Hari dimana semuanya berakhir, kami terus bertarung dan berlari demi mempertahankan hidup. Tidak ada jalan lain selain bertarung, dunia yang selama ini kami tinggali sudah berakhir dengan jeritan dan teriakan kematian dimana-mana.

"KYAAAAA!"

"AARRGHH! SAKIT! JANGAN!"

"MENJAUH! KUMOHON MENJAUUUH! KYAAAA!"

Zombie-zombie itu terus memangsa para murid, tidak ada yang bisa lolos dari terkaman mereka. Mereka yang melawan, akan langsung digigit dan dirobek-robek kulitnya. Lalu setelah mereka mati, mereka akan bangkit kembali dan menjadi seperti para Zombie itu. Ini adalah pandemik. Pandemik yang akan mengakhiri peradaban dunia tanpa ada yang bisa selamat.

Disamping itu, kami bertiga terus berlari menyusuri koridor.

"Lucy! Kau naik duluan! Cepat!" Sting membuka pintu atap dan segera menyuruh Lucy naik. Lucy mengangguk lalu berlari menaiki tangga dan melewati pintu menuju atap disusul oleh Sting dibelakangnya. Aku terakhir menyusul mereka dan menutup pintunya. Kuambil beberapa benda yang besar dan berat untuk menganjal pintu itu. Setelah kurasa semuanya telah beres akupun berjalan meninggalkan pintu itu.

"Astaga! Natsu! Lihat ini!" Lucy berteriak memanggilku sambil menunjuk sesuatu. Aku segera menghampirinya dan mengarahkan pandanganku kearah yang ia tunjuk. Mataku langsung membulat dengan sempurna. Bibirku gemetar untuk mengucapkan sebuah kalimat.

"Apa... Apaan ini? APA YANG SEBENARNYA TERJADI!" aku berteriak kepada pemandangan mengerikan dihadapan kami.

Saat inipun aku masih belum menyadari, kalau dunia ini... Sudah berakhir. . . .

Fairy Tail © Hiro Mashima

The World is Over © Minako-chan Namikaze

Summary : Hari dimana semuanya berakhir, kami terus bertahan hidup. Pukul, tembak, dan lari. Ini bukanlah film ataupun permainan. Mereka yang dimakan akan mati dan bangkit kembali menjadi seperti "mereka". Dan saat kau mengedarkan pandanganmu... Kau akan tersadar, kalau dunia yang selama ini kau tinggali sudah berakhir... Selamat membaca dan mereview...

Pair : Natsu. D & Lucy. H

Genre : Horror/Adventure/Romance

.

.

Tap tap tap...

"Dasar! Ini gara-gara kau makannya lama sekali! Kita jadi terlambat 'kan masuk kelas!" seorang gadis berambut pirang mendengus kesal kepada pemuda pirang didepannya.

Pemuda pirang itu hanya berdecak lalu menjawab,

"Mau bagaimana lagi? Kau 'kan tadi lihat kalau antriannya panjang sekali. Jadi jangan salahkan aku kalau aku baru bisa memakannya saat bel masuk berbunyi." sahut pemuda itu, Sting Euchlife.

"Huh! Ya deh, ya deh!" gadis berambut pirang itu kembali mendengus sambil mengembungkan pipinya, Lucy Heartfilia.

Lalu dua orang berambut pirang itu berjalan dengan tergesah-gesah menuju kelas mereka.

Sementara itu, di kelas 2A, terlihat seorang pemuda berambut pink tengah duduk di jendela sambil menerawang. Tangannya dia tumpukan diatas lututnya. Matanya menatap lapangan sekolah yang kini sedang diisi oleh anak-anak kelas lain yang sedang bermain Voli. Sementara itu dibelakangnya, tampak murid-murid tengah berbisik-bisik sambil menatap pemuda itu dengan tatapan jijik dan meremehkan.

"Cih, coba lihat gayanya itu? Seperti raja saja!" bisik salah satu gadis dibelakangnya.

"Benar. Mentang-mentang bisa masuk kelas unggulan seperti ini, langsung bersikap seolah-olah dia adalah yang terkuat. Padahal dia itu tidak lebih dari seongok sampah yang berhasil memukuli kakak kelas hingga terpaksa harus dirawat dirumah sakit." sahut gadis disebelahnya.

