Chapter 1: Chapter 1
"Aku tahu bahwa diriku dalam hidupmu, hanyalah seorang pengganti dirinya yang kau cintai?"
"Entah mengapa rasanya hatiku sakit sekali, saat aku melihat dirimu direbut olehnya. Memang benar kalau diriku ini adalah orang lain yang terlibat dalam kerumitan perasaanmu."
Sayounara memory
Inuyasha author tidak mengambil keuntungan apapun dari Takasashi Rumiko-san baik itu cerita maupun karya, Saya hanya ingin menuangkan pikiran saja dalam fanfic ini.
Rated : T
Summary : Bagaimana bisa seseorang mencintai kita, jika tidak sepenuh hati, keraguan hanyalah sebuah alasan pelarian kebenaran yang menyakitkan. Meninggalkan bekas luka hati bagi siapapun yang sedang jatuh hati kepada orang yang dikaguminya.
Genre : Angst, Romance, School.
Warning : Gaje, OOC, Typo & Etc.
Do not COPAS
Chapter 1 : Awal perjumpaan yang tidak terduga, teman masa kecil.
29 September 2011
Langit disore saat itu mulai menangis, menumpahkan butiran air yang turun membasahi bumi, batu-batu bertuliskan nama yang berdiri menandakan bahwa setiap kehidupan pasti akan kehidupan tidak bisa ditolak, tubuhnya sudah terkena rintikan air yang dingin dan menyegarkan. Irisnya terlihat kesal bagi sipemuda berambut surai perak pendek tersebut, mencengkram baju pemuda itu dengan sangat kuatnya, tak bergeming diperlakukan seperti itu, akhirnya melepaskannya karena melihat temannya yang menatap pemuda itu dengan iris serius.
"Katakanlah yang sebenarnya koga?"
"Kagome terus memikirkan masalah ini dan puncaknya dia membuat keputusan yang menentukan, dia terus menanggungnya seorang diri tanpa memberitahukan ini kesiapa pun"
"Pembohong, tidak akan ada yang percaya hal seperti itu, selama ini dia selalu tersenyum dan tertawa layaknya tidak terjadi apa-apa, jadi kagome… tidak akan apa - apa, jika memang seperti itu kenapa kau tidak memberitahukan dari awal kepadaku, mengapa?!" kesal dan perasaan marah pemuda itu dia tuangkan ketemannya yang masih menatapnya dengan perasaan tegas dalam diam.
"Karena perasaanmu pada kagome yang tulus, jika aku memberitahu kebenaran tentang penyakitnya pada saat itu, kau pasti akan lebih hancur. Itulah mengapa aku tidak mengatakan apa-apa, karena aku pikir akan lebih baik jika aku saja yang menerima kebencianmu itu, maka dari itu aku memutuskan untuk menikahinya sebagai keinginan terakhirnya, tapi aku salah, aku tidak pernah berpikir bahwa Kagome masih mencintaimu hingga diakhir hayatnya dan aku tak tahu bahwa kau pun menderita untuk waktu yang lama. Kagome menyesali apa yang dilakukannya sampai akhir hidupnya. Dia memintaku untuk memberitahumu jika aku bertemu kembali denganmu" ucapnya didepan Inuyasha tanpa adanya keraguan, mendengar penjelasan Koga dia pun melepaskan genggaman kerah baju temannya. mereka bertiga yang menahan kedua pemuda itu yang sebelumnya sangat kacau pun akhirnya bisa berpikir tenang dan menjatuhkan dirinya seakan kakinya sudah tak sanggup untuk berdiri.
"Begitu ya, dia memang selalu seperti itu. Hiks… bodoh, dasar gadis bodoh,ahaha.." tidak terluka tapi sakit, itulah yang dirasakan pria surai perak itu, air mata sudah tak terlihat karena terhapus oleh air hujan.
"Kagome… Kagome…" teriak inuyasha dengan kerasnya didepan makam itu.
18 juli 2011
"Aku benci pergi kesekolah!" pikir gadis itu, benaknya mengutuk dirinya sendiri yang merasa kesal karena lemah dan tidak memiliki kekuatan untuk melawan, beberapa gadis itu terus mengutuk dan mempermainkan gadis itu seperti mainan.
