Another Day (?)
.
.
.
.
Genre : Drama, Romance, Hurt/Comfort
Warning : Boys Love, DLDR, Typo(s)
Rated : T
Author : Song Min Gi
Disclaimer : Saya hanya pinjam nama. All cast disini hanyalah fiksi. Ide cerita seratus persen milik saya sendiri.
Character
~ Main cast : Yesung, Kyuhyun, Sungmin, Ryeowook
~ Support cast : Super Junior members, dan yang lain bertambah sesuai alur.
#Backsound#
ENJOY
.
.
.
Hidup di dunia ini seperti bermain judi.
Semakin banyak yang kau pertaruhkan,
Semakin banyak nyali yang harus kau miliki.
Semakin banyak kau kehilangan,
Semakin kau akan mencari kemenangan.
15 January 2012,
00 : 03 am
Kyuhyun terbangun dari tidurnya, dengan nafas tak beraturan. Mimpi buruk, sepertinya. Tapi mimpi itu, sepertinya benar-benar sudah biasa dialaminya. Tentu saja, karna baginya mimpi dan dunia nyata sama sekali tak ada bedanya.
Ia melirik ke samping, ke arah kanannya. Sungmin masih disampingnya. Tertidur pulas dengan wajah damainya yang manis. Wajah damai yang dikagumi Kyuhyun. Wajah damai yang sudah hampir lima tahun dimilikinya.
Hari ini tanggal lima belas bulan Januari. Masih musim dingin. Dan lima belas hari yang lalu, adalah pergantian tahun. Limabelas hari yang lalu juga, Sungmin berulang tahun. Kekasihnya, belahan jiwanya, kelincinya, namja pink-nya, Lee Sungmin.
Lima belas hari yang lalu, masalah itu datang. Lima belas hari yang lalu, Kyuhyun merasakan betapa dadanya sesak dan sakit. Perasaan nyeri itu terus-terusan menyerang jantungnya tiap ia mengingatnya, mencekat tenggorokannya, hingga ia serasa sulit bernafas.
Lima belas hari yang lalu, saat ia mendapati Sungmin dan Ryeowook–
–berciuman.
Another Day
By Song Min Gi
"Satu-satunya harapanku adalah…
bertemu denganmu lebih awal, di lain hari…"
.
.
.
"Ayolah, Kyu. Aku sudah lelah membangunkanmu setiap hari~" rengek sebuah suara. Kyuhyun hafal benar suara itu. Sudah hampir delapan tahun ia hidup bersama dengan suara itu. Sudah hampir delapan tahun, suara itu menyambut paginya dan mengisi hari-harinya. Dan sudah hampir lima tahun, Ia memiliki suara itu. Suara kekasihnya, Suara hyungnya, suara orang yang paling dicintainya selain orang tua dan kakaknya, suara namja bermarga Lee. Suara Lee Sungmin.
Kyuhyun menggeliat samar diatas kasur yang cukup besar itu, tempatnya dan Sungmin biasa mengistirahatkan dirinya dari aktivitas yang mendera, dan mulai memaksa organ tubuhnya yang kita sebut mata itu untuk membuka, agar ia bisa kembali melihat dunia.
–dan melihat takdir yang mempermainkannya.
Kyuhyun melirik jam kecil berwarna abu-abu di meja nakas, pemberian fans. Lalu mengalihkan pandangannya pada Sungmin, yang sudah rapih dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Kyuhyun tersenyum.
"Good Morning Sweetheart." Sapanya pada Sungmin. Yang disapa hanya bisa tersenyum, lalu mengusap pipi Kyuhyun sebentar.
"Aku harus ke Sukira , Kyu. Setelah itu aku ada latihan musikal." Sungmin menggenggam tangan Kyuhyun, lalu kembali tersenyum. Kyuhyun sendiri juga hanya bisa tersenyum. Tersenyum getir. Oh ayolah Kyu, ini hari ke lima belas kau merutuki hidupmu. Tidak bisakah kau tersenyum tulus walau hanya sekali?
