ohayou minna san ^_^ tutu chan hadir lagi nih, dengan fic yang baru
hmmmm .. jelek ?
saya akan belajar lagi kok, Saya suka fic yang ada sakit sakitnya, Tapi tau deh happy ending atau tidak hihihihi #lempar cabe
ini fic agak kontroversi mungkin , sebenernya mau saya yaoi in, tapi saya dapat ide untuk straight dulu baru yaoinya dataang :D
biar ada suasana campuran gimana gitu.. tapi yaoi kok. ikuti saja alur ceritanya, kalo nggak keberatan wkwkwk. maaf kalo mengecewakan.
WARNING
RATINGnya aja uda M lagi buat jaga2. bisa berubah dari T KE M *BAH
DISCLAIM : masashi kishimoto
STRAIGHT KE = YAOI
OOC, IC, TYPO, (S), GAJE
pairing : perjalanan panjang menuju sasunaru
ada : Hinata, Sakura, Neji, Gaara dsb
ADA LIME, LEMON, RAPE TAPI BELUM DI CHAP AWAL
kalo tidak menyukai fic ini, jangan membaca ^_^
arigatou
chapter 1
Princess diaries
Gelap dan dingin. Menjadi pendampingku setiap waktu. Didalam kekosongan yang abadi, menjadikan diri ini sebagai tumbal dari tahta dan singgasana yang menjauhkan diri dari kata bahagia.
Berharap, mendapatkan pelajaran kasih dan sayang untuk setiap harinay, tanpa menunggu seseorang memberiku pelajaran itu.
Di bulan Desember yang dingin dan sepi, aku sengaja menggenggam sebuah tanda mata berupa kodachi berbentuk kecil, dengan pegangan dan penutup, terbuat dari batu Amethyst yang sangat indah, kodachi mirip dengan katana, tetapi yang aku pegang ini adalah sebuah kodachi mungil yang diwariskan dari kakek untukku sebagai pelindung.
Hidup memang terlalu sulit untukku, semuanya memaksa, semuanya menyiksa, semuanya nista dan semuanya neraka.
Aku ingin bisa bicara dengan orang lain tanpa ada jeruji besi dan pagar tinggi sebagai pembatas.
Aku ingin lepas dan terbang jauh, jauh menggapai impianku, menggapai senyumanku, menggapai diriku sendiri. Dan bukan aku yang malah dijemput oleh impianku. Benar bukan?
Terasa sekali dingin menggigiti kulit pucatku, pandanganku makin semu dan buram.
sengaja memandangi hujan selama ber jam-jam.
Aku terus saja memandangi jendela kamarku dengan penuh harap bisa berlari-lari dan bermain dengan hujan diluar sana. Aku sempat menyimpulkan senyum kecil di bibirku yang sudah memucat kehitam-hitaman.
'Andai saja.' Ya, itu kata-kata ungkapan kekecewaan, yang setiap saat aku utarakan, untuk hal yang sengaja dijauhkan denganku. Hidupku seperti ikan dalam akuarium. Sesak, bosan dan penuh tipu daya kepalsuan. Sekarang sudah jam 16.00 PM, tinggal satu jam lagi, aku bisa bersantai seperti ini. Lumrah bukan, yang namanya istirahat ?
Tapi, tidak denganku. Banyak yang harus aku ceritakan pada kalian sebagai diriku yang penuh dengan kebohongan dan ketidak wajaran. Banyak rahasia disini, yang sama sekali tidak aku ketahui apa dan untuk apa. Seperti, alat-alat kedokteran yang aneh, suntikan-suntikan yang diberikan untukku secara paksa. Ketika, aku mulai kehilangan unsur normal dalam tubuh dan pikiranku, yang membuatku terkadang seperti orang gila. Aku ingin sekali mengingat-ingat siapa diriku yang sebenarnya.
Tetapi, ketika aku mencoba mengingatnya, pasti kepalaku seperti dihujam oleh berribu-ribu batu kerikil yang sangat menyakitkan. alhasil, aku selalu menggerang-gerang seperti orang kesakitan yang sudah gila, karena memaksakan hal yang bertentangan dengan segala yang ada. Selalu seperti itu. Masa laluku, siapa diriku dan darimana aku, hilang begitu saja. Tanpa adanya petunjuk untuk di ingat kembali. Aku selalu saja menycoba menanyakan diriku pada semua orang. Tetapi, jawaban mereka semua berbeda-beda.
