Secret Melody
Oh Sehun, Park Chanyeol, Kim Jungmo, Zhou Mi, Kim Jong In, Kris, Jay Kim.
EXOTRAXSJM Fict
Mature Content : Drugs, Smoking, Alcohol, Homophobic.
Disclaimer: This fict are belong mine. Characters are belong theirs mine.
Notes : FF Ini mengandung unsur serta muatan konten-konten dewasa. Dimohon yang berada di bawah umur untuk tidak membaca- atau jika nekat membaca, maka gunakan kebijakan dalam membaca cerita yang saya tulis ini.
Bukan untuk di contoh / di praktek-kan di kehidupan nyata.
Evekun_407
Proudly Present a Fanfiction Secret Melody
Malam sunyi sepi dengan langit mendung tanpa cahaya bulan pecah oleh tangisan seorang anak berusia sembilan tahun dalam sebuah rumah besar yang terletak paling ujung komplek perumahan Apgeojung kawasan Gangnam Blok E.
Langkah kaki arogan dengan tangan membawa pistol jenis Walther P99 mendekati pintu bertuliskan nama seorang anak laki-laki yang ia yakini adalah keturunan dari pemilik rumah ini. Ia membuka pintu sambil mencondongkan pistol ke ambang pintu yang terbuka dihadiahi dengan listrik yang padam secara tiba-tiba. Ia memasuki kamar itu sambil tetap bersiaga, kosong tak ada penghuni kamar ini sebelum… suara terisak dari arah ranjang menyadarkannya bahwa kamar ini memang memiliki penghuni. Ia tak perlu membiasakan pandangan ketika gelap mengintainya. Karena ia memiliki mata setajam elang yang pernah melegenda itu.
Langkah kakinya mendekat, menyiapkan telunjuknya berada tepat didepan pelatuk Walther P99-nya, bersiap menekan telunjuknya untuk melepaskan amunisi dari selongsong laras pendeknya. Namun yang terjadi justru jauh diluar dugaannya, seorang anak laki-laki keluar dari selimut sambil mengangkat kedua tangan yang dia letakkan masing-masing di samping telinga kanan kirinya. Dengan wajah sembab air mata, anak itu berusaha berdiri diatas ranjangnya. Menyerahkan diri siap untuk ditembak.
"Tembak aku, tuan." Anak itu berdiri pasrah, sinar rembulan perlahan nampak kembali eksis mengintip dari balik ventilasi udara. Entah apa yang membuat pemuda berusia delapan belas tahun itu seolah ragu untuk menarik pelatuk Walther P99-nya, padahal tinggal selangkah lagi dia akan menyelesaikan misinya- namun yang terjadi justru kebimbangan menghantui dirinya. Memerangkap seperti angin menggerayangi tubuhnya yang berbalut jaket kulit KW yang dibelinya di pasar tradisional.
Ia menjatuhkan pistolnya, menatap sendu anak itu dibalik sinar rembulan yang berhasil lolos melalui lubang ventilasi. Anak itu mengingatkannya pada seseorang yang baru saja ia tembus kepalanya dengan amunisi yang ia muntahkan dari Walther P99 miliknya.
Sialan sekali. Pemuda delapan belas tahun mengalami guncangan perasaan yang berkabut menginvasi hatinya. Bertaruh antara menyelamatkan atau menamatkan riwayat anak itu detik ini juga.
Siang begitu terik menembus kaca jendela kelas 2 – E. Pemuda berkulit pucat itu mengibaskan tangannya bermaksud mengipasi wajahnya dengan segan, meletakan kepalanya diatas meja membelakangi jendela.
"Sepertinya para iblis sedang liburan ke bumi, panas sekali. Atau jangan-jangan karena SNSD mau comeback ya? makanya suasana jadi panas seperti ini, seperti ranking musik yang semakin panas setiap harinya memperebutkan posisi?"
Pemuda berkulit tan itu berseru tapi diikuti gumaman tak jelas yang membuat pemuda pucat itu memicing jengkel, apa hubungannya coba? Tapi si tan ini sama menderitanya dengan si pucat. Salah juga sih dia memilih bangku paling dekat dengan jendela, niat hati ingin seperti dalam adegan-adegan anime yang ditonton, dan membayangkan ketika si tan itu menoleh ke kaca akan ada pemandangan menakjubkan seperti anak perempuan yang sedang berolahraga di lapangan yang memang letaknya strategis dengan posisi lapangan sekolah. Atau mendapati akses paling mudah melongok keluar jendela dan mengamati Soo Jung mantan kekasihnya berlenggang dengan indah untuk mengobati rasa rindunya, sayangnya si tan ini masih belum bisa move on dari Soo Jung si cantik primadona sekolah. Sialnya, kelas 2 – E berada pada lantai dua dimana ketika siang hari apalagi pada masa paceklik seperti ini, kelasnya berubah menjadi sauna tanpa kolam perendaman.