"Sampai sore? Tidak mungkin sampai malam, Hyung." Ujar Kyuhyun sambil perlahan-lahan berdiri dari tidurnya, dan duduk bersandarkan penampang kasur dibelakang punggungnya.
"Hm, bisa jadi, entahlah." Sungmin beranjak dari duduknya, mengambil sebuah notes kecil yang tergeletak di lantai, lalu memasukkannya kedalam ransel cokelat kecil dan mengancingkannya. Karena ransel itu tak punya resleting, hanya ada beberapa kancing kecil untuk menutupnya. Kyuhyun menajamkan pengelihatannya pada ransel itu. Ransel itu–
–baru?
"Hyung, kau pakai ransel baru?" Kyuhyun bangkit berdiri, lalu mendekati Sungmin.
"Yup. Bagus tidak?" Tanya Sungmin sumringah sambil memamerkan ranselnya bak anak kecil yang baru mendapat hadiah.
"Bagus. Cocok denganmu. Kapan kau membelinya? Aku tidak ingat." Kyuhyun masih memperhatikan ransel cokelat itu lekat-lekat. Seakan menyadari sesuatu, tapi entah apa. Mungkin karna ia baru bangun tidur. Banyak orang yang bilang, saat kau bangun tidur sebagian otakmu masih belum bangun atau masih ngantuk. Tapi itu definisi yang konyol menurut Kyuhyun.
"Aku memang tidak membelinya, Ini hadiah dari Ryeowookie." Jelas Sungmin sambil tersenyum, dan memakai tas itu di punggungnya dengan riang.
Pantas kau memakainya, ternyata dari Ryeowook.
"Oh, lalu kemana ransel lama yang kubelikan untukmu?" Tanya Kyuhyun straight. Mulai muak dengan topic pembicaraan ini. Belakangan memang Sungmin sering sekali membicarakan Ryeowook. Ryeowook yang sama-sama suka memasak sepertinya lah, Ryeowook yang suka makan keripik kentang yang sama dengannya lah, Ryeowook yang bla bla bla blab la, etahlah Kyuhyun tidak peduli. Tapi tetap saja, Sungmin berubah.
Dan ia tahu benar itu karena insiden ciuman tanggal satu januari itu.
"Ransel itu masih–"
"Sungmin hyung?" belum selesai Sungmin berucap, kepala Ryeowook sudah menyembul dari balik pintu kamar, membuat perhatian dua orang yang ada di dalam kamar terfokus pada namja yang tiba-tiba muncul itu.
"Wookie? Oh, sudah waktunya ya? Kyu, aku berangkat dulu." Pamit Sungmin segera pada Kyuhyun. Kyuhyun mengangguk mengiyakan. Tapi belum sampai selangkah Sungmin akan keluar dari kamar, Kyuhyun menarik tangannya.
"Kau lupa ciuman selamat pagimu." Bisik Kyuhyun tepat di telinga Sungmin. Sungmin tersentak, kaget.
"Disini ada Wookie, Kyu." Jawab Sungmin cepat, seolah menghindar.
"Lalu?" Kyuhyun mendekatkan wajahnya pada Sungmin. Dengan ekor matanya, ia bisa melihat Ryeowook yang tampak membeku, seolah membisu dan takmampu berkata-kata.
"A-aku–"
"Pergilah." Kyuhyun melepaskan pegangannya pada tangan Sungmin, dan menjauhkan wajahnya dari wajah Sungmin. Melepaskannya pergi.
"Kyu…" tercetak jelas wajah bingung dan panik di wajah manis namja bermarga Lee itu. Tapi Kyuhyun seolah memejamkan matanya. Menganggap Sungmin menolak ciumannya karena benar-benar malu. Bukan karena sedang ada kekasih lainnya yang melihat mereka.