Suntikan sebagai obat penenang, pasti selalu dipaksakan meracuni tubuhku, seketika penyakit anehku ini mulai kumat. Lalu, beberapa manuskrip-manuskrip aneh yang tersimpan rapih di dalam ruang penyimpanan kerajaan, orang-orang disini biasa menyebutnya sebagai, ruangan tempat menyimpan benda-benda pribadi milik keluarga kerajaan, semenjak dulu hingga pada masaku sekarang. Hal itu, menjadi ketakutanku yang terkubur sangat dalam di ingatanku, ketika aku tidak sengaja masuk pada kawasan itu pada malam hari, saat mencari kodachi dari kakekku yang tertinggal, saat aku dan ratu sedang mengunjungi bangunan yang terbuat dari batu marmer dengan ukiran-ukiran yang terkadang membuat ruangan ini berbau seperti ada di masalalu.
Diriku dikelilingi kegelapan dan kesendirian yang dipaksakan. Aku berusia 16 tahun.
Pasti kalian tau kan?
Di usia tersebut, dimana yang ada hanya menikmati. Ya, sebagai wujud kebahagiaan masa kecil.
Dihiasi dengan kasih sayang hangat dari seorang ayah dan ibu.
Teman-teman, canda, tawa, taksir sana taksir sini. Dan segalanya, sebagai perwujudan dari cinta dan kasih.
Tetapi, mengerti arti itu saja tidak. Sampai aku harus belajar untuk mengerti apa arti itu!
Apa ini wajar?
Aku berjalan kesebuah lemari besar dekat jendela luar, duduk di antara sela-selanya. Tepat dipojok ruangan kamar. Menggenggam kodachi yang kakek berikan untukku. Ya, seorang laki-laki tua yang mengaku dirinya adalah kakekku. Tetapi, sangat aneh sekali, aku belum pernah menjumpai ayah dan ibuku. Banyak yang mengatakan, kalau ibu dan ayah sudah meninggal, tetapi, aku sangat heran dan tak menyangka, mereka semua tidak pernah memberi tahukan dimana makam ayah dan ibu. Setiap kali aku membuka mulut, mereka pasti selalu mengencangkan mulut rapat-rapat, setiap orang yang aku tanyai dikerajaan ini, pandangannya pasti selalu kosong, terkadang malah tidak menanggapi pertanyaanku.
Dengan itu semua, aku tumbuh menjadi seseorang yang pendiam dan tidak pernah mengenal rasa kasih dan sayang, cenderung arogan dan egois. Kecuali, dengan kakekku yang pernah mengajariku pelajaran kasih sayang.
Dulu, kakek menjadi kaisar pada Kerajaan di Konoha ini, sebelum ia meninggal. Aku juga menerima pelajaran kasih sayang dari nenekku, ia adalah Permaisuri, yang sangat ramah dan lembut.
Aku tiupkan nafasku ke kodachi itu, terlihatlah wajahku disitu. Wajah yang selalu palsu dan buta akan kenyataan. Tapi, mungkin lebih tepatnya dibutakan oleh kenyataan.
Ku perhatikan kodachi itu, dan sedikit-sedikit menempelkannya pada telapak tanganku.
Sensasi dingin menerpa tanganku yang semakin pucat, sesekali aku bermain dengan kodachi itu. Sampai, tidak sengaja aku menyayatkannya pada telapak tangan kiriku sendiri dengan luka yang lumayan dalam, lalu ku jatuhkan kodachi itu ke lantai. Terlihat sepintas, darahku sudah mulai mengucur, akibat kebodohanku tadi. Bau anyir basah ulai terasa sengit di pernafasan.
"A-aw, sa-sakit!" aku berbisik sambil menggigit bibir bawahku.
Terasa sakit yang dalam, sedalam dengan kesakitanku pada setiap hari yang aku lalui selama ini.