"Oi,… Berani sekali kau menentangku. Higurashi, Kau ingin mati ya. Ha…!" senyum dingin terukir dari wajah wanita itu yang kesal karena Kagome menolak untuk membantunya mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh Sensei kemarin.
"A-aku m-minta maaf.." tercekatnya ucapan dari mulut ini, takut dan gelisah menghantui hati ini, dirinya menggerutu ingin menangis dan mati saja.
"Tidak ada maaf untukmu-…" Saat akan menggunting rambut gadis itu, sebuah tangan menepisnya. Darah pun mulai membasahi telapak tangannya.
"Pergi dari sini, jika kau tidak ingin mati!" Seseorang datang dengan ekspresi dingin, sahabat dari gadis itu menolongnya. Merasa takut kepada sahabat teman gadis itu, mereka pun melarikan diri bersama bersama dengan kedua temannya, lebih baik menghindar daripada babak belur dihajar sama gadis tomboy yang suka berkelahi tersebut. Pikirnya mencari selamat.
"Kau tidak apa-apa Kagome-chan?" membantu gadis itu berdiri karena seragamnya acak-acakan karena dibully tadi, gadis itu hanya menangis kecil, karena merasa bersalah membuat sahabatnya jadi terluka akibat tergores gunting.
"Aku minta maaf Sango-chan, gara-gara aku, kau-… Aduh" matanya berkaca-kaca karena merasa bersalah, sebuah tangan memukul pelan kepala gadis itu agar tersadar. Ringgis kecil kagome pun membuatnya berhenti menangis.
"K-kenapa kau memukulku?"
"Bodoh, Aku ini sahabatmu. Aku tidak akan membiarkan siapapun melukaimu" jawabnya dengan bangga, dibalasnya senyum senang yang terukir diwajah gadis itu.
"T-tapi, lukamu itu harus segera disembuhkan nanti bisa-… Eh?" Kagome terkejut karena sahabatnya Sango sudah mengobati tangannya sendiri dengan membalut kain sapu tangannya.
"Sudahkan, Ayo pulang bersama" Sango pun mengajak Kagome untuk pulang bersama. Anggukan tanda setuju pun diterima dari gadis tersebut.
Perjalanan pulang menuju terasa menyenangkan, mengobrol tentang hal konyol membuat Kagome tersenyum kembali akan tetapi sesaat kemudian sedih kembali, Sango yang melihat itu pun berhenti berjalan, membuat gadis itu terheran dan ikut terdiam.
"Ada apa Sango-chan?"
"Kagome-chan, Kenapa kau tidak melawan mereka. Padahal kau bisa melaporkannya keguru kan-…"
"A-aku, Eh?" terkejutnya gadis itu karena sahabatnya memegang pundak gadis itu dengan sangat kuat dengan ekspresi menahan marah.
"Kenapa?" Kesalnya kepada kagome, karena tidak mau bertindak saat disakiti orang lain.
"Sango-chan, Maafkan aku, tapi…!" lirihnya berlari meninggalkan sahabatnya, mematung dan terdiam tak mengerti kenapa sahabatnya menjauhinya.
Dikediaman Higurashi, itulah yang tertulis didepan rumah tersebut. Gadis itu masih memainkan gitarnya dengan terampil, musik alunan akustik itu terdengar sangat tenang bagaikan riuk aliran sungai yang mengalir dengan sangat damai dan indah. Jari itu terlihat seperti menari tak henti.
"Uhuk… uhuk" permainan gitar itu pun berhenti sesaat karena terbatuk, dengan cepat dia menghentikan permainan gitarnya dan segera mencuci tangannya hingga bersih. Keringat mengalir dari dahinya, matanya terlihat sangat mengantuk. Obat yang selalu menemaninya telah membantunya untuk tetap bertahan.
"Aku rasa sudah cukup untuk hari ini" batinnya melepaskan gitarnya dan menyimpannya di dudukan gitar, menuju kekamarnya dan mengistirahatkan tubuhnya.
