A Remake Fic From Mami Ju2E

.

Based On Today, I'm Bidding You Farewell Manga
by: Madarame Hiro

.

Ide cerita milik Madarame Hiro Sensei, dengan penambahan dan pengurangan seperlunya.

.

Main Cast:
Kyuhyun dan Sungmin

.

Other Cast:
Kim Jongwoon (Yesung) dan Kim Ryeowook

.

Warning:
Boys Love and Typo (s)

.

enJOY

.

Apa kalian percaya akan karma? Segala sesuatu akan ada balasannya?

Atau kalian hanya akan percaya bahwa manusia akan selalu merasakan dua sisi kehidupan yang akan selalu bertolak belakang namun tetap sejalan. Baik dan buruk, cinta dan benci, jujur dan dusta, kesetiaan dan pengkhianatan.

Kenyataan dan kepura-puraan.

Aku merasa disakiti, dicampakkan dengan dan ditinggalkan dengan cara yang tak pernah aku kehendaki. Mana ada manusia yang mau diperlakukan seperti itu? Untuk bermimpi pun rasanya amat merugikan bagiku. Ini tidak indah, bukan hayalan pemuas angan yang kelak terwujud seolah kau akan bahagia.

Bahagia itu milik orang lain. Bukan untukku. Bahagia itu direnggut dariku. Sekali lagi dengan cara yang tidak pernah aku kehendaki.

Kim Jongwoon, Kim Ryeowook...aku tidak akan pernah melupakan kalian. Kalian mungkin tidak akan pernah tahu, tapi di sini aku meratapi nasibku yang selama ini dibutakan oleh kecemburuan untuk menghancurkan salah satu di antara kalian berdua.

Kalian memang hancur, tak bersatu, sesuai keinginanku. Tapi sialnya aku tidak bahagia sama sekali.

Brengsek!

Yah, semuanya brengsek. Aku masih belum puas, aku masih ingin menyakiti kalian berdua. Aku ingin kalian merasakan apa yang selama ini aku rasakan.

Brengsek!

Aku sudah tidak berbuat apa-apa lagi. Aku sudah menghancurkan kalian. Aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan. Tapi kenapa aku masih saja merasa hancur?

Brengsek!

Aku tidak pernah merasa sehancur ini sebelumnya.

Ya Tuhan...

.

-KyuMin-

.

"Ming, kau mau pesan apa?" Kyuhyun menyentuh tanganku, menyadarkanku dari lamunan bodohku. Cuaca dingin membuat pikiranku melanglang buana ke musim panas. Padahal musim dingin tahun ini baru berjalan beberapa hari.

Memperbaiki letak scarf yang melindungi leherku, aku menunjuk menu biasa dan membiarkan Kyuhyun memesankannya untukku. Si pelayan segera menuliskan pesanan kami lalu meninggalkan meja setelah memastikan bahwa pesanan kami akan datang dalam waktu kurang dari 10 menit.

"Masih belum terbiasa?" Kyuhyun menelan tawanya, dia tahu aku masih kesal untuk membiasakan diri menghadapi musim dingin di kota ini. Aku ingin kembali ke Incheon, aku ingin menghabiskan musim dinginku di sana. Bersama keluargaku tentunya.

"Wajahmu pucat." Katanya sambil memperbaiki letak kacamatanya. Jemarinya yang panjang dan terawat untuk ukuran seorang pria membelai anak rambutku yang tetap ngotot menutupi mata kananku. Aku mau saja memotong poniku, tapi orang ini melarangku, dengan alasan poni ini memberinya alasan untuk selalu menyentuh wajahku. Dan sesuai kebiasaan itu kini jemarinya yang 'indah tadi' menggelitik pipiku, membelai selembut bulu dan nyaris membuatku ingin melakban jemari itu ke pipiku. Aku memang gila. Kalian tidak perlu menyebutkannya kepadaku.

Oh ya, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Lee Sungmin. Umur 22 tahun dan aku lelaki. Pria yang berada di hadapanku ini juga laki-laki, namanya Cho Kyuhyun. Umurnya 20 tahun. Yup, dia memang lebih muda dariku. Tapi sayang wajahnya tidak menunjukkan itu. Dia lebih tinggi, lebih lelaki—secara fisik, dan lebih maskulin tentunya. Sedangkan aku, petite, berparas lembut—kata orang, terlalu pendiam dan sedikit membosankan. Oh ya, aku gay. Kalian tidak akan terkejut ketika mengetahui hal ini bukan? Well, itu bukan urusanku.

