Disc: Karakter by Masashi Kishimoto
Sum: Cinta, pengorbanan, dan dendam dapat terjadi. Dimana Sasuke anak yatim dan merupakan pelayan ramen mencintai seorang anak pengusaha kaya Namikaze Naruto. Mereka saling mencintai dan menjalani hubungan rahasia, sampai dimana hubungan itu terungkap. Akibat tidak direstuinya hubungan mereka, membuat salah satu diantara mereka meninggal dalam rumah yang mereka beli bersama. Rumah yang terlihat indah namun terasa seram, kelam, dan mencekam tak salah orang menanggapinya sebagai rumah berhantu. Ada desas-desus dimana orang yang memasuki rumah itu akan dikutuk oleh pemilik rumah yang sebelumnya mati terbunuh. Siapapun yang menginjak rumah itu akan mati sampai dendamnya terbalas.
Warning : OOC, typo, dll
Rate: M (khusus di bawah umur, harap lewati saja adegan yg tidak berkenan. Jika tetap membaca bagian itu, resiko ditanggung pembaca)
Ganre: Horor and Romance
Note: Cerita ini muncul dari mimpi Rin, seram tapi romantis ya meski Rin menambahkan cerita di beberapa bagian. Ada kala momen bahagia, so sweet, sedih, kecewa, kesal, marah, seram dll yang dapat digambarkan pada ff ini. Untuk peran pasangan dalam fanfic ini Sasuke dan Naruto, hanya saja author membebaskan kalian memilih gander nya bisa SasuFemNaru atau SasuNaru (itu suka" para pembaca dalam menghayal, Rin membebaskan pembaca untuk berfantasi). Ketakutan reader dalam membaca ff ini tidak ditanggung oleh Rin, jadi selamat membaca~
"Kesamaan kata atau kalimat atau cerita, lokasi dll itu murni karena unsur ketidaksengajaan, karena ff ini murni dari inspirasi Rin sendiri yang idenya mungkin sudah pasaran ^_^"
"Human talk"
'Human think'
"Ghost talk"
'Ghost think'
"Selamat menikmati rumah baru anda tuan. Semoga anda nyaman tinggal disini" ucap seorang laki-laki yang memakai topi, cukup senang karena akhirnya rumah ini laku terjual.
Orang asing itu hanya tersenyum menanggapi. Ia memasuki rumah tua namun terlihat sangat indah karena pemandangan rumah itu langsung tertuju kearah indahnya pantai, sorot pencahayaannya pun sangat diperhatikan di rumah berlantai dua ini dari matahari terbit sampai matahari terbenam dapat terlihat dari sudut yang pas dalam rumah itu. Bahkan terdapat kolam renang dan kolam air panas disana. Mungkin ia beruntung mendapat rumah indah ini dengan harga yang benar-benar murah, atau mungkin tidak.
Sang laki-laki yang memakai topi ini pamit undur diri pada pemilik rumah baru. Baru saja sang lelaki melangkahkan kakinya untuk keluar gerbang, seketika angin dingin membelai tengkuknya. Sang lelaki bertopi itu mengusap tengkuknya yang terasa merinding. Sang lelaki merasa ada seseorang yang mengawasinya, tepatnya berada di lantai dua. Laki-laki itu pun menolehkan matanya secara perlahan kearah lantai dua dibelakangnya. Dirinya terkejut ketika melihat sesosok bayangan pria yang menatap tajam kearahnya dengan mengeluarkan air mata darah dari dibalik jendela kaca di lantai dua itu dan dengan cepat pula bayangan itu hilang. Sang lelaki mengucek matanya, merasa matanya sudah salah melihat. Sang lelaki melangkahkan kembali tubuhnya kearah gerbang dengan cepat tak ingin berlama-lama berada di rumah indah namun terasa mencekam ini. Dadanya bertalu-talu dengan cepat, nafasnya terasa tercekat. Ia merasa sudah berlari dengan cepat tapi entah kenapa gerbang masuk itu terasa semakin menjauh dan akhirnya laki-laki itu pun tersandung oleh akar pohon besar yang timbul diatas tanah.
"Aduh.." sang lelaki mengusap lututnya yang berdarah karena ia terjatuh cukup keras. Sang lelaki menyiram lukanya dengan air mineral yang ia bawa untuk membersihkan lukanya dari kotoran yang menempel sambil meniup-niupkan lukanya menahan rasa nyeri dari luka itu. Sang lelaki menghela nafasnya ketika dilihatnya lukanya tak terlalu dalam.
Tes… Tes… Tes…
Sang lelaki menatap heran pada tetasan air berwarna merah yang jatuh dekat dengan lukanya. Lelaki itu menyolek air kental berwarna merah dari kulitnya dan membauinya, sang lelaki menyerngit tidak suka ketika air itu berbau seperti bau anyir darah. Tetesan air berwarna merah itu terus menetes mengenainya, sedikit heran dan penasaran dengan sumber dari tetesan air itu. Sang lelaki pun mendongak dan seketika matanya membola terkejut. Badannya seketika bergetar ketakutan, kedua tangannya pun mendekap erat mulutnya berusaha untuk tidak berteriak ketika melihat sosok yang ia lihat di balik jendela lantai dua itu sibuk mengeluarkan jantung yang sudah tidak berdetak itu dari dada laki-laki pemilik rumah yang baru, tubuh orang asing itu penuh dengan darah dari leher, dada laki-laki itu dan juga perutnya yang sengaja ditusukkan pada batang pohon besar yang ada di atas kepalanya. Dengan perlahan ia melangkahkan kakinya berusaha tidak menimbulkan suara. Jantung yang sudah berdetak tidak karuan, wajah pucat yang melihat syok tubuh yang sudah tak bernyawa itu, badan bergetar ketakutan takut jika sosok yang membunuh pelanggannya menyadari keberadaannya, tangannya pun masih senantiasa mendekap mulutnya. Berusaha untuk kabur dari tempat itu secara perlahan namun juga cepat dan tidak menimbulkan suara, tapi apa mau dikata tubuhnya tidak mau berkompromi, tubuhnya terlalu lemas bergerak dan akhirnya laki-laki itu tersandung kembali oleh akar pohon yang menurutnya sangat menyebalkan itu.
