Naruto © Masashi Kishimoto
Summary : Sasuke bekerja sebagai guru baru, sebelumnya ia bekerja sebagai pelayan cafe, namun berhenti karena masalah pribadi. Ia terpilih sebagai pengganti walikelas XII-A, tidaklah mudah baginya untuk menjadi guru dihari awal. Apalagi ia harus menjadi guru les Naruto, anak yang sangat susah untuk diatur.
Pair : NarufemSasu
Rate : T
Warning : AU, OOC, Typo(s), Gender switch, Gaje, Dll
My Teacher Is My Love By RPGuT
.
Don't Like? Don't Read!
.
~Happy Reading~
.
Sasuke melihat penampilan dirinya dicermin untuk yang terakhir kalinya. Rambut hitamnya dibiarkan bebas tergerai begitu saja, pakaian yang digunakannya saat ini adalah kemeja putih dan rok panjang berwarna hitam yang dipadu dengan motif bunga mawar yang berwarna putih.
Sasuke menghembuskan nafasnya untuk yang kesekian kalinya. Ia merasa sedikit gugup. Karena masalah pribadi-nya ia berhenti bekerja untuk beberapa bulan, berusaha menenangkan dirinya. Namun kini ia mulai bekerja lagi, bekerja sebagai guru di Konoha Senior High School.
Sekali lagi Sasuke menghembuskan nafasnya,ia berjalan keluar kamarnya,menuruni anak tangga dan menuju meja makan keluarga. Disana sudah ada ayah, ibu, dan juga kakaknya. Sasuke menduduki kursi yang berada disamping kanan Itachi. Ia mengambil dua potong roti yang sudah dioleskan dengan selai kacang, lalu memakan roti selai kacang itu.
Itachi memperhatikan Sasuke yang tengah mengunyah rotinya, rasanya sedikit aneh saat Sasuke memakan makanan yang bukan kesukaannya.
"Sejak kapan kau suka dengan selai kacang?" Itachi memperhatikan Sasuke yang menguyah rotinya lahap.
Sasuke menelan makanannya dan melihat Itachi dengan ekor matanya, "Sibuk sekali kau!" Itachi mengkerutkan keningnya, bingung dengan Sasuke.
Itachi berpikir bahwa saat ini Sasuke sedang gugup. Mungkin memang benar kalau Sasuke sedang gugup, pasalnya setiap adik perempuannya itu gugup, tingkah lakunya selalu saja aneh. Ditambah lagi Sasuke yang mempunyai masalah dengan pekerjaannya beberapa bulan yang lalu, membuat ia khawatir.
"Kau terlalu memaksakan diri Sasuke," Itachi memperhatikan Sasuke yang sedang meminum susu hangatnya, "Jangan terlalu memaksakan diri." tambahnya memberi saran.
Sasuke diam, ia lebih memilih diam dan menutup mulutnya, ia tidak ingin berdebat dengan Itachi dipagi hari yang ia yakini akan mengubah hidupnya nanti.
"Biarlah Itachi, ini adalah keinginan Sasuke." Fugaku membela Sasuke.
"Benar." Mikoto mengangguk-anggukkan kepalanya.
Itachi menatap Fugaku dan Mikoto secara bergantian, "Tapi,Sasuk–"
"Jangan lagi Itachi..." Sasuke menggigit bibir bawahnya, kepalanya menunduk dalam, "Jangan lagi seperti itu.." Sasuke berucap lirih.
Sasuke tidak ingin Itachi jadi mengkhawatirkan dirinya lagi, dulu waktu segerombolan pria brandalan mengganggunya, Itachi langsung datang dan menghajar mereka sampai pingsan. Parahnya lagi, yang dipersalahkan adalah Itachi. Kakaknya itu dimintai ganti rugi akibat perbuatannya. Ayah dan Ibu merekapun merasa kecewa pada Itachi. Sasuke sedih melihat kakaknya yang dipersalahkan oleh semua orang, maka dari itu ia tidak ingin Itachi ikut campur dalam masalahnya lagi.
Ibunya, Mikoto menyentuh bahu kanannya pelan, "Oke, sekarang Sasu pergilah, dan jangan terlalu memikirkan hal yang telah berlalu."
"Hm" Sasuke mengangguk pelan. Ia melihat wajah ibunya yang tersenyum lembut kearahnya. Hal itu membuat Sasuke lebih bersemangat lagi.
Segera ia menyambar tas hobo hitam yang berada dibawah kursinya.
"Aku pergi!" dengan semangat ia pergi keluar rumah, membawa senyuman indah yang jika dilihat para pria mereka akan langsung tergoda karena wajahnya yang cantik dan parasnya yang ayu.
Itachi langsung mengejar Sasuke, membuat Fugaku dan Mikoto saling berpandangan, bingung.
"Sasuke!" Itachi berteriak kencang, membuat Sasuke langsung menghentikan langkahnya dan berbalik dengan wajah cemberut.
"Apa?" Sasuke memandang kesal Itachi.
Itachi tersenyum sambil menggaruk belakang kepalanya, "Biar kuantar, kau tidak perlu repot untuk naik bus."
Sasuke memutar bola matanya bosan, "Oke." jawabnya seadanya.
"Kalau begitu tunggu disini," Itachi menunjuk kebawah, "Aku akan mengambil mobilku dulu." ujar Itachi,senyuman masih menghiasi wajahnya.
"Ya, cepat sana!" Sasuke mendorong-dorong tubuh Itachi, wanita itu merasa aneh dengan kakaknya ini. Diumurnya yang sudah menginjak 25 tahun ini, kakaknya masih saja memperlihatkan sifat overprotective-nya padanya.
Itachi bergegas mengambil mobilnya, setelah masuk kedalam mobil ia langsung menuju ketempat Sasuke.
"Ck! Kau ini bikin repot saja Itachi!" Sasuke membuka pintu dan masuk kedalam mobil Itachi, "Apa kau tidak bekerja?" ia menatap Itachi yang mulai menjalankan mobilnya.
"Hmm..hari ini aku ambil cuti Sasuke.." jawab Itachi seadanya,Sasuke menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Pokoknya kau tenang saja," Itachi masih fokus menyetir "Aku akan mengantarmu!" ucapnya sambil mengepalkan tangannya dengan semangat. Sasuke tersenyum kecil, ia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku Itachi yang kelewat aneh untuk orang seusianya.
"Sudah tua masih saja bertingkah aneh" celetuk Sasuke, membuat Itachi sesekali melihat kearahnya.
"Yang benar saja kau!"
"Memang benar! Sudah tua, jomblo lagi.." ledek Sasuke, membuat Itachi kesal dan memukul-mukul stir mobilnya.
"Cukup Sasuke!"
Sasuke tersenyum merasa menang dengan Itachi untuk kali ini. Ia malah tambah bersemangat kalau begini.
.
.
.
"Sudah Sasuke, aku pergi dulu." Itachi menjalankan mobilnya, menjauhi kawasan sekolah tempat Sasuke bekerja.
"Hn" Sasuke membalas cuek, dilihatnya sekelilingnya. Begitu banyak para siswa dan siswi,begitu banyak pula model mereka. Ada yang duduk bersama dikursi yang memang sudah disediakan ditaman, ada yang sedang bercanda ria, dan astaga!, ada pula yang sedang berpacaran. Sasuke menggelengkan kepala pelan lalu melangkah masuk.
Berjalan kesana kemari tak tentu arah, ntah apa yang dilakukannya, barulah ia sadar kalau sebenarnya ia masih belum tahu dimana ruang kantor guru berada. Memang ia sudah diterima menjadi guru, tapi ia belum mengetahui tempatnya. Setelah lama berhenti bekerja ia akhirnya bekerja sebagai guru, ilmu yang tersimpan dikepalanya sangatlah banyak. Disekolah, tempat kerja barunya, Sasuke adalah guru yang paling muda.
