El-Terras. Mungkin beberapa dari kalian baru mendengar nama ini, mungkin juga ada yang pernah mendengarnya tetapi melupakannya –entah sengaja lupa atau memang lupa beneran- atau sering sekali mendengarnya hingga nama tersebut selalu membekas di hati dan pikiran.
El-Terras. Kalian tak pernah tahu sesuatu yang pernah terjadi di balik nama –yang mungkin- berbau khas spanyol, tetapi setelah anda mengetahui sesuatu dibalik namanya, saya menjamin anda akan merasakan indahnya pertemanan, berbagi duka dengan cara saling mengelap ingus di kaus masing-masing, berbagi suka dengan cara menodong teman untuk traktir di kucingan, bodohnya meminta saran pada sesama, dan segudang cerita yang akan terungkap dibalik namanya yang unik.
El-Terras. Dengan menyebut, membaca, dan mendengar nama tersebut, anda akan masuk ke dalam cerita mahasiswa lugu yang berasal dari desa yang baru memasuki gemerlapnya kota pendidikan Indonesia, Jogjakarta.
~El-Terras~
By: Child From Hell 666
Disclaimer: Naruto belong to Masashi Kishimoto.
Warning: Alternate Universe, Out of Character
~El-Terras~
Pria berambut kuning yang jika di lihat secara sekilas anda akan mengiranya durian tersebut menurunkan barang-barangnya dari becak yang ia tumpangi. Senyumnya merekah lebar seperti bunga sakura yang baru mekar di musim semi. Mata biru sebiru cerahnya langit pagi ini memandang tak percaya sekaligus kagum apa yang ada di hadapannya sekarang. Sebuah kost berukuran besar dengan tiga lantai bercat merah darah berpadu dengan hitam legam, menambah kesan mistis dan angker dari kost yang hanya berjarak dua puluh lima meter dari kuburan yang digosipkan sebagai tempat berkumpulnya para kuntilanak cantik dengan busana seksi berwarna-warni yang suka menggoda pria yang melintas lewat dengan cekikikannya yang legendaris.
Tanpa basa-basi, ia langsung masuk kost tersebut tanpa ketuk pintu terlebih dahulu atau bahasa singkatnya 'permisi', 'punten', dan lain-lain.
Sekali lagi matanya membelalak tak percaya dengan isi kost –yang bahkan lebih angker dari luarnya-, sama dengan saat dia melihat tampilan luar kost yang terbilang cukup angker.
"Luarnya keren, bahkan didalamnya lebih keren daripada yang kubayangkan! Asiik!"serunya girang. "Tapi sepertinya ada yang kurang dari kost ini," ia menggaruk-garuk kepalanya. "Mana penghuninya?"
Ia tolehkan kepalanya ke arah kiri dan kanan. Tak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Ia tajamkan pendengarannya. Tak terdengar suara derap kaki atau dengkuran halus sekalipun. Mencurigakan.
Untuk memuaskan rasa penasarannya yang telah menggunung, ia putuskan untuk mengelilingi kost.
"Siapa kau?!"
"Eh?" pria berambut kuning itu terkejut. "Aku?" ia menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, kau. Kau siapa? Anak baru, hm?" tanya-nya lagi.
"Ya. Aku Narto Uzumakimaki. Salam kenal." pria bernama Narto Uzumakimaki tersebut memperkenalkan diri.
"Ya, salam kenal. Aku Rock Lee, penghuni pertama kost El-Terras, kost paling (nggak) beken di kota ini!" kata orang yang mengaku bernama Rock Lee dengan senyum yang lebar. "Oh ya, namamu kurang keren! Diganti saja jadi Naruto Uzumaki. Keren kan?" celotehnya tiada henti dengan nada Ms. Morse (tanpa spasi).
"Naruto Uzumaki? Boleh-boleh!"
"Ya, ya, ya." Lee memutar bola matanya. "By the way kamarmu dimana?"
"Di koridor kanan paling ujung, langsung menghadap kuburan." kata Naruto mengulangi perkataan pemilik kost, Pein.
