arashi ke perusahaan Nara corp. bersamanya.
"Ne Ara-chan, maafkan kaasan ya. Sebenarnya kaasan tidak ingin meninggalkanmu disini. Tapi,,, kaasan takut kau bosan menunggu kaasan di kantor Shikaku-jisan."
"Hn, kaasan tidak perlu khawatir. Ara akan jadi anak baik selama kaasan kerja. Jadi kaasan tenang saja."
"Ah,,, kaasan sangat menyayangimu sayang." ujar Kyuubi sambil memeluk putranya dan memberikan ciuman di kening dan kedua pipinya. "Kaasan akan mengantarmu sampai ke dalam, ayo."
"Tidak perlu kaasan." tolak Arashi cepat.
"Kanapa?"
"Ara bisa sendiri, lebih baik sekarang kaasan cepat berangkat ini sudah siang nanti kasihan Shikaku jisan lama menunggu kaasan."
"Hm, baiklah,, baiklah kaasan pergi. Tapi,,," Kyuubi menunjuk pipi sebelah kirinya, mengisyaratkan agar Arashi memberinya ciuman perpisahan.
.
cup.
.
"Baiklah kaasan pergi. Jadi anak yang baik ya." pamit Kyuubi setelah menerima ciuman dari putranya.
Setelah melihat mobil ibunya berbelok di persimpangan jalan, Arashi menghela nafas lega.
"Maafkan Ara ne, kaasan." ujar Arashi kemudian berjalan ke arah trotoar dan menghentikan sebuah taksi.
"Tolong antarkan aku ke alamat ini jisan." ujar Arashi sambil menyerahkan kertas pada supir taksi.
"Mana orang tuamu nak?" tanya supir taksi
"Kaasan dirumah dan tousan sedang bekerja. Itu adalah alamat rumah nenekku dan aku ingin mengunjunginya"
"Benarkah?"
"Kalau jisan tidak percaya, aku bisa mencari taksi lain untuk mengantarku kesana. Aku sudah sering pergi ke rumah nenekku sendiri."
"Apa orang tuamu tidak khawatir?
"Mereka percaya padaku, lagi pula mereka memberiku ini," ujar Arashi sambil menunjukkan GPS pada supir taksi tersebut. "dan juga aku sudah mencatat nomor polisi taksi ini, kalau jisan macam-macam aku sudah mengirimkan nomer polisi ini pada kaasan dan tousanku." ujar Arashi sambil menunjukkan layar 'berita terkirim' pada nomer 'kasan' dan 'tousan' yang sebenarnya itu adalah nomor ponsel Sakura dan Sai yang sebelumnya ia edit.
"Baiklah nak, aku akan mengantarmu ke rumah nenekmu." ujar supir taksi yang cukup takjup dengan bocah di dalam taksinya.
Sang supir taksi tidak melihat seringaian yang muncul di wajah Arashi. 'Yes, rencana pertama berhasil.'
.
.
.
.
.
"Kita sudah sampai, nak."
"Hn, terima kasih jisan." ujar Arashi sambil menyerahkan uang pembayaran taksi.
.
"Wah,,, rumahnya besar sekali" takjub Arashi melihat rumah besar di depannya.
"Kau sedang apa?" ujar seseorang dari belakang Arashi tiba-tiba yang membuatnya sedikit terkejut.
.
Sret.
.
Arashi menoleh ke sumber suara, ia hendak memarahi orang yang baru saja mengejutkannya hingga onixnya bertemu dengan onix pria di depannya. Mereka berdua tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Kau sedang apa?" tanya sosok itu kembali.
"Apa paman tinggal di rumah ini?" Arashi berbalik tanya tanpa menjawab pertanyaan pria di depannya.
"Apa kau tersesat? dimana orang tuamu? Kenapa kau bisa sampai disini?" tanyanya beruntun. 'Orang tua macam apa yang membiarkan anaknya seperti ini?'
"Hiks,,hiks,, hue,,, paman tolong aku,,, Aku mau kaasanku,,, hue,,, hue,,," Arashi tiba-tiba langsung menangis sehingga membuat pria bermarga Uchiha di depannya melotot kaget dan panik melihat bocah di depannya menangis histeris sambil memangil-manggil ibunya.