'Astaga! Sekolah ini banyak mengalami perubahan setelah 5 tahun' batin Sasuke pusing dengan ruang kantor guru yang sudah berubah menjadi taman.
Sasuke menepuk jidatnya pelan, "Apa yang kulakukan." gumamnya pelan, matanya melihat-lihat para siswa dan siswi yang sedang bersama teman-temannya. Sasuke tidak suka keramaian maka dari itu ia mencari siswa yang sedang sendiri, setelah lama mencari akhirnya ditaman sekolah barulah ia berjumpa dengan siswa yang sedang duduk sendiri.
Sasuke berjalan mendekati siswa itu, dari samping kiri Sasuke berdiri, dapat dilihatnya siswa berambut kuning mencolok itu sedang memejamkan matanya.
"Hoamm!" pria berambut pirang itu menguap lebar.
Sasuke mengernyitkan dahi, disentuhnya pelan bahu siswa itu. Perlahan mata siswa berambut kuning itu terbuka memperlihatkan manik biru lautan yang sempat menghipnotis Sasuke karena keindahannya.
"Apa?" celetuk siswa itu, membuat Sasuke tersadar dari lamunannya.
Sasuke menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Tidak! Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin tanya, dimana letak ruangan kantor guru?"
Siswa itu tersenyum setan, "Ehh..kau mau kesana?"
Sasuke mengangguk pelan, "Bisakah kau antar aku kesana?" menatap siswa itu dengan serius.
"Aku dapat apa?"
"Ehm.." Sasuke berpikir sejenak, "Kau...dapat berkahnya!" ujarnya membuat pria itu tertawa keras.
"Hahahah! Maksudmu apa? Pahala?! Hahaha!" Sasuke menundukkan kepalanya, ntah kenapa ia merasa bahwa siswa ini tengah mempermainkannya.
"Fiuhh~" si pirang mengelap air matanya, "Ayo ikut aku..." ia berjalan diikuti Sasuke dibelakangnya.
Sasuke mengepalkan tangannya, ia melihat siswa berambut pirang itu dengan pandangan sinis, 'Awas saja kau!' batinnya marah.
"Hey kau sedang apa? Marah padaku? Aku dapat melihatmu dari jendela kaca ini lho~"
Sasuke terkesiap, "Tidak kok." sangkalnya cepat.
"Heehh~, biasanya kalau ada yang seperti itu pasti akan langsung kuhajar." ucapnya sambil menekankan kata kuhajar.
"Yang ben–"
"Nah! Disini ruang kantor guru" kata siswa itu menunjuk pintu bercat putih silver.
"Terimakasih." Sasuke berterimakasih kemudian masuk kedalam ruangan kantor guru. Meninggalkan pria kuning itu sendirian.
Begitu masuk Sasuke langsung disapa oleh para guru, dirinya merasa senang diperlakukan seperti itu. Para guru sangatlah ramah, yah...meskipun mereka sangatlah tua.
"Sasuke, kau dipanggil keruang kepala sekolah."
Sasuke mengkerutkan dahi, "Apa aku membuat suatu masalah Anko?" ia memperhatikan Anko dengan cemas.
Anko menggelengkan kepala pelan, "Tidak. Tenang saja, kau tidak akan diapa-apain kok." ia mengedipkan sebelah matanya.
Sasuke menganguk pertanda paham, "Bisa kau antarkan aku?" tanyanya yang langsung dijawab dengan anggukan kencang oleh Anko.
"Ayo!" Anko menarik pergelagan tangan Sasuke dan membawanya pergi keruangan kepala sekolah.
.
.
.
Sasuke memperhatikan pintu yang terdapat sebuah ukiran kayu bertuliskan 'Kepala Sekolah'.
'Ruangan kepala sekolah tidak berubah sedikitpun, tapi ruangan lainnya diubah semua' pikir Sasuke saat melihat pintu kayu yang dulu sering ia masuki karena dipanggil oleh kepala sekolah semasa ia bersekolah di KSHS. Yah..ia sering dipanggil karena prestasinya.
"Nah! Masuklah Sasuke!" Anko mendorong-dorong pelan tubuh Sasuke.
Sasuke menghela nafas panjang, kemudian ia membuka pintu perlahan dan masuk.
"Datang juga kau Sasuke." ujar kepala sekolah saat Sasuke tengah menutup pintu.
Sasuke duduk disofa yang memang sudah disediakan diruangan tersebut, "Yah..begitulah guru Iruka"
"Ekhm..tidak kusangka, keluarga Uchiha yang merupakan salah satu donatur menjadi guru disekolah ini, suatu kehormatan bagiku. Kau bisa mengajar disini Sasuke" Iruka menggaruk belakang kepalanya, "Kau masih ingatkan dengan semua pelajaran yang pernah kuajarkan padamu?" Iruka tersenyum lebar.
"Ya aku masih ingat, tapi bisakah kau mengatakan alasan kenapa aku dipanggil kesini?" dengan sopan Sasuke bertanya.
Iruka tersenyum canggung, "Oke, walikelas XII-A meminta untuk dipindahkan posisi mengajarnya dikelas sebelah. Kebetulan kelas sebelah walikelasnya pensiun karena umurnya sudah 60 tahun. Jadi aku memindahkannya begitu saja," kini wajah Iruka berubah menjadi serius, "Jadi aku memanggilmu, ingin memberitahukan kalau kau akan jadi pengganti walikelas XII-A yang lama. Kau mau?" Iruka tersenyum saat melihat ekspresi terkejut dari Sasuke.
"Apa maksudmu?! Aku bekerja disini untuk menjadi guru yang hanya mengajar pelajaran matematika, bukan menjadi walikelas!" tolak Sasuke dengan ekspresi kaget yang masih ada diwajahnya.
Iruka mendesah berat, "Kumohon, Sasuke." menatap Sasuke dengan penuh harapan.
Sasuke menghela nafas panjang, "Ini sebagai tanda terimakasihku untukmu guru Iruka, jadi aku akan menerimanya." mendengar itu senyum Iruka mengembang.
"Terimakasih Sasuke, biar Anko yang mengantarmu menuju kelas XII-A."
"Hn,"
.
.
.
"Ayo cepat Sasuke!" Anko berjalan dengan langkah cepat.
Sasuke mencoba untuk menyamakan langkahnya dengan Anko, "Hey tidak bisakah kau sedikit santai?" ia memperhatikan Anko yang tampak panik.
"Akan lebih baik jika kita cepatkan?"
Sasuke memutar kedua bola matanya bosan.
"Nah, Sasuke ini adalah kelas XII-A." ujar Anko menunjuk kearah pintu kelas XII-A.
"Yah, aku tahu itu, dari papan ini saja aku sudah tahu!" Sasuke menunjuk papan kecil berwarna putih yang menempel dipintu kelas XII-A.
Anko menggaruk belakang kepalanya, "Hehehe..." Sasuke memandangnya bosan.
"Nah, Sasuke aku pergi dulu kalau begitu" Anko berbalik arah.
Dengan cepat Sasuke menggenggam tangan kanan Anko, "Kenapa aku ditinggal? Kupikir kau akan menemaniku. Karena ini adalah pengalaman pertamaku menjadi seorang guru." ekspresi wajah Sasuke mendadak pucat.
Anko mengkerutkan dahi, "Kau kenapa Sasuke? Santai saja. Murid kelas XII-A adalah murid yang baik," Anko melepaskan genggaman tangan Sasuke perlahan, "Tapi ingat!" Anko menaikkan jari telunjuknya, "Bersabarlah dalam mengajar Naruto."
