Summary :
Sekarang pupus sudah benci dan dendam dalam dada. Perlahan sekarang mulai bersemi benih – benih cinta dalam hati ini. Getaran aneh yang belum pernah ku rasa sebelumnya. Membuat hati, pikiran, serta jiwa raga merasa terusik…
Naruto is belong to Masashi Kishimoto
Warning :
Gaje, Typo, n Lemon di mana- mana...
Don't like Don't Read
:D
CHAPTER 1
THE PAIN CHANGES THE SMILE
BUUKK….
"Aaaakh" pekik seorang bocah laki – laki yang entah kenapa.
Di saat bersamaan seorang wanita dan seorang gadis kecil melintasi area taman bermain sore itu.
"Kasaan siapa yang berteriak?" tanya seorang gadis kecil berambut soft pink seperti helaian bunga sakura yang memang sedang bersemi.
"Entalah , Sakura" jawab wanita yang di sebut Kasaan sambil memiringkan kepala.
"Lihatlah ada anak laki – laki yang sepertinya habis terjatuh. Aku akan menolongnya" ucap gadis yang bernama Sakura sambil berlari ke arah bocah laki – laki yang ada di taman. Tanpa memperdulikan Kasaannya, sang gadis kecil kini sudah berada tepat di hadapan bocah laki – laki yang berteriak tadi.
"Kau tidak apa – apa?" tanya Sakura kepada bocah laki – laki di depannya dengan senyum tulus dan polos layaknya anak berusia 7 tahun pada umumnya.
"Hn" jawab bocah laki – laki itu seraya memegangi lututnya tanpa menoleh ke arah datangnya suara di depannya.
"Wah lihatlah, lututmu berdarah" ucap Sakura dengan nada panik.
"Aku ta-" kata bocah laki – laki terhenti setelah dia mendongakkan kepala guna melihat siapa bocah di depannya. Gadis kecil dengan iris emerald yang indah. Helaian rambut panjang berwarna soft pink seperti kelopak bunga sakura yang sedang bermekaran. Ditatapnya gadis kecil seumuran dengannya itu dalam diam. Entah apa yang dia rasakan. Tapi yang jelas ada sedikit getaran di dada. Hey hello, mereka masih bocah author! (Plaaak)
"Harus segera dibersihkan" ucap gadis tersebut sambil mengaduk isi tas kecilnya. Sampai ada suara yang tiba – tiba terdengar.
"Kasaan pulang dulu, sepertinya ada tamu di rumah soalnya ada mobil terparkir di depan rumah" ucap seorang wanita sambil menunjuk sebuah rumah yang tak jauh dari taman.
" Jadi Kasaan pergi dulu, kamu cepatlah pulang sebelum gelap dan hati – hati, Sakura" ucap wanita itu lembut sambil tersenyum pada dua bocah di depannya.
"Hai" jawab Sakura sambil menganggukkan kepala, dan diiringi kepergian sang wanita itu.
"Nah ketemu!" ucap Sakura senang sambil menunjukkan tisu dari dalam tas kecilnya. Dia lalu mengedarkan pandangan mencari sesuatu. Sampai pandangannya berhenti dan menatap tajam pada kran air kecil di sisi lain taman bermain tersebut. "Kau tunggu di sini" ucap Sakura seraya bangkit dan langsung berlari kecil ke arah kran air yang tadi ia cari.
Bocah laki – laki bermata onyx itu menatap tajam punggung gadis kecil tersebut. Di lihatnya gadis kecil tersebut dari belakang. Gadis kecil dengan dress merah maroon yang membuatnya nampak lucu dan cantik. Helaian rambut berwarna senada dengan kelopak sakura yang sedang mekar. Menambah kesan pada gadis itu. Bocah berambut raven itu tersenyum kecil dan bergumam "Sa..ku..ra.."
"Aakkh" lamunan buyar saat dia merasakan sedikit perih d lututnya. Ya gadis kecil berambut soft pink itu tengah membersihkan luka di lutut bocah laki – laki itu dengan sangat hati – hati.
"Gomen, apakah sakit" tanya Sakura sambil menatap sepasang Onyx di depannya dengan tatapan menyesal.
"Hn" jawab si bocah sambil memalingkan wajahnya. Entah kenapa melihat sepasang emerald gadis kecil itu membuat rasa yang aneh di dalam dadanya.
