Title : Truth or Dare
Author : 8ternity
Rate : M
Genre : Romance, Hurt/Comfort
Main Cast : - Vernon
- Seungkwan
Support Cast : find in story~
Summary : Truth or Dare? Seungkwan pilih truth? Seungkwan pilih dare? Pada dasarnya semua untuk Vernon. Karena Seungkwan cinta Vernon.
- VerKwan / HanKwan / BooNon couple –
Semua yang 8ter tulis murni fiktif kecuali beberapa hal yang akan diberi tahu di note. Dan mohon maaf kalau ada kesamaan dengan ff lain atau bagaimana, karena ini memang murni hasil imajinasi pasaran 8ter. Juga bagi pembaca yang merupakan homophobic, atau anak di bawah umur boleh undur diri/eh. Karena 8ter gak mau menerima review yang gak membangun seperti menyatakan rasa jijik atau bagaimana dan ini merupakan ff rate m yang mungkin berefek buat readers yang di bawah umur (tapi gak ngelarang keras ya, kalau mau baca silakan ^^).
Happy reading ^^
.
Seorang pria berambut kecoklatan, bahunya tegap, hidungnya mancung, matanya agak kecoklatan, terlihat seorang halfer. Bibir tipisnya mengerucut menatap nyalang sekitarnya yang nampak sibuk.
"Oh my god, I gotta culture shock." Sebenarnya dia bisa Bahasa Korea. Tapi kepalanya sakit mendengar logat aneh orang-orang di sekitarnya.
"Vernonie sayang…" Seseorang memeluknya dari belakang dengan Bahasa Korea yang sengaja diimutkan.
"Iya, Chan sayang." Menarik seseorang yang memelukinya dari belakang, seorang yang lebih muda darinya tapi dengan mudah menarik hatinya.
"Vernon, jangan buat Chan malu…" Chan menunduk dalam bersama topi B-Boy nya yang menyembunyikan setengah wajahnya.
"Oh ya Tuhan, jangan membuatku memakanmu di sini." Vernon berbisik kecil dan merangkul Chan pergi.
Ngomong-ngomong mereka di Incheon Airport. Baru dari New York, Amerika Serikat. Vernon diminta kembali ke Korea Selatan. Negara yang sudah ia tinggalkan sekitar 12 tahun. Ia hanya tinggal di Korea Selatan hingga umur 7 tahun. Ia pun lahir di New York. Jadi ia cukup banyak melupakan soal Korea Selatan. Tapi ayahnya bilang, Vernon harus mulai mencari pengalaman kerja. Ayahnya adalah CEO Choi Corp, dimana Scoups Choi sebagai pemimpin dan kakek Choi sebagai pemilik. Sebuah perusahaan yang mereka rintis dengan kisah panjang. Itu sebabnya keluarga Choi mendidik anak-anaknya dengan baik dan keras. Menghindari tingkah semena-mena lahir di darah putra Choi. Tampan, baik, dan bertanggung jawab membuat mereka tampak sempurna, namun putra-putra Choi tidak lahir dengan kesempurnaan sepenuhnya. Baik Vernon maupun Scoups tumbuh dengan kondisi seksual menyimpang. Dan beruntung keluarga Choi tidak masalah tentang itu. Terutama saat Scoups si tertua sudah menjalin hubungan dengan pria berdarah Korea yang lahir di Los Angeles bernama Joshua Hong dengan anugerah penyandang Klinefelter. Sebuah sindrom sebenarnya, tapi karena itu dia menjadi pria istimewa yang dapat memiliki anak. Sedangkan Vernon Choi sedang punya hubungan manis bersama Lee Chan, seorang mahasiswa pertukaran pelajar yang menarik hati Vernon. Murni seorang lelaki bukan penyandang Klinefelter. Tapi meski ia tidak memiliki keistimewaan apapun, tidak ada yang bermasalah dengan itu, selama Vernon bahagia.
Mereka hanya terus menunggu sambil mengobrol ataupun melakukan beberapa kesibukan masing-masing, menunggu seseorang yang akan menjemput mereka dan mengantarkan ke rumah Scoups di Seoul. Chan memang memutuskan untuk ikut bersama Vernon, karena kebetulan sedang liburan musim panas di universitasnya. Sebut saja liburan gratis.
"Excuse me…" Seseorang pria dengan suara manis yang dilembut-lembutkan. Membuat dua pasangan ini menoleh ke arah suara.
