Okay. Pertama-tama… halo semua~ ketemu lagi sama Seulla^^ semoga kalian gak pernah bosen buat baca ff yang aku buat. Seulla gamau nomong banyak-banyak. Ff ini special buat Twin tercinta yang minta ff mamih-papih genre Fanily plus rated M. ff ini juga bisa dibilang sekuel dari dari Mom is Superhero.

Selamat menikmati~ jangan lupa ninggalin jejak di kolom review ya~

Don't Worry

By

Kang Seulla

ChanBaek

ft

Family Fanfiction

Romance & Family (NC18)

.

Semua yang ditulis disini adalah hasil murni pemikiran Seulla. Jika ada kesamaan mohon dimaklumi.

Ini hanya sebuah Fanfiction, cerita fiktif. Mohon agar tidak di'ambil hati'

.

.

Happy Reading~

.

"Uwaa! Lihat Jackson! bibirnya mengecap!"

"Uwaa! Lucu sekali!"

Kedua anak lelaki dengan selisih usia satu tahun tengah memperhatikan seorang bayi lelaki yang tengah tertidur pulas didalam box berwarna putih. Sesekali tangan mungil mereka mengelus pipi gembil si bayi ataupun menggenggam lembut telapak tangannya yang tertutupi sarung tangan.

Sedangkan lelaki yang berusia jauh lebih tua dari mereka hanya menghela nafasnya melihat tingkah kedua adiknya. Ia mendekati adik-adiknya kemudian memberikan botol susu pada mereka.

"Nah, sekarang Jesper dan Jackson tidur. Okay?"

Kedua bocah itu mengangguk dengan botol susu yang telah berpindah ketangan mereka. Sedangkan si kaka hanya mengangguk dan membimbing kedua adiknya agar keluar dari kamar kedua orang tua mereka.

"Taehyung, temani adik-adikmu hingga mereka tertidur ya."

Taehyung –si kakak- mengangguk saat telinganya mendengar suara ibunya mengalun melewati gendang telinganya. Sebelum mereka keluar dari kamar, dia mengajak kedua adiknya untuk menghampiri ibu mereka yang saat ini tengah duduk dengan punggung yang bersandar pada kepala ranjang.

"Iya mommy," dia tersenyum kemudian mengecup lembut pipi sang ibu. Diikuti oleh kedua adiknya yang menaiki ranjang dan memeluk tubuh ibunya.

"Jesper tidur dulu ya mommy~"

"Jackson juga mommy~ besok Jack dan Jesper main dengan Jiwonnie lagi ya~"

Baekhyun –sang ibu- mengangguk dengan senyuman manis yang terbentuk dibibir tipisnya. Ia mengecup sayang pucuk kepala kedua anak mungilnya kemudian menelus pipi mereka. "Tidur yang nyenyak sayang."

Kedua bocah itu mengangguk kemudian turun dari ranjang dan berlari keluar dari kamar orang tuanya, meninggalkan sang kakak yang menghela nafas dan sang ibu yang terkekeh kecil melihat kelakuan mereka. "Tolong jaga adik-adikmu dulu ya, Taehyung. Jangan banyak mengeluh."

Taehyung menganggukkan kepalanya kemudian memeluk tubuh sang ibu. "Mommy sudah merasa baik?" ia tersenyum saat melihat senyuman dan anggukkan dari sang ibu.

"Tenanglah, ini sudah persalinan yang keempat. Mommy tidak apa-apa sayang."

Taehyung menghela nafasnya, ia masih dapat mengingat dengan jelas kejadian dua minggu lalu. Dimana keluarga kecil mereka yang panic saat persalinan dari wanita yang paling mereka sayangi. Sang ibu mengalami pendarahan hebat, membuat dirinya tidak sadarkan diri. Belum lagi mereka melihat bagaimana perjuangan wanita yang ia panggil ibu saat berusaha mengeluarkan sang jabang bayi yang sialnya keluar dengan posisi terbalik. Bukan kepalanya yang terlihat pertama kali, tapi bokong mulusnya yang memaksa keluar untuk pertama kalinya. Membuat sang bayi harus meminum air ketuban dan sang ibu yang harus mendapatkan beberapa jahitan karena vaginanya yang robek.

"Aku sangat takut kemarin mom~"

Baekhyun terkekeh kemudian ia memeluk dan mengelus lembut surai sang anak. Mencium pelipisnya kemudian menangkup wajah anak tertuanya. "Mommy sudah tidak apa-apa sayang. Tapi kalau kau khawatir pada mommy, bantu mommy menjaga adik-adikmu okay?" ia tersenyum saat melihat anak sulungnya mengangguk patuh. "Sudah sana, temani mereka tidur."

"Aye aye captain!"

Kemudian setelah itu, Taehyung langsung melesat meninggalkan kamar orang tuanya menuju kamar di 'kembar' yang berbeda satu tahun itu. Sikapnya itu mengundang gelak tawa sang ibu yang terlihat bahagia dengan kasih sayang yang diberika si anak sulung pada kedua adiknya. Well, bagaimanapun hubungan mereka awalnya tidak sebaik sekarang. Dia bersyukur, Taehyung dapat menerima kedua adiknya itu.

CUP

Tubuh Baekhyun tersentak saat ia merasa pipi sebelah kanannya dikecup singkat oleh seseorang. Dia menoleh dan mendapati sang suami yang tengah menatapnya dengan rambut yang basah dan handuk kecil yang melingkar di lehernya.

"Sedang memikirkan apa hm? Sampai tersenyum seperti itu dan tidak menyadari kalau suami tampanmu ini sudah selesai mandi."

Baekhyun terkekeh kemudian menggeser tubuhnya, bermaksud menyuruh sang suami agar duduk disampingnya. Dengan patuh, Chanyeol –si suami- duduk di samping sang istri kemudian memeluk pinggang ramping Baekhyun. Dengan manja, lelaki yang sudah memasuki usia kepala empat menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang istri, menghirup aroma tubuh yang sangat disukainya.

"Chanyeol, aku sangat bahagia…" jemari lentik Baekhyun menggenggam telapak tangan besar sang suami kemudian menciumnya pelan.

"Baekhyun…" Chanyeol membawa wajahnya agar sejajar dengan wajah Baekhyun. Mata bulatnya menelusuri wajah cantik sang istri kemudian mengelus lembut pipi tirusnya. "Apa ada kata lain yang melebihi bahagia?" ia tersenyum tampan saat melihat kepala sang istri menggeleng pelan. "Maka aku tidak tau harus bilang apa sekarang."

Sang istri tertawa pelan dengan tangan yang memukul pelan dada sang suami. Ia memeluk tubuh tinggi Chanyeol kemudian menyandarkan kepalanya pada dada bidang Chanyeol. Memainkan jarinya pelan dan memejamkan mata sipitnya dengan senyuman yang tidak pernah hilang dari bibirnya.

"Chanyeol, apa kau akan selalu membuatku bahagia?"

"Tentu, sayang. Kau boleh membunuhku kalau aku membuatmu bersedih."

