Minna-san, fubba muncul dengan fic baru ^^. Kali ini tetap seputar pasangan favorit fubba OzAlice, tapi fubba mau bikin yang lebih greget. Maaf kalau fic satunya agak terbengkalai, soalnya lagi buntu ide di fic itu. Oke, hope you enjoy it~

Pandora Hearts Fanfic: Lovely Memories With You

Disclaimer: Pandora Hearts © Jun Mochizuki

Chapter 1: Carefree Moments

"Oz, tunggu aku!" terdengar suara milik seorang gadis brunette memanggil seseorang. Iris matanya yang berwarna violet memancarkan sinar kegembiraan. Gadis ini berlari-lari mengejar seorang pemuda blonde yang berhenti oleh panggilannya. Sebentar saja Alice – nama gadis ini – telah berada di samping Oz Vessalius, yang tengah menunggunya dengan senyuman sehangat sinar mentari. Ujung jas merah Alice melambai-lambai diterpa angin sore.

Mereka berdua baru saja tiba di kediaman Vessalius yang megah setelah berjalan-jalan di pusat kota Leveiyu. Tertawa-tawa, kedua insan muda ini berjalan menyusuri lorong yang hanya terdiri dari tiang dan atap berwarna cokelat tua menuju ke dalam mansion. Mereka puas setelah seharian menghabiskan waktu bersama sambil berbelanja bulanan. Gilbert tak turut serta karena pekerjaan. Jadi mereka berbelanja dengan dikawal oleh butler suruhan Paman Oscar.

"Oz, kuharap hari-hari seperti ini terus berlanjut." Pemuda beriris emerald yang diajak bicara hanya menanggapi dengan senyum manis khasnya. Di balik senyumnya ada sedikit kegetiran. Ia pun menggandeng Alice dan berjalan masuk ke dalam. Ada apa diantara mereka? Kita tengok kejadian sebelumnya..

~Flasback Mode~

Oz dan Alice sedang berada di perpustakaan pribadi milik Oz. Ruangan itu nyaman dengan perapian kecil yang menyala redup. Alice duduk di sofa empuk di salah satu sudut ruangan sambil makan kue cokelat. Di sudut yang lain Oz asyik membaca seri terbaru novel kesayangannya, Holy Knight. Mereka berdua tenggelam dalam kesibukannya masing-masing. Tiba-tiba di benak Alice terbersit sesuatu yang telah lama terpendam. Ia menanyakannya ke Oz.

"Hey, Oz. Apa sih yang terjadi kalau simbol di dadamu sudah penuh satu putaran? Apa aku akan kembali ke Abyss? Apa kau akan terjerumus lagi ke sana.. bersamaku?" Alice bertanya dengan penuh rasa penasaran. Pandangannya sedikit menerawang ke langit-langit ruangan. Kue yang tengah dipegangnya ia hempaskan ke toples kembali. Pertanyaan itu telah lama berada di dalam pikirannya, namun ia tak kunjung menemukan jawaban, jadi ia mencoba menanyakannya pada kontraktornya, Oz.

Oz yang kaget dengan pertanyaan mendadak itu meletakkan bukunya di meja, memandang Alice dengan kedua bola mata indahnya dan bangkit lalu berjalan ke arah sofa yang diduduki Alice. Setelah sampai tepat di depan Alice, ia berjongkok dan meraih kedua tangan Alice kemudian menggenggamnya erat di depan dadanya. Alice hanya tersipu menyaksikan semuanya. Ia tak tahu harus mengatakan apa.

"Setahuku memang begitu, Alice. Tapi aku berjanji mau seperti apa pun akhirnya nanti, aku akan selalu bersamamu." Setelah berkata seperti itu, Oz mengecup punggung tangan Alice dengan mesra. "Tanganmu halus, Alice. Tak kusangka kau merawatnya."

Alice salah tingkah. Gadis berambut selutut itu pun menyahut dengan wajah panik bercampur marah, "Apa maksudmu, manservant? Kau menghinaku tak bisa menjaga diri?" Alice megap-megap karena emosi.

"Hahaha~ Maaf Alice, aku tak bermaksud begitu. Aku hanya kagum dengan kecantikanmu." Rayuan gombal khas Oz dilancarkan. Alice – tak disangka – justru tidak menendang atau meninju Oz seperti biasanya. Wajahnya semakin memerah, dan ia memandang Oz dengan tatapan ragu. Ragu akan pernyataan pemuda di hadapannya.

Oz yang sudah siap-siap kabur terpaku menyaksikan reaksi Alice. "A-alice? Ada yang salah? Apa ucapanku membuatmu sedih?" kini Oz yang bingung sendiri. Ia takut kalau-kalau Alice menangis. Tapi hampir tidak mungkin, Alice kan bukan orang yang perasa. Lalu apa?