Sasuke terdiam. Didalam benaknya saat ini ada beberapa pertanyaan seperti. Siapa itu Naruto? Sehebat apa anak itu? Dan kenapa walikelas XII-A minta pindah posisi dalam mengajar? Apa ada hubungannya dengan Naruto?
Anko tersenyum kemudian melangkah pergi, meninggalkan Sasuke yang terdiam sendirian didepan pintu kelas XII-A.
Sasuke menarik nafas dalam-dalam, saat ini ia merasa gugup setengah mati. Ia menghembuskan nafasnya pelan.
Cklek!
Sasuke membuka pintu kelas XII-A, para murid yang awalnya ribut kini terdiam sambil menatap kearahnya.
Hal itu membuat Sasuke semakin gugup, namun ia tepis rasa gugupnya lalu iapun berjalan kemeja yang memang khusus untuk walikelas. Ia meletakkan tas hobo miliknya diatas meja. Setiap gerakan yang dilakukannya selalu diperhatikan secara teliti oleh semua murid XII-A. Membuat Sasuke gugup sampai-sampai ia jadi bingung harus mulai dari mana.
"Waahh!"
"Cantik!"
"Nomor telpon ada?!"
"Bla! Bla! Bla! Bantu meribut woy!"
"Ngomong apaan dia?!"
Sasuke sweetdropet.
"Namamu siapa guru?" pertanyaan dari salah satu diantara murid yang berteriak membuat Sasuke sadar dengan apa yang harus ia lakukan.
Sasuke memajukan dirinya kedepan, "Sa-salam kenal, namaku Uchiha Sa-sasuke" dengan gugup ia memperkenalkan diri, ia memejamkan mata saat melihat tatapan para murid yang menurutnya aneh.
"Wahh! Nama yang bagus!"
"Hahaha! Hore untung aja walikelas barunya cantik!"
"Sudah punya pacar guru?!"
"Makasih untuk Naruto yang udah menyingkirkan guru Kakashi dari posisi walikelas XII-A!"
Sasuke masih memejamkan matanya, ia meremas rok hitam panjangnya, tidak peduli seperti apa tatapan dari para murid. Saat ini ia benar-benar gugup.
"Sa-salam kenal, namaku Uchiha Sa-sasuke. Heh?! Apa-apaan itu?!" seseorang mengulangi perkataan Sasuke dengan nada yang dibuat-buat. Bermaksud meledek.
"Eh!" kaget, diledek seperti itu membuat gugup Sasuke hilang tergantikan oleh perasaan marah karena merasa tersinggung.
Sasuke melihat-lihat murid kelas XII-A secara bergantian, "Si-siapa itu tadi?" tanyanya gugup,namun semua murid tidak menjawab mereka memilih diam.
'Apakah yang meledekku tadi adalah Naruto yang dibicarakan Anko? Berani sekali dia seperti itu,' pikir Sasuke, ia menggigit bibir bawahnya mencoba menahan amarahnya yang siap meledak kapan saja. 'Tapi suaranya seperti anak yang kutemui tadi pagi.'
Sasuke tidak ambil pusing,ia duduk dikursinya dan mengambil buku absen.
Sasuke berdecak kagum, daftar kehadiran murid kelas XII-A sangatlah rapih, mereka semua masuk dan tidak pernah absen, begitupula dengan Naruto yang dikatakan Anko tadi.
Sasuke berdehem, "Oke, setelah ibu memperkenalkan diri, sekarang giliran kalian untuk memperkenalkan diri."
"Kau mau jadi ibu siapa?!" sahut seseorang yang tadi meledeknya, Sasuke mengernyit heran. Namun Sasuke hanya diam saja, matanya sibuk melihat-lihat daftar kehadiran murid.
"Kalau begitu ibu akan memanggil nama kalian satu persatu."
"Aburame Shino"
"Hadir" Shino membenarkan letak kacamata gayanya. 'Memangnya boleh pakai kacamata gaya?' batin Sasuke sweetdropet.
"Akimichi Chouji!"
"Hadir!" Chouji mengangkat tangannya
"Hyuuga Hinata!"
"Hadir bu..." Hinata mengangkat tangannya.
"Inuzuka Kiba!"
"Hadir cantik~" Kiba mengedipkan sebelah matanya.
"Rock Lee!"
"Hadir bu!" dengan semangat ia berteriak.
"Sabaku Gaara!"
"Hadir"
"Shikamaru Nara!"
"Dia tidur bu!" sahut Chouji. Sasuke menggelengkan kepala pelan.
"Uzumaki..." Sasuke menajamkan penglihatannya, "...Naruto..." mata Sasuke bergerak-gerak,sibuk mencari sipemilik nama.
"Hadir.." Naruto mengangkat tangannya, saat melihat Naruto yang mengangkat tangannya. Sasuke terkejut, matanya terbelalak kaget.
'Jadi...anak yang tadi pagi itu...namanya Naruto?' batin Sasuke kaget setengah mati.
"Kenapa?! Kau terkejut?" Naruto memandang remeh.
Sasuke tersenyum kecil, 'Anak ini! Hebat juga dalam menguji kesabaran!' batinnya marah.
Sasuke berdiri, ia berjalan menuju meja Naruto yang terletak dibagian belakang paling sudut kanan,semua orang memperhatikannya namun ia mencoba untuk tidak peduli. Sekarang ini ia marah.
Sasuke duduk disebelah kursi yang Naruto duduki, kursi itu kosong. Ntah kenapa bisa kosong,apa mungkin Naruto membuat orang yang duduk disebelahnya lari ketakutan?, itulah yang sempat terpikirkan Sasuke.
"Apa maumu?" ujar Sasuke pelan, saking pelannya yang hanya dapat mendengarnya hanyalah ia dan Naruto. Sedangkan yang lainnya menajamkan pendengaran mereka.
"Cih! Enyahlah!" Naruto memandang kesal Sasuke.
Respon yang Sasuke berikan adalah sebuah senyuman kecil, "Nak, kau harus tahu kalau Uchiha sangat menyukai hal yang menantang." Sasuke mencubit pelan pipi Naruto.
Dengan cepat tangannya ditepis Naruto, "Terserah kau saja!"
Sasuke tertawa kecil, ia berdiri lalu kembali ke tempat meja miliknya.
"Baik, dikarenakan ibu belum mendapat daftar mengajar, untuk saat ini jam pelajaran ibu bebas."
"Horee.."
"Okey! Bu!"
.
.
.
Brakk!
Suara meja yang jatuh karena ditendang kencang oleh Naruto membuat semuanya kaget. Pada jam istirahat, dikantin Naruto berteriak-teriak marah karena kesabarannya diuji oleh salah satu musuhnya.
"Apa masalahmu hah?!" teriaknya marah.
"Kenapa?! ,kau mau apa!" orang itu membalas Naruto dengan teriakan. Salah satu temannya memegang pundaknya, "Sabar, Yahiko."
"Diam Nagato! biar kuhabisi orang ini." Yahiko mengepalkan tangannya erat
Buakh!
Yahiko terlempar karena pukulan Naruto. Semua orang terkejut termasuk para pengurus kantin, memang seperti inilah yang akan terjadi jika melawan dengan pemuda kuning tersebut. Tidak ada yang berani menghentikannya, pengurus sekolah, guru, bahkan kepala sekolahpun tidak berani dengannya. Apa yang ia lakukan itu sudah sering sekali diberi point peringatan. Namun sepertinya tidak berpengaruh pada dirinya.