Kekehan kecil keluar dari celah bibir tipis Baekhyun. Wanita itu mencubit pelan pinggang Chanyeol saat mendengar kalimat menggelikan dari suaminya.

"Kau tidak akan meninggalkanku 'kan, Chanyeol?"

"Tidak akan sayangku," karena gemas, Chanyeol mengacak rambut sang istri dengan hidung mancungnya. "Kenapa sedari tadi kau menanyakan ini hm?"

"Aku hanya... takut," Baekhyun mndongakkan kepalanya hingga matanya bertemu dengan mata Chanyeol. "Bagaimana kalau nanti aku semakin tua. Kulitku akan keriput, tubuhku juga tidak akan seperti sekarang. Aku takut kau akan meninggalkanku, Chan…"

Si suami tersenyum maklum. Ia menangkup wajah Baekhyun kemudian mencium bibirnya penuh perasaan. Seakan memberitaukan, bahwa Baekhyun seharusnya tidak perlu memikirkan hal seperti itu.

"Sayang, mau bagaimana dan seperti apa dirimu nanti, asalkan itu dirimu aku akan menerima segala kekuranganmu. Kalimat yang aku ucapkan dihadapan Tuhan bukan sekedar perkataan main-main, itu janjiku Baek. Janji yang akan aku pegang seumur hidupku."

Baekhyun tidak dapat menahan airmata bahagianya yang jatuh begitu saja membasahi pipi tirusnya. "Chanyeol…" ia langsung menghambur kedalam pelukkan sang suami dan menenggelamkan wajahnya di dada bidangnya. Jemarinya meremas kaos yang dikenakan Chanyeol sedangkan matanya terus mengeluarkan cairan bening yang melambangkan kebahagiaannya.

"Jangan pernah ragu denganku Baek…" Baekhyun mengangguk dalam pelukkan Chanyeol. Dia tersenyum saat merasakan kecupan sayang di pucuk kepalanya. "Tidurlah. Biar malam ini aku yang menjaga Jiwon."

Baekhyun kembali mengangguk. Dia mendongakkan kepalanya dan mendapati wajah tampan sang suami yang tengah tersenyum kearahnya. Perlahan ia memejamkan matanya saat Chanyeol mempertemukan belah bibir mereka. Menyesapnya dengan lembut dan memberikan jilatan jilatan halus pada permukaan bibirnya.

"Aku mencintaimu, Baek. sangat mencintaimu."

Baekhyun tersenyum manis mendengar pernyataan cinta dari sang suami. "Jika tidak ada kata lain selain cinta, aku tidak dapat berucap satu kata-pun, Chan~"

Baekhyun yang tengah menggoreng telur dadar menoleh dengan senyuman tipisnya saat telinganya mendengar derap langkah kaki anak-anaknya yang berlari memasuki ruang makan.

"Mommy!" bocah yang lebih tua terpekik senang saat melihat sosok ibu yang tengah berdiri didepan kompor, tengah memasak sesuatu. "Jackson! Hari ini mommy yang memasak!"

"Uwaa!" bocah yang baru saja memiliki adik terpekik senang. "Berarti sarapan hari ini enak!"

Jesper –yang lebih tua- mengangguk cepat. "Tidak makan telur gosong lagi!"

"Dan nasi goreng asin lagi!"

Setelahnya kedua anak kecil itu menautkan telapak tangan mereka dan berputar-putar sambil melompat senang. Tanpa menyadari sesosok lelaki tinggi yang tengah menggendong seorang bayi mungil berdiri tidak jauh dari mereka.

"Hey, daddy mendengar ucapan kalian~"

Kedua anak bocah tersebut menoleh kemudian membolakan mata mereka. "Huwaaa daddy!" dan denagn secepat kilat, keduanya berlari mendekati sang ibu dan memeluk kakinya.

Chanyeol tertawa melihat tingkah menggemaskan buah hatinya. Dia duduk disalah satu kursi meja makan dengan Jiwon yang berada didalam gendongannya. Dengan telaten, dia membersihkan air susu yang menetes keluar hingga kedagu sang bayi.

BRUK

Kepalanya menoleh saat mendengar suara gaduh didepan dapur. Well, ruang makan dan dapur mereka memang menyatu. Mata bulatnya menatap Taehyung yang terlihat kesulitan membawa sebuah bingkai yang lumayan besar, tingginya sekitar sepinggang anak itu.

"Taehyung? Apa yang kau bawa?"

Si anak sulung menunjukkan cengirannya kemudian membawa bingkai tersebut didepan tubuhnya. "Aku hanya ingin memperlihatkan ini."

Sang ayah menghela nafasnya, sedangkan sang ibu –yang baru selesai dengan masakannya dan berjalan kearah meja makan dengan kedua anak bocahnya disamping kanan-kirinya- terkekeh pelan.

"Astaga Taehyung, berapa umurmu untuk membuat lukisan seperti itu?"

Tidak terima dengan ucapan sang ayah, si sulung mencebikkan bibirnya sebal. "Ck!" tanpa melepaskan peganggannya pada bingkai lukisan, Taehyung mendudukkan dirinya di kursi meja makan. "Aku membuatnya dengan sepenuh hatiku, asal kalian tau."

Baekhyun tersenyum kemudian mengelus tangan Taehyun yang berada diseberangnya. "Terima kasih anak mommy tersayang," ucapnya kemudian kembali mengoles roti untuk sang suami.

"Mommy, apa kalau Jesper membuat lukisan seperti Taehyung hyung Jesper akan menjadi anak kesayangan mommy?"

"Jackson juga mommy!"

Baekhyun terkekeh kecil kemudian memotong roti dan menyuapkannya pada Chanyeol yang memakannya dengan lahap. "Asal kalian menjadi anak yang baik, kalian akan menjadi anak kesayangan mommy."

Kedua bocah itu terpekik kemudian berlari mengelilingi Taehyung yang terlihat kerepotan menyelamatkan bingkainya.

"Hyung, nanti ajarkan Jesper membuat lukisan seperti itu ya!"

"Ajarkan Jack juga!"

Karena tidak ingin repot, akhirnya Taehyung hanya menganggukkan kepalanya kemudian terkekeh saat kedua adiknya itu memeluk dirinya dan memuji-muji dirinya. Ah… dia sangat menyayangi kedua adiknya ini, walaupun kadang kedua membuat dirinya kerepotan.

Chanyeol yang melihat tingkah anak-anaknya terkekeh dan kembali memasukkan sepotong roti kedalam mulutnya dengan bantuan Baekhyun. "Kau terlalu memanjakan mereka baby."

Baekhyun tersenyum kecil kemudian mencubit pelan lengan Chanyeol. "Kau juga sering memanjakan mereka."

Si kepala keluarga terkekeh kemudian mencondongkan tubuhnya agar dirinya dapat memberikan kecupan kupu-kupu di pipi sang istri. "Nah, suapi aku lagi."

"Huh, sendirinya saja manja."

Chanyeol menoleh dan memberikan tatapan tajam kearah anak paling tua yang menatap malas kearahnya. "Siap-siap uang sakumu dipotong, Taehyung!" dan dia hanya dapat tertawa puas saat melihat protesan tidak terima Taehyung dan kedua anak kecilnya yang membela sang kakak.