Berhubung aku sudah mengenalkan diri sebagai seorang gay, maka dengan sangat menyesal aku harus mengatakan bahwa kami berdua adalah sepasang kekasih. Rasanya aku tidak perlu menjelaskan apa itu 'sepasang kekasih'. Kalian sudah besar dan tentunya pikiran kalian sudah dewasa untuk bisa membaca kisahku ini.

Aku dan Kyuhyun sudah satu tahun menjalin hubungan. Hebat bukan? Aku tahu umur hubungan kami masih muda, tapi untuk ukuran hubungan yang tidak dilandasi oleh cinta rasanya ini sudah luar biasa.

Kalian terkejut?

Kyuhyun mungkin tidak tahu, tapi sejak awal kami berpacaran hingga hari ini aku belum mencintainya. Hatiku belum bergetar ketika mengingat namanya, aku tidak tersenyum sendiri seperti orang gila ketika membayangkan wajahnya ataupun tingkah polahnya yang selalu manis terhadapku. Aku belum merasakan semua itu.

Sekarang kalian sudah tahu bahwa aku seorang gay, aku dan Kyuhyun adalah sepasang kekasih. Hubungan kami tidak dilandasi cinta—setidaknya itulah yang aku rencanakan dan aku rasakan sejak setahun yang lalu.

Dan hari ini aku berniat untuk mengakhiri semuanya. Aku ingin mengakhiri hubungan kami. Mengakhiri semua kepura-puraan ini dan mengakhiri semua 'kebohonganku'.

.

-KyuMin-

.

"Ada apa, Ming?" Kyuhyun menopang dagu dengan tangan kanannya, menatapku dengan sorot matanya yang begitu perhatian dan penuh pengertian.

'Oh, sial. Kau semakin membuatku merasa berdosa, Cho Kyuhyun.'

Ku beri tahu kalian satu hal, orang ini terlalu baik. Hanya manusia berhati iblis saja yang tega menyakiti hatinya. Dan manusia itu adalah aku.

"Tidak biasanya kau mengajakku bertemu di jam-jam sibuk seperti ini. Bukankah kau ada kuliah sekarang?" tanyanya seraya melirik jam tangan pemberian dariku yang melingkar elegan di pergelangan tangannya. Itu barang termahal yang pernah kubelikan untuk seseorang. Masih teringat bagaimana dilemanya ketika aku harus memilih hadiah untuknya daripada hadiah rutin yang selalu aku belikan untuk ibuku di setiap ulang tahunnya. Untuk tahun ini kadoku tidak akan sampai ke tangan ibu, tapi ke tangan Kyuhyun.

"Aku bolos." Jawabku dengan tenang. "Aku sedang ingin membolos." Tambahku sejujurnya.

"Kau sedang tidak ada masalah dengan dosenmu, kan?"

"Tidak. Kau tenang saja. Aku hanya ingin mencuri sedikit waktu dari jam kuliahku. Aku mulai bosan dengan rutinitasku akhir-akhir ini." kataku tidak terlalu berbohong.

Dia tersenyum, dengan itu memaklumi alasanku.

"Aku tidak sedang mengganggu waktumu, kan?" tanyaku sambil memutar sendokku ke dalam cangkir putih gading yang baru saja diantarkan oleh pelayan ke meja kami. Aku memesan coklat hangat tadi.

"Tentu saja tidak. Aku malah senang sekali kau mau mengajakku bertemu hari ini. Kita sudah lama tidak bertemu di luar. Terakhir itu bulan lalu 'kan?" tanya Kyuhyun sembari mengingat-ingat kapan terakhir kali kami melakukan hal seperti ini.

"Ya," anggukku sependapat dengannya. Mungkin lebih tepatnya satu setengah bulan yang lalu.

Ia tersenyum kembali. Oh, lagi-lagi dia membuatku semakin merasa berdosa. Aku harus segera menyelesaikan ini dengan cepat.

.

-KyuMin-

.

