Special fic for My Prince, Gin.

Happy Bornday, Sweetheart… *hug*

.

Title: Fell In Love Silently (Can't Say No)

Author: Gin And Amaya

Characters/ Pairing: Kakashi Hatake & Sakura Haruno

Type: Oneshot

Genre: Romance/ Hurt/ Comfort

Rating: T

Disclaimer: Naruto©Masashi Kishimoto

.

Fell In Love Silently (Can't Say No)

.

Aku tahu kau berdiri di sana. Penciumanku yang tajam mendapati aroma rambutmu sejak lima belas menit yang lalu. Terbayang rambut merah mudamu yang panjang, membuatku ingin menelusuri jemariku di setiap helaiannya. Sesuatu hal yang sudah ribuan bahkan jutaan kali kulakukan─dalam mimpi dan angan. Aromamu begitu manis, seperti raspberi bercampur dinginnya embun yang menyapu pipimu hingga kemerahan seperti kelopak kuntum mawar yang disebar di atas hamparan salju. Sengaja aku berlama-lama menyesap kopi hitam pekat di cangkir biru kesukaanku dan kubiarkan kau menggedor-gedor pintu flatku berulang-ulang, hingga setiap engselnya hampir saja terlepas.

Bukan… bukan aku bermaksud mengabaikanmu. Tapi aku sedang sibuk menata hatiku. Sibuk menenangkan degup jantungku yang berdetak cepat tak menentu.

Ketika aku akhirnya membuka pintu, kau menghambur masuk dan menceramahiku tentang 'tuan pemalas yang selalu bangun siang.' Tampak seonggok makhluk berbulu dalam gendonganmu.

Makhluk yang beruntung.

Kau menatapku dengan mata hijau yang berbinar. Berceramah panjang lebar tentang visi misi kemanusiaan serta makhluk hidup malang yang harus dilindungi. Padahal bagiku, anak serigala berbulu hitam yang menyeringai menyebalkan dalam gendonganmu itu sama sekali tidak nampak malang.

Kemudian kau menaruh onggokan berbulu itu di tanganku dan memintaku merawatnya, karena di flatmu tidak diizinkan memelihara hewan. Hah! Dan seperti biasa, aku pun tak pernah bisa mengatakan tidak padamu.

Akhirnya aku berjanji untuk merawatnya. Merawat seekor anak serigala hitam menyebalkan yang dalam waktu lima menit sudah menyeret-nyeret kaos kakiku ke kolong tempat tidur dan membuat sarang di sana.

.

Sebulan kemudian, aku kembali mencium aroma rambutmu. Bahkan air hujan yang turun dengan deras tak mampu menyamarkan sedikit pun akan harum tubuhmu yang berdiri di depan pintu flatku. Kembali kubiarkan setengah jam kau berdiri menggigil di luar sana. Ketika kau berteriak mengancam akan menghancurkan flatku, baru aku membukanya dengan malas.

Bukan… bukan aku tak senang melihatmu. Aku hanya takut… Takut mataku berbicara terlalu banyak, betapa aku bahagia bertemu denganmu.

Kau berdiri basah kuyup, dengan seonggok gumpalan makhluk berbulu yang lain. Sebelum aku berkata apa-apa, kau langsung masuk dan menaruh gumpalan berbulu itu di tanganku. Bahkan dengan tidak berperasaan, kau menyambar handuk biru gelap kesayanganku untuk mengeringkan bulu-bulunya yang buluk dan agak bau.

Seekor kucing malang yatim piatu yang kesepian menghadapi dunia yang begitu kejam sendirian, begitu kau bilang. Hah… seperti biasa. Aku tak pernah bisa mengatakan tidak padamu.

Aku pun berjanji akan merawatnya. Merawat seekor anak kucing berbulu kuning buluk yang dalam waktu lima menit sudah membuat kedelapan anjingku marah besar dan memutuskan minggat dari flatku.

.

Dua bulan kemudian, aku kembali mencium aroma rambutmu. Tapi kini disertai aroma asin air matamu. Aku tidak berlama-lama membuka pintu. Bahkan sebelum kau mengetuknya.

Kau tahu kelemahan terbesarku? Bukan… kelemahanku bukanlah karena aku tidak punya darah Uchiha, sehingga tenagaku mudah terkuras dalam pertempuran. Kelemahan terbesarku adalah air matamu.