"Iya, kenapa juga berandalan psikopat macam dia harus masuk ke kelas yang berisi murid teladan seperti kita?!" salah satu cowok dibelakang kedua gadis itu ikut menimpali. Dan bisikkan mereka terus berlanjut dan hinaan mereka bertambah semakin parah. Pemuda yang sedari tadi dibicarakan mendadak berdiri dan menatap ketiga orang itu dengan tatapan tajam.

Dia mendengar pembicaraan mereka sedari tadi, dan dia sudah tidak tahan. Ketiga orang itu langsung terdiam sambil menatap pemuda berambut pink itu dengan raut muka ketakutan. Pemuda yang bernama lengkap Natsu Dragneel itupun hanya berdecih lalu berjalan keluar kelas, meninggalkan ketiga orang itu yang masih syok. Natsu berjalan sambil menundukkan kepalanya, beberapa murid yang berpapasan dengannya langsung menunduk dan mengucapkan maaf dengan ekspresi ketakutan lalu segera berlari meninggalkan Natsu. Natsu hanya menatap mereka dengan tatapan datar. Lalu dia kembali melanjutkan perjalanannya. Lebih baik dia membolos di atap, dari pada mendengar ucapan 'teman sekelas'nya tentang dirinya. Mereka tidak mengerti apapun tentang dirinya.

Saat Natsu ingin berbelok, dia tiba-tiba menabrak seseorang hingga seseorang itu hampir terjatuh.

"Maaf." ucap Natsu sambil menatap gadis berambut pirang yang sudah ditabraknya itu.

Gadis itu tersenyum maklum dan berkata, "Tidak masalah. Lain kali hati-hati, ya!" ucapnya lalu segera pergi meninggalkan Natsu yang tengah mematung.

Apa barusan gadis itu tersenyum kearahnya? Apa gadis itu tidak takut kepadanya? Natsu menoleh kebelakang dan mendapati gadis itu berjalan masuk ke kelas 2B bersama seorang pria berambut pirang didepannya. Natsu tersenyum sekilas, lalu melanjutkan perjalanannya menuju atap.

XXX

Cklek.

Natsu membuka pintu atap dan berjalan kearah pagar pembatas. Ditumpukkannya telapak tangannya di pagar pembatas itu. Dipejamkannya matanya dan dia kembali menerawang sambil menatap langit biru diatasnya.

"Ayah..." gumamnya pelan. Kenangan bersama ayah angkatnya pun mulai tertayang di memori otaknya. Dia tersenyum getir.

"Semenjak hari itu, orang-orang selalu menjauhiku..." Dia kembali teringat dengan perlakuan teman-teman di kelasnya serta perlakuan seluruh murid dan guru di sekolah ini. Mereka yang memandang rendah kearahnya dan memasang tampak jijik ketika memandangnya. Dan mereka yang suka menunduk dan meminta maaf ketika berpapasan dengannya.

Dia kesepian... Tanpa sebuah bukti yang nyata, mereka tanpa ragu menjauhinya dan memandang rendah dirinya. Kemudian Natsu kembali teringat akan seorang gadis berambut pirang yang ditabraknya beberapa menit yang lalu. Bibir Natsu naik keatas dengan reflek. Gadis itu... Sama sekali tidak takut kepadanya. Dia tidak menundukkan kepalanya ataupun mengucapkan minta maaf kepadanya. Sebaliknya gadis itu malah tersenyum tulus kearahnya. Beban yang ada di hati Natsu kini sedikit terangkat karena menyadari masih ada yang mau bersikap baik kepadanya. Tapi senyum Natsu langsung lenyap ketika menyadari kalau mungkin gadis itu tidak tahu tentangnya, dan mungkin saja ketika gadis itu mengobrol bersama temannya, dia akan tahu siapa Natsu dan kemungkinan besar gadis itu akan bersikap sama seperti orang-orang disekolahan ini terhadapnya.

Natsu langsung tersenyum kecut.

"Apakah dunia begitu membenciku?" batin pemuda itu.

"Hey! Apa yang kau lakukan?!"

Natsu tersentak lalu menatap ke bawah demi melihat beberapa orang guru berlari menuju gerbang sekolah dengan tergesah-gesah. Mereka berhenti didepan seorang laki-laki yang tengah mendorong gerbang dengan paksa. Bacchus-sensei si guru olahraga terlihat sangat kesal lalu mengahampiri laki-laki berwajah biru pucat itu.

"Oi! Apa maumu mendorong-dorong paksa pintu gerbang seperti ini? Jika kau memiliki keperluan, lebih baik kau gunakan cara yang lebih sopan!" ucap Bacchus sambil berteriak didepan wajah pria itu yang dibatasi oleh pagar gerbang.