Aku mengenal Kim JongWoon terlebih dahulu. Sudah lama, bahkan lama sekali. Aku menghitungnya semenjak Jongwoon mendorong ayunanku hingga aku terjatuh ke dalam kubangan lumpur di taman bermain. Di situ kami berkenalan, melalui pukulan dan memar di pipi kiri dan kedua lututku, dan diakhiri dengan rengekanku yang mengadu kepada Youngwoon hyung. Hyungku menghajar Jongwoon kecil saat itu dan semenjak itu aku tidak mau lagi mengadukan setiap perbuatan jahat ataupun usil teman-temanku kepada Kangin hyung. Aku berjanji, sampai hari ini.

Mungkin karena kapok dihajar oleh Kangin hyung, Jongwoon tidak pernah lagi menggangguku. Lambat laun kami mulai berteman hingga pada akhirnya kami menjadi sahabat karib yang begitu akrab. Kami tidak terpisahkan, dimana ada Sungmin di situ ada Jongwoon. Dimana Jongwoon membuat keributan maka di situlah Sungmin akan menenangkan suasana. Aku selalu menjadi penengah di setiap pertengkaran ataupun keonaran yang disebabkan oleh sahabatku itu, hingga akhirnya dia sadar bahwa kenakalannya tidak akan bisa membuat hidupnya sukses dan keluarganya menjadi kaya raya.

Jongwoon yang nakal pun berubah ketika kami memasuki SMA, Jongwoon jadi murid teladan, dicintai oleh seluruh penghuni sekolah, hingga akhirnya jabatan presiden sekolah ia dapatkan dengan mulus, aku menjadi sekretarisnya. Kami semakin dekat, semakin akrab dan semakin tak terpisahkan. Hingga aku meramalkan bahwa kami akan menjadi pasangan abadi untuk selama-lamanya. Aku lupa memberi tahu kalian, Lee Sungmin ini sudah jatuh cinta kepada Kim Jongwoon semenjak dia mendorongku hingga jatuh dari ayunan.

Besar sekali cintaku padanya. Bagaimana tidak, aku memupuk cinta ini sejak aku belum mengenal apa itu pelajaran bahasa dan matematika. Dan ketika saatnya tiba untuk memetik buahnya Kim Ryeowook muncul dan mencangkok cintanya di pohon cintaku. Pohon cintaku mati dan Kim Ryeowook kini tumbuh sebagai benalu. Aku ikut mati bersama pohon cintaku.

Dalam hitungan detik Jongwoon—sahabat yang kucintai—jatuh cinta begitu saja kepada Kim Ryeowook setelah mendengar suara malaikat pemuda itu di acara prom nite sekolah kami. Aku tidak mengerti darimana datangnya Kim Ryeowook, aku tidak ingat ada murid yang bernama Kim Ryeowook di sekolah kami, dan BAAMM! Tiba-tiba saja dia muncul di atas pentas dan bernyanyi dengan suaranya yang—dengan sangat menyesal harus akui—merdu.

Malam itu juga Jongwoon meminta nomor ponsel Ryeowook, malam itu juga ia menawarkan untuk mengantarkan Ryeowook pulang ke rumahnya, padahal kami semua tinggal di asrama. Cinta membuat sahabatku melupakan fakta-fakta di sekitarnya.

Keesokan harinya, aku melihat mereka makan siang bersama di kantin sekolah, di meja kami, meja Sungmin dan Jongwoon. Minggu selanjutnya Jongwoon menolak ajakanku bermain basket di tempat biasa, belakangan aku baru tahu bahwa ia memilih untuk menemai Ryeowook membeli buku. Dua minggu selanjutnya Jongwoon sudah tidak pernah lagi membalas pesan dariku, bahkan juga mengabaikan panggilan teleponku. Sebulan setelah itu Jongwoon tidak datang menjengukku ketika aku terserang demam tinggi gara-gara kehujanan saat mematai-matai acara kencannya bersama Kim Ryeowook. Saat itu aku tahu, mereka sudah pacaran. Dan saat itu juga kuputuskan bahwa aku sangat membenci Kim Ryeowook.

.

-KyuMin-

.

Kami beranjak semakin dewasa. Tamat SMA, lalu menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi terbaik di korea. Kami kuliah di tempat yang sama, namun interaksi yang ada tidaklah seperti dulu, rasanya amat canggung, Jongwoon seperti baru mengenalku dan aku hampir tidak bisa mengenali dirinya yang sekarang.