"Su,,sudah jangan menangis lagi. Dimana rumahmu? aku akan mengantarmu pulang." tawar sosok di depannya tanpa bisa mencegah perawaasn khawatir yang mulai muncul sejak bertemu bocah di depannya ini.
"Aku tidak tau rumahku dimana jisan. Hiks,,, hiks,,"
"Lebih baik kita masuk dulu."
.
.
"Siapa anak itu Itachi?"
"Aku tidak tau kaasan, saat aku datang tadi dia sudah berdiri di depan rumah." ujar Itachi seraya menurunkan Arashi dari gendongannya dan mendudukkannya di ruang tamu.
"Sepertinya dia tersesat." tambah Itachi.
"Siapa namamu anak manis?" tanya Mikoto.
"A,,arashi, Namizuki Arashi" jawab Arashi sambil sesegukan
"Nah, Ara-kun, kenapa bisa sampai disini? tanya Mikoto lembut
"A,,ara tidak tau, Ara mau kaasan Ara."
"Dimana kaasan Ara sekarang?" tanya Itachi, entah kenapa melihat bocah di hadapannya ini menangis membuatnya tak tega. Yah walaupun sebenarnya itu hanya akting Arashi saja.
"Ara tidak tau baasan, Kami baru seminggu di Jepang karena kerjaan kaasan. Tapi Ara tidak tau dimana kantor kaasan."
"Kalau tousan Ara dimana?"
Seketika tangis dan sesegukan Arashi berhenti. Tidak ada akting lagi, wajah terlihat begitu lesu.
"Ara tidak punya tousan" ujar Arashi sambil mendongak menatap dalam mata Itachi. Semua ekspresi sedih Arashi dengan mudah terbaca Itachi dan kembali hatinya berdenyut sakit melihat tatapan mata yang sama dengan matanya.
"Ah,, maafkan pertanyaan baasan Ara-kun."
"Tidak apa-apa baasan." ujar Arashi
"Lalu sekarang kita harus bagaimana Itachi?"
"Apa Ara ingat rumah Ara dimana?" tanya Itachi
"Kertas yang ditulis kaasan hilang, jadi Ara tidak tau."
"Siapa nama kaasan Ara?"
"Namizuki Kurama." ujar Ara sambil mengamati ekspresi orang-orang di depannya, namun nihil, tidak ada perubahan ekspresi dari kedua orang di depannya saat Arashi menyebutkan nama Ibunya.
'Ini akan sulit' batin Itachi
"Ara tidak usah khawatir, jisan akan membantu Ara pulang dan bertemu Dengan kaasan Ara." ujar Itachi sambil mengelus surai raven Ara tak lupa senyum tulus yang telah menghilang sejak kepergian seseorang yang sangat ia cintai.
Mikoto yang melihat senyum tulus Itachi untuk pertama kalinya setelah sekian lama hanya bisa bersyukur dan turut mengulas senyum bahagia.
.
.
"Paman, siapa yang ada di foto itu?" tanya Arashi, mereka saat ini sedang berada di kamar Itachi. Setelah sebelumnya Itachi mengerahkan beberapa anak buahnya untuk mencari ibu Arashi 'Namizuki Kurama'. Entah kenapa mendengar nama Kurama, Itachi selalu teringat akan motor sport milik rubah merahnya. Tak pelak senyum penuh kesedihan tercetak di wajahnya.
"Itu foto teman paman waktu kuliah."
"Benarkah? dia keren dan tampan." Arashi masih memandangi foto yang terdapat di nakas dekat tempat tidur Itachi.
"Hahahaha,,, tampan ya? Banyak yang bilang begitu dan banyak pula yang babak belur setelah mengatakan itu."
"Eh,,, Kenapa?"
"Dia perempuan, Ara." ujar Itachi sambil membayangkan masa indah kuliahnya dulu bersama Kyuubi, gadis yang ada di foto itu.
"Ehhhhh! Benarkah?" seru Arashi
"Hahaha, hn, saking tampannya ia pernah beberapa kali mendapatkan surat cinta bahkan pengakuan cinta dari mahasiswi di kampus."