"Oz.. Aku merasakan sesuatu belakangan ini.." Alice menjawab tanpa memandang si penanya, ia menatap telapak tangannya yang ia hadapkan ke wajahnya. Gadis itu lalu bangkit dari tempatnya semula. Spontan Oz ikut bangkit. Alice tiba-tiba memeluk Oz dan melanjutkan dengan suara lirih. "Aku merasakan perasaan yang amat kuat."

"Apa itu Alice?" tanya Oz sembari membalas pelukan Alice dengan belaian di rambut brunette milik gadis itu.

"Perasaan itu kurasakan hanya bila bersamamu, Oz."

"Bersamaku?"

"Ya. Aku merasa nyaman, dan aman. Aku suka perasaan ini. Kata Sharon itu artinya aku menyayangimu."

Kini giliran wajah Oz yang memanas. "Kau sayang padaku, Alice?" Alice hanya menjawab dengan sekali anggukan. "Aku juga, Alice. Sangat. Aku sudah merasa punya ikatan denganmu sejak pertama kali bertemu di Abyss."

Alice mendongak, dan fokusnya terhenti pada kedua mata Oz yang juga memandangnya. "Aku juga merasa kau ada hubungannya denganku sejak saat itu, Oz."

Oz menelusuri pandangan Alice yang tertuju padanya. Kepolosan gadis itu tercermin dalam sorot matanya. Oz langsung merasa kalau Alice yakin dengan ucapannya barusan. Lantas pemuda blonde itu merengkuh tubuh Alice dan memejamkan mata. "Kalau begitu kita memang punya hubungan. Entah apa pun itu, aku berpendapat hal itu lah yang membuat kita bertemu dan selalu bersama sekarang."

"Lalu Oz.. Waktu kita tinggal sebentar lagi. Simbolmu sudah hampir penuh. Bagaimana ini? Aku sudah tak peduli dengan ingatanku. Aku tak ingin semua berakhir. Aku tak mau kembali ke Abyss, apalagi kehilanganmu." fokus Alice meredup, dan dari sudut matanya menitik tetesan bening. Ia menangis. Sangat jarang kita dapat menyaksikannya.

"Kalau begitu, aku tidak akan melawan chain lagi, jika itu keinginanmu. Dengan begitu aku bisa tetap di sampingmu selama yang kau mau. Dan aku akan berusaha mengontrol emosi lagi agar kekuatan B-Rabbit tak terlepas tanpa kendali. Bagaimana?" Oz mengelus kepala Alice lagi. Kali ini dengan gerakan lambat, dan penuh perasaan. Setelahnya, Oz melepaskan pelukannya dan menatap Alice serius.

"Baiklah, Oz.."

~Flasback Off~

Alice dan Oz kini telah tiba di bangunan utama mansion Vessalius. Kehangatan mentari senja menerpa pori-pori, memberikan sensasi nyaman yang mengasyikkan. Kedua insan ini bergandengan sambil bercanda ria. Sesekali Oz tergelak melihat tingkah Alice yang lucu.

"Hey, Oz. Kau bekerja lagi ya nanti sore?" tanya Alice sambil memasang muka sebal. Ia paling benci jika Oz sedang mengurung diri di kamar untuk memeriksa berkas-berkas baru dari markas Pandora. Jika seperti itu, Alice dilarang masuk, dengan alasan tak boleh mengganggu pekerjaan. Gil-lah yang paling repot, karena sering sekali Alice lepas dari penjagaan dan menyelinap ke kamar Oz. Oz pun tak jadi memeriksa berkas sebab Alice mengajaknya jalan-jalan di taman, makan kue, dan kegiatan lain. Inilah hal yang paling tak disukai Gil, karena berkas yang harusnya diteliti Oz malah menjadi bagiannya. Kenapa Oz punya pekerjaan seperti itu? Yang pasti sebetulnya Oz yang minta, agar tak disuruh kerja di luar (menyelidiki kasus) dan bertemu chain yang mengamuk. Apa lagi tujuannya jika bukan demi menepati janjinya pada Alice. Tapi dasar Oz, paling lemah pada permintaan Alice, jadinya ya sering seperti dijelaskan di atas.

"Ya, Alice. Kali ini ada berkas penting, jadi kau benar-benar dilarang masuk. Atau kau boleh masuk jika tak mengajakku bicara. Kau bisa makan kue di kamarku, kan?" sahut Oz, berusaha menyenangkan hati Alice yang gusar.

"Uuh~ aku bosan, Oz." Alice menggembungkan kedua pipinya, sambil marah-marah. Ia tak tahan disuruh menunggu.

"Ayolah, Alice. Gil nanti marah, aku sudah sering bolos kerjaan. Ini juga demi kau, kan."