Oh… pagi yang indah.

.

.

.

.

Sudah satu bulan semenjak persalinan yang dialami Baekhyun, baru hari ini mantn suaminya –Daehyun- dan keluarganya menjenguknya. Baekhyun memaklumi itu, karena memang keluarga mereka saat ini memutukan menetap di Jepang enam bulan yang lalu.

Dengan perasaan bahagia, Baekhyun menyambut mereka. Wanita berumur empat puluh dua tahun itu menyuruh tamunya agar duduk dengan nyaman di ruang tamu rumahnya.

"Tunggulah disini, aku akan mengambil minum."

Setelah memberikan senyuman, Baekhyun melesat pelan menuju dapurnya. Dia meringis kecil saat merasakan rasa nyeri disekitar bawah perutnya, setelah satu bulan efek melahirkannya masih berasa ternyata.

Ditengah perjalanan menuju dapur, dia melihat kedua anak bocahnya yang tengah bermain beberapa mainan yang diberikan ayahnya. Tiba-tiba saja dia mengingat sosok kecil –yang dia ketahui berumur sama dengan Jackson- yang saat ini erada diruang tamunya. Ia membawa langkahnya mendekati kedua lelaki kecilnya kemudian berjongkok di tengah-tengah mereka.

"Hei, jagoan. Diruang tamu sana ada anak lelaki yang ingin bermain dengan kalian. Cepat kesana menjemputnya."

Dia tersenyum saat melihat kedua anaknya tersenyum cerah kemudian mengangguk dan berlari kearah ruang tamu dengan suara-suara teriakan –yang dikecilkan- karena tidak ingin menganggu sang adik bayi yang tertidur pulas diruang keluarga. Baekhyun memang sengaja menaruh Jiwon di sana, karena dia tidak ingin kesulitan untuk mengurus ketiga anaknya.

Setelah mengecek keadaan sang bayi, akhirnya Baekhyun memutuskan membuat minuman untuk kedua tamunya diruang tamu.

Selesai dengan air minuman yang akan dihidangkan dan beberapa cemilan, Baekhyun kembali melangkah menuju ruang tamu dan terkejut saat mendapati kedua anak lelakinya yang masih berada disana.

Dengan pelan dia meletakkan cemilan dan minum yang dibawanya keatas meja kemudian duduk diatas sofa. "Jesper, Jackson? Kenapa Zelo tidak diajak main?"

Yang lebih tua menoleh kearah sang ibu, diikuti oleh yang lebih muda. "Kami sudah mengajaknya mommy~ tapi dia tidak mau," ucapan yang lebih tua diikuti oleh anggukan cepat oleh yang lebih muda.

Baekhyun tersenyum kemudian mengelus pucuk kepala kedua lelaki kecilnya. "Beritahukan apa yang akan kalian mainkan di dalam sana."

Kemudian dengan semangat kedua malaikat kecilnya kembali mendekati Zelo –anak Daehyun dan Youngjae-. Keduanya asik berceloteh mengenai mainan-mainan yang mereka miliki. Dari mobil-mobilan, robot-robotan, pistol-pistolan dan segala mainan yang dimiliki anka lelaki. Bahkan mereka menyebutkan baby Jiwon yang sangat menggemaskan. Baekhyun tertawa sendiri melihat tingkah menggemaskan kedua anaknya.

Tidak lama, akhirnya Zelo menyetujui dengan anggukan antusiasnya. Dan ketiga anak lelaki itu melesat memasuki ruang keluarga, dimana banyak sekali mainan-mainan milik Jesper dan Jackson.

"Kau mengasuh anak-anakmu dengan baik, Baek."

Baekhyun menoleh kearah Daehyun kemudian tertawa pelan. "Kau memuji mantan istrimu didepan istrimu, Dae."

Daehyun tertawa, diikuti oleh sang istri yang berada disampingnya.

"Aku sudah terbiasa, Baek. Daehyun seorang perayu, kau tau itu."

Baekhyun mengangguk setuju. "Ya… dan dia berhasil merayumu dan meninggalkanku."

"Ey… kenapa kau membahas itu? Itu sudah sembilan tahun yang lalu," lelaki yang sedari tadi menjadi topik perbincangan kedua wanita itu berucap protes. "Lagipula aku sudah berubah…"

Baekhyun menatap kearah Daehyun kemudian tertawa pelan, dia meringis kecil saat merasakan rasa sakit yang sangat pada perut bagian bawahnya. Membuat dua orang yang berada didepannya menjadi panic.

"Astaga, Baekhyun! Kau kenapa?!" Youngjae yang berada lebih dekat dengan Baekhyun langsung berpindah tempat duduk, berada disebelah wanita itu. Tangannya memegang pundak Baekhyun dan matanya menatap panik kearah tubuh mungil itu.

"Ah… aku tidak apa-apa Youngjae. Ini hanya efek persalinan."

"Tapi bukankah itu sudah sebulan yang lalu?"

Baekhyun mengangguk kemudia duduk tegak didepan wanita disampingnya. Dia menatap sepasang suami istri itu kemudian tersenyum. "Tenanglah, aku sudah melahirkan empat kali. Aku tau apa yang terjadi pada diriku."

Daehyun menghela nafasnya. Sifat keras kepala Baekhyun memang tidak pernah berubah. Sedangkan Youngjae hanya tersenyum dan mengelus pundak Baekhyun. "Baiklah, sebaiknya kau banyak istirahat Baek."

Dan Baekhyun hanya dapat mengangguk disertai dengan senyuman manisnya.

"Aku pulang!"

Ketiga orang yang berada diruang tamu menoleh saat mendapati sebuah suara dari arah pintu depan. Dan ketiganya mendapati sosok lelaki remaja yang lengkap dengan seragam beserta tasnya. Sepatu sekolahnya ditenteng dengan indah ditangannya.

"Taehyung!"

Sapaan Daehyun membuat lelaki remaja itu menyadari kehadiran orang lain dirumahnya. Taehyung membolakan matanya dan tersenyum lebar saat mendapati sosok ayah kandungnya berada ditengah-tengah ruang tamu rumahnya.

"Appa!" dengan kecepatan kilat, Taehyung berlari tanpa mengindahkan tas dan sepatunya dan menghambur kedalam pelukan sang ayah. "Apa appa kesini untuk menjenguk mommy?" anggukan Daehyun membuat Taehyung tersenyum semakin lebar, dia senang kedua orang tuanya akur walaupun berpisah. "Dan apakah appa membawakan oleh-oleh untukku?" helaan nafas Daehyun terdengar berat. Sifat menyebalkan Baekhyun remaja benar-benar menurun pada anak lelaki remajanya.

"Taehyung, rapi kan tas dan sepatumu. Kemudian ganti bajumu dulu."

Taehyung merengut dihadapan sang ibu. Dia semakin memeluk erat sang ayah. "Lihat appa. Mommy selalu memarahi dan menyuruhku~"

Daehyun tersenyum. "Nanti saja, Baek. Aku dan Taehyung 'kan-"

"Sekarang Taehyung."