Natsu hanya menatap kejadian itu dari atap. Pria itu tidak merespon kata-kata Bacchus dan malah mendorong pagar gerbang dengan tidak sabar. Bacchus mulai habis kesabaran, dan mencengkram kerah pria itu. Sherry-sensei, si guru biologi yang bersamanya pun segera menenangkan Bacchus.

"Te-tenang dulu, Bacchus-sensei! Jangan menggunakan kekesaran!" ucap Sherry sambil memegang lengan Bacchus.

Bacchus berdecih lalu berniat melepaskan cengkramannya. Namun belum sempat dia melakukan niatnya itu, tiba-tiba pria yang dicengkramnya itu menggigit tangannya dengan kuat. Darah mengucur keluar ketika pria itu menyobek kulit Bacchus. Bacchus menjerit kesakitan sambil menarik paksa tangannya. Dia langsung jatuh ke tanah sambil memegangi tangannya yang perih dan terasa terbakar. Seperti ada sesuatu yang menjalar ke tubuhnya. Sherry yang melihat itu langsung berjongkok disamping Bacchus yang tengah menjerit kesakitan.

"Bacchus-sensei!" teriak Sherry panik. Namun tidak lama kemudian, Bacchus berhenti menjerit dan tubuhnya sudah tidak meronta-ronta lagi.

"O-oi! Apa dia sudah mati?" Rocker-sensei yang berdiri dibelakang Sherry mulai bersuara. Sherry terkejut mendengarnya dan menatap Bacchus yang sudah menutup matanya dengan tatapan tak percaya.

"Mustahil. Padahal cuma digigit saja..." gumamnya. Lalu dia segera mengguncang tubuh Bacchus.

"Bacchus-sensei! Bangunlah! Hey, kau belum mati, 'kan?!"

Bacchus tidak merespon. Namun tidak lama kemudian Sherry bisa melihat kalau jari Bacchus bergerak-gerak sedikit.

Sherry tersenyum lega.

"Bacchus-sensei! Syukurlah! Kupikir kau—" Sherry tidak bisa melanjutkan perkataannya lagi karena Bacchus tiba-tiba menariknya dan mengigit lehernya.

"KYAAAA!" Sherry menjerit kesakitan sambil darah segar terus mengucur keluar dari lehernya. Bacchus menggigit kuat-kuat daging leher Sherry sehingga kulit leher Sherry langsung robek sampai ke dadanya saat Bacchus menarik daging itu keluar. Dan seketika itu juga Sherry mati di tempat.

Natsu menatap pemandangan itu dengan wajah horror.

"Apa... Apa-apaan ini?" gumamnya dengan suara gemetar menyaksikan pembunuhan sadis yang terjadi tepat didepan matanya itu. Bisa dilihatnya Sherry-sensei yang sudah mati bangkit kembali dengan tubuh berlumuran darah dan berjalan kearah Rocker-sensei. Rocker hendak berlari ketika tiba-tiba Bacchus menggigit kakinya. Rocker menjerit histeris ketika Sherry mengigit pundaknya dan memakan dagingnya. Natsu mundur beberapa langkah melihat kejadian itu. Raut wajahnya campur aduk antara syok, ketakutan, dan bingung.

Apa yang sudah terjadi disini?

Natsu terus mundur demi menjauhkan matanya dari pemandangan sadis dibawah sana. Dan tanpa pikir panjang, dia langsung berlari menuruni tangga menjauhi atap.

XXX

"Hoaammmh!" Sting menguap lebar sambil menatap guru sejarah dengan wajah bosan.

Dilihatnya Lucy tengah asyik menulis sesuatu di bukunya, tentunya bukan soal pembahasan tentang pelajaran sejarah jepang yang sedang mereka pelajari sekarang. Kemungkinan besar gadis itu tengah menulis novel karangannya. Terbukti jelas ketika gadis berambut pirang itu tersenyum sendiri tanpa sebab sambil menempelkan pena di dagunya sambil berpose berpikir. Sting hanya menatap pacarnya itu dengan tampang malas. Tapi lebih baik memandangi pacarnya yang cantik, dari pada memandangi wajah jelek guru sejarahnya yang terus menjelaskan pelajaran dengan bahasa yang sama sekali tidak dia mengerti.

Ting Nong!

Suara Microphone dikelas itu berbunyi. Lalu terdengar suara guru dari ruang audio dengan nada panik.