"Kau akan terlambat, sayang." Kyuhyun tersenyum, dan menepuk pucuk kepala Sungmin sebentar sebelum akhirnya Sungmin tersenyum dan berjalan keluar kamar dan menggandeng tangan Ryeowook.
Kyuhyun membuang nafas panjang. Ini semua melelahkan, membuatnya muak. Membuat semua ini terasa sakit untuk jantungnya yang sekarang rasanya seperti dicengkeram hingga dadanya terasa nyeri dan sesak.
Caramel nya menatap nanar pintu kamar yang belum sepenuhnya tertutup itu. Seolah jika hanya menatapnya, sungmin akan kembali padanya. Bodoh, Sungmin sudah pergi. Bersama Ryeowook. Ia menulikan telinga, dan membutakan matanya atas perselingkuhan ini. Karna ia begitu mencintai Sungmin. Sangat amat mencintai Sungmin. Hingga ia rela–
–melepaskan kekasihnya.
.
.
.
"Wookie-ya, kau masih marah padaku?" namja dengan surai hitam yang ditata messy itu terus mengekor pada namja mungil yang masih sibuk mengatur ranselnya. Namja yang lebih muda dan lebih kecil itu tidak menjawab. Hanya diam tanpa menghentikan aktivitasnya.
"Aku janji tidak akan lagi mengangkat teleponmu kalau kau tidak ada. Maafkan aku, yayayayaya?" bujuknya lagi pada namja yang dipanggil Wookie itu.
"Iya iya! Sudah kumaafkan." Sahut wookie cepat, membuat namja yang dibelakangnya itu mendadak sumringah. Dan spontan memeluk ryeowook. Memberikannya pelukan dari belakang dengan sangat erat, lalu tersenyum.
"Terimakasih, sayang." Namja itu tersenyum, sambil terus memeluk tubuh kekasihnya. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh milik namja mungil itu.
"Yesung hyung?" Tanya-nya tiba-tiba.
"Ya?"
"T-tidak, tidak apa. Sudah lupakan." Ryeowook tersenyum, lalu menggenggam tangan Yesung yang melingkari pinggangnya. Merasakan hangatnya pelukan tulus seorang kekasih, yang sudah ia khianati.
Yesung tersenyum, dan mengeratkan pelukannya. Seandainya bisa selamanya seperti ini… seandainya tanggal satu January tak pernah terjadi... Mungkin ia tidak akan rela–
–melepaskan kekasihnya.
.
.
.
Di dalam Dorm sekarang hanya ada Kyuhyun, Yesung, dan Shindong plus couple paling fantastis di super junior. HyukHae. Si Ikan Mokpo Donghae, dan Si Monyet Eunhyuk. Leeteuk dan Kangin pergi entah kemana, mungkin jalan-jalan pagi sambil membelikan sarapan. Siwon tidak tinggal di dorm, tapi biasanya menjelang makan siang dia sudah muncul di dorm.
Kyuhyun baru saja keluar dari kamar mandi, dengan rambut setengah basah ia hendak menyalakan thermostat untuk penghangat ruangan mengingat diluar salju masih begitu tebalnya. Tapi tiba-tiba caramel nya menangkap sesuatu. Di luar balkon… ada seseorang.
Siapa yang ada di balkon saat sedang bersalju begini?
"Hyung?" Caramel Kyuhyun membulat, mendapati Yesung yang duduk di kursi dekat balkon, dengan hanya memakai kaus dan celana panjang tanpa alas kaki. Kyuhyun mendekati Yesung, berusaha mencari tahu apa yang sedang dilakukan namja sipit itu. Tapi Yesung hanya diam, terbengong menatap lurus kedepan, mengamati butiran-butiran salju yang menari-nari turun di depan matanya.
Namja itu terlihat kedinginan. Bibirnya nampak pucat dan beku. Telapak tangannya yang sedari tadi ia kepalkan terlihat menjadi merah, dan kaku, seperti beku. Telinga dan hidungnya juga merah. Nafas Yesung berubah menjadi asap putih saat dihembuskan keluar, saking dinginnya. Entah berapa lama ia duduk disana.