"Siapa lagi yang berani, Hah?!" Naruto berteriak keras, ia melihat semua orang secara bergantian. Orang yang sempat berpaspasan mata dengannya langsung menunduk takut.
"Siapa yang beran–"
"NARUTOO!"
"Eh?" Naruto terkejut,termasuk semua yang ada disana. Mereka melihat kearah sumber suara tersebut. Betapa kagetnya mereka saat melihat Sasuke tengah menatap Naruto dengan tatapan tajam dan menusuk.
Naruto berdecak sebal, "Cih! Mau apa kau?" ia memberikan deathglare terbaiknya kepada Sasuke.
Sasuke tidak peduli dengan situasinya saat ini, kali ini amarahnya benar-benar meledak. Sasuke berjalan mendekati Naruto, menarik paksa pergelangan tangan Naruto dan membawanya pergi dari kantin.
"Woy wanita jalang! Mau kau bawa kemana aku?" Naruto memelototinya.
Sasuke menggigit bibir bawahnya, "Kita kekelas!" ia mengeratkan genggaman tangannya pada pergelangan Naruto.
"Apa maksudmu!"
"Diam kau!"
"Brengsek! Aku tidak suka memukul seorang wanita!"
"Kau pikir aku tidak bisa memukulmu?"
"Cih!" Naruto memejamkan mata. Mencoba sabar.
Sasuke berheti, ia melepas genggaman tangannya, Naruto membuka matanya, "Sekarang masuk!" perintah Sasuke sambil menunjuk ruangan kelas XII-A.
"Ck! Setan kau!" umpatnya marah,namun masih menuruti perintah Sasuke.
Blaam!
Sasuke menutup pintu dengan kasar, "Kau pikir apa yang kau lakukan tadi?" tanyanya to the point.
"Kau pikir aku ngapain tadi?"
"Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan!"
Naruto mendengus, "Orang itu yang cari masalah denganku, aku hanya melayaninya. Lagipula kenapa kau harus marah" ia menjawab seadanya.
"Kau tau kenapa aku marah?! Itu karena kau! Aku jadi walikelas XII-A karena kau!, dan saat kau membuat masalah, uru Iruka memberiku perintah untuk menjadi guru lesmu! Dia ingin aku mengurusmu, dan aku tidak bisa menolaknya!" dengan satu tarikan nafas Sasuke menjelaskan semuanya. Wajahnya kini memerah karena marah.
Naruto tertawa kecil, "Peduli apa aku dengan wanita jalang sepertimu!"
Tubuh Sasuke menegang seketika, ia merasa sangat tidak dihormati sebagai guru, hal ini mengingatkan ia dengan kejadian beberapa bulan lalu saat ia masih bekerja di sebuah cafe. Tangannya bergetar kencang, ia menggigit bibir bawahnya.
Plaakk!
Tamparan keras telak mengenai pipi tan Naruto. Membuat empunya terkejut seketika.
"Kau! Bahkan kau tidak menghormati gurumu sendiri!" Sasuke menatap Naruto dengan mata yang berkaca-kaca.
"Eh?" Naruto terdiam, menatap Sasuke dalam diam.
Air mata Sasuke tumpah berlinangan, wanita itu memejamkan matanya sejenak lalu mengelap air matanya dengan kedua telapak tangannya.
"Maaf." Naruto berucap lirih.
"..hiks..Padahal aku..hiks..hanya ingin bekerja dengan tenang.." ujar Sasuke sambil terisak, bahunya bergetar hebat.
Naruto menatap sendu kearahnya, "Maaf," Naruto menundukkan kepalanya, "Maafkan aku.." ia memegang bahu Sasuke.
Sasuke menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak. Tidak masalah lagi untukku, sebenarnya aku hanya ingin bilang. Mulai hari ini kau les denganku, dan kita akan belajar dirumahku."
"Tidak bisa, dirumahku saja. Aku tidak ingin membuat masalah lain lagi."
Sasuke tersenyum, ia mengangguk tanda mengerti. "Jadi saat pulang nanti kita langsung saja kerumahmu." Sasuke tersenyum lembut.
"Ah! Maaf." Naruto menjauhkan tangannya dari bahu Sasuke.
Sasuke tertawa kecil, ternyata Naruto tidak seburuk yang ia pikir, tenyata pria itu masih mempunyai jiwa kemanusiaan. Berbeda sekali dengan orang dicafe tempat ia bekerja dulu.
"Tidak perlu."
"Terserah kau saja." jawab Naruto cuek.
.
.
.
"Jadi disini rumahmu?" Sasuke berdecak kagum saat melihat rumah Naruto. Rumah itu bahkan lebih besar dari rumah keluarga Uchiha. Sasuke tidak menyangka ternyata Naruto adalah anak orang kaya.
Naruto tidak menjawab pertanyaan Sasuke, ia membuka pagar rumahnya, "Woy cepat!" ia menarik pelan pergelangan tangan Sasuke. Sedangkan yang ditarik tampak tidak peduli, saat ini ia sedang terkagum-kagum melihat taman rumah Naruto yang terdapat banyak sekali tanaman cantik.
Tanpa disadari oleh Sasuke, mereka sudah sampai didepan pintu utama.
"Woy!" Naruto menyikut pelan bahu Sasuke, "Kau melamun?" tanyanya,Sasuke menggelengkan kepala cepat.
"Ayo masuk."
Saat pertama kali memasuki rumah milik keluarga Uzumaki tersebut, kesan pertama yang Sasuke pikirkan adalah indah. Begitu banyak barang-barang mahal dengan warna emas, serta lukisan dinding yang pastinya sangat mahal harganya menempel hampir diseluruh dinding.
Naruto menatap wajah Sasuke dalam diam, ia tersenyum sesaat, "Ayo kekamarku," ia menyentuh pelan pundak Sasuke.
"Hey! Singkirkan tanganmu!" Sasuke menghempaskan tangan Naruto yang menempel dipundaknya.
"Hahaha...hanya bercanda."
Sasuke memicingkan matanya, ia memandang Naruto curiga, "Lagian, kenapa harus dikamarmu? Kenapa tidak diruang tamu saja?"
"Kau gila!" teriak Naruto didepan wajahnya.
"Apa maksudmu?!" Sasuke balas berteriak.
"Kau tidak tahu apa yang akan terjadi nanti!"
"Memangnya apa?!"
"Eh~, siapa itu Naru?"
Suara lainnya membuat Naruto dan Sasuke berhenti berteriak dan menoleh, melihat kearah sumber suara.
"Ah! Ibu tidak ini...itu..ehm.." Naruto menggaruk belakang kepalanya, sedangkan si Uchiha tengah menggigit bibirnya menahan tawa.
"Pacar?" tanya Kushina, ibunya.
"Bu-bukan." Naruto menyilangkan tangannya didepan dada.
"Dia guru lesku yang baru, namanya Uchiha Sasuke." jawabnya seadanya.
"Lho, kenapa guru les? Kenapa tidak jadi pacarmu saja?"
"Kok ibu malah nyolot..."
Sasuke sweetdropet, bingung dengan arah pembicaraan Naruto dan ibunya.
Khusina tertawa kecil, "Iruka sudah mengabariku kalau kau akan diberikan guru les baru. Kuharap kau tidak membuat guru lesmu yang cantik ini kabur seperti gurumu yang kemarin," ujar Kushina penuh harap, kemudian berlalu pergi kedapur.
Sasuke dan Naruto saling beradu pandang, "Pokoknya diruang tamu!" ujar Sasuke bersikeras.
Naruto memejamkan matanya,ia menghembuskan nafasnya berat, "Oke, terserah kau saja." balasnya cuek.
.
.