"Are you Vernon Choi and Lee Chan?" Orang itu memasang senyum di wajah cantiknya, tubuh sintalnya yang tertutup baju kemeja kantoran dan celana longgar langsung membungkuk hormat saat Vernon dan Chan menatap dengan kening bertaut.
"My name is Boo Seumgkwan… I… I am… I…"
"Bahasa Korea saja. Jangan dipaksa Boo Seungkwan-ssi." Bahasa inggrisnya kacau dan penyebutannya juga tidak beres, membuat Vernon yang tumbuh besar di Amerika merasa agak muak. Seungkwan bisa lihat calon ketua divisinya di kantor sedang memutar matanya jengah.
"Apa kau yang menjemput kami?" Bertanya dengan tampang santai dan bersiap berdiri dari duduknya.
"Iya, Vernon Choi Sajangnim. Silakan…" Seungkwan memberi senyum agak dipaksakan, berpikir bahwa bosnya ini seorang yang arogan.
Seungkwan kerepotan membawa dua koper besar sambil mulutnya tidak berhenti memberitahu tempatnya memarkir mobil. Matanya juga jengah melihat Vernon dan Chan yang asik menebar kemesraan.
"Silakan Vernon Sajangnim. Mobilnya di sini." Seungkwan sudah membuka pintu penumpang di samping kemudi untuk Vernon.
"Jangan panggil sajangnim. Aku terlalu tua untuk itu. Panggil saja Vernon-ssi. Dan… Seungkwan-ssi, aku akan duduk di kursi penumpang tengah bersama Chan." Seungkwan mengangguk patuh, menutup pintu dengan debuman agak keras. Dengan cepat membuka pintu penumpang tengah untuk Vernon dan berlari cepat ke sebelah untuk membukakan pintu Chan. Hingga kemudian menuju bagasi dan memasukkan koper. Sekaligus juga jadi driver.
Mendengus sekali sebelum membuka pintu mobil. Kemudian masuk dengan senyum di wajahnya.
'Kalau bukan karena uang bonus janji Jeonghan hyung, mana aku mau." Seungkwan mendumel dalam hatinya. Mengatur napas agar tidak mendengus sambil memasang sabuk pengaman.
Seungkwan memutar matanya jengah saat mengintip melalui spion dasbor, Vernon sedang menciumi pipi Chan.
"Permisi, Vernon-ssi. Kita akan kemana?" Seungkwan sengaja meninggikan suara sampai Chan mendelik kesal padanya. Pasalnya Seungkwan hanya diminta menjemput, mana ia tahu tujuan mereka.
"Café yang bagus, please." Vernon nampak biasa-biasa saja. Seungkwan hanya mengangguk kecil.
.
Sepuluh menit habis dengan Seungkwan yang kebosanan dan jengah mendengar kecipak bibir di belakangnya. Seungkwan ingin mendengar musik, tapi takut bosnya tidak suka. Jadi Seungkwan hanya bernyanyi didalam hatinya, merutuki menjadi supir bosnya dan pacar bos yang ternyata sama-sama punya hormon berlebih.
"Kau bisa memutar musik. Lagi pula, kenapa Korea punya café bagus yang jauh?" Vernon mendumel lirih, mulai tertutup tape Seungkwan. Seungkwan bernyanyi kecil, membiarkan dua orang di belakangnya bermesraan ria.
"Anyway Seungkwan-ssi, suaramu okay juga. Lebih bagus daripada suara Joshua Hyung." Vernon terlihat santai saja mengobrol sambil bermesraan, mungkin di Amerika itu biasa. Seungkwan reflek melihat dari spion dasbor. Namun langsung menyipit saat matanya terasa perih melihat pemandangann di belakangnya.
"Tidak juga, Vernon-ssi. Nanti saat di kantor. Saat Vernon-ssi bertemu Dokyeom Hyung, suaranya luar biasa." Seungkwan bisa dengar Vernon yang tertawa dan itu membuatnya tersenyum, merasa bosnya tidak searogan perkiraannya.
"Ternyata kantor kakek punya banyak calon idol. Kupikir aku bisa mendirikan agency." Vernon tertawa lagi dan berbicara santai, membuat Seungkwan mengecilkan volume.
