Jodoh atau Perjodohan?

NarutoMasashi Kishimoto

selamat membaca


"Kami telah memikirkan dan merancang ini jauh jauh hari tanpa kalian ketahui.. dan besok, acara ini akan dimulai." kata-kata itu bagaikan sebuah Sambaran petir yang mengagetkan. membuat dua orang berbeda gender yang tak saling mengenal itu menatap satu sama lain. wajah salah satu dari mereka berdua menapakkan raut kaget dan, kesal?

pria dengan kerutan samar diwajahnya tersenyum lembut memandang dua orang yang sudah memasuki awal umur dewasa itu. dibenaknya sekarang adalah cara yang pas untuk mengakrapkan mereka berdua.

gadis yang mula mula berdiam diri dengan wajah ditundukkan mulai bedehem untuk menetralisir kekagetannya, "ta-tapi Tousan, aku kan tak mengenalnya sama sekali sebelumnya.." ucap gadis itu dengan nada yang rendah. walaupun biasanya gadis itu sangat keras kepala, ia tetap harus menjaga sifatnya untuk orang tuanya didepan orang lain.

"Haha.. kalian akan mengenal satu sama lain setelah menikah. tenang saja, anak Jii-san ini anak yang baik.." Pria dengan surai merah itu menepuk kepala anaknya yang memiliki surai sama dengannya, membuat sang anak sedikit mengernyit kesal.

gadis dengan bibir peach itu menghela nafas pasrah. ia melirik tajam pemuda didepannya ini, yang sedari tadi hanya menatap orang tua mereka tanpa sepatah katapun. ia menggerutu, harusnya pemuda itu sama sepertinya yang tak setuju atas yang diucapkan orang tua mereka. tapi kenapa dia hanya diam saja seolah tak terjadi apa apa eh?

"Jadi bagaimana? kalian berdua setuju?" sekarang giliran ayah gadis itu yang angkat suara.

dibeberapa saat yang ada hanya keheningan, belum ada yang ingin menjawab pertanyaan itu. mereka berdua hanya terdiam seolah ada yang merekat pada bibir merah itu.

Sampai pemuda bersurai merah itu menegakkan badannya, irisnya memandang sang Ayah. "tapi bagaimana jika aku masih belum setuju?" suara bariton yang terdengar berat tetapi memiliki kesan lembut mulai angkat bicara.

"maka Tousan akan memaksamu, Sasori.." balas cepat dengan nada yang tegas dari ayahnya. Sasori hanya memutar mata bosan, lalu melirik gadis yang sejak tadi menatap dirinya.

Gadis itu memandang kaget Sasori, seakan Sasori tau apa yang ada dipikirannya tadi. lalu sekarang Sasori meliriknya seolah berkata dengan gerakan mata, aku-telah-berbicara-dan-sama-saja.

"Baiklah Sakura sayang.. sebaiknya kita pergi dulu, silahkan kalian berbicara untuk menyamankan diri kalian masing masing."

"eh.. Kaas—"

"kau bisa bersama dengan Sasori saat pulang, jadi selamat bersenang-senang.." ucap Ibunya dengan suara lembut yang khas. meninggalkan Sakura yang saat ini sedang menahan mati matian kekesalan dan amarahnya. berbeda dengan Sasori yang hanya berdiam dengan perasaan yang dapat ia kontrol.

dan saat orang tua mereka berdua telah pergi, yang ada disini hanya suara malam yang hening. Dengan alunan musik yang lembut menemani pendengaran mereka.

Gadis musim itu termenung menatap sepatu feminin berwarna putih yang ia kenakan, kembali mencerna apa yang barusan terjadi dengan dirinya. mulai dari orang tuanya yang bersikap aneh dari jauh jauh hari, lalu tadi ia disuruh berdandan rapi dan mengenakan dress yang sangat tak disukainya, lalu kata orang tuanya mereka akan bertemu dengan sahabat lama mereka, dan saat bertemu mereka saling bercerita flasback masa lalu, mengabaikan anak anak mereka yang sedang memandang dengan heran sekaligus menunggu. dan yang terakhir kata kata bagaikan sebuah bom nuklir yang menyiksa dan.