"Hahaha, dia benar-benar mirip laki-laki. Tapi kalo dilihat sekali lagi dia cukup manis ya paman." ucapan terakhir memunculkan senyum kecil di bibir Itachi.
"Hn, dia sangat manis dan menggemaskan."
"Eh,, paman penggemar real madrid ya?" tanya Arashi saat melihat poster klub sepak bila asal negaranya.
"Hn, mereka tim favoritku."
"Wah,,, kita sama kalau begitu paman. Aku juga penggemar real madrid, tapi kaasan membencinya. Kaasan lebih suka Barcelona." ujar Arashi sambil mengerucut sebal saat ingat pertandingan Real madrid dan Barcelona yang dia tonton bersama sang kasan di menangkan oleh tim favorit kaasannya.
"Benarkah? kaasanmu penggemar Barcelona? Kenapa sama dengan dia?" tunjuk Itachi pada foto Kyuubi.
"Hee,,, benarkah paman? Kalau boleh tau namanya siapa paman?
"Namanya Namikaze Kyuubi."
"Wah,,, lalu dimana dia sekarang paman?"
Dengan senyum kecut Itachi menjawab "Paman tidak tahu dimana dia sekarang."
"Paman bertengkar dengannya ya?"
"Paman sudah melakukan hal buruk padanya, mungin sekarang dia sangat membenci paman dan tak ingin bertemu dengan paman lagi."
.
Bruk.
.
"Kata kaasan, kalau ada yang sedih kita harus menghiburnya dan pelukan bisa meredakan kesedihan paman." ujar Arashi sambil mengelus punggung Itachi.
Itachi membalas pelukan Arashi tak kalah erat. Air matanya mulai menetes, menyalurkan rasa sedihnya. Entah kenapa Itachi merasa nyaman di pelukan bocah itu. Cukup lama mereka berpelukan sampai Itachi melepaskan pelukannya, walau sebenarnya ia merasa enggan.
"Terima kasih Ara." ujar Itachi sambil mengacak pelan surai raven Arashi.
"Hn, sama-sama paman." Arashi sebenarnya juga tidak tau kenapa dirinya merasa nyaman di dekat pria Uchiha ini.
"Mau main bola bersama?" tawar Itachi
"Mau,,," seru Ara semangat.
.
.
.
.
.
"Siapa yang datang? Kenapa di belakang berisik sekali?" tanya Sasuke yang baru datang bersama Naruto.
"Oh,, niisanmu sedang bermain bola bersama Arashi di belakang." jelas Mikoto
"Arashi?" tanya Sasuke dan Naruto bersamaan dengan alis terangkat.
"Ah, tadi Itachi bertemu dia di depan rumah. Sepertinya dia tersesat dan Itachi membawanya kemari. Kaasan senang bisa melihat niisanmu ceria lagi Suke."
Di dorong rasa penasaran Sasuke dan Naruto melangkah menuju halaman belakang Uchiha yang memang cukup luas. Sayup-sayup mereka mendengar gelak tawa yang cukup keras. Setibanya di sana, Sasuke terpaku melihat kakaknya tengah tertawa lepas, seolah semua beban berat yang di pikulnya tidak pernah ada. Tak terasa senyum tulus hadir di wajah datar Sasuke yang membuat Naruto tertegun kala mendapati cairan bening yang mengalir dari mata calon suaminya ini.
"Teme! Kau menangis?"
Seakan tersadar dari pikirannya, Sasuke langsung menoleh ke arah Naruto yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Kau kenapa dobe?" tanya Sasuke sambil membelai lembut pipi Naruto.
"Baka! Kau yang kenapa?" ujar Naruto sambil mengusap air mata yang mengalir di pipi Sasuke. "Kau menangis."
"Hn." Sasuke mulai menghapus air matanya sendiri. Ia tidak sadar dirinya tengah menangis.
"Kau masih merasa bersalah pada Itachi-nii? Ini semua bukan salahmu."