.
"Jadi perkalian matriks dilakukan dengan cara tiap baris dikalikan dengan tiap kolom, selanjutnya–"
"Ini minumannya~" Kushina meletakkan minuman yang dibawanya dengan nampan diatas meja, "Silahkan!" tambahnya bersemangat. Ia memperhatikan Sasuke yang duduk disamping Naruto.
"Hahahah.." Naruto menggaruk belakang kepalanya.
Sasuke berdecak sebal, 'Kalau begini bagaimana caranya anak ini bisa paham!' batinnya kesal. Masalahnya bukan sekali ini Kushina mengganggu mereka, sudah berkali-kali sebenarnya, seperti membawakan makanan dan minuman, ikut duduk disebelah Sasuke, dan memperhatikan Sasuke terus-menerus. Membuat si Uchiha jadi kesal dan sulit dalam mengajar.
"Ohh..Sasuke cantik sekali..." puji Kushina, "Dilihat dari manapun kau tetap cantik!" Kushina menggodanya, sedangkan Naruto kesulitan menahan tawanya.
"Terimakasih."
"Ah~, tidak perlu berterimakasih, hey! Kau mau tidak jadi pacar anakku." Kushina mendelikkan matanya.
Naruto menepuk jidatnya pelan, "Ibu, jangan begitu!"
Sasuke mengambil sebuah buku, menulis dan memperlihatkannya kepada Naruto.
Naruto membacanya, 'Ayo kekamarmu, tapi jangan bilang kalau aku yang mengajakmu!'
"Ibu," Naruto berdiri diikuti oleh Sasuke, "Aku ingin mengajaknya kekamar."
Senyuman Kushina pudar seketika, "Kenapa?" tanyanya dengan wajah kusam.
"Yah...tidak kenapa-kenapa kok, lagipula ibu harus tampil cantik! Sebentar lagi ayah akan pulang lho~" kata Naruto mencari alasan.
"Hmm, tidak masalah" Kushina tersenyum lembut kearah Sasuke.
Naruto menarik pergelangan tangan Sasuke, membawa wanita berdarah Uchiha itu kekamarnya.
Sampai didepan pintu kamarnya, Naruto langsung membuka pintu dan masuk. Sedangkan Sasuke hanya diam termenung.
Glek! Sasuke menelan air ludahnya susah payah. Wanita itu sangat takut. Takut kalau nantinya ia akan dilecehkan oleh Naruto didalam sana. Bagaimanapun juga Naruto adalah brandalan disekolahnya dan sebenarnya belum sepenuhnya ia memberikan kepercayaan pada Naruto.
"Kenapa?"
Sasuke tersadar dari pikiran buruknya.
"Kau gugup? Ini pertama kalinya kau memasuki kamar seorang pria?" Naruto kini sudah duduk dikursi belajarnya.
Sasuke menggelengkan kepala, "Tidak, aku sudah sering membereskan kamar kakakku." jawabnya, ia berjalan perlahan memasuki kamar Naruto.
Naruto mengangguk paham, "Hm, duduklah" menepuk kursi belajar disebelahnya.
Sasuke duduk dikursi sebelah Naruto, "Jadi kita lanjutkan pelajaran yang tadi," ia membuka buku yang sempat ditutupnya tadi.
"Sebenarnya aku sudah paham," ekspresi Naruto berubah serius, membuat perasaan Sasuke jadi tidak enak, "Guru lesku yang lain tidak mengajariku tentang pelajaran, tapi tentang sikap." Naruto mendekatkan wajahnya dengan wajah Sasuke. Membuat Sasuke tertegun karena jarak mereka yang sangat dekat bahkan hidung mereka kini saling bersentuhan.
"Ma-mau apa kau? Men-menjauh!" hati Sasuke berdebar-debar kencang, jantungnya serasa ingin copot, sudah ia duga pasti Naruto akan melecehkannya.
Naruto memegang kedua bahu Sasuke dengan keras, membuat Sasuke tersentak kaget dan berusaha menyelamatkan diri. Wanita berdarah Uchiha itu mendorong-dorong tubuh Naruto sekuat tenaga.
"Hey! Kau kenapa?!" teriak Naruto kesal.
Sasuke memejamkan matanya, tangannya tetap mendorong tubuh pria kuning itu.
"Hey! Aku hanya bercan–Uwahh!"
Bruk!
Mereka terjatuh dengan posisi Naruto yang menimpa tubuh Sasuke. Sasuke merintih kesakitan, ia masih memejamkan matanya. Sedangkan Naruto, ia terdiam karena kepalanya yang terbenam didua gunung milik Sasuke.
Sasuke merasakan dadanya yang tertekan pelan, membuat dirinya mendesah tertahan, ia membuka kedua matanya perlahan. Kedua bola matanya membola seketika. Sasuke menggigit bibir bawahnya, dengan gerakan cepat ia langsung menjambak rambut kuning Naruto.
"Ahkh! Siial kau!" Naruto berteriak kesakitan.
"A-apa yang kau lakukan, hah?!" bentak Sasuke dengan wajahnya yang sudah memerah padam karena malu.
"Cih! Tadi itu aku hanya bercanda, ini semua salahmu jalang!" balas Naruto tidak terima, "Aww..sudah hentikan ini!" Naruto merintih kesakitan.
Sasuke tidak berhenti, ia memperkuat tenaganya untuk menjambak rambut Naruto, "Dasar kau kucing mesum!" semburnya.
"Lepas! Ja–Akhh!"
"Bisa-bisanya kau bersikap tidak sopan padaku!" Sasuke memperkuat jambakannya.
"Ahkk! Brengsek! Sakit" Naruto mencoba untuk melepaskan tangan Sasuke, namun sepertinya itu adalah hal yang sia-sia. Karena kalau tangan Sasuke ditarik maka ia akan lebih kesakitan lagi satu-satunya cara adalah meminta sipemilik tangan melepas genggamannya.
"Minta maaf dulu!"
"Ahhkk, brengsek kau jalang! Oke aku minta maaf!" akhirnya Naruto yang sebenarnya tidak salah malah meminta maaf, yah..sebenarnya Naruto juga salah sih.
Sasuke melepaskan jambakannya, menatap Naruto kesal, "Sekarang berdiri dan menjauh dari diriku" katanya kesal.
Naruto berdiri dari posisinya yang menindih Sasuke, "Oke, oke." ia melirik kearah dada Sasuke "Tapi, dadamu lumayan juga."
"Ngo-ngomong apa kau?!" bentak Sasuke.
"Kenapa?" tanya Naruto polos.
"Karena itu tidak sopan!" jawab Sasuke sambil menyilangkan tangannya didepan dada.
Naruto menggelengkan kepalanya cepat, "Tidak, maksudku bukan itu. Maksudku, kenapa kau masih tiduran dilantai?"
Sasuke sweetdropet.
"Ah, itu hm..." Sasuke berdiri, "Po-pokoknya aku mau pulang!" ucapnya kemudian keluar dari kamar Naruto. Sedangkan Naruto tampak tidak peduli, ia melihat tas hobo milik Sasuke yang masih berada diatas meja.
Sasuke berjalan cepat, dirinya berharap bisa pulang kerumahnya dengan cepat. Tapi apa modal jalan kaki akan membuatnya sampai rumah dengan cepat?
Khusina yang saat itu ingin kekamar Naruto berpapasan dengan Sasuke.
"Sasu–"
"Maaf! Aku pulang dulu." Sasuke memotong perkataan Kushina, ia berlalu dengan cepat.