Sakura mendengus, seharusnya tadi ia menolak saja untuk datang kesini. atau mungkin ia pergi menginap ke rumah Ino Sahabatnya untuk menghindari pertemuan ini. tapi mau bagaimana lagi? ia tak tau..

Gadis itu mulai mendongakkan kepalanya menghadap pemuda itu, "lalu sebelum itu.. apakah kau mengenalku?" ia terus menatap dengan intens pemuda yang masih duduk didepannya sambil meneguk kopi hangat yang tersisa.

Sasori melirik sekilas, lalu kembali fokus di gelas kacanya. "tidak.." balasnya singkat.

Sakura mendengus, ia masih bisa bersabar karna pertanyaan nya dibalas lama lalu dengan pemuda yang selalu bermuka datar seolah mengabaikan keberadaan dirinya. tapi kata-kata singkat itu? sungguh pria yang menyebalkan, rutuknya.

"huft.. baiklah, Namaku Haruno Sakura.." iris hijaunya memandang iris coklat yang sedari tadi menatap dirinya dengan pandangan mengantuk, atau lebih tepatnya malas.

"Hn.."

twich—

yup.. hanya dua huruf yang keluar dimulut pria baby face itu. Sakura mulai memegangi tangannya yang mulai terasa gatal, tapi ia tahan. karna yang ada dihadapannya ini orang yang baru ia kenal, dan jika saja itu temannya. maka sedari tadi wajah pemuda itu telah dihiasi beberapa benjolan merah.

Sakura menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan dengan perlahan. "hei.. kenapa kau sangat menyebalkan sih? mencoba memancingku?" ujar Sakura dengan nada yang sedikit ia naikkan.

Sasori memandang gadis didepannya, ia hanya diam.. seolah malas untuk menjawab. "mungkin kau sama seperti gadis lainnya? merepotkan." balas Sasori dengan singkat dan To the point. yah walaupun omongannya tak masuk diotak Sakura, gadis itu hanya mengernyit bingung.

"ha? bukannya aku berkata ke topik 'A'? kenapa kamu membalas 'B'—ehm.. atau kau punya gangguan telinga?" kata-kata sarkasme keluar dari mulut mungilnya, Sakura mendelik tajam kearah Sasori.

Sasori sejenak terdiam, entah? mungkin dirinya hanya kesal? atau kaget, eh?

Sasori memutar mata bosan, pemuda itu mulai berdiri menatap gadis didepannya "—bodoh.." Lalu setelah mengucapkan kata itu. ia mulai bangkit dan meninggalkan Sakura yang belum mencerna kata-kata itu dengan benar.

dan setelah sadar dari loading otaknya, ia langsung bergegas bangkit dari duduknya dan mengikuti Sasori dengan urat kekesalan yang terlihat jelas dikeningnya. ia memegang pundak yang lebih tinggi darinya,

Ctuakk— "kau yang sangat bodoh! malah seenaknya mengatai diriku bodoh! seharusnya aku yang sedari tadi berbicara seperti itu karna kau sama sekali tak menggubris pembicaraanku, seharusnya kau berterimakasih karna aku cukup sabar Baka Ahou! menyebalkan!" gadis itu memaki Sasori dengan suara yang keras setelah menjitak kepala merah itu. iris Emerald tajam mulai beradu dengan Hazel teduh.

Sakura mulai berjalan cepat meninggalkan pemuda yang masih terdiam sambil memegang pinggiran kepalanya yang nyeri. ia menatap sebal gadis yang sedang berjalan tergesa gesa didepannya, 'kekuatan Monster..' rutuknya.


Tubuh tegap itu tengah bersandar di sofa besar. matanya terus menerawang langit-langit rumahnya yang bercat putih. ingin mengistirahatkan badannya yang seperti akan remuk ini, setelah tadi malam dirinya ditemukan oleh gadis aneh yang menyeramkan. selalu mengoceh dan memaki maki tak jelas saat di mobilnya. ia heran, bagaimana bisa Kaasan dan Tousannya memilih gadis seperti itu untuk menjadi pendampingnya?

"Sasori.. keluar lah, ini akan dimulai.." terdengar suara lembut wanita diluar pintu ruangannya.

