Taiga-lah yang membuat Tetsuya memakai pakaian tebal-tebal dan menyetir mobil, membawa mereka ke rumah sakit tempat Midorima praktik.
Di tengah lalu lintas yang agak lengang dari biasanya, Kagami menancap gas tinggi-tinggi hanya untuk mengerem drastis di lampu merah persilangan jalan. Ekspresinya kaku menatap jalan.
Tetsuya melirik pemandangan ini dari sudut matanya yang lirih dan suhu badan yang tinggi, dan menelan air liurnya lagi untuk membasahi tenggorokan yang kering.
"Taiga," (ia hanya perlu air.) "jangat cepat-cepat."
Tetsuya tidak mendengar responnya, sembari ia menyenderkan pelipisnya pada kaca mobil yang dingin. Sedikit pendingin bagi dahinya yang terus-menerus panas, dan lesatan blur yang dari tadi membuat kepalanya makin berputar, mulai berhenti menjadi objek-objek familiar tepi jalan ketika Taiga menurunkan kecepatan mobilnya. Dan ia berhenti. Menatap Tetsuya lekat-lekat, khawatir.
"Apa yang sakit? Apa sakit kepalamu semakin parah? Demammu naik?"
Tetsuya melirik padanya sambil berkata. "Aku baik-baik saja."
Mantra itu membuat Taiga yakin, sambil meremas jemari Tetsuya yang dingin dan kembali ke balik stir-nya. Ia berkendara lebih pelan, namun berusaha gesit agar dapat sampai dengan cepat (dan selamat). Di ujung jarinya terdapat bekas uap air hangat dan aspirin dan obat penurun panas yang tak kunjung menimbulkan efek bagi Tetsuya semalaman, maka persetan dengan demeanor Midorima yang menyebalkan. Dengan reputasinya, yang Taiga pedulikan hanya Tetsuya mendapat penanganan terbaik.
.
.
.
Ekspresi Taiga nyaris bergidik ketika perawat itu menusukkan jarum infus ke punggung tangan Tetsuya, benda mengerikan dengan selotip putih itu. Kemana imunitasnya terhadap fobia jarum suntik ketika diperlukan. Kemana.
Walaupun begitu, Tetsuya kini sudah terlihat jauh lebih tenang di atas ranjang rumah sakitnya, beristirahat. Sebelum ia mengantuk oleh medikasi yang baru saja ia telan, ia mengulurkan tangannya dimana ada jarum infus itu pada Taiga yang disambut oleh genggaman.
Untuk saat itu, Taiga menghela nafas pada genggaman tangan mereka, dan menelan semua ketakutan. Ia bangkit maju untuk menempelkan bibirnya pada dahi Tetsuya, dan ucapnya, "Cepat sembuh, Tetsuya."