Sialnya lagi anak-anak dikelas ini terlampau malas untuk menyisihkan uang sekedar uang KAS untuk membeli keperluan kelas seperti gorden misalnya. Bahkan AC yang bertengger dengan indah pada dinding kelas hanya menjadi pajangan tak berguna, padahal anak-anak sering kali mengadu kepada dewan sekolah agar segera memperbaiki fasilitas sekolah. Tetapi sampai detik ini tak ada tanggapan berarti.
"Ya kalau liburan kesini jangan bikin manusia rugi dong! Dasar setan!" Si pucat membalas, kemudian mencari tempat duduk yang lebih manusiawi, dimana lagi kalau bukan lantai kelas? Toh guru yang seharusnya mengisi pelajaran Kimia mendadak mengabarkan bahwa hari ini kelas dikosongkan bahkan tidak ada tugas sebagai pengganti kelas. Entah rejeki atau apa, yang jelas satu hal yang membuat pusing di musim paceklik ini menghilang satu. Kimia adalah salah satu pelajaran yang tidak terlalu si pucat minati. Dia hampir bermasalah dengan pelajaran yang berhubungan dengan IPA. Entah itu Kimia, Fisika, Biologi atau apapun itu tentang Sains dia sama sekali tidak bisa bersahabat dengan hal-hal seperti itu.
Sementara di ambang pintu seorang pemuda jangkung dengan beberapa murid lainnya di belakang sedang memperhatikan dua adam yang dalam keadaan panas – ralat – maksudnya sedang kepanasan karena matahari begitu terik siang ini.
"Lihatlah pecundang-pecundang itu," dia membuka suara. Si pucat malas menimpali, dia merebahkan tubuhnya di lantai kelas sambil merentangkan tangan. Sensasi dingin seketika menusuk-nusuk tubuh bagian belakangnya. Ia memejamkan matanya, merasakan sensasi dingin itu seraya mendesah lega, tak peduli si jangkung memicing tak suka padanya.
"Oh Sehun!" Si jangkung menghampirinya, menarik kasar kerah bajunya membuat tubuhnya sedikit terangkat. Sehun – si pucat itu membuka mata malas. Sialnya wajah mereka berjarak hanya beberapa senti ketika Sehun terpaksa menerima hembusan nafas dari pemuda jangkung yang berbau berry itu.
"Apa masalahmu idiot?" Sehun menepis tangan yang sedang mencengkram itu, membuat bokongnya membentur lantai, ia lupa dalam posisi apa sekarang.
"Menantang heh?" Si jangkung merundukan tubuhnya dengan pandangan mengintimidasi. Ia dapat merasakan deru nafas Sehun menerpa wajahnya. Detak jatuk yang tak beraturan itu, ia dapat merasakannya.
"Enyah kau." Satu pukulan mentah berhasil mendarat mulus pada pipi sebelah kiri si jangkung, tak sampai membuatnya terjungkal, namun efeknya membuat pipinya terasa berdenyut sekaligus nyeri yang membuat kepalanya agak berat dan pusing sekarang.
"WUHU! Nice, Oh Sehun!" Pemuda berkulit tan itu berseru mengapresiasi tonjokan yang Sehun daratkan pada pipi pemuda jangkung itu dengan mulus. Yang di teriaki hanya menyunggingkan senyum pada sudut bibirnya. Sedikit bangga akan keberaniannya.
"Oh Sehun!" pemuda jangkung itu marah bukan main. Ia mendorong tubuh Sehun hingga membentur lantai membuat posisinya berada diatas tubuh Sehun, mencengkram pergelangan tangan itu dengan keras. Sehun berusaha memberontak sekuat tenaga, namun pemuda jangkung itu memiliki tenaga dan tubuh yang lebih besar darinya.
"HEY!" Jongin – pemuda berkulit tan itu melompat dari kursinya berusaha melerai keadaan yang sedang darurat, namun Baekhyun menariknya menjauh dari tempat Sehun dan Chanyeol – si jangkung itu berkelahi. Walaupun kecil, tapi Baekhyun memiliki tenaga yang bisa dikatakan besar juga, ia memberikan gelengan kepada Jongin untuk tidak ikut campur dengan urusan mereka.
"PARK CHANYEOL APA MAUMU?"
