.

Disclaimer : Kamichama Karin By Koge Donbo

Story : Lineage

Pairing : ? (KazuRin or KazuHime)

Warning : Guest Star, OC, OOC, Gaje, Typo, ancur, ngak nyambung, sulit dimengerti, dll.

.

HAPPY READING

.

.

.

Di seluruh alam semesta ini terdapat sebuah planet yang terletak sangat jauh dari planet bumi, yang dimana ada sebuah kehidupan di dalamnya. Kehidupan yang sama namun berbeda. Kehidupan dimana ada manusia, tumbuhan dan hewan. Akan tetapi di dalam planet ini hanya dihuni oleh Lima ras manusia yang mereka sendiri menyebutnya dengan nama Klan. Klan pertama adalah Klan Kujyo, yang kedua adalah Klan Hanazono, Klan ketiga adalah Karasuma, Klan keempat adalah Klan Yii dan Klan yang terakhir adalah Klan Kuga.

Jauh sebelum kelima klan hidup dengan damai secara berdampingan, ada sebuah tragedi tragis yang terjadi kepada Klan Hanazono. Kejadian yang awalnya mereka anggap sebagai sebuah anugrah dan keberuntungan. Anugrah itu telah mereka terima dan menjadikan mereka sebagai Klan terkuat di planet itu. Akan tetapi dengan datangnya anugrah kekuatan datang pula sebuah kutukan yang mengikat hidup mereka.

"Kau dan seluruh keturunan mu tidak akan bisa menghindarinya." Ucap sebuah suara yang tak diketahui dari mana asalnya.

"Siapa? Siapa disana?" ucap tetua Klan Hanazono di masa itu.

"Mata kalian adalah kekuatan kalian, tetapi juga maut kalian." Tambah suara itu.

"Apa maksud mu, keluarlah dan hadapi aku secara jantan!" tantang sang tetua.

"Berhati-hatilah dan lindungi selalu sang cahaya White Pearl." Ucap suara itu yang kemudian menghilang.

Itulah garis besar takdir Klan Hanazono yang diketahui oleh seluruh masyarakat umum. Namun apa maksud dari Cahaya White Pearl tidak ada yang mengetahuinya, kecuali beberapa orang tertentu. Hanya para Stak pertama yang mengetahui rahasia yang sesungguhnya dari kejadian itu.

Tetapi kedamain yang tercipta tidaklah berlangsung lama karena 100 tahun setelah kejadian tragis itu terjadi, hal yang sama terulang kembali.

.


Lineage


.

Flashback 10 Tahun yang lalu di Planet yang tidak diketahui namanya (NOPLANET) :

"Hiks hiks, Tou san... Kaa san hiks..hiks." tangis seorang gadis kecil dihadapan tubuh dua manusia yang tergeletak lemas di lantai.

"Ja-jangan menagis." Ucap seorang wanita yang merupakan ibu dari gadis kecil itu. Dengan tubuh yang dipenuhi dengan darah segar dia berusaha tetap tersenyum dihadapan gadis mungil itu. "Semuanya akan baik-baik saja." Tambahnya dengan tersenyum.

"Kaa san, Kaa san hiks hiks." Tangis gadis itu semakin menjadi. Tubuh mungilnya yang rapuh langsung memeluk tubuh wanita paruh baya itu.

"Sa-sayang Kaa san lelah, apa kaa san boleh tidur dulu. Lihat Tou san juga sudah tidur, apa kaa san juga boleh tidur." Tanyanya ramah sembari menahan rasa sakit yang ia alami.

"Iie iie iie, kaa san tidak boleh tidur. Tou san juga, tou san juga tidak boleh tidur hiks hiks." Dengan semakin mempererat pelukannya gadis mungil itu menolak permintaan ibunya itu.

Krieeettt . Terdengar ada seseorang yang membuka pintu dan tengah berjalan menuju ruangan ini.