"Ya, kita punya banyak, Vernon-ssi. Kami sering karaoke bersama. Sampai kupikir, kami bisa jadi boygroup." Seungkwan terkekeh meski tatapannya serius menatap jalanan. Vernon juga terkekeh.
"Alright… kalau begitu bentuk boygroup Choi Corp untuk perusahaan kita." Seungkwaan tertawa mendengar ide Vernon, itu konyol. Membiarkan Vernon yang terdiam, ia tidak semudah ini dekat dengan orang asing. Tapi Seungkwan itu menyenangkan baginya.
"Okay, Vernon-ssi. Kita sudah sampai." Seungkwan mulai memasuki area parkir elit dan ia mendengar Chan bergirang nyaring menyalurkan rasa senangnya.
Seungkwan bisa tebak Chan itu lebih muda daripada mereka. Vernon tertawa, mengusak rambut Chan kemudian memeluknya. Tapi Chan meronta dan berdecak nyaring. Seungkwan bukan pacar Chan, tapi dia yang malah merasa kecewa menanggapi respon Chan. Seungkwan tidak bisa membayangkan sekecewa apa Vernon. Namun Seungkwan mendengar Vernon terkekeh, seakan sudah terbiasa.
Mobil sudah dihentikan dan Chan langsung keluar sendiri.
"Seungkwan-ssi, aku keluar sendiri. Sepertinya Chan sudah lapar." Vernon tersenyum. Seungkwan bisa melihat melalui spion dasbor Vernon yang tergesa melepas seltbelt-nya lalu keluar dengan cepat. Dan itu membuat Seungkwan ikut bergegas, merasa malu terlambat daripada bosnya.
"Seungkwan-ssi, kau bisa ikut makan." Vernon berbicara cepat, kemudian mengejar Chan yang berjalan duluan. Seungkwan hanya berjengit tidak suka saat Vernon merangkul Chan yang malah memainkan smartphone-nya.
"Itu hubungan apa, sih? Kok Vernon-ssi jatuh cinta dengan Chan-ssi." Seungkwan langsung mengambil langkah cepat saat Vernon menoleh sebentar padanya.
Vernon membukakan pintu café untuk Chan, lonceng café berdering dan membuat para pelayan menoleh. Vernon masih membuka pintu, membiarkan Seungkwan ikut masuk.
"Aku bisa menunggu di luar, Vernon-ssi." Seungkwan berbicara dengan suara kecil, sedikit mendorong Vernon masuk.
"Tidak, Seungkwan-ssi. Kau bisa pesan apapun, aku akan traktir. Untuk awal sebagai rekan kerja yang baik." Vernon melihat Seungkwan yang ragu.
Hingga Vernon terlalu lama menunggu dan Chan yang sudah mengambil meja, Vernon langsung menarik Seungkwan masuk. Dan menyeret Seungkwan duduk di sampingnya, karena Chan duduk di depannya. Lalu kalau menyimpan Seungkwan di samping Chan, Seungkwan pasti tidak betah. Karena Vernon tahu Seungkwan tidak begitu menyukai Chan. Vernon biasa saja setiap orang memandang Chan begitu, karena Chan tampak arogan. Karena menurutnya Chan hanya akan menjadi manis saat di depannya.
"Chan sayang mau pesan apa?" Vernon berbicara lembut, mengalihkan perhatian Chan dari smarphone-nya.
"Apapun yang paling mahal, Ver. Please, aku lapar." Chan berbicara acuh, terutama saat melihat Seungkwan di samping Vernon, membuat Seungkwan memutar sekali bola matanya.
"Tapi yang mahal porsinya pasti sedikit, sayang." Vernon menyempatkan diri mengelusi rambut Chan.
"Kalau begitu, dua porsi oke?" Chan tersenyum lembut, membuat Vernon juga tersenyum merasa berhasil mengalihkan perhatian Chan.
"Minum?"
"Apapun yang kau pesan, Ver." Chan tersenyum lagi membuat Vernon gemas.
"Oke, lalu Seungkwan-ssi?" Vernon mengalihkan perhatiannya pada Seungkwan.
"Tidak, terima kasih, Vernon-ssi." Seungkwan tersenyum dengan pipi bulatnya, membuat Vernon balas tersenyum.
"Ayolah, meski hanya minuman."
"Oke, Americano…" Sengkwan hanya memilih alternatif kopi, karena untungnya ia sudah makan.