Lelaki itu menatap awas pada sosok yang sudah berdiri ketika mendengar suara berisik yang ditimbulkannya. Sang lelaki menutup matanya pasrah. Namun sudah beberapa lama ia menunggu kedatangan sosok misterius itu, tapi sosok itu tak kunjung datang. Ia membuka matanya kembali dan seketika jantung berhenti berdetak ketika melihat sosok laki-laki tampan dengan mata berwarna merah darah seperti bunga krisan indah yang menatapnya dengan pandangan kosong, kulit sosok itu tampak sangat pucat. Sosok itu berjalan perlahan mendekat kearahnya. Sang lelaki memundurkan tubuhnya ketakutan sampai pada sosok rupawan itu sudah berada di depan matanya, sosok itu tersenyum terlihat sangat tampan namun beberapa saat wajah rupawan itu tergantikan dengan wajah mengerikan penuh dengan darah.
"Gyyaaaaaaaa!—" sang lelaki berteriak terkejut sampai suaranya menghilang ketika kepalanya sudah terlepas dari tubuhnya dengan cepat. Sosok itu berdiri sambil menyeringai dan menjilati darah yang ada ditangannya.
"Hihihi… tidak ada yang boleh… tidak ada yang boleh yang menginjakkan kakinya dirumahku! Siapapun itu!" ucap sosok mengerikan itu dengan menyeringai menakutkan pada korban didepannya. "Atau kematian akan menjemputnya"
- Karakter by Masashi Kishimoto -
-happy-~(O0O)~-reading-
- Home Curse -
- Shizuka Kirarin -
Vol 1: Pregnant!
Flashback, a few years ago
"Aah!"
Salah satu orang yang berada di sebuah kamar yang berukuran kecil mendesah keras ketika seorang pria menyodoknya dengan keras. Tangan pria diatasnya tak luput untuk membelai setiap inci tubuh tannya. Tubuhnya menggeliat ketika tangan itu meremas dadanya dan mencubit pelan tonjolan kecil di bagian dada yang sudah menegang itu.
"Ahhnnng—Sasu—nngnnn~" desahan kenikmatan kembali terdengar dari seorang yang tertindih oleh pria yang telah memberikan kenikmatan pada tubuhnya.
Pria diatasnya membungkuk mendekatkan wajahnya pada dada seorang yang ia tindih, menghirup aroma dari tonjolan pink itu, mengecupnya kemudian menghisapnya dengan kuat mengharapkan air susu keluar dari puting itu. Pria itu menegakkan kembali tubuh atletisnya yang mengkilap karena keringat yang tertimpa cahaya lampu, memandang wajah memerah menahan desahan dari orang dicintainya yang saat ini berada di bawah tubuhnya. Pria itu pun mulai menggerakkan tubuhnya maju mundur menggenjot penisnya ke dalam lubang basah dan hangat itu dengan tempo cepat, membuat orang dibawahnya mendesah antara kesakitan dan nikmat akibat dari penis besar dan panjang si pria yang menyodokknya dengan keras.
"Ngh.. Naru—kau—ahn—nik-mat" pria itu mendesah pelan merasakan penisnya diremas pelan oleh lubang hangat yang menghimpitnya. Pemuda itu pun mempercepat gerakkannya, menikmati sensasi basah dan hangat menyelimuti penisnya, menyodok lubang basah itu dengan keras dan menyentuh setiap ujung lubang itu dengan nikmat menghiraukan erangan dari seorang yang dibawahnya, pria itu mencium bibir mungil terkasih dengan rakus.
"Aahhh! Sas! A-aku tidak bisa lagi—Nngnnnm-Ahh—k-keluar—Ahkkn—" erang seorang dibawah kukungan si pria, melepaskan ciuman panas mereka, mencengkram punggung kokoh si pria dan menggelengkan kepalanya tidak kuat menahan gejolak yang timbul di dada dan perutnya.
Pria itu tersenyum lembut dan mengecup pipi chuby dan bibir mungil yang telah membengkak merah karena sering ia ciumi. "Ber—sama" pria itu pun membalikkan tubuh mungil dibawahnya dan menggenjotnya kembali dengan lebih cepat.
Badan mungil dibandingkan pria diatasnya pun bergetar hebat ketika tubuhnya dalam keadaan menungging merasakan penis pria diatasnya itu masuk lebih dalam. "Waa! Sasu! Aakh—aah-ah! A-aku ga—kuat lagih! Kyaaahhnn—Sasuke-ke—keluar-AH!" badan tan itu terkulai lemas ketika mengeluarkan hasratnya, dengan cepat pria diatasnya memegang pinggulnya menjaga tubuhnya agar tetap pada posisi menungging.
Si pria medesah pelan ketika merasakan lubang itu meremas kejantanannya dengan kencang. Pria itu mempercepat laju maju mundurnya beberapa kali sebelum ia mendesah berat. "Aaah Naru—" cairan sperma si pria pun keluar dengan deras memenuhi lubang dibawahnya. Naruto nama orang yang di bawah kukungan si pria jakung diatasnya yang bernama Sasuke itu mendesah ketika merasakan cairan hangat di bagian bawahnya bahkan ia merasakan cairan itu mengalir memenuhi perutnya.
- Home Curse -
Mereka pun terengah-engah setelah perguatan nikmat itu akhirnya selesai. Naruto yang sudah tidak kuat menopang tubuhnya pun terkulai di atas kasur yang telah berantakan tak beraturan. Sasuke mengeluarkan penisnya yang sudah melemas itu dari lubang Naruto dan beberapa cairan spermanya mengalir keluar dari lubang itu. Sasuke menghela nafas pelan, walaupun tergolong melelahkan tapi wajah Sasuke yang biasanya datar itu tampak terlihat puas.
Sasuke merebahkan tubuhnya di samping Naruto dan menatap tubuh telanjang berwana tan milik Naruto yang sudah terdapat beberapa bercak merah keunguan yang ia bubuhkan sebagai tanda kepemilikannya. Sasuke mengecup-ngecup punggung Naruto penuh sayang. "Uh~ Suke?"
Sasuke menghentikan kecupannya dan memeluk Naruto dari belakang sambil menghirup ceruk leher beraroma chitrus yang tidak pernah bosan ia hirup. "Hn?"
"Aku merasa penuh, kau keluar terlalu banyak teme.." ucap Naruto merenggut sambil mengelus perutnya yang terasa penuh.
Sasuke mendengus geli mendengar renggutan yang selalu ia dengar dari Naruto. Sasuke mengelus perut bagian bawah Naruto dengan lembut. "Maaf aku tidak bisa menahannya. Lagipula dobe..eranganmu itu terlalu keras, aku suka desahanmu itu tapi jika kau bersuara terlalu keras mungkin tetangga ku akan mendengarnya"
Blush!
Wajah Naruto memerah mendengarnya, ia pun mendelik kearah belakang tepatnya kearah Sasuke yang kini sedang menatapnya. "Hn?"