"Pengumuman untuk semua siswa. Saat ini kekerasan sedang terjadi di sekolah ini. Para murid harap mengevakuasikan diri sesuai petunjuk guru!"

Para murid hanya diam sambil mendengarkan pengumuman yang aneh itu.

"Saya ulangi, saat ini kekerasan sedang terjadi di sekolah. Para murid harap mengevakuasikan diri sesuai petunjuk—...—"

Terdengar suara gemerisik dari Microphone itu. Tidak lama setelah itu, terdengar suara jeritan histeris dari Microphone yang terhubung di ruang audio.

"Tolong! Hentikan! Tolong!"

Jeritan itu sukses membuat wajah para siswa yang tadinya kebingungan menjadi sangat terkejut sekaligus syok.

"TIDAK! TIDAK! TIDAK! TOLONG AKU! AAARGGH!" suara teriakkan itu diakhiri dengan suara jeritan kesakitan. Para murid hanya terdiam dengan mata terbelalak syok.

"..." Microphone itu sudah tidak mengeluarkan suara lagi.

Guru sejarah yang juga memasang tampang syok langsung menjatuhkan kapurnya.

Tuk!

Dan tepat saat kapur itu terjatuh, para murid langsung berhamburan keluar. Semuanya panik dan ketakutan sambil berusaha melarikan diri dari sekolah itu. Ada yang terinjak-injak, ada yang saling pukul memukul, bahkan ada yang mendorong seorang gadis sehingga gadis itu terjatuh dari tangga dengan tragis. Namun semua itu tidak dipedulikan lagi oleh para siswa yang tengah dilanda kepanikan itu, yang paling mereka pedulikan dan terpenting sekarang adalah menyelamatkan diri mereka masing-masing.

Sementara itu Lucy dan Sting tengah berlari ke arah yang berlawanan dimana kerumunan para murid itu berteriak menyelamatkan diri.

"Sting, kita mau kemana?" tanya Lucy sambil berlari mengikuti Sting.

"Di tangga terlalu berbahaya. Kita keluar lewat gedung administrasi." jawab Sting sambil terus berlari. Lucy hanya menurut sambil terus mengikuti Sting. Namun Sting berhenti berlari dengan tiba-tiba sehingga Lucy menabrak pundak Sting dengan keras.

"Aduh! Kenapa kau tiba-tiba berhenti?!" Lucy protes sambil mengusap hidungnya. Sting tidak menjawab dan malah menatap kedepan dengan mata terbelalak. Lucy yang heran segera melihat kearah yang dilihat Sting. Dan matanya langsung terbelalak dan mulutnya menganga lebar. Keringat dingin mengucur di pelipisnya.

Dapat dilihatnya dengan sangat jelas, seorang guru yang memiliki wajah biru pusat dengan punggung yang berdarah tengah menggigit leher salah satu siswi dengan brutal. Darah memuncrat dari leher siswi itu. Lucy langsung menutup mulutnya menahan jeritan yang seharusnya sudah keluar dari tadi.

"Apa... Apa yang sudah terjadi?" tanyanya.

Guru itu menoleh kearah mereka, dan dia segera berdiri menjatuhkan tubuh siswi yang sudah tidak bernyawa itu lagi diatas lantai. Lalu dia berjalan dengan sempoyongan kearah Lucy dan Sting. Lucy langsung mundur, sementara Sting sudah menyembunyikan Lucy dibelakang pundaknya. Dan guru itu tiba-tiba melompat kearah mereka dan hendak menerkam Sting. Sting dengan reflek menghindar bersama Lucy dibelakangnya. Guru itu kembali berjalan kearah mereka dan hendak meraih-raih wajah Lucy. Namun Sting cepat bergerak dan membenturkan kepala guru itu di tembok dengan keras hingga tembok itu berlumuran darah dari kepala guru itu. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Sting langsung menarik Lucy pergi menjauh karena dia melihat siswi yang digigit guru tadi bangkit kembali dan berjalan kearah mereka dengan mulut menganga.

Sting terus menarik Lucy berlari dengan kencang sambil menghindari beberapa orang guru dan siswa yang sudah berubah menjadi mayat hidup. Namun langkahnya kembali terhenti karena terhalangi oleh tiga Zombie yang berdiri didekat tangga menuju ruang administrasi. Sting berdecak dan mundur sambil meyembunyikan Lucy dibelakangnya.

"Lucy, mundurlah." katanya.