"Sayang..., lihatlah Suzu kun, Baa san dan Jii san sudah pulang. Sekarang ibu akan tidur dulu bersama Tou san... uhuk uhuk," ucapnya dengan darah segar yang mengalir keluar dari bibirnya. "Ka-kamu tidak boleh nakal, ja-jadilah cahaya diatas cahaya W-Whit..." belum sampai wanita itu menyelesaikan ucapannya, sang malaikan pencabut nyawa sudah menghampirinya dan mengajakknya pergi meninggalkan tubuh fananya. Pergi meninggalkan sang gadis mungil dalam tangis.

"Kaa san, kaa san, kaa san, kaa san bangun." Digoyangkannya raga wanita itu berulang kali. Namun apa yang dia inginkan tidaklah terjadi.

"Kaa san tidak hiks..hiks.."

Kemudian dia langsung berdiri dan menghampiri tubuh seorang laki-laki yang tergeletak tak bernyawa yang ada di samping ibunya.

"Tou san...Tou san bangun hiks hiks..., Tou san bangun. TOU SAN." Gadis itu tak dapat menerima apa yang baru saja terjadi di hadapannya, dengan tubuh yang juga dilumuri darah dari kedua orang tuanya tubuhnya mulai mengeluarkan sebuah aura gelap dan secara perlahan warna bola matanya berubah menjadi violet.

"Tidak, tidak, TIDAAAAKKK." Teriaknya keras.

Sesaat kemudian ketiga orang yang disebutkan oleh Kaa san gadis itu benar-benar datang. Mereka terlihat sangat terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

"Oji san cepat..., kita harus menghentikan nya, cepat." Ucap baba ketakutan ketika melihat cucu perempuannya yang telah berhasil membangkitkan kekuatan istimewanya.

Dengan sigap Oji san lagung mengaktifkan sebuah segel yang ada di tangan kiri gadis itu. Segel yang tiba-tiba aktif telah membuat tubuh mungilnya mengerang kesakitan. Dia terus meronta dengan memegangi tangan kirinya. Ternyata kekuatan Oji san sendiri tidak cukup untuk menghentikan gadis itu. Gadis itu jauh lebih kuat dari dugaan Oji san, dan hal itu membuat segel yang diaktifkan Oji san hampir hancur. Baba yang melihat keganasan dari kekuatan itu langsung berlari membantu Oji san.

"Apa tidak ada yang bisa kita lakukan Oji san." Ujar baba kepada suaminya.

"Kita tahan saja segel ini. Kita harus melakukan segala yang kita bisa." Perintah Oji san kepada istrinya.

Dalam pertarungan antara segel dan kekuatan gadis ini, ada seorang anak kecil yang tengah menatap mereka ketakutan. Anak kecil itu berjalan secara perlahan mendekat ke arah gadis kecil tadi.

"Nee chan." Panggilnya dalam suara yang lirih. "Nee chan." Panggilnya sekali lagi.

Gadis itu, baba dan Oji san langsung menatap anak kecil itu. Baba dan Oji san sangat terkejut, mereka lupa jika mereka sedang bersama Suzu saat masuk ke dalam ruangan ini.

"Suzu chan, jangan mendekat. Berhenti!" perintah baba, namun dihiraukan oleh anak itu. Dia terus berjalan mendekati gadis itu dan ketika ia berada semakin dekat dengan Onee channya, dia malah dibuat semakin ketakutan tatkala melihat dua tubuh manusia yang tergeletak tak bernyawa di lantai.

"T-Tou san..., K-Kaa san." Tubuhnya bergetar dengan hebat. Perlahan air mata pun jatuh membasahi pipinya.

"Hiks hiks, Tou san... Kaa san hiks hiks." Tangisnya tertunduk dengan menggenggam tangan dari ayah dan ibunya.

Tangisan dari Suzu telah menyadarkan gadis tadi. Gadis itu kembali terpukul saat mendapati adik kecilnya juga melihat jenazah dari ayah dan ibunya itu. Dia kemudian berjalan dengan gontai kepada Suzu dan saat ada di hadapannya dia langsung memeluk tubuh adiknya itu.

"Hiks hiks hiks... huwa..." tangis mereka berdua pecah seketika.

.

.

Sesaat sebelum kejadian itu terjadi, di planet yang sama namun di tempat yang berbeda ada sebuah penyerang yang juga telah memakan banyak korban.