"Itu kan juga karena kau teme! Jika saja kau tidak memperlakukanku dengan kasar!" ucap Naruto, Sasuke menaikkan alisnya.
Sasuke menyeringai tipis kearah Naruto. "Hn? bukankah kau juga menikmatinya, bahkan kau meminta lebih"
Blush!
Lagi-lagi wajah Naruto memerah. "Ta-tapi-tapi kan kau juga salah teme! Lagipula kenapa kau tinggal di tempat kecil begini sih. Kau tidak berniat membeli rumah teme? Bahkan ukuran apartemenmu lebih kecil dibandingkan kamar mandiku" rengut Naruto membela diri.
Sasuke berdiri dari ranjangnya dan memakai celananya kembali dan ia pun menatap kearah Naruto. "Maafkan aku jika kau tidak merasa nyaman dengan apartemenku yang tidak lebih besar dari kamar mandimu" ucap Sasuke sedikit menyindir.
Naruto menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut, menghampiri Sasuke dan mengelus rahang tegas Sasuke dengan sebelah tangannya. "Bukan begitu teme.. aku hanya ingin kau merasa nyaman, kau tahu sendiri kan suara dari apartemen sebelah saja kita bisa mendengarnya. Jangan bilang kau lupa kenapa kita menjadi terangsang dan melakukan itu tadi" merasa Sasuke sedikit salah paham dengan ucapannya, Naruto meralatnya.
Tapi memang benar juga apa yang dikatakan Naruto, apartemen Sasuke tergolong kecil hanya ada satu ruang tidur, satu kamar mandi, dan dapur yang terhubung langsung dengan ruang tamu kecil yang tersedia satu sofa ukuran sedang dan dua kursi disamping kiri dan kanan sofa, di depan sofa terdapat meja ukuran sedang dan terdapat tv berukuran besar yang merupakan hadiah Naruto untuk Sasuke yang tergantung manis di dinding depan meja ruang tamu walaupun sebenarnya itu bukan termasuk hadiah melainkan memang Naruto yang iseng membelinya di karenakan ia yang merasa bosan berada di apartemen Sasuke jika sendirian. Bahkan di apartemen Sasuke tidak ada ruang makan atau sekedar meja makan dan juga ruang bekerja karena kedua ruangan itu sudah termasuk ruang tamu. Tembok yang terhubung satu apartemen dengan apartemen yang lainnya pun tergolong tipis, jika berteriak sedikit saja pasti akan terdengar oleh tetangga sebelah. Hal itu jugalah yang menjadi alasan kenapa mereka melakukan hal itu, itu karena mereka yang sedang asik menonton tidak sengaja mendengar tetangganya mendesah keras dan membuat mereka terangsang padahal mereka sudah berjanji agar tidak melakukannya sebelum menikah atau sekedar mendapat izin dari ayah Naruto yang tergolong over protektif itu. Tapi jika sudah terjadi mau bagaimana lagi? Yang penting mereka tetap saling mencintai.
"Bukankah kau juga tidak suka suara yang berisik?" tanya Naruto ketika teringat sifat kekasihnya itu yang tergolong pendiam dan anti sosial, namun tampan dan tentu saja baik.
"….Aku sedang mengumpulkan uang untuk membeli rumah"
"Uh? Kalau begitu pakai uangku saja teme, aku tahu salah satu arsitek terkenal teman ayah. Kita bisa menghubunginya, kita bisa mendesain rumahnya sesuai keinginan kita dan akan ku pastikan secepatnya akan selesai"
"Maaf Naru aku menolak"
"Eh? Kenapa?"
"Aku…" Sasuke terdiam sesaat. "Aku hanya ingin membuktikan pada ayahmu bahwa aku bisa membahagiakanmu" ucap Sasuke menatap lembut kearah Naruto sambil tersenyum kecil.
Naruto yang mendengar ucapan dan melihat senyum tulus Sasuke pun terpesona. Karena inilah Naruto yang notabene adalah pewaris perusahaan Namikaze terkenal mau bersama Sasuke yang merupakan anak yatim dan seorang pelayan ramen, bukan karena wajah tampan Sasuke lah Naruto mencintainya tapi karena Sasuke mau mencintai Naruto dengan tulus, mencintainya bukan karena harta dan ketenaran, bukan juga seorang penjilat hanya karena ia seorang alih waris, tapi karena Naruto adalah Naruto. Naruto tersenyum kecil ketika mengingat alasan ia memilih Sasuke sebagai kekasihnya, ia pun mengecup bibir Sasuke. "Aku mencintaimu Sasuke"
"Hn, aku tahu. Aku juga mencintaimu… my dobe" ucap Sasuke dan mencium Naruto lembut menyampaikan perasaannya dari ciuman itu dan tentu saja Naruto menerimanya dengan tulus.
- Home Curse -
"Pokoknya aku ga mau yah!" terdengar sebuah teriakan protes dari salah satu ruang direktur Namikaze corp, membuat burung-burung yang awalnya bertenger nyaman dekat jendela luar direktur menjadi berterbangan kaget mendengar suara teriakan yang terdengar cetar membahana badai itu.
"Tapi dia orang yang tepat untukmu Naru! Apa yang kurang darinya? Dia tampan, juga baik, yang lebih penting dia orang terhormat dan mapan yang mencintaimu dengan tulus, kau bisa hidup dengan nyaman bersamanya tanpa memikirkan apapun" ucap Minato yang merupakan ayah dari Naruto dan pemilik perusahaan Namikaze ini. "Namikaze corp juga akan terkontrol jika kau menikah dengan Gaara"
Naruto orang yang berteriak keras tadi memejamkan matanya berusaha mengontrol emosi yang timbul karena kelakuan ayahnya yang keras kepala berusaha mengimi-ngiminya untuk menikah dengan Gaara yang merupakan direktur utama Sabaku corp terkenal ke-3 di dunia setelah perusahaan ayahnya dan merupakan sahabatnya yang mencintainya dengan tulus, namun entah kenapa Naruto tidak memiliki rasa yang sama pada pemuda Sabaku itu ia lebih nyaman jika Gaara tetap menjadi sahabatnya seperti pada saat masa kecil dulu.
"Ya, baik untuk Namikaze corp bukan untukku! Apa yang ayah pikirkan? Aku mencintai Gaara sebagai sahabatku sebagai kakakku! bukan sebagai kekasih apalagi sebagai suamiku! Aku hanya akan menikah dengan orang yang mencintaiku dan yang kucintai, cinta sebelah pihak hanya akan membuat sakit kedua belah pihak. Bahkan kaasan pasti tahu itu!"