Tidak seperti harapanku, hubungan mereka belum kandas juga. Aku mengira cinta kilat mereka tidak akan bertahan lama, namun yang terlihat mereka makin mesra dan semua orang di kampus memberi mereka predikat pasangan gay paling manis seantero kampus. Aku semakin merana dalam kesendirian.

Setahun sejak mereka pacaran, ya aku ingat tanggal anniversary mereka, menyedihkan sekali, kami berpapasan. Jongwoon bersama Ryeowook dan aku sendirian. Tubuhku tersuruk diantara tubuh jangkung mahasiswa tingkat bawah yang kebetulan berjalan beriringan bersamaku. Mereka—Jongwoon dan Ryeowook—tidak melihatku, tapi aku melihat mereka, saling bergandeng tangan dan mengobrol diselingi gelak canda yang membuatku telingaku semakin panas. Selepas kami berpapasan aku menengok ke belakang, ke punggung sepasang kekasih itu dan pada saat yang sama Kim Ryeowook juga menoleh ke belakang, ke arahku. Kukira dia melihatku, tapi ternyata tidak. Matanya malah tertuju pada punggung seseorang yang berjalan di sampingku. Aku mengikuti arah pandangannya hingga akhirnya aku melihat wajah pemilik punggung itu dari samping. Mahasiswa tingkat bawah, tinggi, kulit pucat, rambut ikal berwarna coklat gelap dan mengenakan kacamata dengan bingkai yang senada dengan warna rambutnya.

Kenapa Kim Ryeowook memandangi anak ini?

Kejadian yang serupa terjadi selama beberapa kali. Berkat keahlianku memata-matai mereka semasa SMA dulu, kini aku tahu ternyata Kim Ryeowook sering mencuri pandang ke arah anak itu di setiap kesempatan. Caranya menatapnya anak itu, aku mengenalinya bahkan merasakannya, persis seperti caraku menatap Jongwoon dari kejauhan. Kini aku mengerti, Kim Ryeowook sepertinya sedang jatuh cinta kepada pemuda berkacamata itu.

Aku marah. Marah sekali. Setelah berhasil merebut Jongwoon dariku, berani-beraninya dia menaruh hati kepada orang lain. Kalau sejak awal dia tidak menyukai Jongwoon kenapa dia harus mengambilnya dariku? Sekarang ia menemukan cintanya yang lain, tidakkah ia sadar bahwa perbuatannya ini akan melukai hati sahabatku. Melukai hati Kim Jongwoon sama saja seperti melukai perasaanku. Aku tidak bisa menerima ini.

Jongwoon-ku akan sangat terluka, karena aku tahu ia sangat menyukai Ryeowook.

"Tidak akan kubiarkan." Gumamku penuh dendam saat aku lagi-lagi memergoki Ryeowook sedang mencuri pandang ke arah si pemuda berkacamata. "Kau harus membayar semua rasa sakit hatiku selama ini."

Semakin kuperhatikan mereka dari tempatku, semakin terang titik cahaya di ujung kesedihanku. Berdentang bagai lonceng raksasa, cahaya itu melesat makin terang dan membuka jalan, menyadarkan, dan mengarahkanku pada satu pintu.

Cintaku mungkin tidak akan berbalas, tapi sakit hatiku masih bisa kulampiaskan dengan cantik, dengan cara yang tak kalah sakit untuk Kim Ryeowook. Jika aku tidak bisa mendapatkan Jongwoon maka Ryeowook juga tidak boleh mendapatkan pemuda berkacamata itu.

Sebelum Ryeowook mengambilnya, maka aku yang akan merebutnya terlebih dahulu.

Dan dari sinilah kisahku bersama pemuda berkacamata bernama Cho Kyuhyun itu dimulai.

Selamat menikmati.

.

.

.

Tbc

.

Saya sangat mengagumi Madarame Hiro, dan ini adalah satu ceritanya yang menjadi favorit saya. Saya tulis sebagai pengganti Cacao-Kyu yang sudah tamat. Btw yg FF Cacao-Kyu cuma ada di blog sekarang, yg di FFn udh saya hapus -_-v

Dan kebetulan FF ini sudah tamat, jd updatenya bakal CEPET!

ASALKAAAANN...G ADA SIDERS~

Jangan dibikin kayak ARSALS yg sidersnya bejibun .

Okelah, semoga kalian juga akan menikmati ceritanya seperti saya yang menikmati komik aslinya.

.

NO COPAST KAY!

.

-Mami Ju2E-