"Yosh luka nya sudah bersih, sekarang tinggal di balut saja" Sakura yang telah selesai membersihkan luka bocah laki – laki itu kini tengah mengaduk lagi isi tas kecilnya.
" Hmm, tidak ada yang bisa dipakai membungkus luka mu" lanjutnya seraya tetap mengaduk isi tas kecilnya.
"Tapi ada saputangan ini" ucap sakura sambil mengeluarkan saputangan putih dengan corak kelopak bunga sakura dan ada lambang lingkaran serta ada inisial H.S.
"Itu milikmu, aku sudah tidak apa – apa" kata bocah laki – laki itu setelah tahu niat Sakura akan menggunakan saputangannya sebagai pengganti perban untuk menutup lukanya.
"Tidak apa – apa. Ini hadiah ulang tahunku dari Kasaan, dan Kaasan bilang gunakanlah jika memang memerlukan. Dan aku pikir sekarang kau lebih membutuhkannya dari pada aku" ucap Sakura dengan cekatan membungkus luka bocah di depannya itu. "Selesai" Sakura tersenyum puas akan hasil kerjanya. Senyum yang begitu tulus dan mampu menenangkan orang yang melihatnya. Begitupun bocah laki – laki di depannya. Entah apa yang ia rasakan, tapi yang jelas ada sedikit semburat merah di kedua pipi tembemnya. Sontak bocah laki – laki itu memalingkan muka dan dibantu oleh cahaya matahari sore guna menyembunyikan rona di wajahnya.
"Hmm senang bisa menolongmu" kata gadis kecil itu dengan senyum seperti senyum malaikat yang mampu menyejukkan hati.
"Aku tidak meminta mu untuk menolongku" ujar si bocah angkuh seraya menatap lawan bicaranya. Sakura yang melihat hal tersebut mengerucutkan bibir dan terlihat sangat lucu kali ini. Pipi tembemnya pun digembungkan sebagai tanda tidak suka akan kata – kata dari bocah di depannya.
"hah" Sakura menghela napas pelan sebelum melanjutkan kata – katanya "Ya sudahlah yang penting luka mu sudah di tutup agar tidak terkena infeksi. Oh ya nama ku Sakura, kamu?" sepasang emerald kecil menatap sepasang onyx di depannya. Tak lupa dengan menyunggingkan senyum kepada lawan bicaranya. Sepasang emerald yang begitu indah. Terdapat kehangatan, kasih sayang, rasa peduli, tatapan halus yang mampu menenangkan hati, dan siapa saja yang menatap mata yang memancarkan kebahagiaan itu pasti akan berpikir untuk melindunginya dan menjaga pancaran dari mata tersebut dan juga senyum tulus yang membuat orang akan tersenyum juga ketika melihatnya. Itulah yang mungkin di pikirkan bocah laki – laki di depan sepasang emerald itu.
"Sa..sa..su-"ucap bocah laki – laki itu tergagap. Namun sebelum selesai dengan ucapannya terdengar sayup –sayup teriakan atau panggilan yang tidak begitu jelas. Membuat gadis kecil itu berdiri dan melihat ke arah rumahnya yang tak jauh. Terlihat mobil yang tadinya terparkir kini tengah melaju meninggalkan rumahnya.
"hmm sepertinya tamunya sudah pulang, kalau begitu aku pulang dulu. Sampai ketemu lagi Sasu-kun?" ucap Sakura dengan senyum nya yang indah. Senyum perpisahan untuk hari itu kepada teman barunya, yang entah akan di jumpai lagi atau tidak di waktu yang akan datang. Sambil melambai pelan, sakura berbalik dan mulai berlari kecil menuju rumahnya.
"Hn" jawab bocah tadi pelan. Entah untuk dirinya sendiri atau Sakura. Tak lupa sebuah simpul senyum tipis menghiasai wajahnya yang tampan dan lucu walau masih bocah. Di lihatnya punggung gadis kecil tadi yang sekarang sudah hampir mencapai rumahnya. Lalu di alihkan pandangannya ke saputangan yang membungkus lututnya yang cidera. Saputangan putih dengan corak kelopak bunga sakura dan lambang lingkaran serta inisial H.S. Diamati dengan seksama lambang lingkaran putih teresebut yang mengingatkan ia pada kalung yang di pakai gadis kecil tadi. Kalung dengan bandul lingkaran putih yang begitu cocok dan cantik untuk gadis tadi. Sebuah senyum kembali terkembang di wajah bocah laki – laki ini. Tiba – tiba suara membuyarkan senyum itu.