"Tapi dia tepat untukmu, mendiang kaasanmu akan bahagia di sana. Ayah sudah berjanji untuk memberikan yang terbaik untukmu" ucap Minato mengingat permintaan terakhir istrinya ketika melahirkan Naruto.
Naruto terdiam sebentar, ia menundukkan wajahnya lalu memandang ayahnya dengan tatapan sedikit kecewa. "Apa hanya karena ini ayah memanggilku?" Naruto memalingkan wajahnya dan berbalik menuju kearah pintu. "Cih. bodohnya aku, ku pikir ayah mengerti aku tapi ternyata… sudahlah, apapun yang terjadi aku akan tetap menolak perjodohan itu! Senang tidak senang ayah harus menerimanya!"
Blam!
Naruto menutup pintu ruangan kerja ayahnya dengan keras tidak ia pedulikan jika pintu itu rusak bahkan Naruto tidak percaya bahwa pintu berkualitas tinggi itu bisa rusak hanya karena ia membantingnya sedikit, lagipula ayahnya bisa menggantinya dengan yang baru jika pintu itu memang rusak dan Naruto tidak peduli dengan itu. Yang lebih penting dari itu semua adalah ia benar-benar kecewa pada ayahnya yang memaksanya untuk menikahi Gaara. Diusap dengan kasar kedua mata Naruto yang sudah terdapat bulir-bulir air mata dengan lengan bajunya. Kakashi yang berpapasan dengan Naruto merasa heran dengan tingkah Naruto yang tidak seperti biasanya, bahkan Naruto tak menyapa balik sapaan Kakashi karena dipikirannya saat ini hanya ada Sasuke.
Naruto mengendarai mobil sportnya dengan perasaan campur aduk. Pikirannya penuh akan Sasuke, Bagaimana dengan Sasuke? Apa yang terjadi jika Sasuke mengetahui ini? Apa Sasuke akan marah? Apa Sasuke akan mengakhiri hubungan mereka dan menyerahkannya pada Gaara karena merasa Gaara lebih baik untuknya? Ayah tidak mungkin menyerah untuk menjodohkannya dengan Gaara mengingat kekeraspalaannya sebelas dua belas dengan dirinya. Apa yang harus kulakukan? Tidak… Sasuke tetap tidak boleh tahu tentang perjodohan ini. Biarlah aku sendiri yang menyelesaikan permasalahan ini, cukup sudah dirinya membuat Sasuke kerepotan.
Naruto memarkirkan mobilnya di depan kedai ramen tempat Sasuke bekerja dengan sembarang, tak ia pedulikan jika mobilnya menghalangi pintu masuk kedai dan sumpah serapah orang-orang ketika ia mengendarai mobilnya dengan cepat di gang sempit tadi bahkan ia tidak peduli jika mobil itu hilang. Ia hanya ingin segera bertemu dengan Sasuke. Dapat ia lihat Sasuke yang berdiri dihadapan pelanggan dengan sebuah nampan di tangannya sehabis mengantar pesanan pelanggan, ia berlari menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya kencang, Naruto dapat merasakan tubuh Sasuke tersentak kaget akan kelakuannya. Naruto bahkan merasakan tatapan kaget dan ingin tahu dari orang disekeliling mereka dan ia tak peduli!
"Dobe? Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Sasuke ketika sudah mengatasi rasa terkejutnya. Naruto tidak menjawab, ia hanya menyusupkan kepalanya di dada Sasuke lebih dalam. Merasa tidak ada tanggapan dari Naruto dan tatapan pengunjung yang mengarah langsung kearah mereka, Sasuke mendekatkan bibirnya ke telinga Naruto. "Dobe, bisa kau lepaskan pelukkanmu dulu, para pelanggan melihat kearah kita" bisik Sasuke.
Naruto menyerngitkan alisnya dan mempererat pelukannya pada pinggang Sasuke, tidak ingin terlepas. Sasuke menghela nafasnya merasa tidak ada tanggapan sama sekali dari Naruto. Ia pun melirik pada paman Teuchi pemilik dari kedai ramen ini sekaligus bos dari Sasuke, untuk meminta izin pada atasannya lewat tatapan matanya, pemilik kedai yang sudah tahu dengan pasangan itu hanya mengangguk memberi Sasuke izin untuk menyelesaikan masalahnya dulu sebelum kembali bekerja. Sasuke pun membawa Naruto yang masih menempel padanya di gang sempit kecil di sebelah kedai, Sasuke sempat heran melihat mobil Naruto yang terpakir sembarangan di depan kedai dan menimbulkan sedikit keributan karena pelanggan susah untuk masuk kedalam kedai. Syukurlah paman Teuchi sudah maklum dengan tingkah ajaib kekasihnya walau pada akhirnya Naruto tetap membayar ganti ruginya.
Sasuke mengelus rambut pirang Naruto dengan lembut, mengantarkan rasa nyaman pada diri Naruto. Naruto mengendurkan pelukannya di tatapnya wajah rupawan Sasuke. "Sudah merasa lebih baik?" tanya Sasuke lembut sambil mengusap buliran air mata dari sudut mata bulat kekasihnya dengan menggunakan jempol tangannya. Naruto menenggelamkan wajahnya kembali di dada Sasuke dan memeluk Sasuke dengan erat. Sasuke menghembuskan nafasnya. "Dengar dobe..aku tidak akan memaksamu untuk bercerita, aku akan siap mendengarkanmu kapanpun itu, aku akan tetap disisimu" ucap Sasuke sontak membuat Naruto memandang kembali kearah Sasuke.
"Teme…a-aku…aku.."
Apa aku harus mengatakannya pada Sasuke?
"Hn?" Sasuke tersenyum lembut kearah Naruto. Senyuman Sasuke membuat Naruto tertegun lalu tersadar dan kemudian menggelengkan kepalanya keras. Sasuke yang melihatnya menyerngitkan alisnya bingung. "Dobe? Ada apa?"
Tidak… aku tidak boleh merepotkannya lagi….
"Tidak bukan apa-apa. Hanya ada beberapa masalah tadi" ucap Naruto cepat sambil tersenyum kecil.