Daehyun meringis kecil kemudian mendorong tubuh sang anak agar cepat melakukan apa yang diperintahkan oleh Baekhyun. Membuat Taehyung semakin meringis dan berlari megambil tas beserta sepatunya, membawanya kearah kamarnya.

Youngjae yang sedaritadi hanya menyaksikan adegan tersebut hanya terkekeh pelan. Mata sipit Baekhyun melirik kearah wanita disampingnya. "Youngjae-ah," hanya gumaman yang Baekhyun dapatkan dari wanita disampingnya. "Jangan tertaw, kau akan merasakan betapa menyebalkan suamimu dan anak lelaki remajamu."

Youngjae tertawa semakin keras, Daehyun mendengus.

Tapi perhatian mereka teralihkan ketika sosok Taehyung kembali mereka lihat.

"Zelo… juga berada disini?!"

"Tentu, Taehyung. Kalau kami pergi siapa yang akan menjaganya."

Suara sang eomma yang biasanya seperti suara malaikat berubah menjadi suara ketika sang mommy berteriak padanya. Ya Tuhan… ketiga anak bocah itu berada disini. Satu atap dengannya… Taehyung rasa dia akan mati.

.

.

.

.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Keluarga kecil Jung belum juga meninggalkan kediaman keluarga Park. Baekhyun sudah menawarkan makan malam bersama, tapi mereka menolaknya karena tidak igin merepotkan dan akan makan diluar, jadi Baekhyun tidak dapat memaksa.

Baekhyun tengah duduk diruang tamu, ditemani oleh Daehyun yang asik menyesap kopinya. Youngjae tengah menemani ketiga bocah cilik bermain, sedangkan Taehyung memilih memasuki kamarnya dengan alasan mengerjakan tugas.

"Chanyeol belum pulang?"

Baekhyun menoleh kearah mantan suaminya kemudian mengangguk singkat. "Dia bilang masih dalam perjalanan. Mungkin sepuluh menit lagi sampai."

Daehyun mengangguk singkat. Dia meletakkan cangkir kopinya kemudian menatap kearah Baekhyun yang tengah sibuk dengan ponselnya.

"Baek, kurasa aku telah kalah darimu."

Ucapan Daehyun membuat Baekhyun mengangkat kepalanya dan menatap kearah lelaki yang tengah duduk dihadapannya. "Maksudmu?"

Lelaki itu mengusap belakang ;ehernya, canggung. "Yah… padahal aku yang lebih dulu menikah. Tapi anakmu bahkan lebih banyak."

Tawa Baekhyun terdengar jelas memenuhi ruang tamu. Tapi setelahnya dia menghentikan tawanya saat merasakan nyeri dibawah perutnya. "Jadi… apa maksudmu berbicara seperti itu? Kau menyesal berpisah denganku karena aku dapat menghasilkan banyak anak?"

Daehyun mengangkat bahunya dan tertawa. "Aku lelaki, dan aku tidak pernah menyesal dengan keputusanku."

"Ya ya ya…" keduanya tertawa, Baekhyun kembali fokus dengan ponselnya. Membalas pesan-pesan yang masuk dari chat-group yang berisikan dirinya dan teman-temannya. Sedangkan Daehyun, kembali menyesap kopinya.

TAP TAP

"Aku pulang," kedua orang yang berada diruang tamu menoleh saat menyadari kehadiran seseorang. Baekhyun tersenyum lebar, sedangkan Daehyun tersenyum tipis kemudian berdiri untuk menymbut orang itu.

"Oh, Chanyeol-" uluran tangan dan senyuman Daehyun dilewati begitu saja oleh tubuh tinggi Chanyeol. Bahkan lelaki itu tidak meliriknya sama sekali. Chanyeol langsung berjalan lurus, menuju ruang keluarga yang berisik dengan suara-suara khas anak-anak

"Halo~ daddy pulang~"

"DADDY!"

Diruang tamu, Daehyun menatap Baekhyun yang menatap bingung kearah punggung suaminya yang menghilang dibalik tembok. Wanita itu menoleh kearah Daehyun dan mendapati tatapan penuh tanya dari lelaki itu. Masih dengan kebingungan, Baekhyun hanya mengangkat bahunya untuk menjawab tatapan Daehyun, tidak berselera untuk menjawabnya dengan ucapan.

.

.

.

Baekhyun tidak tau apa yang terjadi dengan suaminya. Sejak pulang kerja tadi, yang dilakukan Chanyeol hanya mendiaminya. Bahkan ketika keluarga Daehyun pamit, Chanyeol tidak menunjukkan batang hidungnya di depan pagar. Baekhyun jadi tidak enak hati dengan Daehyun dan Youngjae akibat sikap tidak sopan suaminya.

Saat ini keduanya tengah berada didalam kamar mereka. Baekhyun yang telah menidurkan bayi kecilnya kemudian meletakkan Jiwon di rak tidur yang berada disebelah ranjang mereka. Dia menoleh dan menatap sendu kearah suaminya yang tengah sibuk dengan laptopnya. Tidak biasanya Chanyeol bersikap seperti ini, jika sudah menjelang waktu tidur lelaki itu tidak akan berfokus pada apapun. Dia hanya akan berfokus pada dirinya. Bercerita pekerjaannya hari ini dan Baekhyunpun akan bercerita tentang anak-anak mereka dirumah. Bahkan Chanyeol tidak pernah membawa pekerjaannya hingga kerumah.

"Chanyeol…" Baekhyun menaiki ranjang mereka kemudian mendekatkan tubuhnya pada Chanyeol, duduk disampingnya. "Kau ini kenapa?"

"Tidak kenapa-kenapa, Baekhyun."

Baekhyun mengerucutkan bibirnya. Perempuan itu memeluk lengan Chanyeol dan mengusapnya. Kepalanya dia bawa untuk menyender pada pundak suaminya. "Bahkan saat keluarga Daehyun pulang, kau tidak menemani mereka."

SRET

Baekhyun tersentak saat Chanyeol melepaskan pelukkannya kemudian memilih membawa dirinya beserta laptopnya pada meja kerja yang berada di sudut kamar mereka. Mata sipit Baekhyun menatap tidak percaya kearah sang suami. Dia memutuskan turun dari ranjangnya dan mengikuti Chanyeol

"Kau ini kenapa?!" pekiknya pelan, tidak ingin membangunkan bayi kecilnya.

Chanyeol meletakkan laptopnya kemudian berdiri menghadap tubuh mungil sang istri. "Kau tidak dapat menjaga perasaanku, Baek."

Kening Baekhyun berkerut, tanpa wanita itu tidak mengerti apa yang diucapkan lelaki tinggi didepannya. "Apa maksudmu?" kepala Baekhyun mendongak saat wanita itu menatap tubuh Chanyeol yang semakin mendekat.

"Memangnya aku tidak melihat, kau berbicara sangat akrab dengan matan suamimu itu? Aku melihat bahkan mendengarnya, Baek."