"Maaf tuan muda, sudah waktunya kita kembali" ucap seorang dengan baju serba hitam dan tak lupa kacamata hitam.
"Hn" hanya kata itu yang terlontar dari bibir mungil bocah teresebut. Dan kini dia sudah bersiap untuk kembali ke kediamannya. Di bantu oleh orang yang berpakaian serba hitam tadi untuk menaiki mobil. Dan segera meluncur membelah jalanan sore hari itu.
.
.
.
"Tadaima" ucap seorang gadis kecil berambut senada dengan kelopak bunga sakura itu. Ya Sakura kini sudah sampai di rumahnya. Dia mengucap salam namun tidak ada balasan dari para penghuni rumah. Aneh padahal tadi Kasaannya berkata bahwa dia akan pulang dulu. Kenapa sekarang sepi. Itu lah yang terlintas di pikiran gadis kecil ini. Dia memasuki rumahnya dan tidak ada tanda – tanda dari orang tuanya. Dia terus masuk sampai ke ruang keluarga. Di buka pelan pintu kayu di depannya. Mata nya membulat dengan apa yang sedang di lihatnya. Kondisi ruangan yang acak – acakan seperti kapal yang baru saja jatuh dan pecahannya jatuh berserakan di mana – mana.
'apa yang terjadi' batin Sakura ketika melihat apa yang ada di depannya. Sayup- sayup terdengar seseorang yang memanggil namanya.
"Sa.. sa..ku..uhuk..ra" terdengar suara yang tak asing bagi Sakura. Ya itu suara ibunya memanggil dirinya. Dari suaranya terdengar seperti menahan sakit yang tak terkira. Segera Sakura membuka lebar pintu dan dia melihat ada tangan terjulur dari balik sofa ruangan tersebut. Dengan ragu Sakura berjalan perlahan ke arah belakang sofa. Terdengar rintihan lagi dan juga panggilan akan namanya.
"Sa..ku..ra" suara itu semakin lemah. Tanpa ragu Sakura berlari menuju belakang sofa tempat berasalnya suara itu. Setelah sampai alangkah terkejutnya Sakura akan pemandangan di depannya. Mata emerald gadis kecil itu membulat sempurna dan juga cairan sebening kristal kini mulai terkumpul di pelupuk mata indahnya.
"Ka..KASAAAAN!" teriak Sakura begitu sadar akan apa yang dilihatnya. Sakura duduk bersipuh di depan kedua orang yang ada di hadapannya. Kasaannya tengah bersimbah darah dengan beberapa luka di tubuhnya. Di pangkuannya adalah ayahnya dengan posisi telungkup yang juga tak kalah tragis keadaannya. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka dan ada luka seperti lubang di punggung kirinya. Sudah tidak ada gerakan dari sang ayah.
"Saku..uhuk..ra" ucap wanita itu dengan mulut mengeluarkan darah segar, sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Ja..jangan menangis Sakura. Ibu tidak su..ka melihat mu me..mena..ngis. uhuk" wanita tersebut tersenyum hambar dengan tangan kiri menyentuh pipi putrinya itu. Yang sontak saja membuat wajah putrinya penuh dengan darah.
"Ta..tapi kasaan.. hiks..hiks..kasaan" Sakura terbata saat mengucapkan kalimatnya. Betapa tidak, di depannya kini terpampang pemandangan yang tidak seharusnya disaksikan oleh bocah berusia 7 tahun sepertinya. Kedua orang tuanya berada dalam kondisi tragis seperti itu. Anak mana yang akan tega melihatnya. Terlebih Sakura masih begitu muda saat ini. Dan itu membuatnya sangat tepukul sampai tak tahu apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
"Ber..janjilah Sa..saku..ra. kau tidak a-akan menangis de-dengan mudah. Kau harus be-berjan..uhuk..ji untuk menjadi seorang ga-gadis yang kuat dan be-berani" wanita tersebut berkata dengan hangat walau dia sendiri merasa sakit yang amat sangat sekarang ini. Diraihnya tangan mungil putrinya dan digenggamkan sesuatu di tangan mungil tersebut.
