Shingeki no Kyojin © Isayama Hajime
CINCIN oleh Kenzeira
Day 3: Soulmate AU
[brought to you by trimasketir]
"Ini mungkin terdengar tidak masuk akal, tapi bagaimana kalau kita membuat tato cincin, Levi?"
Begitulah ide gila itu tercetus dari otak Farlan tatkala keduanya dipengaruhi minuman beralkohol, setengah sadar, setengah sinting. Levi ingat bagian itu—hanya bagian itu, selebihnya tidak. Mendadak saja ia mendapati dirinya terbangun di ranjang hotel; telanjang, penuh tanda merah ditambah rasa ngilu di bagian belakang (ya, ya, belakang yang itu), dan Farlan yang masih lelap dengan mulut sedikit terbuka.
Mula-mula Levi tidak menyadarinya. Ia baru sadar setelah membasuh muka di wastafel dan mendapati ada cincin di jari manisnya—cincin, demi Tuhan, tato cincin! Mencoba berpikir positif, ia membasahi pola hitam melingkar seperti cincin itu, menggosok-gosoknya berharap itu cuma tinta pulpen. Lima menit dan—
"Fuck."
Tidak bisa hilang.
Levi menggulingkan tubuh Farlan hingga pria itu terjungkal ke lantai, mengaduh sambil mengusap kepala. Levi meminta penjelasan mengenai tato cincin tersebut, mengacung-acungkan jari tengahnya—segera dikoreksi, jari manisnya di hadapan wajah Farlan.
Farlan justru tertawa. "Aku bahagia. Dengan begini berarti kau resmi menjadi belahan jiwaku."
Farlan mendapat hadiah tak terlupakan berupa bogem mentah di bagian rahang. Keras dan kencang.
.
.
"Kau hanya akan melukai jarimu sendiri, Levi. Ayolah. Itu cuma tato."
"Ini bukan cuma tato."
Farlan memasang ekspresi muka yang tidak ingin dilihat Levi.
"Oho, tentu saja. Memang bukan cuma tato. Ini adalah tanda bahwa kita memiliki benang merah; kau dan aku."
"Katakan sekali lagi dan akan kuhajar kau."
"Bekas minggu lalu saja masih terasa sakit. Apa kabar nasib rahangku."
Levi yang tengah berjalan cepat menuju universitas, diikuti Farlan yang juga berjalan cepat, menghentikan langkah dan Farlan nyaris menabrak andai tidak ikut menghentikan langkah. Levi berbalik. Keduanya lantas saling memandang—antara penuh amarah dan kebingungan.
"Aku dengar dari Isabel, kau mau melakukan apa saja agar bisa melenyapkan tato itu."
Levi bergumam.
"Jadi, selama ini kau memang membenciku."
Levi diam.
"Ah, kau tidak perlu melakukan apa pun. Biar aku saja yang menghapus tato di jariku. Memotongnya bila perlu."
Levi bingung.
.
.
Begitulah keesokan harinya Isabel membawa berita mengerikan pada Levi; Farlan benar-benar sinting! Memotong jarinya sendiri hanya karena tato! Dan sekarang pria itu tidak mau bicara sama sekali—tidak mau kalau bukan Levi.
Tentu saja, Levi segera datang tergesa ke apartemen Farlan. Panik. Tapi Farlan enggan membuka pintu.
"Brengsek, buka pintunya! Aku tahu kau mendengarku!"
Pintu ditendang. Tidak ada respon.
"Ya, ya, aku keterlaluan! Sekarang buka pintunya, Church!"
Masih sama.
"Farlan … aku tidak membencimu. Kau salah paham. Kau tolol. Mana mungkin aku mau tidur denganmu kalau aku membencimu. Dasar tolol, tolol, tolol!"
"Kalau mau minta maaf, kau tidak perlu mengataiku tolol begitu. Dasar."
Farlan muncul dari belakang—bukan dari pintu. Levi kaget. Ada kantung belanjaan. Dan … jari Farlan baik-baik saja, bahkan tatonya masih sama. Tidak berubah. Tidak ada tanda-tanda penghapusan paksa. Muka Levi seketika berubah merah.
"Aku mau menghajar Isabel."[]
10:50 PM – 9 January 2017
-adegan tato cincin terinspirasi dari salah satu manga karya hino garasu
a/n: saya nulis apa ini ;;;;