"Hn, aku memang salah. Kalau saja aku dulu memberitahu aniiki tentang keanehan Kyuubi padanya. Pasti aniiki bisa menahannya agar tidak pergi." Sasuke teringat kembali kejadian saat Kyuubi memaksa untuk bertemu di jam sekolahnya dan mengatakan kata-kata yang aneh, seakan Kyuubi akan pergi jauh. Awalnya ia tidak memperdulikan kata-kata Kyuubi hingga ia pulang dari olimpiade di Oto selama empat hari, ia mendapati fakta yang mengejutkan. Kyuubi menghilang dalam keadaan mengandung keponakannya, anak Itachi. Sungguh Sasuke sangat menyesal dan merasa bersalah pada Itachi.
.
"Oi,, Otoutou, Naru-chan." seru Itachi saat tak sengaja melihat adik dan calon adik iparnya berada tak jauh dari mereka. "Kemarilah."
"Mereka siapa paman?" tanya Arashi.
"Nah, Arashi-kun kenalkan ini adikku, Uchiha Sasuke dan kakak yang manis itu adalah calon istrinya, Namikaze Naruto. Kalian kenalkan ini Arashi, Namizuki Arashi."
"Hn, Aku Arashi, Namizuki Arashi senang bertemu kalian."
"Hn"
"Halo, Arashi-chan senang bertemu denganmu. Aku Naruto, Namikaze Naruto. Kau bisa panggil aku Naru-neechan.
"Hn, Naru-nee dan Sasu-nii" ujar Arashi sambil terus menatap Sasuke.
"Apa?"
Arashi menggelengkan kepalanya. "Tidak, hanya saja rambut Niisan lucu. Seperti pantat ayam."
"Hahahaha,,, bahkan Arashi saja bilang rambutmu mirip pantat ayam teme." ujar Naruto.
"Pfffttt,,," Itachi berusaha sekuat tenaga menahan tawanya walau ujung-ujungnya tawa itu pecah setelah mendengar perkataan Naruto.
Oh,,, ingin sekali Sasuke menjitak kepala pirang Naruto yang malah mendukung ucapan bocah di depan mereka. Death glare andalan Sasuke seakan tidak mempan pada ketiga orang di depannya.
"Cih."
"Ayolah, jangan ngambek donk teme, Ara-chan pasti hanya bercanda, ne Ara-chan."
"Hn"
"Perasaanku saja atau kalian bertiga itu mirip." sungut Naruto sambil menggembungkan pipinya saat mendengar jawaban Arashi yang sama dengan para keturunan Uchiha. Perkataan Naruto barusan mengundang reaksi yang hampir sama dari ketiga orang berjenis kelamamin laki-laki tersebut. Ketiganya larut dalam pikiran masing-masing hingga suara nyaring menginterupsi lamunan mereka.
.
Kruyuuk,,,,
.
"Apa kau lapar Ara? Ayo ke dalam mungkin baasan punya sesuatu." ajak Itachi
"Hn, tidak usah paman. Di tas Ara ada pie apel buatan kaasan Ara. Ara akan makan itu saja."
"Yasudah, ayo masuk." Itachi pun berjalan memasuki rumah dengan Ara dalam gendongannya. Meninggalkan Sasuke dan Naruto yang menatap kepergian keduanya dalam diam.
.
.
"Wah,,, sepertinya enak." seru Naruto saat mencium pie apel milik Arashi.
"Hn, pie apel buatan kaasan memang paling enak sedunia. Apa Naru-nee mau?" tawar Arashi.
"Kenapa hanya Naru-nee yang di tawari, pamankan juga mau." ujar Itachi
"Hn"
"Eh,, paman dan Sasu-nii juga mau?"
"Baasan juga dong~" ujar Mikoto sambil datang membawa nampan berisi minuman untuk mereka.
Arashi terdiam, pie miliknya hanya ada tiga potong dan ke-empat orang di depannya ingin mencicipi pie buatan kaasannya. Arashi tidak menyadari binar jahil di wajah ke-empat orang di depannya.
"Tapi pie Ara cuma ada tiga."
"Paman Itachi dan Sasu-nii tidak usah di bagi, mereka kan tidak suka makan manis." ujar Mikoto.
