...

Nee ... pernakah kau melihat bayangan Bulan di dalam air?

Terkadang aku berpikir,

Bukankah akan lebih baik jika Bulan ada dua?

Tak peduli dia nyata atau tidak.

Asal aku dapat menggapai Bulan yang terpantul itu.

Sama seperti kehadiran dirimu dan dirinya.

Aku ingin menggapai bayangmu yang tercermin jelas dalam benakku.

Bukan karena aku tak dapat menggapai Bulan di Angkasa

atau dirinya yang ada di depan mata.

Satu hal yang ingin aku katakan padamu,

Aku ingin kau kembali ke sisiku.

Egois kah?

...

ooOoo

Sand on The Blue Moon: Give me a change!

-(Un)requited Love Sequel-

Disclaimer : Gintama By Sorachi Hideaki a.k.a Gorilla-Sensei.

Story By Me

Warning : OOC diperlukan untuk kepentingan cerita, Rated T+, Typo mungkin 'sedikit' bertebaran.

Happy Reading, Minna ^^

ooOoo

Sosok perempuan bersurai vermillion itu kini tengah duduk di sampingnya, wajah manis pucatnya berseri tertimpa sinar mentari, kepalanya bersandar di pundak pria bersurai pasir di sebelahnya seraya memejamkan mata.

Senyum cerah terpatri jelas di wajah pria berwajah Shota itu. Tangan mereka berdua saling bertaut. Pria itu menggenggam erat tangan kanan Sang wanita, seolah takut sosok itu akan kembali hilang jika dia melepaskannya.

"Nee ... Sadist?"

"Hmm?"

"Hangat."

"Hn?"

"Tanganmu hangat."

Seakan tersadar, Sougo-pemuda itu, merasakan suhu dingin yang menjalar pada telapak tangannya. Senyuman tipis dengan raut sedih kini menghiasi wajahnya.

"Kau dingin, China?"

"Hmm." Angguk gadis itu.

Sougo memeluk sosok tersebut sambil mengedarkan pandangannya keseliling mereka. Matanya menyipit tak kala melihat sepasang anak kecil yang tengah bermain di tengah padang rumput tersebut. Sosok mereka nampak asing baginya namun, ntah kenapa hatinya merasa bahagia melihat dua sosok kecil tersebut.

"Papi!" teriak mereka berdua seraya melambaikan tangan dengan tawa bahagia.

"Mami, cepat kemari ..." teriak mereka lagi.

Sosok perempuan di samping Sougo berdiri secara tiba-tiba dari duduknya, membuat Sougo terkejut. Dengan perlahan, dia mendekati kedua sosok mungil tersebut, kemudian menggenggam tangan mereka berdua.

"Matte, China!" Sougo berteriak ketika ketiga sosok itu akan berjalan di depannya.

"China, Matte!" teriaknya lagi.

Sosok 'China' tersebut berbalik arah seraya tersenyum lembut. Bibirnya membisikan sebuah kalimat yang tak dapat dibaca Sougo secara jelas.

"Papi!" teriak dua sosok mungil itu, "Sayounara!" seru mereka dengan nada riang dan melambaikan tangan.

Sougo berdiri dari duduknya secara spontan, berusaha menggapai ketiga sosok tersebut hingga sebuah cahaya menariknya dari tempat itu.

"Matte, China!"

"China!"

"Chi-


Sreeek

"Oy, Sougo! Sampai kapan kau akan tidur, hah!?"

Deg

Sougo terbangun dari tidurnya, Keringat membasahi seluruh tubuh dan wajahnya dengan mata yang terbelalak kaget. Pemuda itu mendudukan dirinya dengan nafas yang memburu dan detak jantung yang berpacu menggila.

Hijikata yang baru saja datang untuk membangunkan Sougo menatap pemuda itu dengan ekspresi aneh.

"Kau kenapa, Sougo?" tanyanya heran di ambang pintu dengan sebatang rokok yang bertenger mesra di bibirnya.

Sougo melirik Hijikata singkat dan kemudian menjawab, "Bukan urusanmu, Hijikata-san."