Darah menetes dengan gencarnya, aku hanya diam memandangi darah itu, merasakan sensasi luar biasa sakit yang sempat merontokkan air mataku. Di dalam hatiku selalu bercengkramah sendiri tanpa teman atau lawan bicara. Sungguh sakit yang memaksa dan dalam. aku selalu berpikir, kalau orang dalam kerajaan melihat ini, mereka akan sangat mengkhawatirkan aku. Sudah sangat jelas sekali. -well, karena aku adalah Puteri mahkota disini.
.
Hening
Hening
Hening
.
Aku menggenggam tanganku yang sudah mulai penuh dengan darahku sendiri, dadaku mulai sesak karena tangisku yang dalam dengan sesungukan, sudah menghujani diriku dan perasaanku yang kacau balau ini. air mataku menggantung diantara kedua pipi putihku yang selalu diam dan kaku. Tidak ada orang yang ikhlas mengkhawatirkan aku disini, aku sangat merasa tertekan dan selalu dijepit. Aku dijauhkan dari masa remajaku, kosong, tanpa adanya sesuatu yang menarik sedikitpun. Banyak orang yang memimpikan dirinya menjadi seorang puteri, yang selalu dipuja-puji sana sini. Itu semua omong kosong, aku tidak pernah bermimpi jadi puteri tolol seperti ini. Tapi, kenyataannya malah terjadi. Hidup datar, selalu disanjungi oleh rakyat, sosok yang mulia, mewah, dan penguasa negara, senyum yang menjadi topeng. Semuanya busuk!
Aku selalu memanggil ayah dan ibuku dikala aku sendirian maupun selagi terluka. Setiap hari, setiap waktu setiap saat dan setiap aku menghirup nafas demi nafas. Tetapi, semua hening ketika ku selesai memanggil nama mereka.
Ibu, ayah. Dimana kalian sekarang ini ? bagaimana kabar kalian?
Ayah, ibu ,aku takut sekali sendirian. Tapi apa kalian mendengarkan jeritan kesakitanku?
Apa kalian enggak sedikitpun menginginkan aku?
Kapan aku bisa memandangmu ibu, ayah ? Padahal, satu foto pun tak ada.
Ibu ,aku ingin sekali mendengar suaramu sekarang. Ayah, aku ingin kau yang mengajariku memanah dan berburu. Aku ingin menjadi kuat dan kuat,bukan menjadi sesosok yang selalu dilukai dalam keluarga yang tidak jelas ini.
Ibu, aku ingin seidikt saja mendengar cerita-cerita ketika aku masih kecil, ketika petama kau melihatku lahir dan pertama aku menangis. Tapi Ibu, aku bahkan tidak merasakan air susumu sedikitpun.
Ayah ,apakah kau bangga dengan anakmu ini?
Yah, tau enggak, Kemarin aku baru saja berhasil mendapat juara dalam lomba pidato relawan dalam delegasi anak Enviromental Children's Organization ( ECO ),yang diadakan oleh PBB pekan lalu di Maroko. Apakah kau akan membelikanku hadiah yah? Atau mengajakku jalan-jalan keliling kota?
Ibu, kapan aku dibelajari menyulam dan memasak ?
apa aku terlalu bodoh ? Sehingga ibu menemuiku saja tidak pernah.
Ayah, ibu. Aku ingin dicium dan dipeluk hangat. Ibu, sedari kecil kau tidak pernah
Ibu, sebentar lagi hari ulang tahunku tiba. Aku akan menjadi gadis remaja. Apa ibu bahagia ?
Ayah, ibu jawablah aku?
kalau aku menangis, apa kalian akan menemuiku? Tapi, aku menangis sejak dulu. Mengapa,kalian tidak mendengar tangisanku?
Bu, seperti apa dirimu? apa dirimu persis seperti aku?
Bu, aku menangis untukmu, aku ingin sekali ketemu denganmu, walau hanya bertatap pandang saja.
Bu, jantungku berdetak, apa dulu ibu senang mendengar aku hidup di dalam rahimmu? tapi, apa aku hanya anak pungutan?
Ayah, ibu aku ingin dipukul oleh kalian, aku pasti bandel ya, yah?
Ibu, aku ingin sekali dimarahi olehmu, seperti teman-temanku dimarahi oleh ibunya
Ayah, ibu kapan aku bisa melihatmu. Aku ingin dikenalkan dengan namanya pelajaran kasih sayang bu.