Sang istri menghembuskan nafasnya pelan. Tangannya terulur untuk menangkup pipi Chanyeol, tapi sayangnya tangannya itu ditepis dengan cepat oleh lelaki itu. Membuat dia tersenyum miris saat merasakan sakit yang teramat dihatinya. "Kau tidak seharusnya cemburu, Chanyeol. Kami hanya berbicara, tidak lebih."

"Tapi kalian bicara seakan kalian memang ingin bersatu lagi!"

Baekhyun tidak tau apa yang merasuki suaminya ini. Bahkan saat Chanyeol meninggikan satu oktaf nada bicaranya, membuat dia tersentak dan menoleh cepat kearah ranjang bayi, memastikan bahwa bayinya tidak terkejut dan terbangun dari tidurnya. Dan Baekhyun harus menghela nafas lega saat Bayi kecilnya masih tampak lelap.

"Sudahlah, aku ingin tidur."

Tatapan Baekhyun kembali teralih pada sang suami. Dia menatap tidak percaya kearah Chanyeol yang membalikkan tubuhnya dan berjalan kearah ranjang mereka. Lelaki itu mengambil sebuah bantal dan selimut, setelah itu berjalan mendekati pintu kamar. Baekhyun yang menyaksikan itu langsung berlari kecil mendekati Chanyeol.

"Chanyeol! Apa yang kau lakukan?!"

"Aku akan tidur di sofa."

Satu tetes airmata jatuh kepipi tirus Baekhyun melihat tingkah suaminya. Jemarinya teremas kuat. Chanyeol benar-benar keterlaluan! Baekhyun bahkan tidak tau dimana letak kesalahannya. Mereka hanya bicara seadanya, tidak lebih. Bukankah dulu, Chanyeol yang menasehatinya agar memiliki hubungan yang baik dengan Daehyun, walaupun mereka telah berpisah. Tapi kenapa sekrang lelaki ini yang harus cemburu dan menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi.

Benar-benar.

"CHANYEOL! KAU BENAR-BENAR AKH-!

"Oek… oek…"

Bersamaan dengan teriakan Baekhyun, suara tangisn bayi kecil mereka terdengar nyaring. Diikuti dengan tubuh Baekhyun yang tumbang diatas lantai dengan tangannya yang menekan perut bagian bawahnya.

"Baekhyun!" Chanyeol melempar bantal beserta selimut yang tadi dipegangnya dengan asal. "Astaga… kau kenapa!" tubuh tingginya berlutut kemudian membawa tubuh mungil Baekhyun kedalam gendongannya dan mengangkat tubuh mungil Baekhyun kearah ranjang.

"Chan… Jiwon… uuhhh…"

Wajah kesakitan Baekhyun benar-benar membuatnya panik. Bahkan tangisan bayi kecilnya sama sekali tidak terdengar ditelinganya.

"Tunggulah disini, aku akan memanggil Taehyung."

Baekhyun hanya menjawabnya dengan anggukkan. Tangannya semakin kuat menekan perutnya yang terasa sakit. Dia menggeserkan tubuhnya mendekat kearah ranjang bayi dan mengusap pipi Jiwon yang tengah menangis. Dia meringis kecil.

"Tenanglah sayang, mommy disini…" suara serak dan elusan lembut di pipi sang anak membuat bayi kecilnya lebih tenang. Baekhyun tersenyum kecil kearah sang anak dan mengelus kepalanya dengan sayang. "Anak pintar…" sebelum semuanya terasa gelap baginya.

Chanyeol duduk gelisah dilorong rumah sakit. Jari-jarinya meremas kasar rambutnya yang terlihat dua-tiga helai uban. Dan matanya tidak berhenti meneteskan airmata saat melihat tubuh istrinya yang digiring kedalam ruang operasi.

Bekas persalinan Baekhyun sebulan yang lalu tidak bersih, masih ada sekitar seperempat ari-ari yang tertinggal didalam tubuh Baekhyun. Dan jika tidak segera diatasi, hal tersebut dapat membahayakan nyawa pasien. Chanyeol yang mendengar kondisi sang istri hanya dapat memohon pada dokter agar melakukan hal yang terbaik bagi istrinya. Bahkan dirinya tidak dapat berpikir jernih saat itu. Yang berada didalam otaknya hanya Baekhyun, Baekhyun dan Baekhyun.

Dia mengingat bagaimana bodohnya dia beberapa jam yang lalu. Ya Tuhan… dia hampir saja menyia-nyiakan istrinya hanya karena cemburu butanya. Chanyeol tidak tau apa yang terjadi jika dia telah meninggalkan kamar dan tidak mengetahui keadaan sang istri. Mungkin dirinya akan hidup dengan penyesalan yang sangat besar.

Dia teralihkan saat mendengar ponselnya berbunyi. Setelah membaca nama yang tertera disana, dia segera menghembusnya nafasnya dan menghapus airmatanya.

"Ya, Taehyung?"

"Daddy… apa yang terjadi dengan mommy?" Chanyeol dapat mendengar isak tangis anak sulungnya, dan juga suara kedua bocah ciliknya yang meraung memanggil ibu mereka.

Bibir bawahnya ia gigit saat menyadari anak-anaknya benar-benar membutuhkan ibunya. dan dirinya dengan sangat bodoh membuat ibu yang mereka sayangi menjadi celaka.

"Mommy-mu sedang diurusi oleh dokter. Jangan menangis, Taehyung. Kau harus menjaga adik-adikmu," yang Chanyeol dapati hanya gumaman dari si sulung dan juga suara Jesper dan Jackson yang bertanya "Daddy, mana mommy? Hiks.. hikss…" dan diakhiri dengan isak tangis keduanya.

"Kalian tenanglah… nanti daddy akan menelpon."

Tanpa mendengar jawaban dari anak-anaknya, Chanyeol memutuskan untuk mengakhiri sambungan mereka. Dia tidak kuat lagi jika harus mendengar tangisan anak-anaknya. Ia mengusap wajahnya dengan kasar kemudian menyenderkan tubuhnya pada tembok rumah sakit dan menatap langit-langit putih yang berada diatasnya.

Tidak menyadari seseorang yang duduk disebelahnya.

"Apa yang terjadi dengan, Baekhyun?"

Tubuhnya tersentak pelan saat mendengar sebuah suara yang berasal dari sampingnya. Manik bulatnya mendapati tubuh Daehyun yang tengah menoleh kearahnya dengan wajah khawatirnya.

"Bekas persalinannya tidak bersih, sekitar seperempat ari-ari masih tertinggal di dalam tubuhnya…" lirihnya dan kembali mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit rumah sakit, alih-alih untuk menahan airmatanya yang akan tumpah.

Lelaki disampingnya berdecak. "Dokter bodoh," Chanyeol tidak meresponnya, tapi dia mengiyakan ucapan Daehyun. "Taehyung menelponku sambil menangis, dan dia memberitau kalau Baekhyun pingsan dan kau membawanya kerumah sakit. Lalu aku memutuskan untuk kerumahmu, meninggalkan Youngjae dan anak-anak karena aku yakin Taehyung tidak akan bisa menjaga adik-adiknya sendirian dan aku memutuskan kemari," Daehyun menghela nafasnya. "Sudah sejak siang Baekhyun terus meringis sakit dan menekan perutnya. Kurasa dia telah menahan itu selama satu bulan ini…" ucapan Daehyun membuat airmata yang berada dipelupuk mata Chanyeol semakin banyak. Dia benar-benar bodoh untuk menyadari Baekhyun yang menahan sakitnya. Wanita itu benar-benar terlihat biasa saja. Dan jika dia bertanya, hanya karena jahitan yang didapatinya.