"Cepat lindungi tetua dan keluarganya." Perintah seorang panglima perang kepada anak buahnya.

Dengan serempak mereka menyerang sosok bayangan hitam yang mencoba untuk melenyapkan nyawa tetua mereka. Bayangan itu bergerak dengan sangat ganas dan membunuh siapa pun yang ada dihadapannya.

"Yang mulia, tolong segera pergi. Tempat ini sangat berbahaya bagi anda dan keluarga anda." Ujar panglima itu kepada tetua Klan nya.

"Lord Hanazono sama, arigatou." Ucap tetua berterima kasih.

"Tidak yang mulia, jangan berkata seperti itu. Tugas hamba adalah melayani anda beserta keluar Stak pertama. Hamba tidak pantas menerima pujian seperti yang baru anda katakan." Ucap panglima itu sembari merendahkan tubuhnya dihadapan tetuanya.

"Kau selalu saja merendahkan diri mu seperti itu. Baiklah, jaga diri baik-baik Lord Hanazono." Ucap tetua itu yang kemudian pergi bersama dengan keluarganya menuju sebuah pintu rahasia yang terletak tidak jauh dari lokasi penyerangan.

"Haik, yang mulia." Ucapnya lirih.

Panglima itu lantas membalikkan tubuhnya dan didapatinya seluruh batalion yang ia bawa telah hancur.

"Sakuya." Panggilnya kepada seseorang.

"Haik, Lord sama." Jawab seseorang yang tiba-tiba sudah ada di samping kiri panglima itu.

Untuk sesaat Lord Hanazono sama terdiam. Dia terlihat seperti tengah memantapkan hatinya untuk mengatakan sesuatu.

"Sakuya dengar ini baik-baik,"..."Kaulah yang harus menggantikan ku sebagai pimpinan Klan kita. Selamatkan seluruh Klan Hanazono yang tersisa." Ucapnya tegas yang telah sukses besar membuat Sakuya terkejut.

"Lord sama."

"Cepatlah, aku yang akan menghadang makhluk jahanam itu." Katanya tanpa mengalihkan pandangannya dari sesosok bayangan hitam yang mulai berjalan ke arah mereka.

"Tapi.."

"Ini perintah, cepat laksanakan." Tambah Lord Hanazono tegas. Sakuya terdiam sesaat.

"Haik Lord sama. Perintah anda adalah mutlak bagi hamba." Setelah mengatakan itu Sakuya langsung menghilang bak angin. Cepat dan tak terlihat.

Sekarang Panglima Hanazono tengah berhadap-hadapan dengan bayangan hitam ini.

"Kau masih anak kecil." Ujar Lord Hanazono.

"BERISIK." Ucap bayangan itu.

"Kau adalah seorang penghianat di Klan mu." Ucap Lord Hanazono lagi.

"HEHEHEHE HAHAHAHA, Penghianat," tawanya tiba-tiba saja lepas. "Cih, jangan membuatku tertawa, jika kau berani hadapi aku sekarang." Tantangnya berani.

"Baiklah jika itu pilihan mu." Lord Hanazono menerima tantangan itu dan pertempuran dahsyat pun terjadi. Baik Lord Hanazono maupun bayangan itu mereka berdua sama-sama terluka.

Tiba-tiba saja langit menjadi semakin gelap, sambaran petir terus berdatangan dan suara guntur yang menggelegar terus bersahutan. Angin yang bertiup kencang menandakan ritual itu hampir selesai.

"Akhirnya kalian selamat yang mulia." Ucap Lord Hanazono dengan menatap langit yang gelap."Semuanya selesai." Kata Lord Hanazono sebelum tubuhnya jatuh tersungkur ke tanah.

Flashback End

.


Lineage


.

Pagi yang cerah telah datang dengan membawa sejuta kehangatan. Dari balik jendela yang masih tertutup rapat disana terlihat seorang cowok tampan yang tengah merapikan pakainnya. Dia menggenakan pakain seragam khas anak SMA. Cowok itu terlihat sangat rupawan dengan tubuh yang tinggi, mata indah bak ocean, kulit putih seputih susu dan rambut pirangnya yang menambah kesan sempurna pada setiap orang yang melihatnya.