"Eh?" Kushina terdiam sesaat, setelah itu ia berlari kekamar Naruto. Ia ingin menanyai Naruto perihal kepulangan Sasuke, ia berpikir pastinya Sasuke pulang karena ulah Naruto. Sama halnya dengan guru lesnya yang lain. Dan mungkin saja bisa Sasuke tidak ingin datang lagi, itu akan membuat Kushina sedih karena sebenarnya dirinya sangat menyukai Sasuke dan sangat berharap Sasuke bisa jadi menantunya.
.
.
.
Sasuke mempercepat langkahnya, ia tidak peduli lagi dengan Naruto. Ia benar-benar merasa malu karena kejadian dikamar Naruto masih terbayang-bayang olehnya. Ia terus berjalan cepat dijalanan yang sepi, tidak sadar kalau ia sedang diikuti oleh seseorang.
Sasuke merasakan bahunya disentuh seseorang,ia memutar kedua bola matanya bosan, "Pergilah! Aku tidak ingin mengajarkanmu apapun!" teriaknya tanpa menoleh kebelakang.
"Hah? Baguslah"
Sasuke mengernyitkan dahi, 'Suara itu...' ia berbalik kebelakang, seketika itu juga matanya terbelalak lebar, "Suigetsu!" ia mundur beberapa langkah, mencoba menjaga jarak dengan orang yang dipanggil Suigetsu olehnya tadi.
"Hey, Sasuke..kenapa kau berhenti bekerja dicafe?" Suigetsu tersenyum setan.
Sasuke mengepalkan tangannya, kepalanya tentunduk dalam, "Kalian semua, brengsek!" ucapnya lirih.
"Hah?! Brengsek? Hahahaha!" Suigetsu tertawa keras, "Padahal aku berharap kau ikut, Sasuke." tambahnya disela-sela tawa.
"Kalian semua, sudah gila," Sasuke mengangkat kepalanya, menatap Suigetsu dengan pandangan menusuk, "Kalian semua hanya memuaskan nafsu gila kalian! Semua pekerja dicafe itu gila!" teriak Sasuke didepan wajah Suigetsu.
Suigetsu menggaruk tengkuknya, "Yahh, andai kau tidak melawan seperti Karin, pasti masalahmu tidak akan separah ini."
"Apa maksudmu?" Sasuke menyerngitkan dahinya.
Suigetsu tersenyum lebar, "Karena waktu itu kau kabur saat semua orang tengah bersenang-senang, sekarang kau dicari-cari oleh mereka semua dan kalau mereka mendapatkanmu. mereka akan bersenang-senang dengan tubuhmu sampai mereka puas," jelas Suigetsu panjang lebar, "Dan aku sekarang sudah ada disini, tenang saja aku akan menyelamatkanku dari mereka semua. Kau pasti akan kesulitan jika bersama mereka semua, maka dari itu akan kebih baik kalau kita berdua saja" Suigetsu tersenyum mesum.
Plaakk!
Tamparan keras mendarat dipipi pria itu, hal itu tentunya membuat pria itu menggeram marah.
Plaakk!
Suigetsu balas menampar wajah Sasuke dengan sekuat tenaga, membuat Sasuke terjatuh.
Sasuke merintih kesakitan, pipinya langsung memerah, ingin sekali ia menangis dan berteriak minta tolong. Namun kepada siapa? Dijalanan yang sepi ini apakah ada orang yang ingin menolongnya?
Suigetsu menghela nafas kasar, "Kau seharusnya paham dengan situasimu saat ini, Sasuke," ia tersenyum penuh kemenangan, "Padahalkan kau juga dapat kenikmatannya nanti." tambahnya.
'Sial! Itachi tidak akan muncul dijalanan sepi ini, ponselkupun tertinggal dirumah Naruto bersama dengan tasku.' Sasuke memejamkan matanya, memohon doa agar ada seseorang yang menyelamatkan dirinya disituasi saat ini.
"Orang yang memukul seorang wanita itu hanyalah seorang bencong legenda." sahut seseorang dari belakang Suigetsu.
Suigetsu menoleh dan melihat kearahnya dengan tampang kurang senang.
Sasuke mendengar sebuah suara yang sangat familiar ditelinganya, ia membuka matanya perlahan, 'Itu Naruto' batinnya senang bukan main.
"Cih! Bocah ampas mati saja kau!" ledek Suigetsu berlari mendekati Naruto.
Naruto tersenyum iblis, "Kau saja yang mati!" ia berlari mendekati Suigetsu.
Saat mereka sudah sangat dekat,dengan cepat Naruto menendang wajah Suigetsu sehingga pria itu terjatuh dengan wajah menghadap tanah. Tapi Suigetsu tidak menyerah,ia segera berdiri dan mencoba memukul wajah Naruto. Namun meleset. Naruto memukul wajahnya tepat dirahang kemudian membanting tubuhnya, membuat Suigetsu tidak kuat untuk berdiri lagi.
Naruto mendekati Sasuke, "Kau tidak apa-apa?" tanyanya,ada sedikit nada cemas.
Sasuke menggeleng, "Tidak, aku baik."
Naruto mengelus lembut pipi Sasuke yang ditampar oleh Suigetsu tadi, "Biar kau kuantar pulang." ucapnya lirih disertai senyuman hangatnya.
Sasuke tertegun melihat senyuman Naruto yang sangatlah indah menurutnya. Senyum itu seindah mentari pagi,sehangat cahaya api kecil dan senyaman sentuhan cahaya terang.
"Kau melamun?" Naruto melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Sasuke.
"Tidak, tidak kok!" Sasuke menggelengkan kepalanya cepat.
Naruto menggenggam tangan Sasuke lembut, "kuantar kau pulang dengan motorku," ujarnya lirih, "jangan sampai sigila ini bangun dari keterpurukannya." tambahnya, memberikan deathglare terbaiknya kepada Suigetsu yang terkapar dijalanan.
.
.
.
"Ah! Sasuke!" Kushina memeluk tubuh Sasuke erat. Sasuke yang tidak mengerti dengan Kushina yang tiba-tiba memeluknya hanya balas memeluk. Naruto mengajaknya kembali lagi kerumah untuk mengambil motor agar dapat mengantarnya pulang kerumahnya, tapi sekarang setelah sampai dirumah, Naruto bukannya mengambil motor tapi malah tertawa kecil.
"Eh?" Khusina menyentuh pipi Sasuke yang memerah, "Hah?! Ini kenapa?" ia berteriak histeris, "Apa kau menampar Sasuke?" Kushina melihat Naruto, ia menyipitkan matanya curiga.
"Bukan bu! Sumpah bukan aku" jawab Naruto takut-takut.
"Ingat! Kalau kau melukainya kupukul kau Naruto!" Kushina mengepalkan tinjunya dan menunjukkannya didepan wajah Naruto.
Glek! Naruto menelan ludah dengan susah payah, "Oke." dengan tubuh bergetar Naruto menjawab, sekarang giliran Sasuke yang tertawa.
"Ah! Aku akan mengambil motorku dulu." Naruto segera berlari meninggalkan Kushina dan Sasuke.
Sasuke menghela nafas, "Naruto itu, orangnya seperti apa bi?" ujarnya, membuat Kushina tersenyum mendengarnya.
"Dia itu orangnya baik kok, hanya saja caranya untuk menunjukkan kebaikannya didepan orang lain itu sedikit berbeda. Naruto itu adalah anakku, mungkin dia jadi kasar seperti itu karena cara mengurusku yang kasar." Kushina tersenyum lembut, seakan tidak ada bosannya ia terus tersenyum.
Sasuke memegang bahu Kushina, "Tenang saja, aku akan berusaha untuk merubah sikapnya." ujarnya disertai senyuman menawan.
"Benarkah?" tanya Kushina dengan mata yang berkaca-kaca.