Sasori menoleh kearah suara itu, dirinya menghela nafas. "baik Kaasan.. aku keluar."

ia mulai keluar dari ruang tunggu mempelai pria dengan langkah yang sengaja ia lambatkan. lalu dengan Tousan dan Kaasan yang menemaninya, ia mulai melangkah ke pesta pernikahannya sendiri. tubuhnya yang dibaluti jas Hitam mulai menaiki altar dan menunggu mempelai wanitanya.

dan dengan perlahan.. musik telah terdengar mengalunkan nada yang rendah, lalu semakin tinggi dan tinggi. dan ya.. mulai terlihat wanita dengan balutan dress panjang berwarna putih elegant berjalan menuju altar. Rambut musim semi yang panjang itu telah disanggul dengan rapi, tatapannya selalu menunduk menyembunyikan iris Emerald indah itu.

Meraka mulai mengucapkan janji janji suci pernikahan, dan setelah itu terdengar riuh dan tepukan meriah dari tamu tamu undangan.

Hingga pada akhir, Hazel dan Emerald itu kembali bertemu. entah kenapa Sasori tersenyum geli melihat raut gugup dan ketakutan dimata gadis didepannya. mungkin karna ia tau Sakura takut karna akan berciuman dengannya, eh?

Sasori mulai mendekatkan wajahnya dengan perlahan ke bibir mungil berwarna peach itu. membuat Sakura otomatis menutup matanya dengan gugup. Sasori lagi lagi tersenyum samar, dan—

cup—

Sakura merasakan keningnya terasa basah dengan sesuatu yang masih melekat lama.


Sekarang Sasori dan Sakura telah resmi menikah, dan untuk beberapa saat mereka akan tinggal dirumah yang telah disediakan keluarga Sasori sampai mereka dapat membeli rumah sendiri. dan hal yang pertama mereka lakukan dirumah baru itu ialah berbersih, yang mungkin hanya Sakura saja. karna dengan santainya Sasori langsung pergi kekamar dengan membawa koper koper meninggalkan Sakura sendirian.

Dan beginilah Sakura sekarang—membersihkan ruangan besar yang sangat berdebu dan masih tertutupi plastik. "grrr.. Sasori no Baka Ahou! awas saja dia nanti, akan ku Jambak rambut dekil itu hingga habis!" Sakura kembali mengeluarkan kata-kata makian untuk orang yang semalam telah resmi berstatus sebagai suaminya. tangan putihnya kembali menyapu lantai lantai yang berdebu. sudah hampir setengah rumah ia bersihkan, tetapi kepala merah itu tak kunjung terlihat untuk sekadar bertanya 'Apakah kau butuh bantuan?' Sakura kembali merutuki itu, bisa bisanya ia memiliki suami yang semenyebalkan ini.

Sakura mulai menyapu dengan cepat dan kasar keramik dibawahnya, beberapa kali mendumel tidak jelas yang hanya dipahami oleh dirinya sendiri. bahkan dirinya sampai tak sadar akan seseorang yang baru saja hadir di ruangan tengah menatapnya datar.

"jika kau tak iklas mengerjakannya, maka akan semakin lama selesai.." Sakura menolehkan kepalanya kesumber suara. ia mulai menegakkan badannya dan menatap kesal pemuda dengan balutan kaos coklat susu dideoannya.

"jika memang aku tak iklas kenapa? aku baru akan iklas jika kau juga berbersihan dan membantuku bodoh!" Sakura mencondongkan sapu itu kearah Sasori dengan kesal. tapi pemuda itu tak bergeming.

lalu Sasori meninggalkan Sakura yang masih melongo memandang kepergiannya. baru saja Sakura ingin berteriak marah dan menerjang Sasori yang seenaknya pergi tanpa berkata, sampai Sasori kembali dan memegang alat penyedot debu elektronik. Sakura kembali dibuat melongo karnanya,

"biar aku saja, ini tak akan memakan waktu lama dari pada menggunakan sapu itu." ujarnya sambil menunjuk sapu yang digenggam Sakura. Dan dengan tenangnya, Sasori melewati Sakura yang tengah memerah. entah karna kesal atau merasa dipermalukan? hanya Sakura yang tau.