Sasuke memandang wajah Naruto melihat kepastian dari mata shapier kekasihnya. Sasuke menghembuskan nafasnya untuk kesekian kalinya ketika tidak melihat emosi apapun dari kedua shapier itu, Sasuke pun mengecup kedua pipi chuby Naruto lalu menghirup leher jenjang Naruto. "Kau, selalu saja membuatku kawatir"
Naruto cengengesan mendengar nada ketus Sasuke, walau terdengar ketus sebenarnya Sasuke terlihat sangat khawatir pada Naruto. "Hehehe maafkan aku teme.." Naruto merangkul leher Sasuke dengan kedua tangannya dan menopang dagunya pada bahu Sasuke, mau tak mau Sasuke sedikit membungkukkan tubuh jakungnya sedangkan kaki Naruto sedikit berjinjit untuk menyesuaikan tinggi tubuhnya. Sasuke memeluk pinggang Naruto menjaga Naruto agar tak terjatuh. "Teme…"
Hei Sasuke…
"Hn?"
"Maukah kau berjanji padaku untuk selalu bersamaku apapun yang terjadi?"
bolehkan jika aku bertindak sedikit egois…
Sasuke mengecup bahu Naruto. "Hn.." dan memeluk tubuh Naruto lebih erat. "Tentu saja"
untuk selalu bersamamu?
- Home Curse -
"Hueeek !"
"Uhuk kkh haah hueek hah-hah hah!"
Bruuush!Terdengar suara keran air yang menyala keras sedang beradu dengan suara seseorang yang sibuk mengosongkan isi perutnya di sebuah toilet pada ruang kerja dari pewaris Namikaze, Naruto Namikaze.
Naruto mengelap mulutnya menggunakan tissue yang diserahkan Kakashi padanya, Naruto berusaha menahan mulutnya saat merasakan isi lambungnya memaksa ingin keluar lagi, dengan cepat Naruto menampung air dengan kedua tangannya untuk dipakainya berkumur secara terus menerus sampai rasa asam dan bau di dalam mulutnya lenyap.
"Naruto.. kau yakin baik-baik saja? Ini sudah keempat kalinya kau muntah" ucap Kakashi sambil memijat-mijat kecil tengkuk anak majikannya dengan khawatir. Bagaimana tidak khawatir sudah dua kali Naruto berlari kearah toilet selama rapat berlangsung untuk memuntahkan isi perutnya dan sekarang adalah keempat kalinya Naruto memuntahkan makanannya untung saja sudah tidak ada lagi pekerjaan yang harus dikerjakan Naruto hari ini. "Apa perlu kulaporkan ini pada Minato-sama?"
Naruto mengangkat wajahnya, menatap cermin yang memantulkan wajahnya yang terlihat sangat pucat. Naruto mengibaskan sebelah tangannya dengan lemas. "Tidak perlu, paling ini hanya masuk angin atau maagh aku sudah biasa paman"
"Kau yakin? Kau terlihat sangat pucat"
"Hng..hng.." Naruto mengangguk lemas dan membuka pintu toilet tanpa tenaga. Tubuhnya benar-benar merasa sangat lemas. Kepalanya terasa sangat pusing, rasa mual terus menerus datang tanpa henti. Naruto mendudukkan dirinya di sofa ruang kerjanya dan menopang kepalanya di sandaran sofa.
"Lebih baik kau beristirahat di rumah Naruto, aku akan mengantarkanmu"
"Hnngh.. tidak perlu paman. Aku pulang sendiri saja" ucap Naruto sambil berdiri mengambil kunci mobilnya.
"Sungguh? Ah tidak-tidak lebih baik aku saja yang menyetir"
"Tidak apa-apa paman.. aku baik-baik saja, sudahlah aku ingin cepat-cepat pulang kepalaku sudah pusing. Sampai jumpa paman.." pamit Naruto sambil berlalu pergi meninggalkan Kakashi.
"Hmm.. hati-hati dijalan Naruto, beristirahatlah setelah sampai dari rumah" ucap Kakashi lagi, mengingatkan Naruto.
Naruto mengendarai mobilnya dengan cepat menembus jalan raya yang kebetulan saja sedang sepi, dirinya benar-benar merasa tidak nyaman dengan keadaan tubuhnya sekarang dan rasanya ia sedang tidak ingin berada di rumah atau mungkin ia ke apartemen Sasuke saja?
"Sasuke…." Naruto bergumam pelan, entah kenapa memikirkaan nama Sasuke membuatnya ingin segera bertemu dengannya, mungkin jika bertemu kekasihnya ia akan merasa lebih baik. Naruto pun memutar haluan menuju kearah apartemen Sasuke dan melesat dengan cepat.
Naruto sampai di depan apartemen Sasuke tak sabar bertemu dengan pria itu Naruto memutar kenop pintu apartemennya. "Huh? kenapa terkunci?" Naruto menatap heran pada pintu dihadapannya, ia pun merogoh saku celananya berharap ia membawa kunci duplikat apartemen itu. Naruto memasuki apartemen Sasuke yang terlihat sepi. "Teme.." panggil Naruto tapi tidak ada tanggapan dari kekasihnya itu. Naruto melangkahkan kakinya kearah kamar tidur. "Sasuke?" tapi tidak ada siapa-siapa dikamar itu. Naruto mengembungkan pipinya. "Huh kemana sih si teme itu!" Naruto merogoh kembali kantung celananya mengambil android tipis berwarna gold dan memencet-mencet tombolnya dengan perasaan kesal, didekatkannya android tipis itu di telinganya.
Maaf nomer yang anda tuju sedang tidak aktif atau sedang diluar servis area, mohon untuk menghubungi beberapa saat lagi—Tuut-tut-tut.
Naruto mematikan sambungan telponnya ketika mendengar suara mesin oprator yang menjawab panggilannya. "Dasar teme, kenapa handponenya juga tidak aktif sih! Huft!" Bruk! Naruto merebahkan tubuhnya di kasur Sasuke, dihirupnya bantal Sasuke yang meninggalkan aroma mint dari tubuh Sasuke dan dipeluknya bantal itu seolah-olah ia memeluk tubuh Sasuke. Betapa ia merindukan pria itu padahal ia baru saja bertemu Sasuke sebelum ia berangkat ke kantor. Naruto menatap jam tangannya yang menunjukkan angka sembilan malam. "Uh… Sasuke kau dimana, aku benar-benar merindukanmu…"
Ckleek
Sasuke menatap heran pada pintu apartemennya yang tidak terkunci, ia pun memasuki apartemennya dan mendapati sepatu Naruto yang tergeletak sembarangan. Sasuke merapikan sepatu Naruto setelah mengunci pintu apartemennya dan kemudian berjalan kembali untuk mencari kekasihnya diruang tamu, namun Naruto tidak berada disana bahkan dapur terlihat sepi ketika Sasuke menoleh dari ruang tamu. Hmm mungkin Naruto berada dikamarnya, Sasuke masuk kedalam kamarnya dan menghampiri Naruto yang ternyata sudah tertidur pulas. Sasuke duduk di pinggir ranjang dan mengelus pipi Naruto sayang.