"Oke, Americano. Aku tidak tahu kalau orang manis juga suka kopi." Vernon terkekeh dan mengurus pesanan pada pelayan membuat Seungkwan mengerutkan keningnya dan Chan yang nampak biasa saja saat Vernon memuji Seungkwan.
Seungkwan sering merspon Vernon yang nampak diacuhkan Chan yang dari tadi sibuk makan dan meminkan smartphone-nya. Sampai Vernon maupun Chan yang notabene mengambl dua porsi selesai dengan makanan mereka.
"Ver, ayo pulang. Aku lelah." Chan meregangkan tubuhnya, terlihat mengantuk.
"Oke… kita pulang. Ayo Seungkwan-ssi." Vernon mulai merangkul Chan menuju kasir.
"Vernon-ssi, aku siapkan mobil." Seungkwan merasa lebih nyaman dengan Vernon, jadi tidak merasa kaku lagi saat bicara. Tanpa anggukan atau kata 'yup' dari Vernon, ia langsung melenggang pergi. Mencoba lebih cepat menyiapkan mobil sebelum Vernon selesai membayar.
.
Seungkwan sedang menunggu saat Vernon muncul sambil merangkul Chan yang lesu dan bibir yang mengecupi puncak kepala Chan yang masih tertutup topi. Sampai mereka dekat dan Seungkwan ingin membukakan pintu.
"Aku dan Chan masuk sendiri, oke? Kita teman, Seungkwan-ssi. Kau bukan pelayanku." Vernon menyebut mereka teman tapi tetap memanggilnya dengan 'ssi', itu membuat Seungkwan tertawa. Ia tahu Vernon tidak buta pengetahuan budaya Korea Selatan. Tapi itu bentuk dari formalitas. Mereka temam, dan Vernon juga bosnya. Tetap ada batasan antara bos dan karyawan. Meski berteman, tetap harus menghormati formalitas. Hal-hal lucu di perusahaan.
Vernon tersenyum dan membawa Chan masuk. Membuat Seungkwan juga masuk dengan segera.
"Ngomong-ngomong, kita kemana lagi, Vernon-ssi?" Seungkwan memasang seltbelt-nya, mengintip Vernon melalui spian dasbor.
"Wait…" Vernon berujar kecil, tapi cukup untuk tertangkap pendengaran Seungkwan. Seungkwan dapat melihat Vernon yang memasangkan seltbelt untuk Chan yang hampir tertidur.
"Ke rumah hyung-ku, Seungkwan-ssi. Anyway, ini alamatnya." Karena sejujurnya Vernon belum hafal alamat rumah hyung-nya, jadi ia menyalin alamatnya di secarik kertas dan memberi satu pada Seungkwan.
"Kuharap kau tahu alamatnya." Vernon tersenyum dan menyandarkan kepalanya di kursi.
"Andalkan aku, bos." Seungkwan terkekeh dan Vernon tertawa.
Mereka fokus dengan kegiatan masing-masing. Vernon yang beristirahat, Chan yang tidur, dan Seungkwan dengan dunia menyanyinya. Hingga hari malah menjadi hujan. Seungkwan hanya mendengus, merasa terbebani. Membuat laju mobilnya terbatas. Tapi Vernon di belakang terlihat menikmati air hujan yang turun di jendelanya. Membuat Seungkwan bersyukur memiliki seorang atasan yang tidak cerewet.
Suasana yang hening terasa menelan detik menjadi menit dan menit menjadi jam. Begitu memberi ketenangan, menghabiskan watu mereka dan membawa perjalanan mereka hingga tiba di depan pagar rumah Hyung Vernon. Hari agak gelap, tapi Seungkwan masih bisa melihat Vernon tidak tertidur.
"Kita masuk, Vernon-ssi?" Seungkwan sedikit melambatkan laju mobilnya di depan gerbang rumah HyungVernon.
"Masuk saja, klaksonmu membantu agar pagar dibuka." Vernon tampak mulai melepas seltbelt-nya, membiarkan Seungkwan menekan klakson lumayan panjang beberapa kali.
Sampai deritan pagar terdengar, dan Seungkwan agak tercengang melihat rumah bagus di depannya. Dan saat Seungkwan masuk ke jalan batuan desain dengan taman di sisinya. Seungkwan bisa melihat area drop off dan semakin melongo dengan itu. Hingga Seungkwan tiba di area drop off, beberapa pelayan menghampiri. Membuka pintu, menggendong Chan, serta mengangkat koper setelah mendapat intruksi dari Vernon yang turun sendiri. Seungkwan juga turun, memberi sepatah dua patah kata pada Vernon, bentuk formalitas.