"Jangan mu-mudah menye..rah, Saku. Jangan se-serahkan harga di-ri mu be-begitu saja. Bawa nama ke-keluarga Ha..runo" dia memberikan senyum terakhirnya setelah kata – kata terakhir terucap dari mulut wanita itu. Senyum penuh kasih sayang terakhir yang dapat Sakura lihat dari wajah ibunya, sebelum akhirnya kedua mata emerald sang ibu menutup untuk selama – lamanya.
"KAAASAAAAAAN!" teriak Sakura sekuat tenaga. Dia benar – benar merasa perih akibat hatinya serasa di hujam berpuluh – puluh jarum. Tak tau apa yang akan dia lakukan setelah ini. Dan yang dia tahu sekarang adalah kedua orang tuanya tidak bergerak sama sekali. "Hiks.. hiks.. bu..hiks..ka mata ka..hiks..lian. hiks ku-ku mohon. hiks" pinta Sakura pilu di depan jenazah kedua orang tuanya.
Terdengar suara derap langkah yang semakin mendekat ke arah ruang keluarga di rumah itu.
"Rin, Ryuka kalia-" suara seorang wanita dengan rambut pirang yang di ikat dua ke belakang terhenti. Mata golden sang wanita ini membulat ketika melihat suasana ruangan itu. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan dan matanya tertuju pada gadis kecil yang menangis dan sedang menatap hambar ke belakang sofa di ruangan itu. Dengan langkah sigap sang wanita berjalan menuju gadis kecil tersebut. Alangkah kagetnya dia melihat pemandangan yang terpampang di depannya. Kedua tubuh teman baiknya penuh luka dan bersimbah darah. Tidak ada gerakan dari tubuh kedua temannya itu. Mata golden sang wanita tak mampu membendung aliran air dari pelupuk matanya. Dia menggigit bibir bawah menahan agar cairan itu tidak jatuh. Dengan punggung tangannya dia mengusap kasar cairan kristal dari kedua matanya.
"Ka..san..hiks..tou..san..ba-bangun" suara gadis kecil menyadarkan dirinya dari dalam pikiran yang sekarang sudah rumit seperti untaian benang kusut yang sangat rumit. Di tolehnya gadis kecil itu, dan segera dia belutut untuk memeluk gadis kecil itu. Sebagai sandaran pelepas beban sementara. Setidaknya itu yang bisa di pikirkan dan dilakukan oleh wanita ini terhadap gadis kecil itu.
"Tenanglah Sakura, mereka sudah tenang di surga" ucap wanita itu untuk sedikit menghibur Sakura.
"Tsunade, Rin, Ryuka dimana mere-" tanya seorang laki – laki berambut putih panjang. Namun kalimatnya terhenti begitu menyaksikan apa yang terjadi di ruangan itu. Di tambah lagi dengan adegan tangis gadis kecil dalam pelukan wanita yang diketahui bernama Tsunade itu. Sudah tidak perlu dijelaskan lagi, dia sudah tahu tentang situasi yang terjadi sekarang ini.
"Kita terlambat, Jiraiya" kata Tsunade dengan nada pilu. Terdengar sedikit bergetar saat wanita menjawab tadi. Yang artinya wanita itu sedang menahan tangisnya. Mendapat jawaban itu Jiraiya menundukkan wajahnya. Tersirat penyesalan di wajahnya walau sedang menunduk dalam. Sesal karena tidak mampu menyelamatkan temannya.
"Ku mo-mohon hiks buka ma-mata kalian" ucap lirih Sakura dalam pelukan Tsunade. Tsunade melihat ke arah gadis kecil itu. Ternyta Sakura sedang mengigau di sela tidurnya. Mungkin karena lelah menangis atau tidak kuat menahan beban yang sangat berat ini.
"Sepertinya amanah terakhir mereka adalah Sakura" ucap Tsunade pelan kepada laki – laki yang sekarang sedang berjalan mendekat ke arahnya dan Sakura.
"Aku berjanji akan merawat dan menjaga Sakura demi kalian" ucap Jiraiya di depan jenazah kedua temannya.