"Mmngh?" Naruto terbangun, menguap kecil sambil mengucek matanya. "Suke? Kau sudah pulang?"
"Hn.." jawab Sasuke singkat.
"Kau sudah makan? Mau kubuatkan makanan?" ucap Naruto dengan sedikit bergumam tidak jelas, mengantuk.
"Tidak perlu, tidurlah lagi sepertinya kau lelah…." ucap Sasuke merebahkan tubuhnya disebelah Naruto, menopang kepalanya dengan tangan kirinya dan tangan kanannya sibuk mengelus kepala Naruto dengan lembut. Naruto mendekatkan dirinya dengan Sasuke dipeluknya tubuh Sasuke, merasa sangat nyaman dengan keberadaan Sasuke disampingnya. Naruto berrgumam tidak jelas kembali dan kemudian memejamkan matanya, tertidur. Sasuke tersenyum tipis, ia pun mengecup kening Naruto dan kemudian dengan perlahan Sasuke beranjak bangun untuk mandi.
Naruto mengerjapkan matanya, merasa ada suara guyuran air dari arah kamar mandi. "Huuh? teme?" sepertinya Sasuke sedang mandi sebaiknya ia memasakkan sesuatu untuk Sasuke, dirinya yakin Sasuke belum makan. Yah walau Naruto hanya bisa masak ala kadarnya setidaknya Sasuke bisa makan dengan layak dan teratur mengingat Sasuke selalu sibuk bekerja.
Sasuke keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan celana pendek dan handuk yang tersampir di bahunya. "Hn? Naru? Kenapa kau bangun lagi?" ucap Sasuke heran sambil menghampiri Naruto yang sibuk membalik daging di penggorengan.
"Aku tahu kau belum makan, lagipula aku juga sedang ingin makan burger. Kau mau burger?"
Sasuke menopang kepalanya di bahu Naruto di peluknya tubuh Naruto dari belakang. "Hn aku apapun suka asal kau yang memasaknya" ucap Sasuke sambil mengecup bahu Naruto.
"Dasar gombal" ucap Naruto malu sambil menyikut perut Sasuke pelan. Sasuke terkekeh. Wajah Naruto memerah malu. "Sudah sana tunggu di ruang tamu sebentar lagi daging ham nya matang"
"Ya ya aku mengerti istriku.."
"Urusai teme!"
Naruto melangkahkan kakinya kearah ruang tamu dimana Sasuke duduk nyaman di sofa berwarna biru dongker itu. Naruto menaruh nampan yang berisi sebuah piring dengan dua buah burger ukuran sedang dan duah gelas berisi jus jeruk dan jus tomat di meja depan sofa. "Teme, aku menginap di sini ya.."
"Ya, tapi bagaimana dengan tousanmu?" tanya Sasuke, dia sih tidak masalah jika Naruto menginap disini tapi bagaimana dengan Minato ayah kekasihnya yang over protektif yang bahkan tidak mengenalnya apalagi sebagai kekasihnya.
"Tidak usah khawatir, tousan juga saat ini sedang di luar negri kemungkinan selama empat bulan disana" ucap Naruto dan mengambil burgernya bersiap untuk dimakan.
"Hn terserah kau saja dobe"
- Home Curse -
"Hmm—ah-Suke—kyaah—aah!" Naruto mendesah ketika merasakan cairan hangat memasuki tubuhnya lagi. Naruto ambruk di atas tubuh Sasuke, kedua nafas saling beradu memenuhi ruang kamar Sasuke, menikmati orgasme dari empat kali pergulatan panas mereka. Sasuke mengelus rambut Naruto yang ambruk di atas tubuhnya. Dielusnya setiap inci tubuh Naruto sampai pada tangannya yang berada pada perut Naruto yang sedikit membuncit.
"Dobe akhir-akhir ini perutmu semakin membuncit"
"Hmm?" Naruto melirik Sasuke bingung dilihatnya tangan putih pucat Sasuke yang masih senantiasa mengelus perutnya yang memang terlihat mengembung, Naruto mengangkat kedua bahunya. "Tidak tahu teme.. mungkin aku terlalu banyak makan"
"Jika terus seperti itu lama-lama kau bisa jadi gendut dobe…"
"Huft biar saja! Memangnya kau akan membenciku jika aku gendut?" tanya Naruto penuh selidik, sedikit tidak terima juga jika ia dikatakan gendut.
Sasuke menegakkan tubuhnya menjadi duduk otomatis tubuh Naruto yang berada di atas tubuh Sasuke mengikuti tubuh kekasihnya itu sehingga tubuh Naruto dalam posisi terduduk diatas Sasuke dengan kejantanan Sasuke yang masih berada di dalam tubuhnya. Sasuke mengelus wajah Naruto, dikecupnya setiap inci wajah Naruto dan ditatapnya mata shapier sang terkasih dengan sorot yang tulus. "Aku tidak mungkin bisa membencimu dobe.. aku sudah terlalu lama terpesona denganmu, tidak mungkin bisa berpaling darimu lagi" ucapnya yang membuat perasaan Naruto menjadi teduh dan hangat penuh kebahagiaan.
Naruto melingkarkan tangannya di leher Sasuke dan mencium bibir Sasuke. "Aku percaya denganmu.. Sasuke" ucapnya dan mereka pun saling melumat bibir pasangannya kembali, mencurahkan segala cinta yang mereka miliki sampai pada saat… "Ukh!" Naruto melepaskan bibir mereka secara tiba-tiba, mulutnya ditutup dengan tangannya ketika merasakan mual kembali melandanya, ia lepas paksa tautan tubuh mereka dan bergegas kearah kamar mandi tak ia pedulikan cairan putih kental itu meluap keluar dari lubangnya mengaliri paha bagian dalamnya.
"Hueeeeeeek !" Naruto memuntahkan isi perutnya setelah ia membuka penutup closet.
"Naruto?" Sasuke menghampiri Naruto dengan perasaan kawatir. Dapat ia lihat Naruto masih sibuk memuntahkan isi perutnya, Sasuke memijat-mijat tengkuk Naruto.
Fluuuuuush!
Naruto berusaha bangun dari jongkoknya dibantu oleh Sasuke. Sasuke memapah tubuh Naruto kedalam kamar dan membawa Naruto untuk duduk di ranjang. "Sebaiknya kita ke dokter" ucap Sasuke tiba-tiba ketika melihat Naruto sudah menghabiskan air yang ia berikan tadi.