Lucy mendongak dan menatap Sting dengan raut wajah tidak percaya.

"Kau ingin melawan mereka semua?!" tanya Lucy sambil memegang lengan Sting dengan erat.

"Aku tidak punya pilihan! Yang penting sekarang adalah keselamtanmu! Karena itu mundurlah!" Sting menepis genggaman tangan Lucy dan segera maju untuk menghajar ketiga Zombie itu.

Sting meninju perut Zombie itu dan melemparnya ke lantai lalu disusul dengan pukulan yang lainnya kearah Zombie yang sudah siap menerkamnya dari belakang. Sting terus memukuli ketiga Zombie itu tapi tidak ada satu pun dari Zombie itu yang tumbang ataupun berhenti bergerak. Sebaliknya, Sting mulai kelelahan. Setiap dia memukul Zombie itu, mereka selalu bangkit lagi sehingga ini tidak ada akhirnya.

"Sial! Kenapa mereka selalu bangkit kembali? Kalau begini terus tidak ada habisnya!" Sting mulai kewalahan.

"Sting!" Lucy hendak maju membantu Sting, namun Sting langsung melarangnya.

"Jangan kesini! Ojou lebih baik diam disitu saja!" perintah Sting.

Lucy membulatkan matanya. Barusan Sting memanggilnya Ojou? Sudah lama sekali Sting tidak memanggilnya begitu. Lucy menuruti perintah Sting dan mundur ke tempat yang lebih aman. Sementara Sting kembali menghajar ketiga Zombie itu.

"STING!" Lucy kembali berteriak ketika tiba-tiba seorang Zombie melompat dibelakang Sting hendak menerkamnya, Sting menoleh kebelakang hendak menangkis terkaman Zombie itu, namun waktunya tidak cukup. Gerakan Zombie itu lebih cepat dari Sting. Dan ketika Zombie itu sudah hampir mengigit bahu Sting...

BUAK!

Tiba-tiba saja Zombie itu sudah tergeletak tak bergerak lagi diatas lantai. Lucy dan Sting terkejut dan menoleh kearah seorang laki-laki berambut pink yang sudah menyelamatkan mereka.

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Natsu dengan tubuh yang berlumuran darah.

Sting dan Lucy hanya diam tak menjawab, mereka menatap syok laki-laki yang ada dihadapan mereka. Laki-laki itu tampak berantakan dan banyak noda darah di seragamnya.

"I-iya! Terima kasih!" Lucy tersadar dan langsung mengucapkan terima kasih.

Natsu tidak menggubrisnya dan langsung menyerang kedua Zombie yang masih tersisa dengan pemukul besi Baseballnya.

DUAK! DUAK! DUAK! DUAK!

Natsu memukul kepala Zombie itu beberapa kali sampai Zombie itu benar-benar tidak bisa bergerak lagi. Natsu menghela nafas sambil mengusap keringat yang mengalir di pelipisnya. Lalu dia mengalihkan pandangannya kearah dua orang berambut pirang yang masih bengong menatapnya.

"Kalian lihat? Begitulah cara mengalahkan mereka." ucap Natsu.

Kedua orang itu menatap Natsu dengan bingung.

"Apa maksudmu?" tanya Sting.

Natsu terdiam sambil menatap tubuh Zombie yang berada didekat kakinya.

"Aku tidak tahu alasannya, tapi sepertinya tidak ada cara lain untuk mengalahkan mereka selain menghancurkan kepalanya." ucapnya.

Lucy dan Sting menatap Natsu dengan takjub, lalu Lucy berkata.

"Terima kasih atas pertolonganmu, tapi sekarang apa yang harus kita lakukan? Diluar benar-benar sangat kacau, kita tidak bisa melarikan diri lewat tangga sana." tanya Lucy sambil menunjuk koridor yang mengarah ke tangga.

"Untuk sementara, lebih baik kita cari tempat yang aman dulu. Kita diskusikan dulu tentang apa yang sudah terjadi, lalu kita baru bisa menentukan tindakan apa yang sebaiknya kita lakukan." jawab Natsu.

Walaupun dia baru saja bertemu kedua orang ini, dia tidak mau bertele-tele dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu ataupun mencoba untuk akrab. Walaupun dia sangat ingin akrab dengan orang lain, apalagi seseorang yang sama sekali tidak takut dengannya, namun situasi sekarang sangat tidak memungkinkan dia untuk melakukan itu. Situasi sekarang sedang kritis. Entah kenapa semua orang disini, setelah digigit, mereka akan berubah menjadi Zombie seperti yang di film-film. Dan dari tadi dia terus menghajar para Zombie itu tapi tidak ada yang mempan. Akhirnya saat ia memukul kepala Zombie itu dengan pemukul besi, Zombie itu langsung tumbang dengan seketika. Akhirnya Natsu sadar, kalau Zombie akan berhenti bergerak kalau kepalanya dihancurkan.