"Aku juga berjanji akan menjaganya" ujar Tsunade kepada kedua tubuh temannya yang tak bergerak di depannya dengan mata berkaca – kaca.
"Baiklah kita urus semuanya" ucap Jiraiya
"Hn" jawab Tsunade dengan mengeratkan pelukan ke tubuh Sakura.
.
.
.
10 Tahun Kemudian
"Apa kau yakin untuk sekolah di luar?" tanya seorang wanita dari balik meja kerjanya dengan menatap lurus lawan bicaranya.
"Hn" jawab lawan bicara wanita itu. Seorang gadis berdiri dengan wajah datar menanggapi pertanyaan itu.
"Kau tahu jika itu beresiko lebih besar. Lagi pula homescooling juga tak kalah bagus. Lebih baik berada di mansion dari pada berada d luar. Pikirkan dulu baik – baik, Sakura" lanjut wanita tadi tanpa melepas pandangannya dari gadis berambut soft pink di depannya itu.
"Aku tahu. Itu juga kesempatan ku untuk mencari tahu siapa pelaku dari kejadian 10 tahun dulu. Sudah terlalu lama aku berdiam diri. Aku berjanji untuk membalas kematian orang tua ku dengan tangan ku sendiri" jawab gadis itu yang tak lain adalah Sakura. Dengan mata yang menatap tajam, dengan penuh amarah dan kebencian di dalamnya menatap lurus dan tajam ke arah wanita di depannya.
"hah" wanita itu memejamkan mata sejenak dan menghela napas pelan sebelum melanjutkan kata – katanya. "Baiklah, Sakura. Aku tidak bisa berbuat apa – apa jika sudah menyangkut masalah itu. Tapi ingat kau harus berhati – hati. Gunakan hasil latiahan mu jika memang perlu. Jangan membuat onar. Dan yang paling penting selalu waspada. Jika ada petunjuk jangan gegabah" ucap wanita itu panjang lebar.
"Iya, iya aku tau Tsunade Baa-chan. Kenapa dari dulu kau tidak berubah. Selalu cerewet." ucap Sakura dengan remeh disertai cengiran dan wajah tanpa dosanya. Membuat dahi lawan bicaranya berkedut membentuk empat siku,namun sebisa mungkin menahan emosi atas perkataan Sakura tadi.
"Baiklah, lusa adalah awal semester baru untuk kelas XI. Aku akan memasukkanmu ke Konoha High School. Karena aku kenal dengan kepala sekolahnya. Kau bisa menyiapkan segala keperluan mu untuk berangkat sekolah lusa depan" kata Tsunade menatap Sakura .
"Arigatou, Tsunade Baa-chan" ucap Sakura disertai dengan senyumnya sebelum melangkah meninggalkan ruang kerja Tsunade. Tsunade hanya tersenyum pilu melihanya.
"Aku berharap bisa melihat senyum tulus dan pancaran kasih sayang dari mata mu yang sudah lama hilang. Bukan tatapan ingin membunuh dan senyum yang di paksakan, Sakura" ucap Tsunade lirih .
.
.
.
Hari yang ditunggu tiba. Seorang gadis berambut senada dengan warna bunga sakura panjang tergerai turun dari mobil mewah yang di kendarainya. Di tatapnya gedung sekolah Konoha High School di depannya. Setelah itu keluar seorang wanita berambut pirang dari dalam mobil.
"Kau siap, Sakura?" ucap wanita itu tanpa menatap gadis di sebelahnya.
"Hn. Aku siap Tsunade Baa-chan" jawab Sakura dengan wajah tanpa emosi. Namun setelah itu terlihat sedikit simpul di bibir ranum gadis ini. Simpul membentuk sebuah senyum tipis walau sebentar dan segera kembali ke wajah datarnya.
'Aku siap untuk membalaskan dendam kedua orang tuaku' batin Sakura yang sedang bersemangat itu.
.
.
.
To Be Continued
Minna..
:D
ini fic pertama saya...
dalam fic ini masih gaje kalee ya ceritanya. toh juga karena lum bisa nulis sebagus yang udah senior. hehe..
ya harap maklum ya, coz juga baru pertama bikin fic macam gini...
gak lupa saya minta reviewnya and masukan - masukan untuk kedepannya..
Arigatou buat yang udah baca n yang mau review
:D