"Fuuuh," Hijikata menghembuskan asap rokoknya, "Kalau begitu, cepat bangun kau, Kuso gaki! Jangan lupa kalau hari ini kita ada misi khusus." Ujarnya seraya meninggalkan kamar tersebut.

"Cih." Sougo berdecih singkat, sesaat Hijikata meninggalkan kamarnya.

Kemudian, pria bersurai pasir itu beranjak dari tempat tidurnya.

-oOo-

Suasana Edo nampak berbeda hari ini. Kota Edo tengah di hiasi sedemikan rupa. Plang besar bertuliskan 'Selamat Menempuh Hidup Baru' terpajang di setiap sudut kota. Hiasan bunga beraneka warna nampak menghiasi jalan utama Kota dari kuil menuju kerajaan Edo. Para penduduk nampak memenuhi sisi jalan untuk melihat iring-iringan yang menjadi pusat perhatian warga.

Ya, hari ini, tepat di awal musim semi, Soyo-hime dan Kamui melangsungkan pernikahan mereka. Sebuah pernikahan yang berawal dari perjodohan sebagai bentuk damai klan Yato dan pemerintahan bumi.

Edo sendiri saat ini kembali dipimpin oleh Hitotsubashi Nobunobu.

Dan sekali lagi, kedamaian kembali ke kota Edo.


Sougo beserta pasukan Shinsengumi yang lain berjalan mengawal tandu yang membawa kedua pasangan baru tersebut. Di depan mereka nampak, Kondo Isao, Hitotsubashi Nobunobu, dan Hijikata Toshirou, memandu dengan menaiki Kuda. Dan di belakang tandu tersebut juga nampak, Sakata Gintoki, Shimura Shinpachi, Umibozu dan Tagasuki Shinsuke yang mengawal dari belakang di ikuti para pengawal istana di belakang mereka.

Sorak sorai penduduk Edo pecah menyambut iringan pasangan tersebut.

Sougo berjalan seraya memandang langit biru yang nampak cerah hari ini. Warna biru itu sendiri bagi Sougo, nampak seperti manik cerah milik 'China-nya', 'Wanitanya' yang telah dia sakiti lima tahun yang lalu, Wanita yang telah berada jauh di atas sana-di alam berbeda, dan sampai sekarang masih menorehkan luka di hatinya.

"Nee ... China... Kau tahu, hari ini Soyo-hime dan Baka aniki-mu itu menikah." Gumannya lirih seraya terus berjalan ke depan tanapa memperhatikan raut sedih dari rekan-rekannya.

-ooOoo-

Setelah rangkaian acara pernikahan yang melelahkan, di sini lah Sougo berada sekarang. Tepatnya di depan sebuah kolam di bagian belakang kerajaan Edo.

Pemuda bersurai pasir itu berdiri seraya menatap langit. Tak dipedulikannya hiruk-pikuk rekan kerjanya yang tengah menikmati pesta di dalam sana.

"Kau di sini ternyata, Okita-san." Sapa suara lembut, masuk ke indera pendengarannya.

Sougo tak bergeming dari tempatnya.

"Kau tak ingin ikut menikmati pestanya, Okita-san?" tanya suara tersebut.

Sougo tetap tak bergeming.

"Ok-."

"Langsung pada intinya saja, Hime-sama. apa yang ingin anda bicarakan?" potongnya to the point.

Soyo tertawa pelan, "Kau dingin sekali, Okita-san." Gadis bersurai hitam itu berjalan mendekati Sougo, "Aku hanya khawatir denganmu, Okita-san. Kau nampak murung sejak hari itu. Aku merasa bersalah karena telat memberi tau kalian." Lanjutnya dengan nada lirih.

Hening.

Sougo tak menyahuti perkataan Soyo.

"Nee ... Okita-"

"Hime-sama, apa anda berada bersama China saat 'itu'?" potong Sougo.

"Ya." Jawab singkat Soyo.

"Apa dia sempat melihat dunia?" tanyanya lagi.