"Um," Sasuke menganggukkan kepala.
Tidak lama kemudian Naruto datang dengan motor ninja hitamnya, "Ayo naik!"
"Terimakasih." salam Sasuke kepada Kushina dengan sopan, membuatnya lebih berharap agar Sasuke menjadi menantunya.
.
.
.
"Dimana rumahmu!" teriak Naruto dengan mata yang fokus kejalanan. Ia kini tengah membawa laju motor ninjanya.
"Belok kanan!" Sasuke menunjuk kearah kanan.
Narutopun berbelok kekanan.
"Belok kiri!" teriak Sasuke lagi.
Narutopun berbelok kekiri.
"Belok kanan!" Sasuke berteriak lagi.
"Cih! Kenapa ngak sekalian saja kita pakai cheat terbang?! Kalau pakai cheat terbang akan lebih mudah menemukan rumahmu." jelas Naruto bermaksud bercanda.
"Hah?! Kau ngomong apa?!"
"Sialan kau! Dasar tuli!"
"Hah?! Ngak kedengaran" jawab Sasuke seadanya,memang benar teriakan Naruto tidak terdengar sedikitpun olehnya. Itu karena setiap Naruto bicara mobil besar selalu lewat sehingga suara yang tertangkap oleh indera pendengaran Sasuke hanyalah suara mobil besar tersebut.
"Berhenti disini!" teriak Sasuke menggoyang-goyangkan tubuh Naruto pelan.
Naruto menghentikan motornya, "Oh~, disini ternyata rumahmu.." ia mangut-mangut tidak karuan.
"Iya disini rumahku," balas Sasuke dengan senyumannya. Naruto menyalakan motor ninjanya,bersiap ingin pergi. Sasuke menyentuh pipi Naruto lembut, "Terimakasih atas semua bantuan yang kau berikan padaku hari ini" ucapnya lirih, kemudian masuk kedalam rumahnya, meninggalkan Naruto yang mematung sesaat.
.
.
.
Bruuk!
Shikamaru tumbang didepan kelas XII-A dengan wajah yang babak belur,para siswa yang melihatnya hanya diam saja, sedangkan para siswi berteriak histeris. Naruto keluar dari kelas dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celana.
"Itulah yang kau dapat jika kau bermain api denganku" desisnya marah, kemudian berlalu pergi.
Setelah kepergian Naruto, para siswa segera membantu Shikamaru yang babak belur karena ulah Naruto tadi, "Shikamaru kau tidak apa?" tanya Chouji memandang Shikamaru khawatir.
Shikamaru terkekeh pelan, "Kurasa Naruto sudah gila" ia mengelap darah yang bertengger disudut bibirnya.
"Hati-hati kalau berbicara dengannya Shikamaru" celetuk Kiba kesal.
'Orang-orang sialan!' batin Naruto kesal, sekarang ia berada diatas atap sekolah,ia mencoba menahan emosinya dengan cara menyendiri. Biarlah selama jam pelajaran pertama ia tidak masuk, yang terpenting baginya saat ini adalah menahan diri agar tidak memukul orang lagi.
"Brengsek!" Naruto menendang kaleng minuman yang sudah habis sekuat tenaganya.
"Persetan dengan kalian semua!" umpatnya kesal,ia mengingat-ingat kejadian saat ia baru masuk kedalam kelas pagi tadi. Saat itu Shikamaru tiba-tiba datang menagih tugas sekolah yang belum ia selesaikan, ia meminta Shikamaru untuk mengulur waktu lebih lama lagi, namun yang ia dapatkan malah ejekan dari sipria nanas itu, membuat dirinya marah dan memukul wajah Shikamaru hingga babak belur.
Naruto memejamkan matanya, mencoba untuk menormalkan emosinya yang sudah meledak-ledak. Tanpa sadar ia tertidur dengan lelap.
.
.
.
Naruto berjalan cepat menuju kelasnya, tidak peduli dengan semua orang yang ketakutan berada didekatnya. Aura membunuh sangat terasa disekitar ditubuhnya.
Saat diatap tadi, Sai datang dan membangunkannya, menyuruhnya untuk pergi kekelas karena Sasuke yang memanggilnya.
Cklek!
Blaam!
Naruto membuka dan menutup pintu dengan kasar, ia berjalan dan duduk dengan kasar dikursi yang sudah disediakan Sasuke didepan mejanya.
Naruto menghembuskan nafas kasar, "Apa?!" menatap Sasuke kesal.
Sasuke mendengus geli, "Kenapa kau memukul wajah Shikamaru sampai babak belur?" ekspresi wajahnya berubah serius.
"Aku memukul seseorang karena orang itu yang membuat masalah?!, bukan karena keinginanku!" teriak Naruto didepan wajah Sasuke.
"Aku adalah walikelasmu, semua masalahmu adalah tanggung jawabku! Maka dari itu ceritakahlah semuanya!" Sasuke membalas berteriak.
Naruto menggeram,giginya bergemetuk keras, "Dia itu menagih tugas sekolah padaku! Aku minta waktunya diundur sebentar karena aku belum mengerjakannya, tapi sibodoh itu malah menghinaku! Jadi kupukul dia!" jelas Naruto panjang lebar.
Sasuke memejamkan matanya, pusing dengan Naruto, "Kau dapat mengumpulkannya sekarang." ia menatap Naruto sedih.
"Tatapan macam apa itu?! Kau mengasihaniku?! Kau mau tugas sekolah kukumpul? Belum kubuat!" Naruto berteriak lagi, membuat Sasuke menutup telinganya karena suara Naruto yang terlalu keras.
Sasuke menggigit bibir bawahnya, otaknya mencoba mencari cara untuk mengendalikan emosi Naruto saat ini.
"Dasar jala–"
BRAAKK!
"CUKUP SUDAH DENGAN SEMUA INI!" teriak Sasuke menggebrak meja dengan keras membuat Naruto terdiam sesaat.
Naruto tersenyum iblis, "Kau pikir aku takut?!" tantangnya membuat Sasuke mengepalkan tangan erat.
"Cukup sudah Naruto, apa kau tidak sadar bahwa semua orang takut dan tidak ingin berteman denganmu? Apa kau tidak merasakan perasaan sedih dari hati kecil ibumu?" Sasuke memandang sedih Naruto.
Naruto berdecak sebal, "Kau kenap–"
Cup!
Sasuke mencium bibir Naruto lembut, ciuman itu hanyalah sekedar kecupan singkat dibibir, namun bisa membuat tubuh Naruto menegang sesaat.
Sasuke medekatkan dirinya dengan Naruto, sedikit kesulitan karena ada mejanya sebagai pembatas mereka berdua.
"Kumohon berubahlah," bisiknya lembut ditelinga Naruto, "Jika kau tidak ingin berubah, maka aku tidak akan menyukaimu lagi." tambahnya lagi dengan nada yang terdengar menggoda ditelinga Naruto.
Sadar dari alam khayalannya,dengan segera Naruto menjauhkan wajahnya dari Sasuke, "K-kau gila ya!" teriaknya gugup.
Sasuke tertawa kecil, "Sungguh, aku menyukaimu, tugas sekolahmu mana? Biiar kukerjakan." jawabnya santai tanpa merasa gugup sedikitpun.
Naruto segera berdiri ia berlari keluar kelas, meninggalkan Sasuke yang tersenyum sambil geleng-geleng kepala, ia melangkahkan kakinya dengan cepat tidak tentu arah,asalkan bisa menjauh dari Sasuke untuk saat ini.