Dibilang seperti itu, Alice hanya cemberut dan terdiam. Oz kembali tertawa melihat Alice yang seperti itu. Ia menepuk-nepuk kepala Alice pelan dan berkata, "Nanti kalau pekerjaanku selesai kita main lagi, ya." Alice tak menyahut, malah sekarang ia memperhatikan aneka macam bunga yang terpasang di dinding. Ada apa ini? Itulah yang muncul di benak Oz. Setahuku paman Oscar tak punya rencana mengadakan pesta.

Sebuah suara panggilan membuyarkan lamunan Oz. Oz mencari sumber suara dan menemukan paman Oscar, Sharon, Break dan Gil berjalan ke arah Oz dan Alice.

"Hai, Oz. Kau pulang juga akhirnya. Sharon, ayo." Paman Oscar memberi aba-aba pada pelayan di belakangnya. Wah, wah, ada apa ini?

-CarefreeDay—CarefreeDay-

"Aku mau dibawa ke mana? Hei, lepaskan aku!" Alice memberontak ketika dibawa dua orang pelayan menuju ke ruangan yang sudah bisa dipastikan bukan kamarnya. Ia hapal letak kamarnya. Sharon mengikuti di belakang dengan senyuman maut khasnya. Alice tiba-tiba saja di'tangkap' dan dibawa ke sini. Oz juga dibawa ke suatu tempat lain. Gadis ini mulai merasakan ada yang tidak beres.

"Sharon! Ada apa ini? Maksudku.. Sharon- nee chan?" tanya Alice ke gadis berambut peach yang kini berada di sampingnya. Alice telah didudukkan di sebuah kursi tunggal sedang di depan kaca besar. Insting Alice menajam, memberitahunya bahwa keanehan menjadi-jadi.

"Hari ini hari spesial untukmu, Alice. Tepatnya hari spesial yang telah dirancang untukmu. Santai saja dan ikuti petunjukku, maka kau akan merasa nyaman." Sharon menjelaskan apa yang terjadi sambil melemparkan senyum termanisnya.

"Hari spesial? Apa maksudmu? Tidak ada yang salah padaku hari ini. Aku makan biasa saja, aku tidak merasakan hal aneh sepanjang hari – hingga tadi – memang ada apa sih?" Alice mulai panik.

"Tenang saja Alice. Sekarang kita mulai 'ritual' pertama."

"Eeh? Tunggu, ap.. hoi!"

-CarefreeDay—CarefreeDay-

Di lain kamar, Oz mengalami hal serupa. Pertanyaannya tentang apa yang sebenarnya terjadi tak dihiraukan oleh paman Oscar dan Break. Gil disuruh menunggu di luar. Sebelumnya, Oz bisa melacak keganjilan pada sikap Gil yang nampak tak tenang. Lebih lanjut, kenapa Gil sudah ada di mansion, sedangkan ia bilang akan meninggalkan kota selama beberapa hari. Wah, pasti ada apa-apa.

"Ayo, Oz. Pakai ini. Kau akan terlihat lebih tampan." ujar paman Oscar seraya menyodorkan baju yang dilipat rapi pada Oz.

"Heh? Kenapa?" Oz terbengong-bengong, tak mengerti maksud pamannya menyuruhnya berganti pakaian.

"Sudahlah, cepat!" paman Oscar kelihatan tak sabar. "Nanti kau terlambat."

"Break, ada apa sih?" Oz mencoba bertanya pada pria berambut silver yang sedang memainkan Emily, boneka yang selalu berada di pundaknya.

"Jangan tanya aku, Oz-sama~" Break melanjutkan kesibukannya.

Tiba-tiba.. "Aku sudah membawakan apa yang kau pesan, Break. Ini dia. Sekarang aku harus kembali bekerja." Liam muncul sambil membawa 2 buah kantung kulit kecil hitam dan menyerahkannya ke Break.

"Apa itu, Liam?" Oz cepat-cepat bertanya sebelum Liam menghilang. "Eh, Oz-sama. Bu-bukan apa-apa!" tanggap Liam gugup. Oz semakin yakin ada sesuatu yang sedang direncanakan teman-temannya. Bahkan Gil dan Liam.

"Ayo, Oz! Jangan lambat!" tegur paman Oscar. "I-iya paman!" Oz masuk ke ruang ganti yang disiapkan.

-CarefreeDay—CarefreeDay-

Akhirnya fic baru ini direalisasikan (halah) juga! Lama ngendon di kepala, tapi sibuk terus, jadi mumpung ada kesempatan, fubba buat chapter ini dulu (padahal fic satunya belum rampung). Maaf ya kalau fic sebelumnya tertunda-tunda. Soalnya sedang cari ide lagi.

Last word, RnR or CnC please ^^