"Benarkah? tapi-"
"Sudah, kami hanya bercanda. Makan pie mu, kau tadi laparkan!" ujar Itachi sambil mengacak gemas surai Arashi.
"Hn, itadakimasu." Ara pun makan dengan lahapnya, sudah dua buah pie yang ia habiskan, masih tersisa satu. Namun sepertinya ia sudah merasa cukup kenyang.
"Kenapa tidak kau habiskan pie mu?" tanya Mikoto
"Ara sudah kenyang baasan, kalau baasan mau pie ini untuk baasan. pie-nya sangat enak loh baasan."
"Benarkah?" ujar Mikoto sambil mengambil potongan pie di kotqk bekal Arashi.
"Bagaimana?" tanya Arashi
"Oishi,,,," seru Mikoto dengan mata berbinar
"Hn, apa kata Arashi, pie-nya enakkan." seru Arashi bangga
"Cobalah." ujar Mikoto sambil menyuapkan pie ke mulut Naruto.
"Uwahhh,,, ini sangat enak ttebayo. Teme kau harus cicipi ini enak." seru Naruto menyodorkan pie ke depan mulut Sasuke, namun Sasuke malah memalingkan mukanya. Sedangkan Itachi yang sudah memakan pie yang di suapkan Mikoto padanya terdiam menikmati kunyahan demi kunyahan pie dalam mulutnya yang terasa begitu nikmat.
"Enak."
Perkataan Itachi membuat Sasuke memandangnya dengan terkejut, pasalnya mereka berdua memang anti makanan manis tapi setelah melihat ekspresi itachi saat bilang kalau pie itu enak, membuatnya penasaran.
.
Sret.
.
"Eh,,?"
.
Kunyah,,,, kunyah,,, kunyah,,, glup.
.
Sasuke tertegun dengan rasa pie tersebut yang tidak terlalu manis seperti kebanyakan kue-kue lainnya, rasanya pas.
"Hn, enak."
"Yak,,, kenapa kau makan pie ku?" seru Naruto sambil memukul lengan Sasuke.
"Hehehe, tidak ada yang bisa menolak kelezatan pie buatan kaasan Ara, Namizuki Kurama." Namun masih, tidak ada reaksi dari ke empat orang di depannya saat lagi-lagi Arashi menyebutkan nama ibunya.
'Apa memang mereka tidak ada hubungan dengan kaasan?' batin Arashi.
'Ternyata semua ini sia-sia, aku tidsk akan pernah bertemu dengan tousan.'
"Ada apa?" tanya Itachi saat menyadari perubahan sikap Arashi.
"Ara, ingin pulang, Ara ingin bertemu dengan kaasan." jawab Arashi. 'Buat apa aku terus disini, tapi-'
'Kenapa aku tidak ingin berpisah dengan keluarga ini?'
Semua orang di ruang makan itu tertegun mendengar ucapan Arashi. Kenapa mereka bisa lupa fakta kalau Arashi sedang tersesat. Apa mereka sudah mulai merasa nyaman bersama Arashi. Ke-empat orang itu seakan enggan membiarkan Arashi meninggalkan mereka. Tapi apa mau di kata, mereka bukan siapa-siapa bocah raven itu.
"Hn, kau tunggu sebentar, paman akan menghubungi anak buah paman."
"Hn"
'Aku harus pulang sekarang sebelum kaasan menjemputku disana.'
.
Brak.
.
Kota bekal Arashi jatuh tepat di bawah kaki Itachi, saat akan mengambil kotak bekal itu, Itachi melihat tulisan yang ada di kotak bekal itu, seperti sebuah alamat.
"Apa ini alamat rumahmu?" tanya Itachi pada Arashi sambil menunjukkan tulisan di balik kotak bekalnya.
"Ah,,, iya. Itu alamatnya. Tapi kaasan tidak pernah bilang kalau menulis alamatnya di kotak bekal Ara." ujar Ara menampilkan raut polos tanpa dosa.
"Hn, baiklah. Paman akan mengantarmu pulang kalau begitu."
"Hontou?"
"Hn, paman akan ambil kunci mobil dulu."
.
.
.
.
.