Wajah Lee yang tadinya ceria –tak henti-hentinya memamerkan senyuman lebar dan gigi putih menyilaukan dambaan setiap dokter alias senyum pepsodent- berubah menjadi horor, sehoror muka orang-orang yang terkena kutukan alis super tebalnya –hey sejak kapan alis Lee bisa mengutuk orang?-. "De... Dekat kuburan Jeruk Nipis? Se... Serius?" suaranya bergetar, begitu pula dengan tubuhnya yang bergetar semakin hebat.
Narto alias Naruto menganggukkan kepalanya mantap. "Memang kenapa, Lee-san? Ada masalah?"
"I... itu kan..." suaranya mulai memelan, hampir tak terdengar jika Naruto tidak mendekatkan kupingnya ke bibir seniornya. Soundtrack yang biasanya dimainkan di film-film horor dan lagu requiem mengalun entah darimana. "Asal kamu tahu, kamar yang kau tempati itu kamar yang pernah digunakan salah satu penghuni kost disini bunuh diri! Dan kabarnya sering ada penampakan suster nengok disana!!!"
"Hahaha!" Naruto tertawa mendengar perkataan seniornya, seolah seniornya itu sedang menceritakan cerita humor.
Alis Lee berkerut. "Kenapa kamu tertawa?" tanya Lee heran.
"Hmpf... Mana ada yang seperti itu senpai! Hantu itu kan hanya jin iseng yang suka mengganggu manusia."
"Ah benar juga ya..."
"Sudah ya senpai, aku mau beres-beres dulu! Ja mata ne!"
Lee hanya bisa berdiri terpaku, bengong dan cengo menjadi satu seperti gado-gado yang tadi siang dimakannya di kucingan. Terkadang perkataan junior ada benarnya juga ya.
"Hoi."
Lee menoleh ke arah empunya suara. "Hah? Sasuke? Kok udah pulang?"
"Dosennya ada urusan, jadi pulang cepat." jawabnya lalu menaruh tas di meja terdekat dan menghempaskan badannya ke sofa. "Tadi itu anak baru ya?"
Lee mengangguk mengiyakan.
"Berarti ada korban baru." Sasuke menyeringai licik.
Lee juga menyeringai tak kalah liciknya. "Kufufu... Biar dia mencicipi penyambutan anak kos baru ala 'El-Terras'."
Mereka berdua tertawa sekencang-kencangnya.
~El-Terras~
Untuk memperluas pengetahuannya tentang tempat-tempat penting di kost –yang belakangan baru diketahui memiliki nama 'El-Terras'- dan agar tak tersesat di kost yang amat luas -tiga lantai meen- Naruto memutuskan untuk mengelilingi seisi kost. Sebenarnya dia tak perlu repot-repot mengelilingi kost, kan ada pak kost yang dengan senang hati menjual denah kost angker tersebut dengan harga 'business man' (baca: mahalnya selangit) ke anak-anak baru.
Brukk!
"Adaww...! Maaf, maaf!" Naruto buru-buru minta maaf dan menepuk-nepuk baju orang yang ia tabrak.
"Gak apa-apa kok, tapi..." Aura hitam mencekik keluar dari orang yang ia tabrak. Naruto makin ga enak. 'Duh... Tanda-tanda gue bakal dibunuh nih.'
Naruto saking ketakutannya sampai-sampai sujud minta ampun dan cium-cium kaki orang yang dia tabrak. Sampai-sampai air matanya keluar membanjiri lantai yang mereka injak sekarang. "Gue bakalan lakuin apa pun yang lo mau, suweer... Tapi jangan bunuh gue ya? Pliss, pliss.."
Orang yang ditabrak tersenyum licik penuh kemenangan. "Oke, gue maafin lo dan gue ga akan ngebunuh lo. Tapi sebelumnya gue mau tau nama, umur, status, tanggal lahir, alamat sebelumnya, ukuran dan merk cd, EH kuliah di jurusan mana."
"Nama gue, hiks, Narto Uzumakimaki, nama keren gue Naruto Uzumaki umur gue masih muda kok delapan belas tahun, perjaka ting-ting pecinta cewek tulen sejati. Tanggal lahir lupa. Alamat gue sebelumnya di desa Seng Gal Seng Gol di kota Seoul, Korea Selatan. Ukuran cd gue XXXL, merk cd gue 'Trailer' dan gue kuliah di jurusan Sastra Zimbabwe semester satu, hiks."