Hari berjalan seperti biasanya, suasana canggung, sedih terukir diwajah gadis itu. Bagaimana tidak selalu saja bully dan disakiti diterima gadis itu. Hari ini gadis itu menemukan sebuah coretan spidol, Tidak memiliki ayah, Mati ucapan – ucapan kasar dan menyakitkan sudah biasa diterimanya. Beberapa orang disitu merasa puas Karena telah berhasil mengisengi gadis itu. Membersihkan dengan tisu seperti biasanya, tanpa melihat kesiapa pelakunya.
"Baik, Semuanya ayo segera kita mulai pelajaran, Ada apa Higurashi?" Tanya sang guru kenapa dia tidak duduk, menyadarkan gadis itu.
"Tidak ada apa-apa, Sensei" jawabnya segera duduk. Semuanya pun memperhatikan guru tersebut.
"Baiklah, aku ingin memberitahu, kalian akan kedatangan teman baru. Di semester ini, kalau begitu. Silahkan masuk Kageyama-san!" perintah guru itu membuat murid pindahan itu masuk, seorang wanita berparas putih, matanya terlihat sangat tenang dan indah dengan balutan sebuah pita putih yang merapihkan rambutnya.
"Perkenalkan namaku Kageyama Kikyo, Mohon kerja samanya." Sebuah bungkuk badan menandakan perkenalan telah dilakukan. Semua mata siswa yang melihat gadis itu merasa senang terutama bagi para laki-laki karena murid pindahannya adalah seorang gadis yang sangat cantik dan anggun, Kagome hanya diam saja dan tidak terlalu memperhatikannya.
"Baiklah, kalau begitu Kageyama-san-…"
"Sensei, aku minta maaf jika menyela, Bisakah kau menskor kedua orang itu,!" tunjuk murid baru itu kepada dua orang tersebut, iris matanya yang sekilas tenang berubah menjadi marah. Terheran dan tidak mengerti, kenapa murid pindahan bisa berkata hal yang tidak masuk akal seperti itu.
"A-apa maksudmu, aku tidak melakukan apapun, kau ngelindur ya kageyamana-san?!" tidak terima karena dituduh seperti itu.
"Apa maksudmu kageyama-san?"
"Aku akan menjelaskannya, Gadis itu. Dia telah melakukan bully kepada Higurashi-san, terdapat sebuah spidol dimejanya. Dan yang telah melakukannya adalah dia. Periksa saja tasnya disitu ada spidol permanen!" tunjuk kikyo kepada kedua orang itu dengan sangat marah, Kagome yang mengetahui itu hanya menundukkan kepalanya. Gurunya yang mengetahui itu pun melihat kemeja kagome, memeriksa tas muridnya tidak percaya dan ternyata benar-benar nyata sesuai dengan yang dikatakan kikyo, Kedua gadis itu ketakutan dan tak percaya bahwa murid baru itu telah menganggu kesenangannya.
"Kalian berdua, setelah selesai kelas ini ikut denganku keruang guru!" geramnya kepada kedua muridnya tersebut.
"B-baik" pasrah kedua siswi itu menunduk.
"Kita lanjutkan pelajarannya" sang guru pun memulai mata pelajarannya.
Jam istirahat pun berbunyi, menandakan pelajaran telah selesai. Kagome pun memakan bekalnya dengan tenang ditaman belakang sekolah sendirian, sampai akhirnya, beberapa orang datang dengan ekspresi kesal lalu menarik gadis itu dan menahan dirinya.
"A-apa mau kalian?!" Bekal gadis itupun tumpah berantakkan, lalu keadaannya sedang dalam bahaya. Kemarahan terlihat sirat wajah mereka bertiga yang kesal kepada dirinya.
Apa yang akan mereka lakukan?
Apa yang harus aku lakukan?
Tolong aku, siapapun?
Kami-sama
"Gara-gara kau, aku di skors dan gara-gara kau. Aku dipermalukan, kau harus diberi pelajaran!" menarik rambut Kagome, membuatnya kesakitan, tangan gadis itu ditahan oleh dua anak buahnya.
"A-Aku minta maaf, Aku berjanji akan menuruti apa kalian, j-jadi tolong-" Kali ini gunting sudah digenggam orang itu, marah dan kesal sudah tak bisa dihilangkan, memejamkan mata dan pasrah itulah yang hanya bisa dilakukan Kagome.