"Sepertinya kaasan belum pulang." ujar Arashi sambil mengambil kunci cadangan yang di letakkan Kyuubi di bawah tumpukan batu hias di pot bunga depan apartemen.
"Ayo paman masuk."
"Hn, lain kali saja. Paman masih ada urusan di kantor. Kau tak apa kan di rumah sendiri?" sebenarnya Itachi tidak tega meninggalkan Arashi sendirian dirumah. Tapi berhubung bos tempatnya bekerja menelfon dan memintanya segera menemuinya, tidak bisa menolak begitu saja.
"Hn, paman tak usah khawatir, sebentar lagi kaasanku pasti akan segera pulang. Apa kita akan bertemu lagi paman?"
"Hn, tentu. Kita pasti akan bertemu lagi."
"Paman yakin?" tanya Ara dengan suara pelan.
"Hn, tentu saja." ujar Itachi yang berjongkok di depan Arashi dan mengacak pelan rambutnya.
"Jangan membuat janji yang tak bisa kau tepati paman. Mungkin minggu depan aku dan kaasanku sudah pulang ke Spanyol."
Itachi tertegun mendengar perkataan Arashi. Entah kenapa hatinya seakan tak rela Arasi meninggalkannya. "Kalau begitu paman berjanji, kita akan bertemu sebelum kau kembali ke Spanyol."
"Paman janji?" ujar Arashi seraya mengacungkan jari kelingkingnya pada Itachi.
"Hn, paman janji." Itachi menyambut jari kelingkingnya dengan kelingking Arashi, mengikat sebuah janji. "Paman pergi dulu, kau berhati-hatilah."
"Hn, paman juga hati-hati."
.
.
.
.
.
Pesta pernikahan Sasuke dan Naruto akan segera di gelar, semua undangan juga sudah di sebar. Semua persiapan sudah disiapkan secara sempurna dan besok adalah hari besar untuk pasangan tersebut.
"Aku sangat berharap Kyuunee hadir saat pernikahanku besok kaasan. Apa masih belum ada perkembangan?" tanya Naruto pada Kushina.
"Kaasan juga berharap demikian Naruto. Kaasan harap rencana tousanmu berhasil membawanya datang di pesta pernikahan kalian."
"Jika tousan yang menemukan Kyuu-nee duluan. Apa nanti tousan tetap akan melarang Itachi-nii bertemu dengan Kyuu-nee?"
"Kaasan tidak tau sayang. Kaasan hanya berharap yang terbaik untuk kita semua dan semoga neesanmu segera di temukan."
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kaasan, apa besok kaasan ada waktu? Ara ingin mengajak kaasan pergi ke pesta pernikahan kakak teman Ara."
"Sepertinya kita tidak bisa pergi Ara, kaasan lupa memberi tahumu kalau besok sepupu Sai-jiisan juga akan menikah."
"Yah,,, padahalkan Ara sudah janji akan datang."
"Memangnya di mana tempat resepsinya?
"Kalau tidak salah di Sharinggan hotel."
"Eh,, itu juga hotel tempat sepupu Sai akan menikah. Okey, baiklah kita bisa mampir sejenak untuk mengucapkan selamat. Bagaimana?"
"Hn, terima kasih kaasan."
"Iya sayang, sekarang Ara tidur. Besok kita akan menghadiri upacara pernikahan sepupu Sai jiisan."
"Hn"
.
.
.
Sudah lewat tengah malam, namun Kyuubi masih terjaga. Ia masih memikirkan pertemuannya dengan keluarganya besok. Mau tak mau Kyuubi harus bertemu mereka. Apa disana ia juga akan melihat 'dia'?
Apa disana nanti dia akan bertemu dengan teman-temannya dulu?
yang paling penting sanggupkah Kyuubi bertemu dengan mereka semua.
'Sepertinya aku belum sanggup.' batin Kyuubi, tak terasa airmatanya sudah mengalir seperti sungai.
'Aku sudah membuat mereka semua kecewa'
'Aku tidak mau mereka malu karena aku hamil di luar nikah.'
'Aku juga tidak yakin mereka akan mau menerimaku kembali setelah apa yang kulakukan.'