"hmm." Angguk Soyo.

Soyo menyerahkan selembar kertas kepada Sougo.

"Aku mengambil foto mereka di hari pertama kelahiran mereka. Mereka manis kan, Okita-san?" Ujar Soyo dengan senyuman lirih.

"kembar?"

"Ya, mereka kembar. Awalnya, aku mengira semua akan baik-baik saja. Aku juga tak menyangka jika, kondisi Kagura-chan beserta bayi kalian akan menurun di hari kedua. Seandainya aku lebih cepat bertindak." Lirih Soyo.

Sougo tersenyum getir memandang sosok mungil pada foto tersebut. mirip. Mereka sangat mirip dengannya.

"Sepezu Hanzai Sha sudah melihat ini?"

"Ya. Aku menunjukkannya tepat sehari setelah kita pulang dari Rakuyou. Kau tau Okita-san? Kamui-kun bilang, kenapa anak kalian harus memiliki antena?" kekehnya lirih.

"Antena?" Sougo menatap kembali foto tersebut.

Kekehan kecil lolos dari mulutnya saat menyadari bahwa kedua anaknya memiliki rambut yang menyerupai antena, mirip dengan calon kakak iparnya yang tertunda, Kamui.

"Ya. Dia protes seharian karena hal itu." kekeh pelan Soyo, "Dan dia terus berharap semoga jagoan cilik itu dan Kagura-chan dapat melihatnya menikah hari ini." sambungnya getir.

Sougo terdiam sejenak seraya memandang foto tersebut. jauh dalam lubuk hatinya, diapun memiliki harapan yang sama.

"Boleh saya menyimpannya?"

"Tentu saja, Okita-san. Sejak awal itu memang milikmu." Jawab Soyo.

"Arigatou, Hime-sama." ucap Sougo tulus. Pemuda itu kemudian memasukan foto tersebut kedalam saku seragam Shinsengumi-nya.

Hening sekali lagi.

Sougo kini kembali menatap langit sore yang ntah mengapa menurutnya lebih menarik daripada bergabung dengan rekannya.

Jika saat ini adalah dulu, mungkin Sougo sudah menjadikan ini sebagai batu pijakan untuk kembali mencoba menghilangkan nyawa Fukuchou 'kesayangannya'. Namun, tidak untuk saat ini. Jiwa Sadist pemuda itu sudah terkikis sebagian sejak tujuh bulan yang lal, saat pertama kali fakta tentang 'China-nya' dibeberkan oleh putri Tokugawa itu.

Tetapi, sesekali, jika ada kesempatan, Sougo akan tetap mencoba menembakan Bazooka ke arah Fukuchou atau Danna 'tersayangnya' itu.

Ya, sejak tujuh bulan yang lalu, Gintoki juga menjadi sasaran mesra dari peluru Bazooka yang disengajakan nyasar ke arahnya.

"Hime-sama, sebelumnya ada yang ingin Saya pastikan sekali lagi." Suara datar Sougo memecah keheningan di antara mereka.

Soyo menatap heran dengan wajah yang mengatakan 'apa?'

"Anda bilang, China meninggal lima tahun yang lalu, bukan?"

Soyo mengangguk.

"Lalu, kenapa saya dan China masih saling menyapa via telpon hingga dua tahun yang lalu?" tanya Sougo dengan nada datar dan wajah serius.

Soyo terdiam. Keringat dingin jatuh dari pelepisnya.

Gadis berusia dua puluh satu tahun itu menghembuskan napasnya pelan.

"Okita-san, coba kau hubungi hanphone Kagura-chan." Perintahnya.

Sougo menatap aneh ke arah Soyo sejenak dan akhirnya menuruti kata perempuan tersebut.

Di keluarkannya handphone flip hitam yang sama dengan punyanya dulu, kemudian menekan tombol dial pada nomor Kagura.

Suara dering handphone terdengar dari balik kimono Soyo.

Gadis itu mengeluarkan benda flip hitam tersebut, lalu menekan tombol hijau.