"Kagome-chan!" panggil seseorang yang datang tepat waktu bersama seorang guru wali kelas mereka, mereka yang akan membully dan menyakiti kagome pun tertangkap basah dan tidak bisa berkata apapun. Hingga sang guru membawa mereka bertiga dan meninggalkan mereka berdua.
"Kagome-chan, kau tidak apa-apa…"
"Sango-chan, aku sangat takut. Terima kasih sudah menolongku, Aku… aku…" ucapnya hampir menangis karena ketakutan. Sahabatnya pun hanya mengelus rambut gadis itu dengan lembut agar menenangkan diri.
"I-itu,… sebenarnya kau harus berterima kasih pada dia bukan aku" garuk pipi sango, kagome yang mendengar itu tak mengerti.
"M-maksudmu?"
"Aku tidak terlalu bisa menjelaskannya dengan baik, lebih baik kau keluar dan menjelaskannya Kageyama-san?!" bingung apa yang harus dikatakan, akhirnya nama orang itu pun keluar dari balik dinding kelas.
Kagome yang mendengar itu pun terkejut, wanita itu pun keluar dengan masih mengenakan seragam sekolah lamanya. Seseorang yang baru ditemuinya, hari ini dan merupakan murid pindahan.
"Kageyama-san, a-apa kau yang melakukan ini semua?" sebuah anggukan dijawab darinya tanda mengatakan iya. Kagome yang mendengar itu hanya menenggelamkan wajahnya menunduk, mengigit bibir bawahnya.
"K-Kenapa, kenapa kau melakukan ini semua hanya untukku?!" menyesali dirinya sendiri, karena selalu ditolong oleh orang lain.
"Apa kau tidak mengingatnya, Kagome?" perkataan itu membuat gadis itu mengirnyitkan irisnya tak mengerti. Rasa penasaran kedua orang itu tak mengerti kenapa wanita itu mengatakan hal yang tidak mengertinya.
"Huh! kau memang jahat, aku akan membuatmu ingat kembali, ini" memberikan sebuah foto dan sebuah kalung bercorak hitam. Kagome baru menyadari dan mengingatnya, matanya mulai berkaca-kaca, menandakan air mata akan jatuh, Sango yang melihat itu pun merasa khawatir.
"Kau baik-baik saja Kagome-chan, apa kau sakit?" menanyakan keadaannya, gelengan kepala menandakan dia baik-baik saja. Tertawa kecil sambil menghapus air matanya dan mulai tersenyum hangat.
"Maaf, aku baru mengingatnya. Terima kasih banyak Kikyo-san" sebuah senyum bahagia terukir diwajah Kagome, Kikyo yang berada disitu hanya tersenyum juga, Sango yang melihat kedua orang itu hanya merasa bingung.
"Kau mengenalnya, Kagome-chan?"
"Iya, dia teman Tk ku. Dulu dia satu kelas denganku, tapi, kenapa kau pergi tanpa memberikan kabar kepadaku, Kikyo-san. Kau menghilang seperti ditelan bumi saja?!" menjelaskan dengan rasa ingin tahu mengapa teman masa kecilnya meninggalkan dirinya..
"Maafkan aku, aku baru mengabarimu lagi, karena orang tuaku harus pindah kerja keluar negeri. Jadi baru sekarang aku bisa bertemu kembali denganmu!" pintanya memohon kepada Kagome sambil merapalkan tangannya menjadi satu.
"Dasar, Baiklah. Aku akan maafkan kau, tapi sebagai gantinya aku ingin kau mampir kerumahku, untuk merayakan kedatanganmu kembali kejepang!" Ucapnya untuk tidak menolak, Kikyo yang mendengar itu hanya pasrah dan menerima.
"Kalau begitu, aku akan pergi, kalian mengobrol saja berdua ya-… Eh?" sebuah tatapan kesal dari kagome membuat wanita berkuncir itu sedikit takut dan hati – hati.
"A-ada apa?"
"Sango-chan, kau harus ikut dengan kami!"
"T-tapi aku tidak enak dengan kalian, karena kalian baru bertemu jadi-…"
"Kau tidak boleh pergi, kau harus ikut atau aku akan mengambil ponselmu, coba kita lihat, s-siapa dia?!" ejek Kagome sambil memegang ponsel Sango, dia pun terkejut sejak kapan Handphonenya berada di sahabatnya. Wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus karena menahan malu membuka ponsel flip lipat dan ada foto di wallpapernya.