'Kami-sama,,, apa yang harus kulakukan?'
.
.
.
.
.
Pagi ini Kyuubi dan Arashi tengah bersiap-siap menghadiri upacara pernikahan sepupu Sai Aka Uchiha Sasuke dan Namikaze Naruto. Arashi nampak tampan dengan setelan Jas yang di kirimkan Sakura untuknya. Sedangkan Kyuubi menggunakan gaun berwarna putih gading nampak sederhana namun terkesan elegan. Rambut indah yang dulunya berwarna merah kini berwarna hitam itu ia sanggul dengan menyisakan sedikit rambut yang membingkai wajahnya. Serta kaca mata tanpa frame yang melengkapi penampilannya kini.
"Kau sudah siapa Ara?"
"Hn"
"Baiklah, ayo kita berangkat."
Mereka berdua pun akhirnya berangkat, tiga hari yang lalu paket dari Sakura datang. Isinya bisa di tebak gaun dan jas untuk Kyuubi dan Ara menghadiri pesta pernikahan sepupu Sai, Uchiha Sasuke. Kyuubi sempat geram dan marah pada sakura karena gaun untuk acara resepsinya terlalu 'sexy'. Saat Kyuubi menelfon Sakura dan hendak memarahinya, Sakura malah tertawa dan mengancam Kyuubi kalau ia akan menjadikannya model busananya saat fasion show musim gugur nanti jika tidak mau memakai gaun pilihannya.
.
.
"Hah,, kita sudah sampai. Ayo turun."
"Hn."
Keduanya berjalan memasuki gereja tempat dilangsungkannya pernikahan adik tersayangnya, Namikaze Naruto.
'Aku senang kau menepati janjimu anak ayam. Terima kasih selama ini kau telah menjaga Naru untukku.' batin Kyuubi sambil memandang gereja tempat dilangsungkannya upacara pernikahan Sasuke dan Naruto.
"Maaf Nyonya boleh saya lihat kartu undangannya." tanya seorang penjaga pada Kyuubi.
"Ah, maaf. Tunggu sebentar." Kyuubi membuka tas kecil yang di bawanya kemudian menyerahkan undangan tersebut pada penjaga itu.
"Atas nama Shimura Sai?".
"Iya benar, Sai tidak bisa hadir dan aku kakak dari istri Sai yang di minta untuk menggantikannya." jelas Kyuubi
Setelah mengcros cek daftar undangan Kyuubi dan Arashi di perkenankan masuk ke dalam gereja.
"Tempat duduk anda ada di belakang deretan bangku VIP keluarga Uchiha." jelas si penjaga.
"Hn, baiklah terima kasih."
.
.
.
Saat mencapai pintu depan gereja, Kyuubi mematung. 'Kami-sama, itu mereka' batin Kyuubi. Ia dapat melihat sebagian besar tamu undangan disini hanya berisi kerabat dan sanak saudara beserta teman-teman. 'Konan, Pain, Shukaku. Kalian sama sekali tidak berubah.' tak sadar ia mengulas senyum penuh rindu menatap teman-temannya yang nampak sedang bercengkrama.
"Kaasan, kenapa diam saja. Ayo kita duduk."
"Ah, iya. Baiklah."
Sesampainya di tempat duduk yang di peruntukkan untuk mereka berdua, Kyuubi tak bisa menghentikan keinginannya untuk memindai setiap sudut ruangan. Hingga iris rubynya memandang ke arah sosok yang begitu ia rindukan. 'Tousan, kaasan. Bagaimana kabar kalian? Aku merindukan kalian.' ingin rasanya Kyuubi berlari dan memeluk sosok orang tua angkat yang begitu ia cintai. Tak sadar air matanya sudah membasahi pipi.
"Kaasan kenapa?" tanya Arashi khawatir.
"Ah, baik-baik saja, hanya kelilipan." Ara memandang Kyuubi dengan curiga. 'Apa kaasan melihat seseorang yang di kenalnya?' batin Arashi.
"Ne Ara-chan, kaasan mau ke toilet sebentar. Apa Ara mau ikut?"
"Hn, Ara akan tunggu kaasan disini saja."
