Pagi ini Jung Yerin tengah bersiap untuk bekerja. Yerin bekerja di salah satu restoran di daerah Seoul. Ia bekerja sebagai pelayan di restoran tersebut. Yerin memoles sedikit bedak dan menguncir rambutnya. Selesai. Yerin mengambil tas dan tak lupa memakai mantel hangat lalu bersiap menuju ke halte bus. Ia harus menaiki bus bernomer 18 untuk sampai ke restoran tempat ia bekerja. Ketika di dalam bus Yerin memilih duduk dekat jendela dan memandangi jalanan kota Seoul yang sudah padat, padahal ini masih jam 06.00 pagi dan sudah memasuki musim dingin walaupun salju pertama belum turun.
Akan ku beri tahu sesuatu. Yerin adalah seorang anak yatim piatu. Yerin hidup sebatang kara. Dulunya Yerin adalah anak dari orang kaya yang cukup di segani di Seoul. Ayah Yerin adalah pengusaha. Tetapi ketika Yerin berada di Tingkat 3 SMA tiba-tiba Ayahnya mengalami kebangkrutan karena ditipu oleh seseorang sehingga mengakibatkan semua aset keluarga Yerin diambil paksa. Itu adalah pukulan bagi Ayah Yerin, Ibunya, bahkan Yerin sendiri. Mereka tidak menyangka akan jatuh miskin secepat itu. Yerin pikir dia anak yang kuat, walaupun anak orang kaya dan anak satu-satunya, Yerin adalah anak yang mandiri dan selalu ceria asalkan orangtuanya selalu berada disampingnya. Ternyata pikiran Yerin berbeda dengan orang tuanya.
Flashback
Yerin dan keluarganya sedang berada diperjalanan dengan menggunakan mobil menuju suatu tempat. Mobil ini adalah barang mewah yang dimiliki oleh keluarga Yerin setelah mereka bangkrut 2 bulan yang lalu.
Ayah Yerin sangat fokus menyetir dan Ibu Yerin berada disampingnya tanpa senyuman sama sekali. Sedangkan Yerin duduk dibelakang dengan senyum yang sangat manis sembari menatap kejendela. Ini sudah memasuki musim dingin! Salju! Yerin sangat suka salju.
"Eomma! Appa! Kita mau kemana?"
Yerin bertanya kepada kedua orang tuanya dengan nada dan ekspresi yang sangat imut. Itulah Yerin. Ia sangat penuh dengan keimutan.
"Ketempat yang menyenangkan" Jawab Ayah Yerin dengan pandangan tetap fokus kedepan.
"Dimana itu?" Yerin memajukan tubuhnya
"Tempat yang bisa meredam kesedihan kitaYerin-ah" Itu suara ibu Yerin.
Yerin memundurkan kembali badannya dan mengerutkan keningnya. Kenapa perasaanya tidak enak?
"Tidak Yerin jangan berpikir yang macam-macam" ucapnya dalam hati
Yerin pun mulai memikirkan hal positif.
Mungkin mereka akan pergi kepantai , Yerin pernah menonton film kalau mereka stress mereka akan kepantai untuk berteriak melepaskan beban masalah mereka. Yerin juga pernah liat di film orang-orang yang stress juga menuju ke pegunungan, atap gedung, dan..
Jurang
Yerin menempelkan kepalanya kekaca mobil. Ia tadi melihat tulisan 'jurang' disalah satu papan yang tadi mereka lewati. Ia hanya melihat sekilas karena mobil melaju semakin cepat.
Yerin kembali ke posisi duduk semula. Ia bingung. Kenapa dia merasakan sesuatu yang sangat tidak enak akan terjadi?
"Appa..Eomma.. Jujur Yerin sangat tidak apa-apa dengan kebangkrutan Appa, Yerin tidak akan menyalahkan kalian, Yerin juga tidak masalah dengan kemiskinan jadi—"
"Diamlah Jung Yerin!"