"Kenapa? Aku baik-baik saja paling hanya maagh" ucap Naruto sedikit lemas.
"Tidak, kamu harus diperiksa. Sudah sering aku melihatmu muntah bahkan wajahmu terlihat sangat pucat" ucap Sasuke dengan tegas. Sasuke mengambil bajunya dan baju Naruto di dalam lemari box yang ada di kamar itu dan membawanya kearah Naruto. "Cepatlah bersiap" ucap Sasuke menyerahkan baju milik Naruto. Naruto hanya mengangguk lemah karena dirinya juga merasa sangat tidak nyaman.
Mereka pun sampai pada sebuah klinik milik salah satu dokter terkenal yang juga dikenal baik oleh Naruto karena dokter itu merupakan dokter langganan keluarga Namikaze. "Bagaimana nek?" tanya Naruto pada wanita yang terlihat muda namun tidak dengan usianya.
Tsunade nama dari dokter yang tengah memeriksa Naruto berkedut kesal, yang berani memanggilnya nenek hanyalah bocah yang ada di depannya ini. Ia bahkan tak menyangka dalam kondisi Naruto yang terlihat lemah masih bisa saja membuatnya kesal. Rugi ia mencemaskan bocah yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri itu karena Naruto baru pertama kali ini terlihat sakit. "Berhenti memanggilku nenek bocah!"
"Ya ya ya cepat katakan saja hasil pemeriksaannya… kepalaku sudah pusing nih~" lenguh Naruto membuat Tsunade semakin kesal bahkan kepala Tsunade terlihat sedikit berasap menahan emosi.
"Sabar nyonya Tsunade… sabar…." Ucap asistennya Shizune, sedikit ketakutan melihat Tsunade yang sudah bertampang galak.
"Haaah—" Tsunade menghela nafasnya, menghadapi Naruto memang harus exstra sabar jika tidak ingin tensinya naik dan keriput diwajahnya bertambah. "Ada yang ingin ku sampaikan pada kalian…" ucap Tsunade yang sudah duduk sambil bertopang dagu dengan kedua tangannya yang saling bertaut satu sama lainnya. Sasuke membantu Naruto turun dari ranjang pemeriksaan pasien dan duduk di hadapan dokter itu.
"Hm apa itu nek?" tanya Naruto.
"Apa kalian sudah pernah melakukan itu?" tanya Tsunade pada keduanya.
Naruto memiringkan kepalanya. "Hm? Melakukan itu? Maksudnya?"
"Ck dasar bodoh!"
"Hei kenapa aku dibilang bodoh! Tentu saja aku tidak mengerti jika kau bertanya dengan tidak jelas begitu!" ucap Naruto tidak terima.
Sasuke memandang serius kearah Tsunade. "Apa terjadi sesuatu pada Naruto?"
Tsunade menatap kearah orang yang dikenalnya sebagai kekasih Naruto, tak ia pedulikan Naruto yang mendumel tidak jelas. "Apa kau melakukannya tanpa menggunakan pengaman?" tanya Tsunade penuh selidik. Sasuke diam, Tsunade menghela nafasnya begitu mengerti arti dari keterdiaman Sasuke. "Kau harus bertanggung jawab atas Naruto setelah ini" ucap Tsunade sedikit menantang Sasuke, karena setahunya Sasuke bukanlah siapa-siapa bisa dibilang Sasuke hanya kaum jelata dikalangan Naruto.
Sasuke menyeringai. "Semenjak aku mengenal Naruto sampai sekarang aku selalu bertanggung jawab untuknya"
Tsunade mendengus geli. "Aku bahkan yakin jika kau belum memberitahukan hubungan kalian pada Minato. Atau kau mungkin malu dengan dirimu sendiri? Katakan saja kau tidak berani menunjukkan wajahmu dihadapannya karena aku yakin Minato pasti akan mengusirmu jika mengetahui siapa kau sebenarnya…" ucap Tsunade menusuk, Sasuke hanya bisa mengatupkan mulutnya dan memandang tajam kearah Tsunade tidak bisa berkata apa karena itu memang benar adanya.
"Hei nek kenapa kau berkata kasar begitu dihadapan Sasuke? Aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi didalam tubuhku tapi ketika kau berkata begitu pada Sasuke, aku tidak akan tinggal diam!" Naruto menggenggam tangan dan menatap Sasuke penuh kesungguhan. Sasuke menatap terkejut kearah Naruto.
"Aku tidak peduli pendapat orang pada kami, aku juga tidak peduli dengan pendapat tousan, jika memang tousan tidak setuju dengan hubungan kami aku akan tetap bersama Sasuke! Apapun yang terjadi aku akan tetap bersamanya karena aku Namikaze Naruto sangat mencintai Sasuke!" ucap Naruto lantang penuh percaya diri. Baik Sasuke maupun Tsunade terperangah mendengar kesungguhan dari Naruto.
Tsunade mendengus kasar. "Baiklah aku mengerti bocah. Ingat saja setelah ini kau harus memperhatikan kondisi tubuhmu, banyak-banyak makan makanan bergizi jangan lupakan sayur dan juga buah-buahan" ucap Tsunade menerangkan.
"Heeh… sayuran juga?!" kaget Naruto sedikit menolak.
"Dasar gaki! Ini demi kebaikanmu! Jangan banyak protes!" teriak Tsunade kesal.
Sasuke memandang interaksi keduanya, diarahkan tatapannya kearah bawah dimana tangannya masih digenggam oleh Naruto dengan erat. Sasuke tersenyum miris ketika ia merasa tidak mampu menjaga Naruto bahkan melawan perkataan Tsunade saja dia tidak mampu padahal disini ia lah yang bertanggung jawab menjaga Naruto, apalagi ketika ia mengetahui Naruto sedang mengandung anaknya. 'Ck dasar tak berguna…' pikirnya kalut. Sasuke menghentikan pemikirannya ketika Naruto menarik lengan bajunya dengan keras.
"Huhuhu… teme… bagaimana ini? nenek menyuruhku makan yang aneh-aneh" rengek Naruto manja.
"Kau ini! sayur dan buah bukan makanan yang aneh! Kau juga harus meminum vitamin, pil penambah darah dan obat mual juga akan kuberikan jaga-jaga jika kau merasa tidak nyaman dengan rasa mualmu" ucap Tsunade sambil menyerahkan bungkusan kecil kearah Naruto. "Kau juga tidak boleh banyak pikiran dan jangan terlalu lelah bekerja"
"Huuh… banyak sekali yang harus kulakukan" lenguh Naruto lagi mendengar ceramah Tsunade.