"Baiklah, kau jangan kemana-mana. Kaasan hanya sebentar."
"Hn."
Setelah kepergian Kyuubi, giliran Ara yang sekarang sedang memperhatikan tiap sudut ruangan. 'Hah,,, membosankan.' batin Arashi, hingga matanya tanpa sengaja melihat seseorang yang ia kenal beberap hari yang lalu. 'Kenapa paman itu ada disini?'
"Paman."
"Eh, apa yang kau lakukan disini?"
"Paman sendiri?"
"Kenapa kau malah balik tanya." dengan gemas Itachi mengacak pelan surai raven bocah di depannya. "Ini upacara pernikahan adik paman, kau ingat Sasuke? Hari ini dia akan menikah dengan Naru-chan."
"Heh,,,, jadi paman ini sepupunya Sai-jiisan. Pantas saja kalian mirip."
"Sai? Apa kalian yang dimaksud Sai yang akan menggantikannya?"
"Hn, Aku dan kaasan yang mewakili Sai-jiisan datang kemari."
"Wah,,, sungguh kebetulan. Tapi mana kaasanmu? Kenapa kau sendiri? Kau tidak tersesat lagi kan?"
"Kaasan sedang ke toilet."
"Oh,,, apa kau ingin bertemu Mikoto basan? dia sangat merindukanmu."
"Benarkah? Aku juga merindukannya"
"Ayo, kita temui Mikoto baasan sebentar."
"Hn."
.
.
.
.
Kyuubi panik, saat ia kembali, Arashi tidak ada di tempat. "Kemana perginya anak nakal itu?" gumam Kyuubi sambil terus mencari Arashi di setiap sudut gereja. Ia sempat bertanya pada beberapa orang, tapi sayangnya tidak ada yang tahu dimana putranya berada.
.
Bruk.
.
"Maaf saya tidak sengaja."
"Hn."
.
Deg.
.
.
.
.
tbc.
.
.
.
.
Gomennasai harus Dan potong dulu sampai sini, soalnya kepanjangan nanti
hehehe,,,, biar seru :3
Terima kasih buat yang sudah nyumbang nama buat anaknya ItaKyuu, tapi maaf nama 'Hikaru san Hikari sudah terlalu sering di gunakan para autor senior. Lalu nama Ryu, sebenarnya cukup bagus tapi cuma satu ejaan, Kebanyakan di klan Uchiha ada 3ejaan. Jadi Dan pikir nama 'Arashi' masuk itungan. Hehehe. Dan harap kalian semua nggak kecewa baca kelanjutan fict Dan ini. Maaf sepertinya squelnya kemarin banyak yang nggak terima sama jalan ceritanya, jadi Dan mohon maaf T_T
Semoga triquel ini tidak mengecewakan. Untuk yang harapkan penderitaan si Chiput, maaf Dan cuma segitu aja teganya sama abang Chiput, nggak bisa sadis seperti yang reader harapkan. Maafkan Dan,,,,,,
Okay, terima kasih bagi semua yang udah sempetin waktu baca fict-fict Dan, juga yang udah follow, fav dan repiu dari SILY, SIOOML dan nunggu triquel IMY.
maaf gak bisa balas satu-satu. mungkin yang login akan Dan balas lewat PM.
terima kasih banyak atas dukungannya selama ini.
sampai jumpa di part 2 I Miss You minna-san
pai,,,pai,,,
.
.
Ps: bagi yang nunggu kelanjutan SOIK dan MYLM mohon bersabar, keduanya dalam proses pengetikan. Harap maklum solanya Dan ngetiknya di Hp jadi mungkin rada lama. si Axy lagi dibawa ke bengkel tinggal si Leno yang bisa Dan andalin buat ngetik jadi mohon Minna-san bersabar.
Oh,, ya. untuk yg belum tau, beberapa waktu lalu dan sempet publis fict tapi pair utamanya bukan IFK tapi SFN, IFK-nya cuma slight aja. ada yang sudah baca? ato belum?
hehe,, kalo belum silahkan baca sapa tau suka :3 (maap ya promo :D)
~I do care IFK~ (^_^)/