Tapi, apa kau pernah menyentuhku, bu? dan apa kau pernah melahirkan aku bu?
Ayah, apa kau pernah memberi nama padaku?
Apakah kau mengenalku? Apakah aku ini ada ? atau aku hanya sebuah cerita ?
Atau, aku adalah sesuatu yang seharusnya tidak ada sekarang ?
Jawablah bu, yah. Aku kesepian, ketakutan disini. aku ingin tidur nyenyak, aku ingin dilindungi dari pukulan dan caci maki datarnya bibi Sizune.
Cerita yang selalu memaparkan kekosongan dibalik tirai dan raut wajah dengan penutup berupa kepalsuan.
Menyembunyikan diri dengan masalalu sangat menyesakkan dada, entah terlahir dari siapa dan mengapa harus lahir, pikiran masalalau dan kekejaman terletak pada barisan depan pada pikiranku.
Sampai makam ayah atau ibu pun aku tidak tau. Hanya bibi Rin. Tepatnya, permaisuri rin yang selalu memperhatikanku dan menyayangiku selayaknya anaknya sendiri. Paman Hatake juga baik padaku, lebih tepatnya, Kaisar Hatake. Mereka adalah penerus generasi, setelah kakek jiraya meninggal dunia, dan nenek Tsunade berkedudukan menjadi ibu suri.
Flash back
Sedikit pengetahuan tentang silsilah keluarga Kerajaan Konoha yang aku tau dan aku rasakan sendiri, aku tidak akan menceritakan terlalu banyak sejarah kekaisaran pada jaman dulu. Aku akan bercerita tentang yang sekarang-sekarang saja. Kaisar bernama Jiraya dan Permaisuri Tsunade, mereka berasal dari klan yang berbeda. Tetapi, karena sebuah pernikahan antar klan, terjadilah suatu penggabungan yang luar biasa mengagumkan. Dari pernikahan kakek dan nenek, menghasilkan dua orang anak, yang pertama adalah paman Iruka yang kini sudah meninggal dengan meninggalkan istrinya yang bernama Sizune, diikuti adiknya yang bernama Hatake yang sekarang menjadi penerus kekaisaran dari kakek. Sebenarnya, tahta kekaisaran kakek diwariskan untuk mendiang paman Iruka.
Tetapi, karena ia meninggal lalu digantikan dengan paman Hatake. semula bibi Sizune tidak setuju, dan selalu memberontak dari keadaan. Apalagi anaknya yang bernama Neji, yang terkenal dengan kekejamannya pada siapapun tanpa mengenal ampun. Jujur saja, dalam diriku sangat takut dengan bibi Sizu dan kakak keponakanku yang bernama Neji. Dan yang sangat membuatku gempar adalah, penobatan diriku sebagai Kaisar selanjutnya, yang diwariskan langsung dari kakek Jiraya.
Ya, sebagai bukti otentiknya adalah kodachi yang ada padaku sebagai wasiat dari kakek, banyak misteri yang ada didalam kodachi dan istana yang belum aku ketahui. Entah mengapa, aku sangat takut sekali menghadapi kenyataan ini. Tetapi, aku selalu menutupi dan bersifat dingin, sama seperti yang dilakukan oleh Neji kepada semua orang. Tapi, 'mengapa harus diriku ? mengapa tidak Neji.' Disitulah aku bertanya-tanya, tapi tetap saja aku tidak mempunyai jawabannya. Konfrontasi dan ulah yang dibuat oleh bibi Sizune yang tidak terima begitu saja, untuk penobatan aku sebagai kaisar selanjutnya, dia terus saja membuat berbagai alasan dan penolakkan kuat terhadap wasiat kakek. Nyawaku dipegang oleh permainan dari Sizune. Mungkin?
End flash back
chap 1 selesai..
author : maaf pasti jelek sekali bukan ? saya akan mencoba belajar dan belajar lagi. bantu saya. mohon bimbingannya ^_^
siapa sih putri cloning itu?
bagaimana ia menjalani kesehariannya? apakah dia akan menemukan kasih sayang? yang menurutnya adalah pelajaran yang ingin ia pelajari.
bagaimana dengan serentetan rahasia yang berkaitan dengan semuanya?
SARAN,KRITIK DIBUTUHKAN ^_^
REVIEW PLEASE ...