Satu tetes airmata Chanyeol menyentuh pelipisnya, karena dia sedang mendongak. "Terima kasih… dan maaf karena tadi aku tidak bersikap sopan ketika kau pulang."

Daehyun terkekeh dan mengusap pundak lelaki disampingnya. "Ya… aku mengerti."

"Kami sempat bertengkar sebelum Baekhyun pingsan. Aku… benar-benar bodoh…"

Keduanya terdiam, tidak ada yang ingin mengeluarkan satu katapun. Daehyun menatap lantai di bawahnya, sedangkan Chanyeol masih menatap kosong langit-langit rumah sakit.

"Chanyeol-ah…" satu kata terdengar dari bibir Daehyun. "Disaat aku bercerai dengan Baekhyun, disitu aku merasa melakukan sebuah kebenaran. Karena aku yakin bukan aku sumber kebahagiaan dirinya. Walaupun aku tau, itu benar-benar sangat menyakitinya. Tapi Baekhyun wanita yang sangat kuat, dia hanya menangis saat mendapati fakta aku telah berselingkuh dibelakangnya. Dan ketika kami resmi bercerai, dia tidak menunjukkan satu airmatapun…" Daehyun menjeda kalimatnya, dan menoleh kearah Chanyeol yang masih menatap kearah langit-langit. Tapi dia yakin, lelaki itu mendengar setiap kata yang keluar dari bibirnya.

"Walaupun hatiku sudah berpindah pada wanita lain, aku tetap tidak bisa meninggalkan tanggung jawabku pada Baekhyun… aku terus mengawasinya dari jauh. Aku telah mengenal Baekhyun sejak dia tumbuh remaja, senyumnya tidak pernah hilang dari bibirnya. Dan aku sangat merasa bersalah saat menghilangkan senyumannya itu…" sebuah senyuman hangat terlukis di wajah tampan Daehyun. "Lalu aku kembali melihat senyumannya saat dia mengenalmu. Hatiku sangat lega… rasa lega yang dirasakan seorang kakak saat melihat adiknya bangkit dari terpuruknya. Aku mulai berhenti mengawasinya karena aku yakin dia telah menemukan kebahagiaannya."

"Pada malam itu, aku tidak menyangka kalau Baekhyun menghubungiku kalau dia ingin memulai hubungan baik denganku. Bahkan aku mengira dia akan sangat membenciku. Dan saat ku tanya kenapa dia ingin melakukan hal ini, dia berkata bahwa suaminya yang menyuruhnya. Disitu aku merasa kalau kau adalah lelaki yang sangat baik, dan aku turut senang kalau Baekhyun menemukan penggantiku yang tepat.

Maka dari itu, Park Chanyeol. Jangan bersalah sangka dengan hubungan kami. Aku sudah bahagia dengan istriku, dan Baekhyun sudah bahagia denganmu. Kami memang tidak di takdirkan untuk bahagia bersama sebagai sepasang suami istri, tapi kami lebih ditakdirkan bahagia dengan hubungan yang memang seharusnya dari awal seperti itu…"

"Daehyun-ahmianhae…"

"Minta maaflah dengan Baekhyun ketika dia sadar."

Di pagi hari, Baekhyun telah sadar dari obat bius yang diberikan oleh dokter. Dan pemandangan pertama yang didapatinya adalah wajah kacau sang suami, yang membuatnya terpekik pelan.

"Astaga Chanyeol…" dia hendak duduk dari tidurnya, tapi terhenti saat merasakan pening di kepalanya dan nyeri di bagian perutnya.

Chanyeol yang melihat itu langsung memegang kedua pundak Baekhyun dan membantu wanita itu untuk kembali merebahkan dirinya. "Tidurlah dulu, sayang."

Baekhyun tidak menjawab. Dirinya terlalu pusing hanya untuk sekedar mengangguk. "Chanyeol…" desisnya. "Apa yang terjadi denganku?" Baekhyun menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat mendengar penjelasan sang suami. "Ya Tuhan… lalu jika aku dan kau disini. Bagaimana dengan anak-anak?"

"Daehyun dan Youngjae menjaga mereka…"

Baekhyun menghela nafasnya pelan. Setidaknya bayi kecilnya akan merasa aman jika ada sosok ibu berada didekatnya. "Kita berhutang banyak pada mereka…" dapat ia lihat sang suami yang menganggukan kepalanya.

"Baekhyun… aku minta maaf untuk sikapku semalam. Aku… benar-benar kekanakan."

Baekhyun tersenyum manis –walaupun dirinya masih lemas- kemudian mengusap wajah Chanyeol dengan lembut. Dia semakin melebarkan senyumannya saat melihat mata sang suami yang terpejam dan bibirnya yang mencium telapak tangannya.

"Lupakanlah, Chanyeol…"

"Tidak, Baek… karena sikap bodohku, kau menjadi celaka."

"Hey," Baekhyun menangkup wajah lelaki tingginya dan tersenyum hangat kearahnya. "Tanpa kau bersikap seperti itu pun, ari-ari itu memang sudah berada didalam tubuhku, Chan…"

Chanyeol hanya menghela nafasnya. Sedangkan Baekhyun masih setia tersenyum kearah sang suami. Dia mengerti, pastinya Chanyeol sangat khawatir padanya. Dan kenyataan itu mampu membuat hatinya menghangat. Chanyeol masih peduli dengannya. Dan akan selalu seperti itu.

"Chanyeol~ naiklah…" Baekhyun menggeser tubuhnya sedikit, menyisakan sebuah ruang yang dia ingin suaminya yang mengisinya. Beruntung ranjangnya lumayan lebar.

"Baek? Ini sudah pagi," raut wajah terkejut yang di tunjukkan Chanyeol benar-benar membuat Baekhyun senang. Wanita itu menarik tangan Chanyeol mendekat padanya.

"Ayolah~ aku ingin memelukmu."

Chanyeol terkekeh melihat tingkah menggemaskan sang istri. "Bagaimana jika ada perawat yang masuk?"

"Aku tidak peduli. Yang aku peluk adalah suamiku."

Lalu tanpa menunggu lagi, Chanyeol akhirnya bergerak menaiki ranjang dan merebahkan dirinya menyamping menghadap Baekhyun. Dia tersenyum saat melihat Baekhyun yang dengan manisnya menenggelamkan dirinya kearah tubuh tingginya. Mau tidak mau, dia memeluk tubuh mungil sang istri dan membawa ciumannya pada pucuk kepala Baekhyun.

"Manja sekali, istriku…"

Baekhyun mendongakkan kepalanya dan menatap tajam kearah Chanyeol. "Kau tidak suka?!"