Belum selesai Yerin mengutarakan isi hatinya tiba-tiba Ayahnya membetaknya. Ini pertama kalinya, sungguh. Yerin berani bersumpah baru kali ini ia dibentak Ayahnya. Dulu waktu kecil Yerin termasuk anak yang tidak bisa diam dan pernah membuat kertas saham Ayahnya basah terkena susu. Tapi Ayahnya tidak marah. Tidak pernah membentaknya seperti tadi.
Yerin melihat lagi kearah jendela dan benar, disampingnya sudah terdapat jurang. Jalanan ini hanya muat dua mobil dan berada ditengah-tengah jurang. Yerin sangat gugup. Ia merapatkan mantel hangat yang ia pakai. Yerin takut.
Yerin kembali menghadap depan. Pemandangan yang ia lihat didepan sana adalah belokan yang amat tajam. Belokan itu sudah semakin dekat tetapi Ayah Yerin sama sekali tidak ada niatan untuk membelokan mobilnya.
"Appa! didepan ada belokan!"
Yerin mencoba mengingatkan Ayahnya tetapi Yerin sama sekali tidak didengar.
Yerin menegakan tubuhnya dan menjangkau Eommanya
"Eomma! Apa yang kalian akan lakukan?!"
Yerin melihat tikungannya semakin dekat.
"Ada apa dengan kalian berdua?!" Yerin bertiak panik
Ia melihat Ibunya mengenggam erat sabuk pengaman yang ibunya kenakan
Yerin tidak bodoh. Yerin mengerti niatan orang tuanya. Yerin pun menyandarkan tubuhnya. Tidak apa mati asalkan bersama orang tuanya. Itulah yang Yerin pikirkan.
Yerin kembali memandang kearah jendela lagi dan melihat benda putih kecil yang mulai berjatuhan dari langit.
Salju
Yerin tersenyum dan mulai memejamkan matanya ketika melihat jarak mobilnya dengan tikungan itu hanya 1 meter. Dan Yerin bisa merasakan kalau mobilnya mulai memasuki jurang yang dalam itu.
Yerin tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara yang memberi tahu kalau halte tujuannya sudah dekat. Yerin berdiri dan mendekat kearah pintu. Ketika bus itu benar-benar berhenti dan pintu terbuka Yerin mulai keluar dari bus dan disambut oleh udara dingin. Yerin menatap langit ia dengar salju akan turun hari ini. Yerin tersenyum. Sudah setahun ternyata.. Sangat tidak terasa. Ia pun mulai berjalan kearah restoran yang tidak jauh dari halte dimana Yerin berada sekarang.
Yerin sudah berada didepan pintu kaca restoran tempat ia bekerja. Yerin langsung membuka pintu dan langsung disapa oleh seorang gadis berponi
Gadis itu menghentikan kegiatannya yang sedang mengelap meja. Ia berlari kearah Yerin
"Yerin-ah~~~~~"
Tek. Braakkk
Gadis itu terjatuh dengan posisi telungkup.
Yerin yang tadinya tersenyum langsung sigap berlari ketika melihat gadis itu terjatuh.
"Ya! Choi Yuna! Kau ingin menghancurkan restoranku?!"
Itu adalah suara teriakan dari bos mereka. Lee Jihoon. Badannya kecil. Tetapi sungguh dia adalah orang yang paling menakutkan.
"Yuna kau tidak apa-apa?"
Yerin membantu Yuna berdiri
"Ada apa ini? Astaga Lee Jihoon! bisa tidak sehari saja tidak teriak-teriak?!"