"Kazune kun, cepat turun. Sarapannya sudah siap." Teriak seorang wanita cantik dari lantai bawah rumah ini. Kazune pun langsung mengambil tasnya dan berjalan dengan santai menuju ruang makan. Sesampainya di ruang makan Kazune segera duduk dan memakan sarapannya.

"Kazune, setelah pulang sekolah jangan pergi kemana-mana. Langsunglah pulang." Ucap Ayah Kazune setelah menyelesaikan sarapannya.

"Kenapa?"

"Nanti akan ada sepupu jauh kita yang datang. Namanya paman Hanazono Sakuya dengan anaknya yang bernama Hanazono Karin. Ahh.. Kaa san sudah lama tidak melihat Karin chan. Pasti dia jadi semakin cantik." Kata Ibu Kazune semangat.

"Hanazono? Kenapa seperti baru pertama kali ini, aku mendengar nama marga Hanazono?" pikir Kazune penasaran.

.

SKIP TIME

(Di Sekolahan saat jam istirahat)

.

Disaat seluruh murid tengah sibuk mengantri di Kantin, Kazune justru terlihat sangat tenang dengan duduk di salah satu meja yang ada disana (duduk di kursi yang ada di kantin). Dari sana dia dapat melihat sesosok gadis cantik berambut hitam panjang sepinggul yang tengah asik mengobrol dengan teman-temannya. Kazune terus menatap gadis itu, seakaan akan dunia ini hanya ada dia dan gadis itu.

"Himeka chan, ayo kita ke kelas." Ajak seorang seorang gadis berambut pirang kepada gadis itu yang ternyata namanya adalah Himeka.

"Haik, Kazusa chan." Jawabnya sembari mengeluarkan sebuah senyuman manis kearah si pengajak.

Mereka berdua pun akhirnya pergi dari Kantin dan meninggalkan Kazune yang masih terpaku menatap sosok Himeka yang mulai menghilang dari pandangannya.

"Hoi." Sapa Michiru mencoba untuk mengagetkan si pangeran es.

Kazune hanya memberikan respon malas, seakan-akan sudah terbiasa dengan tingkah laku Michiru.

"Hei Kazune kun, kenapa tidak kamu katakan saja perasaan mu?" ucap Michiru tiba-tiba yang sukses besar membuat muka Kazune merona merah.

"A-apa maksud mu?" ujar Kazune seolah-oleh tidak mengerti dengan apa yang barusan Michiru tanyakan.

"Ayolah Kazune kun, bukankah sejak tadi kamu selalu memperhatikannya?" kata Michiru memperjelas ucapannya.

"S-siapa, aku tidak memperhatikan siapa pun." Elaknya. Namun bukan Michiru namanya jika tidak dapat memancing Kazune untuk mengatakan hal yang sejujurnya.

"Alah si pangeran es malah ngelak. Itu loh... Himeka Kujyo. Tahu kan?" ucap Michiru jelas. "Lihat, nama marga saja sudah sama, Wah... apa jangan-jangan kalian memang sudah jodoh ya?" tambah goda Michiru.

"Jangan bicara yang bukan-bukan." Ucapnya sembari memalingkan wajahnya dari Michiru.

"haik haik, demo... kamu jadi datangkan?" tanyanya kepada Kazune.

"Entah." Jawab Kazune singkat tanpa memandang Michiru.

"Apa maksudnya?" tanya Michiru lagi sembari menggeser salah satu kursi ke samping Kazune dan mendudukinya.

"Akan ada seseorang yang datang."

"Siapa?"

"Kamu tidak perlu tahu." Jawab Kazune dingin yang kemudian pergi meninggalkan Michiru.

.

.

.

TBC

.

.

.

Oke minna-san, chapter pertama cukup sampai disini saja ya :)

BTW ini kan FFn Fantasi ku yang pertama, jadi kalau masih ada banyak yang belum dimengerti maklumin aja ya hehehe XD.

Akhir kata, Jaa Mata atode... REVIEW PLEASE