Sting dan Lucy mengangguk.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita keatap? Disana kurasa aman karena para mayat hidup itu belum sampai kesana." saran Sting sambil menunjuk pintu menuju ke atap.

Natsu dan Lucy mengangguk lalu mereka segera berlari mengikuti Sting menaiki tangga.

"Lucy! Kau duluan! Cepat!" teriak Sting.

Lucy mengangguk lalu melewati pintu itu dengan Sting yang mengikuti dibelakangnya. Natsu yang terakhir dan segera menutup pintu atap itu lalu mengganjal pintu itu dengan benda-benda besar dan berat yang bisa ia jangkau. Setelah selesai, Natsu pun mengalihkan perhatiannya kearah kedua orang berambut pirang yang teng

ah berdiri disamping pagar pembatas atap sambil menatap tak percaya pemandangan dihadapan mereka.

"Astaga! Natsu! Coba lihat ini!" teriak Lucy sambil tidak mengalihkan perhatiannya dari pemandangan dihadapannya itu.

Natsu menatap Lucy dengan bingung. Kenapa gadis itu mengetahui namanya? Padahal dia dia sama sekali belum memperkenalkan dirinya. Namun Natsu langsung mengesampingkan rasa penasarannya dan dan berjalan menghampiri Lucy. Matanya langsung terbelalak dan mulutnya langsung menganga tak percaya.

"Apa... Apa-apaan ini?" gumamnya.

Dihadapannya, banyak asap mengepul dari hampir semua gedung dan bangunan. Mobil-mobil saling bertabrakan, ada kebakaran, dan banyak toko-toko kecil dipinggir jalan hancur berantakan. Intinya kota yang ia lihat didepan mata kepalanya sendiri, adalah kota yang hampir hancur dengan asap dimana-mana.

"Kotanya... Kotanya hancur..." Lucy bergumam tidak percaya. Natsu menggertakkan giginya sementara Sting hanya terdiam sambil menatap tak percaya kearah kota yang selama ini ia tinggali.

"TIDAKK! JANGAN MENDEKAT! KUMOHONN!"

"TOLONG AKU! MAMAAA!"

"AARRGH SAKIT! LEPASKAN! AAARRGG!"

Jeritan dari para murid dapat terdengar jelas dari atap yang mereka tempati. Lucy memandang pemandangan kota yang hampir hancur itu dengan raut wajah tak percaya sekaligus syok.

"Apa-apaan ini? Padahal beberapa saat yang lalu semuanya masih kelihatan normal." ucapnya dengan suara gemetar.

Tiba-tiba angin berhembus kencang menerpa ketiga orang itu. Mereka mendongak keatas dan mendapati empat Helokopter terbang melewati mereka.

"Black Hawks? Apa itu tentara U.S?" tanya Sting sambil menatap kepergian Helikopter itu.

"Bukan, itu SDF." jawab Natsu.

"Dari mana mereka datang? Disini tidak ada pangkalan." Ucap Sting.

Lucy langsung merentangkan kedua tangannya dan melambai kearah Helokopter itu.

"Tolong kami! Heeeyy!" teriaknya.

"Percuma saja." ucap Natsu.

Lucy dan Sting langsung menoleh kearahnya.

"Mereka bukan tanpa alasan terbang kesini. Pasti karena ada suatu misi khusus. Mereka tidak punya waktu untuk menolong kita. Mereka bahkan tidak akan membantu orang-orang itu." Natsu menunjuk beberapa orang murid yang diserang Zombie dibawah sana.

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Apa yang sebenarnya terjadi disini?" tanya Lucy.

"Aku tidak begitu mengerti, tapi sebelum semuanya menjadi kacau, aku melihat seseorang muncul di gerbang sekolah. Lalu para guru pergi kesana untuk memeriksa apa yang terjadi, tapi tiba-tiba orang itu mengigit salah satu guru dan guru itu langsung mati dengan seketika. Dan kemudian guru itu bangkit kembali dan menyerang guru yang lainnya. Sekarang para guru saling membunuh." jelas Natsu.