Chanyeol menyunggingkan senyumnya, merendahkan tubuhnya agar semakin merapat dengan Sehun, hidung mereka hampir saling menyentuh sebelum akhirnya…
Tubuh janngkungnya terjungkal ke belakang menabrak meja serta kursi dibelakangnya. Sehun menyunggingkan senyumnya, mendudukan tubuhnya kemudian berdiri menghampiri Chanyeol yang meringis memegangi kepalanya karena terbentur bangku cukup keras.
"Pergi atau ku tendang sampai rusukmu patah, Park!"
Chanyeol mendelikkan matanya tajam. Ia tak bisa dikalahkan dengan cara hina seperti ini. Sekuat tenaga ia bangkit berdiri. Mensejajarkan tubuhnya dengan Sehun, menatapnya mengintimidasi karena ia merasa menang atas Sehun yang memiliki tubuh lebih pendek darinya.
"Oh Sehun, kau tau ini belum berakhir…" Sehun menantang, menatap Chanyeol tak kalah mengintimidasi. Netranya menyorot tajam tepat mengenai titik netra mereka bertemu.
"Dengarkan aku baik-baik, Park! Sekeras apapun kau berusaha mengalahkanku, aku akan selalu keluar sebagai pemenang!" Chanyeol menyunggingkan senyum mendengarkan peringatan Sehun. Seberapa hebat sih anak yang kalau jalan ini malah lebih mirip seperti anak ayam? Ia tak mau ambil pusing- sebenarnya, tetapi semakin Sehun menantang, maka Chanyeol akan selalu meladeninya.
"Well, Oh Sehun~ kita lihat saja." Chanyeol keluar di ikuti dengan beberapa orang temannya meninggalkan Sehun yang mematung disana. Angin berhembus kencang mewakili kepergian Chanyeol serta menyadarkannya dalam lamunan beberapa detiknya.
"Bajingan!" Sehun menendang kursi di depannya, mengambil tas kemudian melenggang keluar dari kelas, mengabaikan panggilan Zhou Mi – guru bahasa mandarinnya yang akan mengisi kelas terakhir meneriaki namanya. Ia tak ingin mengisi otaknya dengan pelajaran membolos di jam terakhir pelajaran dan mengabaikan panggilan Laoshi-nya, itu akan menjadi urusan belakangan yang harus ia pertanggung jawabkan nanti.
"Kau baru pulang?" Sehun tertegun mendapati suara berat itu menginterupsi langkahnya. Baru saja ia mengendap-endap memasuki ruang tamu, tetapi siapa yang bisa menebak bahwa kepulangannya di sambut dengan sapaan mengejutkan seperti itu? Pria berutubuh tinggi dengan kulit hampir sama seperti milik Jongin menghampirinya. Ia menghirup udara yang bercampur oleh parfume yang dipakai pria itu. Tapi disisi lain ia dapat menghirup aroma ganja menyeruak menginvasi indera penciumannya. Satu linting ganja yang biasa di sebut joint terselip diantara celah jari pria itu.
Dari belakang ia dapat merasakan langkah itu semakin mendekat. Punggungnya memanas merespon ada aura lain yang lebih kuat seakan mengintimidasi tubuh ringkihnya. Pria itu menatap penuh selidik, menghisap sekali lagi joint ditangannya seraya membuangnya diatas lantai, menginjaknya dengan vantoufel yang ia gunakan untuk menggilas sisa joint itu seraya mengcengkram bahunya dari belakang.
"H-hyung?" Pria itu menatap Sehun dengan seksama. Memperhatikan pemuda di depannya tumbuh cukup pesat. Sehun tak berani menoleh, ia tidak yakin setelah ini dia akan baik-baik saja.
"Aku mendapat telpon dari wali kelasmu-"
Pria itu memutar tubuh Sehun berhadapan dengannya. Memaksa netra bertemu netra, mencari jawaban.
"Jelaskan padaku-" menatapnya penuh tuntutan.
"Aku hanya membolos sekali dalam minggu ini-"
"Oh, selain bertengkar, merusak property sekolah, dan kau membolos di hari yang sama? Hebat sekali Oh Sehun ku ini," pria itu menyungingkan senyum. Netra Monolidnya bergerak menilai pemuda di hadapannya.
Sehun menelan ludah gusar. Dia tau seberapa kuat pria di hadapannya. Dia tak bisa membantah, mutlak sudah… Sehun selalu kalah dari pria itu.
"Anak nakal harus di hukum," tangan pria itu merambat pada bahu Sehun, mencengkramnya dengan kuat, memutar paksa tubuh Sehun agar memunggunginya.