"Moshi ... moshi ... Sadist? Kau merindukanku aru ka?" ucap Soyo.

Mata Sougo membulat Kaget mendengarnya. Suara Soyo berubah sama persis seperti suara Kagura.

"Anda-"

"Gengai-san dan Tama-san yang membuat aplikasi ini. Mereka membuat sebuah program, dimana suaraku akan berubah menjadi suara Kagura-chan saat seseorang menghubungi handphone ini." Jelas Soyo.

Soyo dapat menangkap raut kecewa di wajah Sougo.

"Okita-san, Sejak awal kepulangan Kagura-chan ke Rakuyou, Kagura-chan sudah memutuskan, bahwa dia ingin menghilang dari kehidupan kalian semua. Kagura-chan merasa bersalah karena selalu merepotkan Sakata-san. Dia juga merasa bersalah karena memaksa Kamui-kun untuk pulang dan selalu membuat Kamui-kun ingat akan Kouka Kaa-sama. dan yang menjadi kesalahan terburuknya adalah ...," Soyo menggantungkan kalimatnya sejenak, "jatuh cinta kepadamu di saat Okita-san telah menemukan hati yang baru." Lanjutnya. Sougo semakin membelalakan matanya.

"Tapi lebih dari semua itu, Kagura-chan tau bahwa waktunya sudah semakin singkat, karena itulah dia melakukan semua ini." Jelas Soyo panjang lebar.

Sougo membeku pada tempatnya. Sebuah kata-kata yang tadi terlintas di benaknya kini menguap ntah kemana.

"Kau bodoh, China." Gumannya dengan suara rendah.

"Oki-."

"Hime-sama, saya pamit undur diri dahulu." Sougo memotong ucapan Soyo sekali lagi, membungkuk hormat dan kemudian beranjak meninggalkan Istana Edo.

-ooOoo-

Sougo kini tengah duduk bersimpuh di depan sebuah pusara dengan tiga buah foto disana. Manik merahnya tersembunyi di balik kedua kelopak mata yang tengah terpejam.

Tak ada yang hal lain yang pemuda itu lakukan selain duduk bersimpuh sejak sejam yang lalu.

Pemuda itu terdiam meresapi setiap rasa sakit yang masuk ke dalam batinnya. Harapannya untuk mematahkan kenyataan bahwa 'China-nya' telah tiada, telah terpatahkan begitu saja oleh kenyataan yang diberikan oleh Soyo-hime tadi.

Haruskah dia Seppuku sekarang?

Ide gila itu kembali melintas dalam pikirannya.

Dan dengan cepat pemuda itu menggelengkan kepalanya.

Tidak, dia tak mau mengambil ide gila itu lagi.

Cukup hal itu hampir dia lakukan sebanyak dua kali dan sebanyak itu pula Hijikata dan Kondo berusaha mencegahnya. Bahkan, Sang Goril-Komandannya, sampai menangis histeris saat menyaksikan aksi yang terbilang nekat tersebut. beruntung Hijikata dapat menghentikannya tepat waktu.

Sougo sendiri selalu menyakinkan diri bahwa dia itu Sadist dan akan tetap menjadi Sadist sampai Shinigami datang dan 'say hello' kepadanya, kemudian membawa kabur jiwanya.

'Ingat Sougo, kau itu Sadist. Berhentilah bersifat melankolis.' Batinnya menyoraki seraya menangis histeris.

Sougo bukanlah tipe orang yang dapat mengekspresikan perasaannya. Sesedih dan semenyakitkan apapun kenyataan di depannya, pemuda itu akan tetap diam di balik topeng datarnya. Walaupun, jiwanya menjerit dan batinnya ingin berteriak dan menangis, pemuda itu tetap akan diam di balik senyum Sadist-nya.

Sougo juga bukanlah tipe pemuda sulit move on seperti Hijikata Toshirou yang sampai sekarang melajang menanti Shinigami membawa jiwanya bertemu dengan Mitsuba di alam lain. Tetapi untuk saat ini, dia memiliki aliran sepaham Hijikata. Dia akan mencoba menanti 'China-nya' kembali, semustahil apapun itu.