"Anyway, terima kasih banyak, Seungkwan-ssi." Vernon tersenyum pada Seungkwan yang tampak lelah.
"Dengan senang hati, Vernon-ssi." Seungkwan balas tersenyum kecil.
"Kau nampak lelah, mau beristirahat sebentar sampai hujan reda?" Vernon tersenyum lagi dengan tatapan lembut.
Seungkwan seketika sadar kalau mata Vernon itu coklat dan bibirnya pink sekali.
"Oke... Maksudku, tidak... Terima kasih... Hujan akan mereda dengan cepat, kupikir begitu..." Seungkwan mengalihkan perhatiannya dari bibir Ver-sialan-non.
"Serius?" Vernon menatap sedikit bingung Seungkwan yang berubah gugup di hadapannya.
"Yup, aku juga harus selesaikan sesuatu. Permisi, Vernon-ssi." Seungkwan menjadi semi formal dan semakin membuat Vernon bingung. Bahkan tanpa balasan darinya Seungkwan langsung masuk mobil dan pergi.
"Well, Seungkwan-ssi aneh sekali..." Vernon mengangkat bahunya sekali kemudian memutuskan masuk.
.
"Oh ya Tuhan... Choi Vernom itu, kenapa bisa bibirnya..." Seungkwan menggelengkan kepala cepat, merasa gila dengan jalan pikirannya.
"Sekiranya aku perlu sesuatu." Seungkwan memelankan laju mobilnya dan menatapi pakaiannya, memastikan dia sedikit berantakan. Tersenyum saat melihat dirinya sedikit kacau. Mengambil smartphone-nya, kemudian menelpon seseorang.
"Ya?" Suara seseorang menyahut dari seberang, membuat Seungkwan menekan tombol loud speaker.
"Aku perlu bantuan... Tapi bajuku... yeah... Yang pasti, pastikan penjagamu tidak menghalangiku, Jun." Seungkwan bebicara dengan konsentrasi tinggi, khawatir menambarak sesuatu di tengah hujan.
"Semua bisa, asal tambah won-mu." Seungkwan bisa dengar kekehan Jun.
"Aku akan menulis won lebih banyak dari yang kau tahu di kwitansiku." Seungkwan berbicara sengit.
"Oh man... kenapa kau sefrustasi itu?" Jun tertawa, tapi suaranya teredam musik.
"Diam! Dan jangan lupa penjaga mu." Seungkwan menutup sambungan, dan bibirnya mencebik. Tapi, hatinya meringan dan kakinya menginjak pedal gas.
.
Sebuah tempat dengan lampu remang-remang, Seungkwan memasuki gerbangnya yang agak tinggi. Dan secara kebetulan hujan berhenti. Seungkwan memarkirkan mobilnya di tempat yang menurutnya paling terang. Mengunci manual mobilnya, tidak ingin menarik perhatian. Kemudian memasukan kuncinya di kantong celana depannya sedalam mungkin.
Seungkwan berjalan dengan dagu terangkat, tampak arogan. Mendekati pintu masuk tanpa ragu. Seungkwan menatap menantang penjaga di depan pintu masuk yang melihatnya dari ujung kepala hingga kaki.
"Aku Boo Seungkwan." Tetap dengan wajah menantang dan intonasi suaranya begitu dingin, berbicara sebelum pria berotot di depannya bicara.
Penjaga yang awalnya ingin menutup pintu seketika menunduk hormat dan membuka pintu selebar mungkin.
"Good!" Seungkwan berbicara mencemooh seperti pemilik hewan peliharaan yang memuji peliharaannya.
Dia terlihat arogan, sombong, dan mengesalkan. Dia tidak sebaik penampilannya. Tidak sebaik profesinya, tidak semanis wajahnya. Yang pasti Seungkwan itu tidak manis. Malam ini penjaga itu saksi betapa buruknya ia, dan malam ini klub malam itu saksi betapa laknatnya ia. Sosok laknat berwajah manis, Boo Seungkwan.
.
Suara musik terdengar semakin nyaring seiring dengan langkahnya yang semakin masuk. Suasana gelap dengan lampu kerlap kerlip pun semakin tertangkap matanya. Seungkwan seketika hampir menutup telinganya saat musik memekakan menyerang pendengarannya.