Seorang gadis tinggi dengan model rambut seperti pria yang tadi sedang membersihkan gelas-gelas pun menghampiri mereka dengan menatap sengit kearah Bos mereka
"Heh Jungyeon! Berani sekali kau meneriaki ku?! ingin ku pecat hah?!" Jihoon membalas tatapan sengit gadis itu
"Pecat saja! aku tidak takut! Kau ingin aku membocorkan semua rahasiamu hah?! Dan kau Choi Yuna! Mengapa kau ceroboh sekali?!" Ia menatap kearah Yuna
Yuna pun membungkukan badannya
"Maafkan aku. Maafkan aku"
Jihoon selaku bos mereka menghela nafasnya sembari berlalu kembali keruangannya
"Hey kau tak apa?" Jungyeon menghampiri Yuna yang berdiri disamping Yerin
"Bos kita itu memang benar-benar menyeramkan" Yerin mempoutkan bibirnya
Yuna menganggukan kepalanya
"Benar! Jungyeon eonnie, beritahu kami bagaimana caranya agar tidak takut dengan Bos kita yang kecil itu?" Yuna menggoyangkan lengan Jungyeon
Jungyeon terkekeh
"Kalian kalau melihat bagaimana aslinya bos kita itu pasti tidak akan takut lagi"
"Aslinya memang seperti apa?" Yerin menatap Jungyeon dengan tatapan penasaran
"Itu rahasia" Jungyeon terkekeh sembari kembali kearah meja tempat ia membersihkan gelas tadi
Bagaimana bisa Jungyeon katakan kalau bos mereka, Lee jihoon yang galak itu adalah seorang gay dan menempati posisi yang didominasi. Ia pernah memergoki Bosnya itu tengah berciuman mesra diruangannya dengan seorang lelaki yang Jungyeon ingat matanya seperti jarum jam yang menunjukan waktu 10:10. Jungyeon selalu tertawa mengingat hal itu. Jungyeon berjanji dengan bosnya kalau ia tidak akan bilang hal itu kepada siapapun. Tapi tentu saja ada imbalannya.
Yerin sudah mengganti bajunya menggunakan seragam restoran tempatnya bekerja. Yerin mengambil note dan bersiap menyambut pelanggan yang datang. Satu persatu pelanggan berdatangan. Yerinpun sibuk kesana kemari untuk menulis pesanan dan mengantarkan makanan.
Jam sudah menunjukan pukul 7 malam, dan pelanggan juga mulai berkurang karena sebentar lagi restoran akan tutup. Yerin melihat sebuah mobil mewah keluaran terbaru tiba-tiba terpakir didepan retoran. Seorang pria tampan memakai mantel panjang berwarna coklat dengan dalaman sweater turtle neck berwarna hitam dan celana dengan warna senada, tak lupa sepatu nike yang juga berwarna hitam.
Pria itu memasuki restoran dan memilih tempat didekat jendela. Ia mengankat tangannya tanda ingin memesan sesuatu. Yerin melihat itu dan menghampirinya sembari membawa buku menu.
Wangi. Itulah yang Yerin pikirkan ketika ia berada didekat pria itu.
"Selamat sore tuan, Ini buku menunya"
Yerin memberikan buku menu yang berada ditangannya.
Pria itu mulai melihat-lihat apa saja yang ada dimenu.
"Aku mau pesan 1 porsi jjampong dan teh hangat"
Yerin mencatat pesanan pria itu
"Baik, satu porsi jjampong teh hangat, ada lagi?"
"Tidak ada tapi—ah tunggu! Aku ingin.. Jjampongnya tidak pedas. Aku tidak suka pedas"
Yerin mengerutkan keningnya. Jjampong tidak pedas? Bagaimana? Kalau tidak mau pedas ya pesan Jajangmyeon saja!
"Eum.. Maaf tuan tapi bagaimana bisa Jjampong tidak pedas? Kalau tidak suka pedas tuan bisa memesan—"
"Maaf nyonya—"
Pria itu melihat name tag Yerin
"Jung Yerin. Apa anda pernah dengar tentang perkataan bahwa pelanggan adalah raja?" Priaa itu memasang ekspresi wajah yang menyebalkan.