'Dia itu kenapa? Padahal kemarin dia tidak seperti ini!' pikir Naruto penasaran dengan tingkah laku Sasuke, namun pemikiran tentang Sasuke ditepisnya untuk sementara waktu, karena kali ini ia ingin mencari tempat yang sepi untuk menenangkan detak jantungnya yang berdegup sangat kencang.
.
.
.
Besoknya, Sasuke diantar oleh Itachi kesekolah, "Kau tampak bersemangat Sasuke, apa terjadi sesuatu padamu?" Itachi melihat Sasuke yang tersenyum.
Sasuke mengangguk cepat, membuat Itachi bingung dengan adik perempuannya yang biasanya membalas ucapannya dengan malas, "Yah, begitulah..."
"Hm, terserah kau saja, kalau begitu aku pergi dulu!" pamit Itachi kemudian menyalakan mobilnya dan pergi menjauh.
Sasuke tersenyum lebar, pagi ini ia menggunakan kemeja lengan panjang dengan warna biru muda, serta rok hitam pendek diatas lutut dan high heels berwarna hitam senada.
Ia mengedarkan pandangannya disekitar taman sekolah, sedikit mengernyit saat melihat Naruto yang sedang tertawa bersama Shikamaru dan yang lainnya. Ia berjalan mendekati Naruto, "Hay, anak-anak." sapanya dengan senyuman manisnya.
"Waah, kita disapa!" teriak Kiba kegirangan. Shikamaru menggelengkan kepalanya,sedangkan Sai balas tersenyum kearah Sasuke, dan Chouji sibuk memakan kripik kentangnya.
"Naruto, bisa ikut ibu sebentar?" Sasuke memandang Naruto penuh mengangguk pelan, "Baguslah ayo." Sasuke berjalan diikuti Naruto dibelakangnya.
Lama mereka berjalan, Naruto yang mulai bosan membuka suaranya, "Kita mau kemana guru?"
Sasuke melirik Naruto sekilas, "Ck! Jangan memanggilku guru kalau murid lainnya tidak ada, kita mau keatap" kata Sasuke sambil menaiki anak tangga yang menghubungkan lantai bawah keatap sekolah
Sesampainya diatap sekolah,Sasuke langsung duduk dikursi besi yang memang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Sedangkan Naruto menyenderkan tubuhnya ditembok dengan tangan yang dimasukkan kesaku celana.
"Emm..jadi apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Naruto to the point.
Sasuke memandang wajah Naruto dalam diam, sama halnya dengan Naruto, mereka berdua saling bertatapan. Mata sebiru lautan itu beradu pandang dengan mata hitam kelam milik Sasuke.
Seperti orang yang kena hipnotis,Sasuke terus memandang mata biru milik Naruto. Dirinya seakan tenggelam didalam keindahan mata biru sebiru samudera tersebut.
"Hey! Mau sampai kapan kita seperti ini?"
Sasuke tersentak kaget, dirinya yang awalnya terhanyut oleh keindahan mata biru tersebut sekarang telah kembali seperti biasa, "Kau belum mengumpulkan tugas sekolahmu." Sasuke berucap lirih.
"Hm, aku sudah mengerjakannya. Tapi bukunya tinggal didalam tasku dan tasku berada didalam kelas." jelas Naruto panjang lebar.
"Kau mendapatkan teman?" Sasuke memandang Naruto penasaran.
Naruto menggaruk belakang kepalanya, "Hehehe...sebenarnya kemarin saat pulang sekolah,aku memikirkan perkataanmu, Sasuke." Naruto tersenyum lebar, "Kurasa kau ada benarnya" lanjutnya disertai senyuman hangat yang dapat menghanyutkan diri seorang Sasuke.
"Oh, begitu." Sasuke mengangguk paham.
Naruto menggaruk pipinya kanannya, "Emm..Sasuke, aku...err...tentang yang kemarin.."
Sasuke menggigit bibir bawahnya.
"Emm...kurasa aku,"
Sasuke meremas roknya pelan.
"Kurasa aku, menyukaimu Sasuke!" akhirnya Naruto dapat mengatakannya dengan jelas,Sasuke sudah menduga hal yang seperti ini pasti akan terjadi, namun ia tidak menyangka akan secepat ini.
"Sa-sasuke! Jadilah kekasihku!" Naruto menyatakan perasaannya dengan mata terpejam. Sasuke tersenyum tipis, ia berdiri dan berjalan mendekati Naruto.
Naruto yang awalnya memejamkan mata, kini membuka matanya saat dirasanya sesuatu menempel didahinya.
Sasuke mendekatkan wajahnya, menempelkan dahinya dengan dahi Naruto, hidung mereka saling bersentuhan dan hembusan nafas menampar pelan wajah mereka berdua.
"Sungguh tidak sopan meminta gurumu untuk menjadi kekasihmu," ucap Sasuke setengah berbisik, "Tapi aku suka, dan aku menerimanya." lanjut Sasuke dengan nada yang menggoda.
"Aku ak–"
"Tapi kau harus merubah sikapmu dulu." Sasuke mengelus pipi kanan Naruto, "Barulah kau bisa menjadi suami sekaligus ayah yang baik untukku dan anak kita nanti." Naruto menelan ludah susah payah, sungguh Sasuke benar-benar berhasil menggodanya.
Sasuke menjauhkan wajahnya dari wajah Naruto, "Tapi apa kau yakin ingin bersamaku? Apa kau tidak ingin mencari gadis yang seumuran denganmu?" ia menatap Naruto serius.
Naruto tersenyum hangat, "Umurmu bukanlah masalah bagiku, karena aku benar-benar menyuka–Eh maksudku mencintaimu, yah..aku benar-benar mencintaimu, Sasuke!" Naruto menjawab mantap.
Sasuke tersenyum senang, hatinya kini berbunga-bunga, padahal mereka baru bertemu tidak lebih dari seminggu tapi rasa cinta sudah mulai terasa pada mereka berdua.
"Tapi aku tidak akan jadi kekasihmu, aku akan tetap jadi walikelasmu." Sasuke mengedipkan sebelah mata, Naruto memasang wajah masam, "Tapi, kau akan tetap menjadi cinta pertama sekaligus terakhir buatku, kita akan menjadi pasangan abadi kalau kau sudah siap dan sudah berubah menjadi lebih baik." lanjutnya lagi, membuat wajah masam Naruto tergantikan oleh sebuah senyuman lebar.
"Tapi kapan?" tanya Naruto penasaran.
"Bahkan sekarangpun aku siap jika memang kau sudah berubah menjadi lebih baik lagi." jawab Sasuke cepat.
Sasuke melihat jam diponselnya, "Sudah hampir jam masuk! Gawat! Hari ini ada rapat. Aku harus cepat!" Sasuke tampak panik, saking paniknya ia pergi begitu saja meninggalkan Naruto seorang diri diatas atap.
Naruto menatap langit yang berwarna biru, ia tersenyum sesaat kemudian memejamkan matanya, 'Kau cantik, baik, dan membuat diriku gugup seketika, aku benar-benar mencintaimu, Sasuke. Aku tidak menyangka kalau guruku adalah cinta pertamaku' Naruto memejamkan matanya,menikmati angin pagi yang menampar wajahnya lembut.
Ia tidak menyangka seorang Sasuke dapat mengubah dirinya hanya dalam sekejap saja, dapat menyadarkan dirinya akan sikap buruknya, dan Sasuke adalah wanita pertama yang menyatakan perasaan cinta padanya.
Naruto berjanji pada dirinya sendiri, berjanji bahwa ia akan membawa guru tercintanya itu naik ketempat dimana mereka akan menyebut sebuah janji suci suatu saat nanti.
Karena ia..sangat mencintai gurunya.
.
~END~