"Welcome again to my club, Lovely Boo." Seseorang menepuk bahunya dan berbicara nyaring di sampingnya.
"Oh Jun, yup! Thanks." Seungkwan tersenyum kecil, dan bahasa inggrisnya terdengar jauh lebih bagus dari pada di depan Vernon tadi.
"Ayo duduk, akan ku kenalkan dengan bartender baru." Jun merangkul Seungkwan duduk di salah satu kursi di depan meja bar.
"Hi..." Seorang bartender laki-laki manis dengan suara agak cempreng dan bertubuh agak pendek tapi sintal.
"Hi juga..." Seungkwan membalas ramah sapaan ceria pria di depannya dengan tatapan tertarik saat pria manis di depannya memainkan sedikit atraksi dengan botol-botol alkohol di tangannya.
"Mau minum apa?" Pria itu kembali tersenyum dan mulai mengambil satu gelas.
"Yang biasa..." Seungkwan menjawab sekenanya sambil matanya menilai sedikit banyak perubahan di klub milik Jun itu.
Lebih banyak pengunjung dan bitches baru dan pasti lebih menggoda. Benar-benar sibuk sendiri tanpa menyadari si bartender yang menautkan alisnya heran.
Jun hanya berdecak sekali sambil menarik secarik kertas di kantungnya dan menulis sesuatu kemudian menyerahkan kepada si bartender. Bartender itu membulatkan matanya kaget dan menatapi Jun. Sampai Jun yang memintanya mendekat untuk membisikkan sesuatu.
"Dengar, temanku ini peminum yang baik. Dia okay dengan kadar alkohol tinggi. Jadi campuri saja yang ku anjurkan, okay?" Jun sedikit menekan kata-katanya, memaksa bartender-nya mengerti dan dibalas anggukan serta gerakan cepat si bartender mengganti ke gelas lebih besar serta dengan sigap mencampuri beberapa jenis alkohol sambil opininya yang merasa tidak percaya kalau melihat alkohol yang diraciknya ini berkadar alkohol tinggi sekali dan yang akan meminumnya adalah pria manis. Namun kemudian segera memberikan gelas berisi alkohol racikannya dengan senyum mengembang saat orang di depannya kembali menatapa ke arahnya dengan senyum tak kalah manis.
"Pesanan Anda, Tuan." Ucapnya yakin, seakan alkohol racikannya akan membuat pria di hadapannya ketagihan.
"Ummhh... okay..." Seungkwan sedikit terkejut dengan alkohol yang di teguknya, terasa berbeda dan lebih nikmat.
"Aku Boo Seungkwan , cukup panggil Seungkwan tanpa 'Tuan'. Siapa namamu?" Seungkwan menyeletuk pada bratender di depannya.
"Ten, cukup itu. Kau akan berada dalam kesulitan kalau tahu nama panjangku." Kembali dengan senyum ramahnya, membuat mungkin orang-orang tak menyangka kalau ia seorang bartender.
"Oh?" Seungkwan mengangkat alis heran.
"Dia orang Thailand, Kwan. Ten sayang, siapa nama panjangmu?" Jun yang menjawab dan secara kebetulan musik berhenti. Sepertinya akan berganti DJ.
Ten tersenyum dan Seungkwan mengerjab. Jujur saja, Seungkwan sudah biasa mendengar Jun memanggil pekerjanya dengan 'sayang' sebagai embel-embel keramahan.
"Ten Chittapon Leechaiyapornkul." Ten menjawab cepat dan berhasil membuat Seungkwan menganga tolol.
"Kau benar, Ten. Aku berada dalam kesulitan, bahkan mengejanya aku perlu belajar berhari-hari dan sebulan untuk bisa menyebutnya dengan baik." Seungkwan menyengir dengan wajah bingung, Jun dan Ten tertawa.
"Kau benar, akan luar biasa kalau kau bisa. Bahkan semenjak Ten bekerja di sini hingga sekarang, aku belum bisa menyebut namanya." Jun tertawa, tapi entah wajahnya tampak sama tololnya dengan Seungkwan.
"Kalian berlebihan sekali..." Ten lagi-lagi tertawa kecil seperti tertawa adalah kesukaannya sambil tampak sibuk meracik minuman untuk Jun.
"Here's yours, ma boss." Ten memberi segelas besar racikannya, membuat Seungkwan meminum minumannya juga.