Yerin menunduk
"Pernah tuan"
"Jadi.. Kerjakan saja apa yang raja tampanmu ini bilang." Pria itu tersenyum
"B..Baik tuan.. Tunggu sebentar nanti saya antar"
Yerin pun menambahkan dicatatannya dengan tulisan kapital JANGAN PEDAS
Pesanan sudah siap dan Yerin mengantarkan nya ke meja pelanggan pria menyebalkan tadi. Ketika sudah berada dimeja pelanggan itu Yerin menurunkan semua makanan yang ada dinampan yang ia bawa.
"Silahkan menikmati tuan" Yerin membungkuk dan berlalu dari meja itu
Belum ada 10 langkah tiba-tiba terdengar suara teriakan
"SIAL! HEY KAU PELAYAN JUNG YERIN!"
Yerin membalikan badannya. Ia dapat melihat pelanggan pria tadi sudah berdiri dengan muka merah dengan gelas teh yang tadi penuh sekarang sudah kosong.
"BUKANKAH AKU BILANG KALAU JANGAN MEMBUAT MAKANAN INI PEDAS?! KAU BODOH ATAU IDIOT HAH?! KEMARI KAU!"
Yerin berlari menghampiri pelanggan itu
"Ada apa tuan?"
"Apa teriakan ku belum jelas hah?!"
"Tapi sungguh tuan tadi saya sudah menulisan jangan pedas di pesanan tuan tadi"
"Coba lah"
Pelanggan pria itu menyodorkan mangkuk Jjampong itu kearah Yerin. Yerin mengambil sedok baru dan menyicipi kuah makanan itu.
Pedas. Sungguh pedas.
"Bagaimana Nyonya Jung Yerin?"
"Tapi tuan sungguh tadi aku—"
Tiba-tiba seseorang yang sama sekali tidak Yerin harapkan datang
"Ada apa ini ribut-ribut? Moon Junhui? Sedang apa kau disini?"
"Oh hai Lee Jihoon. Jadi ini Restoran yang kau sebut-sebut ketika kau meminjam uang dariku? Oh iya, Aku hanya mampir ke restoranmu untuk mengisi perutku. Tetapi pekerjamu yang bodoh ini merusak moodku!" Ucap Pria tadi yang diketahui bernama Moon Junhui dengan nada yang sangat angkuh
"Apa yang dilakukannya?"
"Aku sudah memesan agar jangan membuat makananku menjadi pedas. Tetapi ini kau coba sendiri"
"Itu? Itu bukannya Jjampong?" Jihoon bertanya kepada Yerin
Yerin menganggukan kepalanya
Jihoon menghela nafas nya
"Junhui. Jjampong itu mie Korea yang memang harus pedas. Bagaimana bisa kalau makanan itu tidak pedas? Kalau kau tidak ingin pedas kau bisa pesan Jajangmyeon"
Moon Junhui tersenyum dengan sangat menyebalkan dimata Yerin
"Jihoon. Bukankan pelanggan itu adalah raja? Aku tidak tau dan tidak mau tau apa itu Jjam Jam Jjam apa tadi?" Junhui membuat gesture mengingat
"Jjampong" Seru Yerin
"YA! Itu! Aku tidak peduli. Yang aku tau restoranmu sangat buruk dengan hal pelayanan. Bagaimana kalau aku menuliskan ini di Majalahku? Akankah restoranmu tetap akan ramai?"
Yerin melihat Lee Jihoon, Bos nya itu mengepalkan jari-jari tangannya
Lagi-lagi Jihoon menghela nafasnya
"Baiklah, Aku selaku bos dan pemilik restoran disini sangat minta maaf dengan kelalaian pelayan kami. Sebagai gantinya anda boleh makan gratis kapanpun disini. Bagaimana?"
Junhui tersenyum licik
"Belum cukup"
"Apa lagi yang kau inginkan hah?!" Jihoon meninggikan suaranya
"Pecat dia"