"Sangat suka."

Kemudian tanpa perkataan, Chanyeol mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya pada bibir tipis Baekhyun. Menyesap bibir yang mampu membuatnya candu. Bibir yang lebih manis dari makanan yang berada di dunia. Bibir seorang Byun Baekhyun. Oksigennya, dunianya, tujuan hidupnya. Dan yang terpenting adalah… istrinya, yang akan menjadi pendampingnya ketika mereka berada disurga nanti.

Satu tahun kemudian

Taehyung menggigit jarinya saat melihat adik bayinya yang saat ini tengah memperlancar jalannya. Di dalam pikirannya sudah berkeliaran kejadian-kejadian ketika Jiwon mulai tumbuh. Saat adiknya itu sudah dapat berlari dan mulai pandai berbicara.

Ya Tuhan… penggangu hidupnya semakin bertambah. Bahkan saat ini dia tidak dapat fokus belajar karena Jesper yang baru saja masuk kesekolah dasar banyak bertanya ini-itu padanya. Ah… ingin rasanya dia meninggalkan dunia ini… tapi saat mengingat sosok kekasih membuat dirinya mengurungkan diri untuk bertemu dengan Tuhan.

TAEHYUNG HARUS KUAT DEMI MEMBAHAGIAN KOOKIENYA. CINTANYA. SEGALANYA UNTUKNYA.

Itu motto hidupnya. Dia tidak mau kalah dengan kedua ayahnya yang dapat membahagiakan kedua ibunya. Dia lelaki sejati!

Lelaki sejati yang –ingin- menangis jika adik-adiknya menganggu dirinya.

"Baekki-mommy~"

Taehyung bergidik ngeri saat mendengar suara sang ayah yang memanggil ibunya. "Daddy, suaramu mengerikan!" dia menatap tajam kearah sang ayah yang tengah melotot padanya. Dia kembali menyibukkan dirinya menatap televise di depannya.

"Sayang… ada yang ingin ku bicarakan."

Suara percakapan kedua orang tuanya yang tengah bermesraan –tidak tahu tempat- terdengar ditelinganya. Dan dia memutuskan untuk tidak mempedulikan itu.

"Hm… kita 'kan belum punya anak perempuan, Baek…"

"Lalu?"

Jantung Taehyung berdebar sangat keras saat dirinya mendengar kabar buruk diantara percakapan orang tuanya.

"Ayo kita buat adik perempuan untuk Jiwon~"

Ah.

Adik perempuan ya.

Untuk Jiwon.

Itu berarti…

Adik perempuan untuk Jesper, Jackson dan dirinya.

Okay.

Satu mimpi buruk datang lagi.

"TIDAAAAAAK!"

Dan Taehyung langsung menjauhkan tubuh sang ibu dan ayahnya yang tengah tertawa keras melihat raut wajahnya. Oh… sungguh! Jika lelaki itu bukan ayahnya, Taehyung pasti akan membunuhnya.

Baekhyun tengah menyandarkan tubuhnya dengan nyaman pada dada bidang Chanyeol. Jemarinya membuat pola-pola rumit di atas dada hingga perut sang suami. Matanya melirik kearah Chanyeol yang tengah me-fokuskan dirinya pada sebuah buku yang di bacanya, dengan kacamata yang bertengger manis di pangkal hidungnya. Benar-benar seksi!

"Chan~" Baekhyun mengerucutkan bibirnya saat mendengar gumaman yang dikeluarkan Chanyeol. "Apa Jiwon akan betah tidur dengan Taehyung? Selama ini dia 'kan tidur dengan kita."

Chanyeol terkekeh kemudian menaruh buku yang di bacanya dan melepas kacamata baca yang dikenakannya. Tangannya menangkup pipi Baekhyun, mengelus pipi istrinya dengan kedua ibu jarinya. Dia mendekatkan wajahnya dan meraup bibir Baekhyun dengan pagutan yang manis.

"Tenanglah, Jiwon sedang ingin bersama Taehyung akhir-akhir ini…" manik sipit Baekhyun menatap kearah sang suami, kemudian menganggukkan kepalanya pelan. "Dan… itu sangat bagus sayang."

"Maksudmu?"

Sebuah senyuman miring terlukis di wajah tampan Chanyeol. Dengan cepat tapi lembut, dia menindih tubuh Baekhyun dengan kedua siku yang menopang tubuh tingginya. Menekan tonjolan yang berada di selangkangannya pada kewanitaan Baekhyun yang masih dilapisi celana. Dia tidak mengindahkan tatapan horror dari istri di bawahnya. "Taehyung akan menyukai anak-anak. Dan dia akan senang dengan adik barunya nanti."

"Ap-aahh~"

Chanyeol tersenyum miring saat mendengar desahan yang keluar dari celah bibir Baekhyun saat dirinya menggerakkan pinggulnya, menggesek kemaluan mereka.

"Enak?"

Baekhyun mengangguk. Dia menatap sayu kearah Chanyeol dan melingkarkan kedua tangannya pada leher Chanyeol. Meremas rambut bagian belakang sang suami saat merasakan nikmat ketika Chanyeol menekan kelamin mereka.

"Chanyeol~ cepat lakukan."

Senyuman miring di bibir Chanyeol semakin terlihat jelas, lelaki itu berlutut diatas Baekhyun dan membuka baju yang dikenakannya, tidak mempedulikan Baekhyun yang membuang mukanya, merona saat melihat tubuh sang suami. Walaupun tubuhnya sudah tidak memperlihatkan otot perutnya dengan jelas karena tertutup lemak, tapi tetap saja tubuh suaminya itu paling disukainya.

Kekehan Chanyeol terdengar kemudian dia kembali menopang dirinya pada salah satu sikunya, tangannya memegang dagu Baekhyun dan membawa tatapan sang istri pada dirinya. "Kau masih tetap saja malu," dengan gemas, Chanyeol mengecup bibir tipis Baekhyun. "Aku mencintaimu."

Chanyeol melepas tiap kancing baju yang dikenakan Baekhyun. Dia meraba leher jengjang Baekhyun, kemudian turun hingga diatas dadanya. Tangannya menangkup salah satu payudara Baekhyun dan meremaskan pelan.

"Aahh Chan~" Baekhyun memejamkan matanya, bibirnya terbuka mengeluarkan desahan lirih menikmati setiap sentuhan yang diberikan sang suai. Dia sedikit menaikkan punggungnya saat tangan Chanyeol menjalar kebelakang dan memisahkan kaitan bra yang dikenakannya. Hingga tangan besar Chanyeol dapat menyentuh payudaranya tanpa terhalang apapun.

Mata Baekhyun sedikit terbuka saat merasakan sentuhan tangan Chanyeol mulai turun keperutnya, dia melirik kebawah dan mendapati sang suami yang telah memegang karet celananya.

"Aku buka ya…" izin dari Chanyeol membuat hati Baekhyun tersentuh, dia merasa kalau Chanyeol benar-benar menghormati dirinya sebagai perempuan. Jadi yang bisa dilakukan oleh Baekhyun adalah mengangguk.