"E-eh…jangan melihat privasi orang, kembalikan, Kembalikan… Kagome-chan. Ayo kembalikan,!" rengeknya kepada sahabatnya, sambil berusaha mengambil ponselnya. Kikyo yang berada disitu pun menghentikan aktivitas mereka berdua dan mengambil ponsel yang ada ditangan Kagome dan memberikannya kepada Sango.
"Kagome, sudah cukup tak baik menganggu privasi orang!" ucapnya, Sango yang mendengar itu hanya menjulurkan lidahnya setuju dengan Kikyo, sedangkan Kagome hanya tertawa kecil.
"I-iya, Aku yang salah" gerutunya masih ingin tau, siapa pemuda diponsel Sango.
"Ya sudah, setelah ini kita berkunjung kerumah Kagome, Kau ikut kan Kuwashima-san?"Tanya nya kepada Sango, orang itu hanya menghela dengan pasrah dan mengiyakannya.
Senyum kemenangan terukir diwajah kagome, Karena sango hanya bisa pasrah dan mengiyakan saja, begitu pun dengan Kikyo yang ikut senang.
Pelajaran disekolah pun sudah selesai, semua siswa meninggalkan kelas-kelas yang ada untuk pulang kerumah, beberapa ada yang mengikuti esktrakulikuler juga, mereka bertiga pun mulai meninggalkan kelas. Perjalanan pun terasa menyenangkan karena bersama.
"Ih… jangan dibahas lagi memalukan tahu!" mohonnya jangan tertawa, kepada kedua temannya.
"M-maaf Kagome, hahaha… itu sangat lucu soalnya" tawa Kikyo tak tahan mendengar cerita Sango. Kagome hanya mendengus kesal karena sudah diejek oleh sahabatnya, melewati sebuah toko musik gadis itu pun berhenti.
"Sango-chan, Kikyo-san. Aku ingin mampir sebentar kesana, tunggu sebentar ya" ucapnya kepada mereka berdua, memasuki toko dan membeli barang apa yang ingin dia beli.
Tring…. Bunyi lonceng pintu yang berbunyi.
"Selamat datang,oh Ada yang ingin kau cari Kagome?" senyum sang pemilik toko menyapa gadis itu seperti biasanya, anggukan kepala dijawabnya tanda membenarkan apa yang ingin dia cari. Sebuah senar gitar baru. Transaksi pun telah berhasil, dengan segera Kagome membawa barang yang dia beli ditoko tersebut.
"Terima kasih, Myoga-san" jawabnya dengan lembut, mereka bertiga pun melanjutkan perjalanan kerumah kagome, empat pasang mata mengamati ketiga gadis itu dengan perasaan senang, bahagia tentu saja siapa yang tidak senang, jika bertemu dengan orang yang kita sukai bukan. Pikir semua orang yang sedang kasmaran.
"Bagaimana?"
"Miroku, kau benar, gadis itu sangat manis. Aku ingin sekali berkenalan dengan dia" ujar pemuda surai perak itu dengan sangat senangnya melihat gadis muda sepantarannya dengan iris mata sayunya yang terlihat sangat tenang, dengan senyuman yang terlihat lemah lembut keibuan..
"Itulah yang dinamakan semangat lelaki sejati, eh bukannya itu higurashi-san dari kelas 12–E?" gumam pria bernama miroku itu, melihat gadis bersurai biru legam itu ikal sepunggung itu.
"Kau mengenalnya miroku?"
"Tentu saja, aku kan pernah satu kelas dengannya, di kelas 11"
"Uhn…Higurashi yah,… aku punya rencana!" dengan semangatnya inuyasha memiliki ide yang brilian. Tak mengerti dan bingung itulah yang dipikirkan sahabatnya.
"Rencana apa, beritahu aku dong?" memohon agar diberi tahu, inuyasha pun berbisik ditelinga miroku. Mendengar dan memperhatikan dengan serius apa yang dikatakan sahabatnya.
"Eh, kau serius bukannya itu terlalu berlebihan?"
"Tidak ada salahnya kan, lagipula Sango kan pacarmu. Miroku. ayolah"
"B-Baiklah akan kulakukan, tapi darimana kau tahu banyak tentang dirinya?