"Thanks, baby..." Jun memberikan senyum memikatnya.
"Most welcome, love." Ten menjawab nakal dan memberi flying kiss. Jun berakting seolah tertembak dan Seungkwan tertawa.
"Give me a kiss..." Jun berdiri dan mencondongkan tubuhnya, Ten melakukan hal yang sama bahkan mendudukkan dirinya di sisi meja bar.
Seungkwan menjengit saat dua orang berciuman di sampingnya, kemudian tertawa saat ciuman terlepas.
"Kau bahkan mencium pekerja mu." Seungkwan menatap jengah mereka setelah tadi tertawa. Jun hanya tertawa kecil kemudian mencuri satu kecupan di bibir Seungkwan.
"Kita sama-sama tahu seberengsek apa dunia kita." Jun tersenyum mengejek diikuti Seungkwan dan Ten.
"Good night, everyone." Suara asal stage mencuri perhatian banyak orang termasuk mereka dan membuat mereka membalik tubuh menghadap stage.
Retina mereka menangkap pria tampan di balik meja DJ. Seungkwan bersiul seakan berkata pria itu tipenya.
"Dia Johnny, DJ baru dan dia pacarnya Ten." Jun berbisik di sampingnya membuat Seungkwan berbalik dan menangkap Ten yang tampak menyemangati Johnny.
"Dia bisa disewa?" Seungkwan berbicara agak sungkan sambil memainkan gelasnya.
"Kami bisa..." Ten terkekeh dan Seungkwan langsung menatap Ten.
"Kau tidak apa-apa?" Seungkwan agak merasa tak enak dan sedikit merasa itu menyedihkan.
"Aku oke... kami membedakan apa itu seks dan bercinta." Ten tersenyum dan mengelap gelas, tampak ringan meski Seungkwan yakin itu sangat berat.
Kemudian semua kembali menjadi riuh saat Johnny memulai.
.
Lantai dansa jadi riuh dan panas saat Johnny terus bermain dengan kemampuan terbaiknya.
"Dia koleksi terbaikmu, Jun." Seungkwan memuji keahlian Johnny dan dari itu Jun tahu Seungkwan suka stage malam ini.
"Dia luar biasa, Seungkwan. Dia hot, dan tubuhnya bagus. Kau bisa lihat." Ten menunjuk dengan dagunya, seperti menawarkan barang berkualitas tinggi. Dari situ Seungkwan mengerti Ten ingin ia menyewa Johnny.
Seungkwan berbalik dengan tatapan menilai DJ Johnny. Tapi kemudian perempuan dengan dada besar serta bokong berisi duduk di pangkuannya dan memilin kerah bajunya.
"Mau... bermain denganku, manis?" Perempuan itu tampak menggoda Seungkwan dengan menggesekkan pantatnya di selangkangan Seungkwan.
Seungkwan tersenyum miring dan menarik wajah perempuan itu padanya, kemudian berbisik seduktif.
"Aku ini bottom, nona. Aku punya penis kecil ." Kemudian dengan kurang ajarnya mendorong perempuan itu hingga hampir terjatuh.
Jun mencemooh kemudian langsung berbalik dengan cepat menarik Ten dalam ciumannya saat perempuan itu akan berbalik dan memintanya. Jun dan Ten memainkan peran mereka dengan panas hingga membuat perempuan itu pergi dengan perasaan kesal. Jun dan Ten langsung melepas ciuman mereka. Mereka hanya tertawa kecil, membiarkan musik keren DJ Johnny mengisi pendengaran mereka.
"Kau berengsek..." Seungkwan mengolok Jun dan membuat Ten tertawa.
"Yang tadi itu hanya penolakan halus, daripada kau." Jun terkekeh sebentar.
"Lagi pula, kupikir seseorang semuarahan itu pasti punya lubang longgar." Jun tersenyum miring, namun terkejut dengan wajah aneh saat tiba-tiba Seungkwan memukul punggungnya dan Ten melampar serbetnya.
"Sebagai pihak dimasuki, aku danTen merasa tersinggung." Seungkwan berbicara seolah ia juga perwakilan Ten.
"Lagipula, ini murahan, kau tahu itu. Tapi kau bahkan pernah berteriak dan mendesah karena aku." Ten berbicara dengan nada acuh. Kemudian berusaha mengambil serbetnya dan menggeram asal saat Jun mencuri satu ciuman.
