Sehun hanya memandang tv didepannya dengan tangan yang sibuk mengelus rambut seseorang yang ada di pangkuannya. Tatapannya fokus memandang acara tv yang menayangkan berita harian.

"Sehun?"

Sehun melirik kearah laki-laki yang menidurkan kepalanya di pahanya. "Apa?"

"Aku lapar." Jongin menatap Sehun dengan pandangan yang melas. Tangannya ia buat untuk mengelus perutnya yang sudah berbunyi.

"Kau ingin makan apa?"

Jongin membuat pose berpikir, lalu mendongak lagi, "Aku ingin omelet saja."

"Oke. Sekarang kau bangun dulu, aku akan memasak untukmu." Jongin sedikit tidak rela saat ia disuruh bangkit dari tempat nyamannya.

"Jangan lama-lama. Nanti adik bayinya menunggu lama." Jongin mengatakannya sambil mengusap perutnya dan terkekeh kecil.

Sehun hanya mendengus geli dengan tingkah Jongin. "Iya-iya. Tidak akan lama, jadi adik bayi tidak akan kelaparan lagi. Jadi anak baik disini dan jangan beranjak dari dudukmu."

Jongin menganggukkan kepalanya dan memperbaiki posisi duduknya. Dan melihat Sehun yang sedang menyiapkan bahan untuk membuat omelet.

"Kenapa dia begitu seksi jika sedang di dapur?" tanyanya dengan angin. Ia mendengus tak suka saat memikirkan Sehun yang terlihat seksi di depan sana.

Bagaimana jika di restoran tempat Sehun bekerja ke'seksi'an Sehun ini menjadi tontonan gratis para pengunjung? Sehun 'kan bekerja sebagai koki di restoran itu, dan restoran itu open-kitchen. Jadi selama ini-

"TIDAK!"

Sehun terkejut saat Jongin berteriak dan melompat dari sofa yang ia duduki tadi. Sehun mengernyit dan segera membasuh tangannya untuk menghampiri Jongin.

"Hei, ada apa? Kenapa kau tiba-tiba teriak?" tanya Sehun saat melihat Jongin seperti ingin menangis.

"Sehun, apa selama ini ada orang yang menggodamu saat bekerja?" tanya Jongin tiba-tiba membuat Sehun semakin mengernyitkan dahinya.

Dan Sehun menjawabnya dengan gelengan. Karena ia memang merasa tidak ada yang menggodanya.

"Kau yakin?" Sehun menganggukkan kepalanya.

"Memangnya kenapa?" Tanya Sehun membuat Jongin melirik sinis ke arahnya. Sehun tidak paham dengan Jongin yang sifatnya berubah-ubah.

"Kau berbohong!" Jongin masih menatapnya sengit.

"Untuk apa aku berbohong padamu? Lagipula, kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Apa salahnya aku bertanya? Memangnya tidak boleh? Oh, atau kau memang banyak yang menggoda ya? Kenapa tidak jujur saja padaku?" Jongin beranjak dari sana, meninggalkan Sehun yang masih tercenung melihat Jongin yang aneh seperti itu.

"Hei, kau mau kemana? Omeletnya belum matang." Seru Sehun melihat Jongin menaiki tangga.

"Aku tidak jadi lapar." Sahut Jongin ketus.

"Tapi adik bayinya lapar, kau harus makan."

"ADIK BAYI KEPALAMU ITU! TIDAK ADA ADIK BAYI!" teriak Jongin sambil membalikkan badannya dan melempar sendal rumahnya kearah Sehun.

"Tapi, kau sendiri yang bil-AHH!" lagi-lagi lemparan sandal mengenai hidungnya yang berharga.

"KAU TIDUR LUAR! TAK USAH MASUK KAMAR!"

Setelahnya Jongin melanjutkan langkahnya dan menutup pintu dengan kencang.

"Sial, ini sakit sekali." Ringis Laki-laki itu seraya mengelus hidungnya. Saat melihat tangannya, ia melihat noda darah.

"Dia itu kenapa? PMS atau hamil?"

.

.

End