Chanyeol berhasil meloloskan celana beserta dalaman yang dikenakan Baekhyun. Dengan lembut dan penuh takjub, Chanyeol memegang paha dalam Baekhyun, membuka lebar kaki wanitanya. Mata bulatnya menatap pada vagina Baekhyun dan mulai mendekatkan wajahnya, menjulurkan lidahnya untuk memuluti vagina kesukaannya.

"Aaahhh~"

Dan satu desahan yang hanya akan dia dengar sampai akhir hayatnya, mengalun indah mencapai gendang telinganya. Lidahnya menyapa clitoris Baekhyun, menyelimutinya dengan lidah hangatnya. Kemudian mengulum titik kecil itu dengan mulutnya. Menggoda cincin lubang vagina Baekhyun dan memasukkan benda tidak bertulang itu kedalam lubang sempit itu. Tidak mau ketinggalan, kedua jarinya ikut bekerja, melonggarkan lubang itu agar lebih siap dengan penis besarnya.

"Uuhh ouhh Chanhh~"

Baekhyun hanya bisa mendesah dan menekan kepala Chanyeol agar lelaki itu tidak menjauhkan kenikmatan yang diterimanya. Matanya yang terpejam, terbuka saat merasakan kepala Chanyeol yang menjauhi selangkangannya. Dan dia dipertemukan dengan manik bulat Chanyeol yang berada tepat didepannya. Baekhyun tersenyum kemudian mengangkat tanganya untuk mengelus pipi Chanyeol.

"Aku masukkan ya…"

Saat Baekhyun mengangguk, saat itu pula Chanyeol mendorong penisnya yang telah ia posisikan pada lubang Baekhyun. Baekhyun meringis pelan saat merasakan lubangnya yang dipaksa terbuka lebih lebar, sedangkan Chanyeol mendesis nikmat merasakan dinding vagina Baekhyun yang meremas penisnya.

"Chanhhh~"

"Tahan sayang sshh."

Chanyeol mendiamkan dirinya saat seluruh batang penisnya telah kembali kesarangnya. Dia menatap lembut kearah Baekhyun dan menghapus peluh yang berada diwajah cantik istrinya. Bibirnya mengecup pelipis dan kening Baekhyun dengan sayang.

"Bergeraklah…"

Kalimat yang diucapkan Baekhyun bagai perintah baginya. Maka dari itu, Chanyeol mulai menggerakkan pinggunya pelan, mengeluar-masukkan penisnya menusuk titik terdalam Baekhyun.

"Lebih aahh Chanyeolhhh~"

Gerakan pinggul Chanyeol semakin intens dan cepat. Bibirnya ia pertemukan dengan bibir tipis Baekhyun, sedangkan tangannya meremas payudara Baekhyun dan memainkan putingnya.

Genjotannya pada lubang Baekhyun semakin cepat. Matanya menatap wajah Baekhyun, "Tatap aku," dan ia tersenyum saat manik sipit Baekhyun jatuh kedalam tatapannya. Chanyeol menempelkan kening mereka tanpa melepaskan tatapannya dan gerakkan pinggulnya. Membuat Baekhyun merona hebat melihat tingkah sang suami.

Hingga beberapa tusukan membuat Baekhyun ingin sampai pada klimaksnya. Wnaita itu membantu Chanyeol dengan menggerakkan pinggulkan acak. Tangannya yang mengalung pada leher Chanyeol merambat naik untuk meremas rambut sang suami. Sedangkan tatapan keduanya tidak pernah terlepas.

"Aaahhh Chanyeol! Uuhh~"

Tubuh Baekhyun bergetar saat wanita itu mengeluarkan cairan nikmatnya hingga membasahi penis Chanyeol. Sampai di lima tusukan terakhir, batang penis Chanyeol semakin memperlihatkan urat-uratnya dan berkedut hebat. Kemudian lelaki itu menumpahkan spermanya jauh kedalam Rahim Baekhyun.

"Ohh Baekhyun sshh…"

Chanyeol melepas penyatuan mereka kemudian merebahkan tubuhnya disamping Baekhyun. Ia memeluk tubuh mungil sang istri dan mencium pucuk kepalanya dengan sayang.

"Terima kasih, Baek. Aku sangat mencintaimu."

Baekhyun tidak dapat menahan senyumannya. Tangannya melingkr pada perut sang suami dan menenggelamkan wajahnya pada dada Chanyeol. "Aku juga mencintaimu, Chan."

Sekali lagi, Chanyeol kembali mencium pucuk kepala Baekhyun. Kaki panjangnya menyeret selimut yang berada diujung kasur dan menyelimuti tubuh polos mereka.

"Baek," hanya sebuah gumaman yang Chanyeol dapati. "Apakah yang satu ini akan menghasilkan adik perempuan?"

Baekhyun terkekeh dan memukul pelan dada Chanyeol. Kepalanya mendongak, menatap wajah tampan sang suami dan mengangkat tangannya, menghapus peluh yang berapa pada kening Chanyeol. "Aku tidak tau…"

"Aku sangat ingin mempunyai wanita kecil, Baek."

Senyuman Baekhyun semakin lebar saat mendengar ucapan Chanyeol. "Aku juga… tapi Chanyeol, kita akan semakin tua…"

"Maka dari itu, ayo buat anak kita tidak akan kesepian nanti."

Karena gemas, Baekhyun mencubit pinggang Chanyeol dan kembali memeluk erat tubuh tinggi Chanyeol. Tidak mempedulikan erangan sakit yang dikeluarkan sang suami. "Dasar mesum."

"Haha… tidurlah~"

Baekhyun mengangguk dan semakin memeluk erat tubuh tinggi Chanyeol. Matanya terpejam saat merasakan belaian pada kepalanya, membuatnya merasa nyaman.

"Night, my love."

Senyuman Baekhyun tidak dapat tidak hadir mendengar ucapan Chanyeol. "Night, my Dobi."

.

.

############

.

.

Gimana? Bosen? Kepanjangan ya? Hahaha gatau ini bisa keasikkan ngetik eh malah sampe 6k word. Mungkin ini lebih panjang dari lapora-laporan cinta untuk dosen-dosen tersayang haha.

Buat My Twin tercinta, gimana? Puaskah? Sesuai keinginan kah? Semoga ini bisa jadi hadiah terbaik ya~ walaupun awal banget hahahaha.

Hm… ngomong-ngomong, hari ini Seulla Update jamaah bareng author-author kece nih. Sekalian mau ngucapin Selamat Ulang Tahun buat kak Silvie~ Wish you all the best, GBU~ semoga keinginan yang diinginkan segera tercapai dan semoga panjang umur^^ jangan lupa buat cek story kece dari Railash61; Hyurien92; Cactus93; Myka Reien; CussonsBaekby. Dan jangan lupa untuk tinggalkan jejak dicerita mereka ya~

Dan terakhir, karena Seulla gamau ngomong banyak-banyak. Terima kasih buat yang udah nyediain waktu untuk baca FF ini dan jangan lupa untuk meninggalkan komentar dikolom review~ budayakan untuk meninggalkan jejak ya^^