Sejak kau kecil, aku tidak pernah sanggup melihatnya. Aku bahkan rela memberikan apapun yang aku punya hanya demi melihatmu tertawa dan bahagia.

"Kau bawa gumpalan berbulu apa lagi, Sakura?" tanyaku ringan berusaha mencairkan suasana.

Kau tertawa sambil terisak dan menyeka air mata. Kemudian menggebuk dadaku hingga aku curiga ada tiga tulang igaku yang patah.

Aku suka melihatmu tertawa. Tawa yang kusadari kini tak mencapai mata indahmu yang berkaca-kaca. Kulihat bibir mungilmu yang pucat, bergetar saat berkata lirih bahwa Sasuke melamarmu dan seminggu lagi kalian akan menikah di kuil peninggalan keluarga Uchiha.

Kau menghampiriku dengan wajah menunduk, mengulurkan jemarimu yang gemetar meremas kemeja hitamku dan merebahkan wajahmu di dadaku, untuk kemudian menangis terisak-isak di sana. Di sisa suaramu yang tersendat, kau memintaku untuk hadir dan bersedia menjadi pendamping sebagai pengganti ayah yang telah tiada.

Hah… seperti biasa.

Aku tak pernah bisa mengatakan tidak padamu.

Aku akan datang ke pernikahanmu. Meski untuk itu, aku akan berpesta menyayat sendiri hatiku dengan bilah sembilu dan mencucinya dengan air garam. Aku akan datang dan mengubur sendiri luka hatiku yang menganga terbuka.

Sakura… Aku pernah merasakan mati. Namun kini apa yang kurasakan, ribuan kali lebih menyakitkan dari kematian itu sendiri. Aku hanya sanggup memeluk kepala mungilmu dan mengangguk dengan kepala berat seperti ditusuk ribuan bilah besi. 'Semoga kau bahagia, Sakura,' aku sendiri tidak mengerti bagaimana bisa kata-kata munafik itu meluncur begitu saja dari bibirku.

Kau tersenyum dan mengucapkan terima kasih dengan lirih. Kesedihan-kah yang kulihat di mata dan senyummu itu?

Kau pun pergi.

Dengan bahu semakin menunduk dan rambut terurai menutupi sebagian wajahmu yang kembali bersimbah air mata.

.

Sejak dulu kau selalu cantik buatku. Tapi pagi ini kau begitu sempurna, saat kau berdiri anggun di sisinya dengan kimono dan tudung putih yang menutupi rambut merah mudamu. Saat berjalan menuju altar, kau menoleh dan menatapku dengan tatapan sedih

.

Aku tak sanggup, Sakura. Saat kau bersanding dan bersumpah setia untuknya, di sinilah aku berada. Menatap langit biru, berbantalkan bumi, dan berselimutkan embun di rumput yang belum kunjung menguap.

Buatku, tak semua perasaan itu harus diungkapkan. Adakalanya perasaan itu cukup disimpan rapi di dalam peti hati. Untuk kuresapi diam-diam saat aku sendiri. Buatku, rasa cinta itu tak harus diumbar ke dunia. Adakalanya benih cinta itu dipupuk sendiri dengan sabar. Untuk kunikmati saat kuntumnya mulai mekar.

Namun… saat aku ingin mengungkapkannya, aku sudah terlambat. Kini kau sudah bahagia dengan pria lain. Saat ini aku menyadari, aku menyesal karena terlalu asyik menikmati cinta dalam diam.

Kutarik napas dalam-dalam. Aku pun memilih pergi meninggalkan Konoha. Mengambil semua misi kelas S yang ada.

Maafkan aku, Sakura. Untuk kali ini saja…

Izinkan aku berkata tidak.

.

END

.

'Jika kau bahagia, maka aku pun bahagia. Meskipun kau bersamanya.'

Maaf saja, saya bukan tipe penganut kata 'bijak' ini *laugh*

Saya adalah tipe egois. Tipe pejuang. Apa yang berharga buat saya, akan saya perjuangkan. Kalau memang takdir berkata lain, baru saya akan mengikhlaskannya. Tapi tidak akan pernah keluar kata-kata 'bijak' tadi tadi bibir saya *kekek*

Wkwkwk

Anw ada yang mengharapkan sekuel dari sudut pandang Sakura? Tuangkan di kotak ripyu ya *ditabok*

:D