Lucy dan Sting mendengar penjelasan Natsu dengan wajah horror.

"Tidak... Apa ini adalah akhir dari dunia?"

Sting mengepalkan tangannya. Lucy tertunduk dengan tubuh gemetar. Natsu hanya diam menatap kedua orang itu. Dia juga tidak tahu harus berbuat apa didepan dua orang yang baru dikenalinya itu.

"Ah! Aku Lucy Heartfilia, dari kelas 2B. Salam kenal." ucap Lucy dengan tiba-tiba sambil menyodorkan telapak tangannya kepada Natsu. Natsu terkejut dan meraihnya dengan canggung. Baru kali ini seseorang memperkenalkan dirinya tanpa merasa jijik ataupun takut kepadanya.

"Aku.." belum sempat Natsu menyelesaikan kata-katanya, Lucy segera menginterupsinya.

"Kau pasti Natsu Dragneel dari kelas 2A itu, 'kan?" tanya Lucy.

Natsu menatapnya dengan terkejut. Jadi Lucy sudah mengenalnya? Pantas saja Lucy tadi bisa berteriak memanggil namanya. Lalu kenapa dia tidak takut kepadanya?

"Ah, iya." jawab Natsu tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Aku Sting Euchlife. Aku sekelas dengannya." ucap Sting. Natsu mengangguk dan menyalami Sting.

"Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan? Lebih baik kita keluar dari sekolah ini secepatnya." ucap Sting.

Natsu menggelengkan kepalanya sehingga dua orang berambut pirang itu menatapnya dengan tatapan heran.

"Walaupun kita berhasil keluar dari sekolah ini, bukan berarti kita bisa selamat." ucap Natsu.

"TIDAKK! TOLONG! MENJAUH KUMOHONN! ARRRGH!" jeritan para siswi yang digigit dibawah sana membuat tiga orang itu mengalihkan perhatian mereka.

"Lihat. Itu yang akan terjadi pada kita kalaupun kita berhasil keluar." Natsu berkata sambil melihat pemandangan tragis dibawah sana. Diluar sana sudah banyak murid-murid yang sudah berubah menjadi Zombie.

"Terus bagaimana?"

"Ini adalah sebuah wabah penyakit... Dan "mereka", bahkan jika kau mengatakan yang menyerang itu sudah mati, tapi ini bukanlah film ataupun permainan. Mereka yang digigit akan mati dan bangkit kembali menjadi seperti "mereka", dan untuk menyelamatkan diri dari serangan mereka, kita harus menghancurkan kepala mereka." ucap Natsu.

"Lalu bagaimana kalau kita menghubungi polisi?" tanya Sting.

Natsu kembali menggeleng.

"Dengan kericuhan seperti ini, tidak ada seorangpun yang tidak memanggil polisi. Namun sampai saat inipun, suara sirine belum terdengar sedikitpun. Tidak mungkin polisi tetap tinggal diam setelah semua keributan ini." jawab Natsu.

"Lalu bagaimana dengan SDF?" tanya Lucy.

"Lebih baik jangan terlalu berharap. Memang kalau pemerintah tidak memberi aba-aba, mereka tidak akan bergerak, tapi... Sama dengan polisi. Menurutmu apa yang akan terjadi jika itu terjadi di seluruh kota? 130 juta orang tinggal di Jepang, coba bandingkan ada berapa banyak SDF itu? Dan bagaimana kalau hal ini juga menimpa SDF?" tanya Natsu sambil menatap tajam kedua orang dihadapannya.

Kedua orang itu hanya menatap Natsu dengan tatapan terkejut dan penuh keputusasaan.

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Aku tidak mau terus berdiam diri disini hanya untuk menunggu kematian datang menghampiriku!" seru Sting.

Dan tepat saat itu juga pintu atap didobrak dengan keras dan menampakkan segerombolan para murid dan guru yang sudah berubah menjadi mayat hidup. Para Zombie itu berjalan kearah mereka bertiga dengan langkah yang sempoyongan. Tangan mereka hendak meraih-raih Natsu dan yang lainnya. Natsu berdecak lalu berlari kearah gerombolan Zombie itu.

"Natsu!" teriak Lucy. Sting ikut berlari kearah Zombie itu demi membantu Natsu.

"Natsu-san!" teriak Sting sambil membenturkan kepala Zombie itu kelantai.

Natsu menoleh lalu berkata,

"Ingat, hancurkan kepala mereka!" teriak Natsu sambil terus memukuli kepala para Zombie itu. Sting mengangguk lalu menyerang para Zombie itu sambil terus membenturkan kepala mereka ke lantai ataupun dinding terdekat.