Gadis itu membalikkan badan lalu menatap Sasori yang sedang membersihkan ruangan. ia menggenggam erat sapu ditangannya dengan kesal, mulai membalikkan badan lagi dan berlari menjauh, "biarin.. setidaknya diriku telah berjuang membersihkan! wekk!"

Sasori menoleh melihat Sakura yang tengah berlari sambil berteriak. ia menaikan alis entah, apa yang ada dipikirannya sekarang, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

Sasori menghempaskan tubuhnya di sofa empuk ruang tamu yang selesai ia bersihkan. ia melemaskan leher dan tangannya setelah membersihkan sisa ruangan yang masih kotor. ia menarik nafas dalam dalam. sampai matanya tak sengaja menatap jendela besar yang berada ditengah dinding.

Sasori mulai menghampiri jendela itu dan melihat taman yang lumayan luas, sepertinya sudah lama sekali ia tak mengunjungi rumah yang dahulu kecil ia tempati. taman itu, taman yang dahulu sering ia gunakan untuk bermain dan berkemah dengan keluarganya.

Sasori mulai keluar rumah untuk mendekati taman belakang rumahnya. ia memandang taman itu beberapa saat, semuanya masih sama seperti dulu.. kolam ikan yang masih banyak dipenuhi ikan hias, pohon besar yang teduh ditengah taman, tanaman hias yang masih ada sampai sekarang, dan juga ayunan jaring-jaring yang dulu sering ia buat bermain ayunan dan tempat untuk tidur.

ia mulai duduk dijaring itu dan berayun, kepala merahnya juga ia sandarkan diujung jaring hitam itu. Hazelnya memandang langit biru cerah yang berawan. Awan Awan disuna sangat banyak sekali, hal yang paling ia sukai.. dimana ada awan yang bergerumbul tebal nan abstrak, sebuah seni yang sangat menakjubkan. lalu dimana terbentuknya awan kelabu yang menimbulkan hujan, dimana air yang jauh tinggi terjatuh ditanah berkali kali, menimbulkan suara gemericik air yang jatuh menyentuh tanah.

Sasori menutup matanya menikmati belaian angin yang menyapu wajahnya. disini sangat tenang dan nyaman, dengan ditemani suara burung yang berkicau didahan pohon, tanpa adanya suara kendaraan-kendaraan yang melaju. sampai tanpa sadar dirinya tertidur pulas di ayunan yang masih berayun..

shhhhh— suara air yang gemercik itu telah berhenti, dari dalam kamar mandi terlihat Sakura yang basah karna siraman air yang mengguyur tubuh mungilnya. Bau permen dan cerry langsung menguap ditubuh dan rambut gadis itu.

jari-jari lentiknya mulai mengambil handuk putih untuk melapisi tubuh polosnya. setelah tadi keringat yang membanjiri badannya, akhirnya ia bisa mandi juga untuk menyegarkan kembali badannya ini.

gadis itu tersenyum ceria kembali. sampai tak sadar ada satu hal yang ia lupakan, "—Eh? aku lupa membawa pakaian kekamar mandi?"

Cpokk—

ia memukul keningnya sendiri atas kecerobohannya ini, "astaga.." rutuknya.

tak ada cara lain lagi. Sakura harus keluar dari kamar dan mengambil bajunya yang masih ada diruang tamu. mukanya sekejap memerah, bagaimana jika Sasori melihatnya? ah.. tapi satu satunya cara hanya itu. ia tak mungkin menyuruh Sasori untuk mengambilkan baju dari koper, masa ia juga harus meminta mengambilkan dalamannya juga?

Sakura menggeleng gelengkan kepalanya mengenyahkan pikiran itu. ia mulai membuka pintu kamar mandinya dengan perlahan, lalu membuka pintu kamar dengan pelan-pelan agar tak menimbulkan suara. kepalanya keluar dari pintu dan menatap sekitar dengan waspada.

lalu mulai berjalan mengendap-endap keruang tamu, berkali kali Sakura menempel pada tembok karna parno jika dirinya akan terlihat hanya memakai handuk yang bahkan diatas lutut.

wajahnya sangat merah sempurna sekarang, tapi setelahnya ia membuah nafas lega. Dengan cepat tangannya mengambil koper bajunya dan secepat kilat ia kembali kekamarnya sebelum ada yang melihatnya.