"Are? Aku baru tau kalau kau berubah menjadi sosok masokis nan melankolis, Sou-go." Sebuah suara berat di ambang pintu ruang do'a rumahnya membuat Crimson Sougo yang tersembunyi menampakkan diri.

Bukan membalas, Sougo malah melayangkan Katananya tepat ke arah Sosok tersebut.

"Oy! Abunai darou ga, Kuso gaki yarou!" jerit sosok tersebut ketika Katana itu nyaris memotong kepalanya.

"Jaa, kenapa kau datang kemari, Hijibaka-san?" tanya Sougo seraya mengubah duduknya menjadi bersandar dengan kedua tangannya.

"Hijikata desu! Dan semoga kau tak kabur saat patroli malam ini, Sougo. Ingat kau yang bertugas bersama Yamazaki malam ini." Peringatnya.

"Kau jauh-jauh datang kemari hanya untuk mengatakan itu, kah?" tanya Sougo malas-malasan.

Hijikata tak menjawab, pria yang lebih tua sembilan tahun itu berjalan pelan ke depan altar, menyalakan dupa, dan duduk bersimpuh seraya berdo'a disana.

Sougo mengamati gerak Hijikata. Sudah menjadi kebiasaan baginya, melihat Hijikata yang akan berdo'a di depan pusara untuk Aneue-nya.

"Mereka berdua manis." gman Hijikata saat melihat foto bayi kembar tersebut.

Sougo memandang Hijikata dengan pandangan jijik, "Berhentilah memandang foto bayiku dengan tatapan om-om pedofil yang 'belok' seperti itu, Hijikata-san." ucapnya dengan deadpan andalannya.

"Apa yang kau katakan, Kuso Gaki!?" suara berat dan aura mencekam membaur keluar dari tubuh Hijikata seraya menodongkan Katananya.

"Maa ... maa ... Aku hanya bercanda Hijikata-san." balas Sougo datar.

"Teme ..." Hijikata nampak menahan emosinya walaupun perempatan imajiner telah hinggap di dahinya.

pria berponi 'V' itu kembali melanjutkan acara berdo'anya.

Selesai berdo'a, Hijikata dan Sougo beranjak untuk kembali ke markas Shinsengumi.

"Ittekimasu, Aneue, China dan ... Jagoan Papi." Pamitnya sebelum meninggalkan rumahnya.

Tanpa Sougo sadari, Hijikata tersenyum tipis mendengarnya.

-ooOoo-

Yamazaki dan Sougo berjalan beriringan mengitari kawasan distrik Kabukicho. Malam ini adalah tugas mereka untuk berpatroli di tempat tersebut.

Hening melanda mereka berdua. Padahal, biasanya Sougo akan meminta Yamazaki mendengarkan rencana liciknya untuk membunuh Mayora dan tentunya memaksa sang 'Manusia anpan' itu untuk membantunya.

Yamazaki mencuri-curi pandang atasannya yang tengah berjalan beberapa langkah di depannya itu.

Dan secara tiba-tiba langkah Yamazaki terhenti ketika melihat sosok Taichou-nya itu membeku di tempat.

"China?"

Itulah gumanan terakhir yang dapat didengar oleh Yamazaki, sebelum sosok lelaki bersurai pasir itu berlari meninggalkannya.

"Matte ... Okita-taichou!" seru Yamazaki yang sama sekali tak didengar.

-Tbc-

Gimana ... Gimana?

Sampai sini ada yang sudah bisa menebak ceritanya, kah?

heehee ... maafkanlah kalau ceritanya rada Gaje gini ^^

Ceritanya ini di persembahkan Author untuk para readers dan terkhususnya untuk:

Natsuki Yani, Firufiru, Guest, Nafi29897, Yukicchi008, dan Freedom friday.

Terima Kasih untuk Reviews kalian di fanfic sebelumnya ^^

Saa, Minna ... Semoga kalian terhibur.

Selamat membaca~

Keep or Delete?

RnR?