"STING!" teriak Lucy ketika melihat Sting yang lengah dan seorang Zombie yang menerkam bahu Sting.

"ARGH!" jerit Sting. Natsu segera menghampirinya dan memukul Zombie yang tengah mengigit Sting dengan brutal.

BUAK! Dan Zombie itupun langsung terkapar di lantai dengan kepala hancur dan berlumuran darah.

"Hey! Kau tidak apa-apa?!" tanya Natsu sambil berdiri membelakangi Sting sambil menatap tajam Zombie-zombie dihadapannya.

Lucy segera berlari menghampiri Sting.

"Sting! Kau tidak apa-apa? Bertahanlah!" ucap Lucy. Sting hanya diam sambil menyerngit kesakitan.

"Gawat! Dia sudah tergigit... Itu berarti..." batin Natsu sambil memukul kepala Zombie yang hendak menerkamnya.

"Uhuk! Uhuk uhuk!" Sting terbatuk sambil memuntahkan banyak darah. Lucy segera memegangi pundak Sting dengan raut wajah panik.

"STING! TIDAK! BERTAHANLAH! KUMOHON, JANGAN BERUBAH SEPERTI MEREKA!" teriak Lucy dengan mata yang sudah digenangi air mata. Sting tidak menjawabnya dan malah semakin memuntahkan banyak darah.

Sementara itu Natsu sudah selesai menghabisi semua Zombie, dan langsung berlari menghampiri Lucy yang tengah memeluk Sting.

"Sting! Tidak!" teriak Lucy.

"Lucy, menjauh darinya!" teriak Natsu.

Lucy menoleh dan menatap Natsu dengan tajam.

"Tidak! Sting tidak mungkin menjadi seperti mereka! Sting berbeda! Dia tidak mungkin berubah!" teriaknya. Tapi walaupun dia berteriak seperti itu, kenyataannya dia juga tidak yakin karena melihat Sting yang terus menjerit kesakitan sambil terus memuntahkan banyak darah dari mulutnya. Dan tidak lama setelah itu, Sting terjatuh diatas lantai dan tidak bergerak lagi.

Lucy langsung terbelalak.

"Sting..." gumamnya tidak mempercayai kalau pemuda yang ia cintai sudah mati.

"Tidak.. Sting tidak mungkin mati.. Dengan luka sekecil itu.." gumamnya.

Natsu segera menariknya menjauhi tubuh Sting.

"Ini bukan soal luka kecil ataupun besar. Tapi virus yang menginfeksinya terlalu cepat dan merusak sistem sarafnya..." ucap Natsu sambil menyiapkan tongkat besi baseballnya.

Lucy memandangnya mata terbelalak, lalu dia segera memegangi tangan Natsu.

"Hentikan! Kumohon jangan lakukan itu!" teriak Lucy dengan air mata yang mengalir deras dari pelupuk matanya. Natsu sama sekali tidak mengubrisnya dan malah menatap tajam kearah tubuh Sting yang mulai bangkit. Dia sudah bersiap dengan mengangkat tongkat baseballnya tinggi-tinggi.

"Tidak... Ini bohong.. Ini pasti bohong, 'kan?" gumam Lucy sambil menatap tak percaya kearah Sting yang berjalan sempoyongan kearah mereka. Wajah Sting membiru.

"Memang sulit dipercaya..." ucap Natsu sambil menyiapkan kuda-kudanya.

Lucy menoleh kearah Natsu.

"Tidak! Jangan lakukan itu!" teriaknya.

"Ini juga tidak masuk akal... Tapi..." Natsu memejamkan matanya.

"TIDAK!"

Natsu membuka matanya dan berlari kearah Sting yang sudah hampir mendekat kearah mereka.

"Tapi inilah kenyataannya!" teriaknya sambil mengangkat tongkat baseballnya tinggi-tinggi.

"TIDAAAAKK!"

DUAK!

BRAKK!

Bersambung...

AN : Hmmm... Cerita yang terinspirasi dari Anime High School Of The Dead.. SDF itu adalah singkatan dari The Self-defense Force, semacam Organisasi militer penjaga perdamaian di Jepang... Menurut reader, bagaimana pendapat kalian mengenai fanfic ini? Terasakah Horror dan Adventurenya? Silahkan jawab di kotak review...

Salam manis,

Minako-chan Namikaze