"Memang ada jurusan Sastra Zimbabwe?"
"Ada, itu jurusan baru dibuka, peminatnya sedikit, kebanyakan sih cewek-cewek bohay nan seksi, tapi terkadang ditemukan manusia yang patut dipertanyakan gendernya (baca: Deidara) huiks. Tapi itu cuma satu kok, huiks." Naruto masih sibuk sesenggukan, hingga ia tak menyadari ia telah menelan ingus dan air matanya sendiri. Rasanya asin-asin manis gimana gitu.
"Hmm.. Semester depan gue pindah ke sana ah." kata orang tersebut. Ngiler mendengar perkataan Naruto tentang Sastra Zimbabwe yang dipenuhi cewek-cewek bohay nan seksi. Siapa tahu dia beruntung dapat menggaet salah satu dari mahasiswi-mahasiswi Sastra Zimbabwe yang bohay nan seksi tersebut. Maklum, ia kuliah di jurusan teknik elektro, jurusan yang jarang disinggahi bidadari-bidadari cantik. Kalau pun ada bidadari, itu pun hanya bidadari butek dengan penampilan tomboy menyakitkan mata lelaki pecinta wanita, uoo, uoo, uooo...
"Asik huiks gue dapat teman huiks." Naruto yang masih sesenggukan tidak mau berhenti. Mungkin masih shock dan takut sama orang yang ditabraknya tak henti-hentinya menyebarkan aura hitam mencekik. "By the way namamu siapa? Huiks."
"Gue Sasuke Uchiha, mahasiswa paling ganteng idaman para mahasiswi di Universitas Kishimoto. Penghuni kedua kost angker ini. Salam kenal."
"Terkenal dong. Tapi kok, huiks, gue belum pernah dengar namamu ya?"
"Lu sih kuper, gak gaul!" kata Sasuke sombong. "Gue itu mahasiswa nomor satu disana, IPK gue aja 4,90! Keren kan! Muahaha!" Sasuke tertawa najong.
"Oh Sasgay dari klan Uchiha itu ya?" Naruto manggut-manggut. Dia udah gak sesenggukan lagi karena Sasuke tak mengeluarkan aura menyeramkannya lagi. Omong-omong tentang aura menyeramkan, kok Naruto jadi ingat seseorang ya? Murid pertukaran mahasiswa dari Russia, yang bahkan di musim panas pun ia keukeuh memakai syal kesayangan yang katanya diberikan oleh kakaknya. Siapa ya namanya? Lupa. Lagipula Naruto nggak mau menghabiskan waktu (yang sepertinya) terakhirnya hanya demi nama seorang mahasiswa Rusia gak penting. Yang penting sekarang adalah bagaimana caranya melepaskan diri dari cowok metroseksual yang selalu digosipkan memiliki affair dengan beberapa guru wanita senior dan model-model cowok keren yang selalu tampil di majalah-majalah olahraga.
"APA LO BILANG?! GUE 100% HETEROSEKSUAL!!!" teriaknya penuh esmosi. Tiba-tiba tanpa diduga ditangannya terdapat pisau lipat, siap untuk menghabisi Naruto.
"Ampuuunnn!!! Jangan bunuh gue!!! Gue belom nikah!!!!! Huwaaaaaa...!!!"
~El-Terras~
~To Be Kontinyut~
A/N: Another gaje fanfic. Oke, jangan bunuh saya karena telah menjelek-jelekkan Sasuke disini. Tapi ga sepenuhnya menjelek-jelekkan, ada juga kok bagian positifnya. Saran, kritik, flame, sangat diterima. Khusus untuk flame, bahasanya jangan terlalu pedas, kasihan saya masih author baru. Saya gak akan memaki-maki flamer, itu hak para flamer meng-flame fanfic saya. Dibalik reviewnya yang pedas, sebenarnya ada saran yang berguna untuk memperbaiki cerita kita –copas kata-kata senpai di grup FFn di FB :P-
Tanpa banyak bacot lagi, review? :3