"I-itu bukanlah urusan penting!" tukas Inuyasha tak ingin membahasnya.
"Tapi tidak ada salahnya kalau dicoba sih" sebuah senyum terukir diantara mereka berdua.
"Ayo kita lakukan!" beradu tinju bahwa mereka setuju akan menjalankan rencana Inuyasha.
DIRUMAH HIGURASHI
Sebuah ruangan yang terlihat sederhana, tapi modern. Merasa kagum dan tak percaya. Bahwa seorang gadis muda berusia 17 tahun tinggal seorang diri.
"Kagome, kau tinggal sendiri?" sebuah anggukan terjawab darinya, Kikyo hanya bisa takjub dengan peralatan musik yang lengkap ada dirumah tersebut, untuk seorang gadis ini terasa aneh. Karena biasanya kamar akan dihiasi warna yang sedikit mencolok dengan kemanisan feminim sifat wanita, tapi tidak dengan Kagome, kesannya seperti studio pribadi pikirnya.
"Ini teh dan cemilannya, silahkan"
"Maaf, merepotkan" kedua sahabatnya hanya menggangguk sebagai tanda terima kasih.
Obrolan pun terucap dalam canda mereka berdua. Keceriaan terukir diwajah mereka. Kehangatan dan suasanana indah inilah yang diinginkan gadis itu, saat sedang mengobrol dengan asyiknya tubuhnya gemetar dan perutnya merasa mual.
"Uhmk-…." Berlari dengan cepat kekamar mandi, membuat kedua sahabatnya terkejut. kagome berlari dengan cepat meninggalkan pun terkunci, Keran air kamar mandi dibukanya, suara gemuruh air yang cukup keras membuat kebisingan, menyembunyikan suara batuknya agar tidak ketahuan oleh kedua sahabatnya.
"Kagome-chan… ada apa, buka pintunya?!"
"Kagome, kau baik – baik saja?"
"Kagome-chan. Ayo buka pintunya!"
"Kagome!"
"Aku baik-baik saja" tukas Kagome mengatakan hal tersebut untuk menyembunyikan sakitnya, sambil berlalu keluar kamar mandinya.
"Benarkah?!" delik Sango tak percaya.
"Benar kok, intinya aku baik-baik saja dan cepatlah bersihkan badan kalian, aku sudah menyiapkan baju ganti untukmu, Kikyo-san harus membersihkan badanmu juga, ok" perintahnya memberikan handuk kepada mereka berdua dan mendorong kedua sahabatnya dari belakang. Menyuruhnya untuk segera berganti baju.
"B-Baiklah" Kikyo dan Sango hanya bisa pasrah karena disuruh kagome.
"Kalau begitu aku tinggal ya, kalau butuh apa-apa bilang saja!" ujarnya dengan sedikit paksaan, kikyo hanya membalas dengan senyuman, tanda mengerti. Kagome pun meninggalkan mereka berdua. Menghilang dibalik pintu yang tertutup kembali, ada sesuatu yang disembunyikan yang tidak diketahui mereka berdua.
"Kau juga merasakannya ya, Kageyama-san?" merasa namanya terpanggil diapun setuju dengan sango.
"Iya, ada yang aneh dengan sikap kagome, tapi aku tidak tahu itu apa?!" merasakan hal yang sama seperti Sango, suatu rahasia yang tidak diketahui mereka berdua.
Langkah kakinya melangkah dengan irama jalan yang tidak biasa, berjalan kekamarnya dengan sedikit tergesa-gesa, mengambil sesuatu didalam lokernya. Sebuah obat dalam sachet resep dari rumah sakit yang sudah dianjurkan oleh dokter. Beberapa kapsul obat berwarna merah dan putih serta kuning menjadi satu masuk kedalam mulut gadis itu. Segelas air membantu mempelancar obat itu untuk memudahkan dalam menelannya.
"Tubuhku benar-benar sakit sekali?!" detak jantungnya tak normal dalam bernafas, keringat dingin membasahi keningnya.
Berdiri kembali dan menyimpan obatnya didalam loker dan menguncinya, meninggalkan kamarnya untuk menyiapkan makan malam bersama kedua sahabatnya.
To be continue…