Pria itu melepas sabuk celananya, mengangkat tangannya setinggi kepalanya bersiap memecut punggung pemuda di depannya. Namun ketika hendak melepaskan satu pecutan, tangannya bergetar seolah menolak untuk melakukannya. Lagi-lagi ia tak bisa melakukan sesuatu yang menyakitkan untuk pemuda ringkih itu. Sehun menunggu-nunggu momen mendebarkan itu, menunggu sabuk berbahan kulit itu menyabet punggungnya dan ia siap untuk tak menjerit untuk menunjukkan dia cukup tangguh serta menujukkan kepada pria itu bahwa dia cukup kuat untuk berhadapan dengannya. Namun Sehun hanya bisa membayangkan kemungkinan-kemungkinan itu. Menunjukkan bahwa sekarang ia sudah tumbuh menjadi pemuda kuat seperti yang selalu ingin ia tunjukkan. Satu menit... dua menit… lima menit… tak ada sabuk kulit yang mendarat menampar punggungnya. Sehun bertanya-tanya kenapa dan ada apa?
Sialan, perasaan gelisah itu menghantu pria yang sekarang menjatuhkan sabuk itu seraya berbalik meninggalkan Sehun yang membatu ditempatnya. Kenapa? Ada apa? Sehun bertanya-tanya dalam hati tak berani menoleh… tetapi sedetik kemudian ia berubah fikiran…
"Jungmo hyung!" Pria itu berhenti, mengusap setitik mutiara bening yang berhasil mengintip dari sudut monolidnya. Ia tak ingin terlihat menangis di hadapan Sehun.
"Aku tidak mengerti tentang dirimu, tetapi ada apa denganmu?" Jungmo berbalik, menatap Sehun seraya menyunggingkan senyum terbaiknya.
"Ada banyak hal yang harus dirahasiakan di dunia ini, termasuk tentang diriku." Jungmo meraih benda di balik denim hitam yang dipakainya. Memantik joint itu seraya menghembuskan asap melalui hidungnya. Smoking weed sudah menjadi hal biasa untuknya.
"Kau tau apa yang membuatku menahanmu disini?" Sehun menggeleng.
"Rasa benciku yang begitu mendalam kepadamu." Jungmo berbalik, meninggalkan Sehun yang bertanya-tanya dengan pandangan menerawang, kadang netranya fokus mengamati punggung pria itu yang semakin jauh setiap detiknya.
"Dia sangat membenciku?"
Sehun bertanya entah pada siapa, kepada dirinya atau kepada Tuhan.
Setitik bulir bening nyaris terjun bebas sebelum netra obsidian itu menghapus jejaknya dengan kasar. Ia merasakan seolah ribuan pedang menusuk-nusuk hatinya sampai tak berbentuk, membiarkan hatinya sedemikian rupa hancur berserakan nyaris tak bersisa. Habis sudah pertahanan Sehun, mutiara bening yang tadi mengintip malu-malu kini meluncur deras membanjiri pelupuk matanya, membuat kanal kecil membanjiri pipinya, dagunya diusap beberapa kali ketika mutiara bening itu melewatinya. Dadanya nyaris tak bisa bernafas dengan benar, ia terisak, memeganginya seraya menggertakkan giginya menahan perih di dadanya.
Pria itu menahannya karena membencinya?
Lagi sekelibatan ucapan itu terngiang-ngiang di kepalanya, mencambuk-cambuk hatinya sedemikian jahat.
'Jungmo hyung membenciku'
TBC
Hallo Saya kembali lagi setelah insiden menghapus 2 FF yang pernah saya publish karena ada satu dua hal yang mengharuskan saya melakukannya teheheh.
Sekarang saya membuat FF ini Fresh dan tiba-tiba pengen aja buat FF seperti ini, eheheh Untuk membawa angin segar/? Saya menyeret manusia-manusia tak berdosa untuk saya jadikan pendosa di FF ini *Ketawa Setan* *Digibas om Gitaris*
Sebenarnya sudah lama keinginan untuk melanjutkan nulis FF, mengingat saya sibuk kuliah dan Setelah meghabiskan 1 bulan liburan kuliah yang gak diisi kegiatan apa-apa selain les biola yang Cuma makan waktu 12 jam dalam sebulan yaaa difikir2 Liburan Cuma main game boring banget serta gak berfaedah banget ya? :v
Okeh ditunggu reviewnya deh. Kalau banyak yang minat sama FF ini akan saya lanjutkan. Dan Salam kenal dari Evekun. Sebelumnya Pen name sama Elkaifashira xD Ada yang inget? Gak ada? Oh ya udah, bagusss xD
Yaudahlah capek juga cuap2 gak jelas. See ya di next chapter selanjutnya ^^