"Gaki ini demi kebaikanmu!" geram Tsunade, Naruto hanya memutarkan kedua bola matanya sudah bosan mendengar ocehan panjang Tsunade. Tsunade menggeram, wajahnya sudah memerah menahan kesal yang sudah di ubun-ubun kepala, sang asisten dengan senantiasa menenangkannya.
Sasuke mengambil bungkusan itu lalu berdiri sambil menarik tangan Naruto untuk segera berdiri. "Eh? Sasuke?"
"Hn, aku akan memperhatikan kondisi Naruto. Aku juga akan menjaganya, sama seperti Naruto aku akan tetap bersama Naruto apapun yang terjadi karena aku juga mencintainya. Aku akan membuktikannya padamu suatu hari nanti jika aku bisa membahagiakannya" ucap Sasuke tiba-tiba dan menarik Naruto untuk segera keluar dari ruangan Tsunade.
"Mereka pasangan yang romantis ya Tsunade-sama" ucap Shizune ketika Sasuke dan Naruto tidak terlihat lagi diruangan ini.
Tsunade mengerjapkan matanya sempat terpana dengan perkataan Sasuke tadi. "Ck, dasar mereka itu bikin iri saja. Shizune bawakan arakku kemari!" perintah Tsunade dan langsung saja ditolak mentah-mentah oleh asistennya itu karena Tsunade sudah terlalu banyak minum dari tadi.
- Home Curse -
"Kau mau rasa apa dobe?" tanya Sasuke pada Naruto. Mereka saat ini sedang berada di sebuah mini market dekat dengan apartemen Sasuke. Sasuke mengajak Naruto kemari menggunakan sepedanya yang ia gunakan juga pada Naruto saat menuju ke klinik Tsunade.
"Hmm… mungkin rasa jeruk?" jawab Naruto bingung. Sasuke segera mengambil satu kotak susu untuk orang hamil dengan rasa jeruk. Sasuke bahkan melarang Naruto untuk membawa belanjaannya, Naruto hanya bisa mengikuti Sasuke kemanapun Sasuke pergi. "Kita akan beli apa lagi teme?" tanya Naruto bingung melihat betapa banyaknya belanjaan Sasuke bahkan Naruto sendiri bingung kenapa Sasuke membelikannya susu untuk ibu hamil.
"Bahan makanan" ucap singkat Sasuke.
"Kalau gitu kita beli daging dan telur saja" usul Naruto.
"Sayuran juga"
"Err tapi teme aku tidak terlalu suka sayuran tapi kalau buah aku masih bisa memakannya" ucap Naruto sambil menggaruk belakang kepalanya.
"Hn, tidak kau juga harus memakan sayuran" ucap Sasuke tak ingin dibantah, Naruto hanya menghela nafasnya pasrah tak bisa protes jika Sasuke sudah berkata.
Mereka pun beranjak untuk pulang setelah membayar belanjaan mereka. Kini Naruto juga Sasuke sedang menikmati angin sepoi yang membelai mereka berdua ketika melewati sebuah danau yang terbentang luas dengan rumput dan juga bunga yang bermekaran indah, bahkan masih ada banyak anak-anak yang bermain disana walaupun hari sudah menjelang sore. "Hei teme…" Naruto berhenti melangkah dan menatap anak-anak yang bercanda gurau itu.
Sasuke menghentikan langkah kakinya, sepedanya yang di giring dengan kedua tangan Sasuke pun ikut berhenti. Sementara itu dua kresek belanjaannya sudah berada pada sebuah keranjang sepeda yang ada di bagian depan stang sepeda yang ditaruh Sasuke semenjak keluar dari mini market. "Hn?"
"Semenjak kita keluar dari klinik aku tidak berhenti berpikir sebenarnya.. apa sih yang terjadi denganku teme? kau tampak sedikit bahagia tapi juga kawatir?" tanya Naruto bingung ketika membaca raut wajah Sasuke kala itu. "Hei bahkan di mini market tadi kau beli bahan-bahan khusus untuk orang hamil, memangnya siapa yang hamil teme?" Naruto menatap wajah Sasuke dan memiringkan wajahnya.
Sasuke menatap kearah Naruto yang masih memasang wajah bingung, menghela nafasnya Sasuke pun mendongkrakkan sepedanya dan berjalan mendekat kearah Naruto. Ia menggenggam kedua tangan Naruto dengan lembut. "Naru kau sedang hamil… anak kita berdua" ucap Sasuke dan sebelah tangannya pun membelai lembut pada perut Naruto yang sedikit mengembung.
Naruto berkedip bingung, diarahkan sebelah tangannya pada pada tangan Sasuke yang masih membelai perutnya. "Anak…?" Naruto menatap Sasuke.
Sasuke tersenyum lembut kearah Naruto, tangan Sasuke menggiring tangan Naruto untuk menyentuh perut yang mengembung itu membiarkan Naruto merasakan kehadiran anak mereka yang sedang bertumbuh di dalam perutnya. "Ya anak… darah daging kita Naru" ucap Sasuke dengan lembut sambil menyatukan dahinya dengan dahi Naruto.
Tangan Naruto bergetar ketika menyentuh perutnya, tidak menyangka bahwa ada kehidupan di dalam sana. Dirinya pikir perutnya membuncit karena akhir-akhir ini ia makan terlalu banyak. Ia benar-benar tidak menyangka Kami-sama mengizinkannya untuk memiliki anak bersama Sasuke. Mata Naruto berkaca-kaca, ia pun memeluk tubuh Sasuke. "Arigatou Suke…"
Sasuke memeluk Naruto penuh sayang. "Hn, seharusnya aku lah yang berterimakasih padamu. Terimakasih Naruto, terimakasih sudah memberikan kebahagian melimpah padaku" ucapnya dan mengecup kepala dan pipi Naruto penuh sayang.
TBC
Haaah… akhirnya selesai juga…. Yap karena cerita nya terlalu panjang Rin potong sampai disini dulu yaa… silahkan berikan komentar kalian di kotak review… untuk memperbaiki ataupun menyempurnakan fict ini… mohon maaf bila terlihat tidak menyeramkan karena ini pertamakalinya Rin membuat fict dengan tema Horror. Jadi fillnya pasti kurang berasa :p yup hanya itu saja yang bisa Rin sampaikan…
Salam hangat Rin untuk kalian…
Bye… bye… bye…