Cklekk—

"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!"

"ghaaaaaaa!"

"—Sasori cepat keluar dari kamar sekarang juga!"

yang sekarang terdengar hanya suara menggelegar dari Sakura dan detak jantung yang melaju sangat kencang pada diri mereka berdua.


Sasori lagi lagi menundukkan kepalanya dalam-dalam. ia tengah berada diruang makan menunggu Sakura yang tengah memasak didapur.

kembali ia ingat kejadian tadi sore, saat ia yang terbangun dari tidurnya di ayunan dan berjalan menuju kamar. baru saja ia mau berjalan menuju kasur sebelum suara pintu yang dibuka paksa dan memperlihatkan Sakura yang hanya tertutupi oleh handuk.

jika mengingat itu rasanya ia ingin sekali menceburkan dirinya kelaut dan tenggelam bersama ombak. oh Tuhan.. seumur umur ini pertama kalinya ia melihat seorang wanita setengah polos..

ia menyembunyikan wajahnya dilipatan tangan menyandar pada meja. mungkin saat ini Sakura juga sama malunya dengan dirinya,

sampai lamunan Sasori terhenti karna suara langkah kaki yang berasal dari dalam dapur. ia tetap tak bergeming dari posisinya saat ini, mulai terdengar bunyi kaca yang bergesekan dengan benda, lalu bunyi tuangan hidangan ke sebuah wadah.

Sakura sedikit gugup melihat Sasori yang tak bergeming menyembunyikan wajahnya dilipatan tangan, wajahnya kembali memerah. "Sa-Sasori.. aku tau kau lelah, tapi makan lah dulu!" ujarnya seolah olah ingin membentak walaupun ujung-ujungnya terdengar gugup.

"Hn.." Mati matian Sasori mempertahankan wajah datarnya saat menatap wajah didepannya. ia mulai menegakkan kepalanya, lalu mengambil makanan yang telah dimasak oleh Sakura.

Sasori melihat Sakura dengan raut yang masih datar. tak banyak yang diambil oleh gadis itu, ia hanya mengambil sayur bening dengan nasi yang tak terlalu banyak dan ikan goreng.

"kenapa kau tak makan? apakah sebegitu tidak enaknya masakanku?" suara itu kembali menyadarkan Sasori dari lamunannya. ia menatap Sakura yang menatap jengkel dirinya.

dirinya mendengus mendengar itu, "yah.. mungkin saja." ia sedikit menyeringai menatap Sakura yang terlihat sangat kesal.

"kalau begitu tak usah kau makan!" bentak Sakura. ia kembali memakan makanannya dengan cepat sampai pipi cubbynya bertambah cubby seperti balon.

Sasori ingin tersenyum geli melihat itu. lalu menaikan bahu dan mulai memakan ikan yang Sakura buat.

"kenapa malah dimakan? katamu tak enak!"

"aku hanya berbicara 'mungkin saja' kan."

"Menurutku itu sama saja!"

"Beda.."

"Tapi intinya kan kau ingin menghinaku!"

"Tidak.."

"Iya tuh!"

"Terserahmu.."

"Ya memang terserahku! kau memang menyebalkan kok!"

"Hn.."

"Grrrr..."

Ctarrrrrrrr—

Blamm—

"Eh? mati lampu!" Sakura sedikit histeris saat lampu padam dengan tiba-tiba.

sampai suara petir dan hujan deras yang disusul matinya lampu dikediaman Akasuna itu. huh.. hari pertama yang panjang..

[TBC]


A\N : Halooo.. :)

ini fic SasoSaku yang berchapter pertama aku bikin:v

mungkinkah disini pemainnya terlalu OOC? ah semoga saja tidak yak:v

semoga suka dengan cerita yang saya buat.. unek unek kritik maupun saran bisa langsung dilakukan di kolom komentar. sampai jumpa di next chapter..

salam manis ajpblank..