"Kau berbeda, Ten." Jun mulai menggombal dan memberi Ten beberapa kecupan.
"Oke, tapi berhenti menciumiku, please. Johnny melihat ke sini." Ten bersikap acuh dan menunjuk stage dengan dagunya, membuat Jun berbalik serta dengan tololnya menyengir pada Johnny yang tersenyum miring dan menggeleng kecil.
"Dan Seungkwan, apa yang membawamu kemari?" Ten bertanya sambil memberi satu gelas lagi alkohol racikan. Seungkwanmenerima dengan senyum lebar, ia begitu mengakui kemampuan Ten menakar dan meracik alkohol. Dari sekian banyak bartender Jun, Seungkwan paling cocok dengan alkohol racikan Ten.
"Aku... Yah... Aku mengalami hal buruk..." Seungkwan menjawab dengan air wajah berduka, membuat Jun dan Ten merasa simpati sekaligus heran.
"Aku dengar suara frustasi mu itu di telepon tadi. Tapi, ada apa?" Jun tampak semakin simpati dan dengan perhatian memberi fokus pada Seungkwan, membiarkan Ten menyimak sambil meracik alkohol pelanggan lain.
"Aku dengan sialnya tergoda pada bibir bosku." Seungkwan berbicara frustasi, Ten langsung tertawa setelah mengantar racikannya.
"Kau gila?" Seungkwan berdecak kesal dan Jun hanya mengedikkan bahunya tidak mengerti.
"Sorry, bukan maksudku membuatmu kesal. Tapi menurutku itu wajar, seperti aku cukup tergoda pada bibir bosku." Ten terkekeh saat Jun memberinya flying kiss, kemudian Ten membelasnya dengan virtual kiss.
"Ini berbeda Tennn! Dia bos divisiku!" Seungkwan merengek dan menyembunyikan kepalanya.
"Aku mengerti, dia itu pasti berbeda. Bos divisimu. Dan bahkan mustahil untukmu mengecup bibirnya, apa lagi menciumnya." Ten berbicara agak nyaring karena Johnny semakin menguasai stage.
Ten dan Jun hanya bisa menangkap Seungkwan menggeram samar. Sampai tiba-tiba Seungkwan mengangkat kepalanya menghadap Jun. Membuat Ten dan Jun menautkan alisnya.
" Jun aku sewa kau dan Johnny." Seungkwan berujar final, dan membuat Ten hampir menjatuhkan rahangnya.
"Kau gila? Jun dan Johnny? Threesome?" Bos, bibir, dan ciuman. Hal ini mampu membuat Seungkwan hampir gila.
.
TBC/END
Note : Klinefelter, istilah yang mungkin gak asing di telinga readers atau mungkin baru pertama kali dengar. Ini sindrom, guys. 8ter waktu awal tahu itu diceritain sama temen sekolah dan gak percayaan sama adanya M-preg yang selama ini ada di fanfic. Tapi mungkin karena gak percayaan dan Tuhan tunjukin dia yang Maha Kuasa, bisa memberikan apaupun. Secara kebetulan dan sama sekali gak disengaja melalui sebuah media sosial, 8ter ketemu seorang kenalan laki-laki asal China berorientasi seksual menyimpang yang kebetulan sekali mengidap sindrom ini. So, awalnya gak bisa percaya, tapi kepo 8ter keterlaluan dan jadi tahu banyak hal. Dia punya cowok dan akan menikah dalam waktu dekat. Jadi buat readers yang GAK PERCAYA sama kejadian klinefelter di FF ini boleh dipikirkan ulang^^ karena 8ter ngambil ini berdasarkan hasil kepo sama si pengidap yang merupakan salah satu pasangan gay beruntung dari sekian banyak pasangan gay di China. Tapi bagi yang mau jadikan FF ini sebagai pengetahuan, silakan. Maski ke depannya 8ter bakal ngasih beberapa keadaan fiktif soal Seungkwan maupun Joshua yang di sini mengidap klinefelter. 8ter pasti bakal bilang di note supaya gak terjadi kesalahpahaman tentang para pengidap ini^^ so, hope you enjoy this FF, guys!^^
Review, please. Dan 8ter bakal berusaha lanjutin FF ini. Review terlalu sedikit/berhenti, artinya FF berhenti update...
Thank you!^^ *Deeb Bow*