"Yesung-Hyung? Apa yang kau lakukan?" Kyuhyun bertanya, tapi Yesung tak menjawabnya. Yesung hanya fokus, terus memandang nanar ke depan. Kyuhyun-pun tak mengerti arti sikap Yesung yang seperti ini. Yang ada di fikirannya sekarang, Yesung akan mati beku jika ia tidak melakukan apapun.
Kyuhyun buru-buru masuk, melempar handuknya ke sembarang arah, dan mengambil jaket terdekat –yang ia tahu itu miliknya– yang kebetulan tergeletak di sofa, lalu buru-buru keluar menuju balkon dan mengenakan jaket itu pada tubuh Yesung. Dari bahu kanan ke bahu kirinya.
Caramel Kyuhyun lagi-lagi membulat merasakan tangannya yang tidak sengaja bersentuhan dengan kulit lengan Yesung, karena namja itu hanya mengenakan kaus lengan pendek. Dingin sekali, Yesung bak bongkahan es yang didudukkan di balkon.
"Hyung, kau harus masuk. Kau beku." Bujuk Kyuhyun, memancing Yesung agar mau bicara. Tapi Yesung hanya diam. Masih fokus memandang lurus, entah apa yang dipandangnya. Otak Kyuhyun bergerak cepat, ia harus menyelamatkan Yesung yang bahkan ia sendiri tak tahu ada apa dengannya.
Kyuhyun buru-buru meraih lengan Yesung, dan melingkarkannya di belakang tengkuknya. Lalu meraih daerah dibelakang lutut Yesung dan dengan sekali angkat, dengan mudahnya Kyuhyun mampu membopong namja itu masuk kedalam Apartement. Tanpa ia ketahui, bahwa hari ini–
–takdir telah kembali bekerja.
.
.
.
"Yesung-Hyung masih tidak sadarkan diri?" Eunhyuk yang datang bersama dengan kekasihnya, membawakan semangkuk air hangat dan handuk kecil yang rencananya akan Kyuhyun gunakan untuk mengompres dahi namja yang tengah terbaring lemas di atas kasurnya sendiri ini.
"Memangnya apa yang membuatnya pingsan?" Shindong ikut-ikutan menimpali, ia sedari tadi kebingungan dengan apa yang terjadi. Pasalnya ia sedang bermain game dikamar, dan sama sekali tak akan mengetahui apapun yang terjadi jika Donghae tak memberi tahunya.
"Dia duduk di balkon. Entah berapa lama." Ujar Kyuhyun sambil mulai mengompres dahi Yesung, berharap setidaknya tubuh Hyung-nya itu tidak akan sedingin ini lagi.
"Balkon?! B-balkon luar?" Donghae terbelalak kaget. Ia tahu benar bagaimana rasanya duduk di balkon luar. Saat musim gugur kemarin, saat ia duduk-duduk di balkon setengah jam saja ia sudah dapat flu, apalagi musim dingin? belum lagi diluar sedang hujan salju. Dan Yesung duduk diluar berjam-jam? Hanya dengan kaus tipis?
Kyuhyun tidak menjawab, ia masih fokus mengompres Yesung. Saat ini beralih ke telapak tangan Yesung. Benar-benar sedingin es. Jika Kyuhyun berani mengira-ngira, mungkin sudah hampir satu jam Yesung duduk di sana.
"Aku sudah telpon Leeteuk-Hyung. Dia bilang jalanan dari rumah orangtuanya tertutup salju. Jadi malam ini dia dan kangin-Hyung tidak bisa pulang, mereka akan bermalam disana." Ujar Eunhyuk sesaat setelah ia menutup sambungan teleponnya dengan Leeteuk, setelah mengabari bahwa Yesung baru saja pingsan.
"Apa tidak sebaiknya ke rumah sakit? Atau panggil dokter? Atau perlu kita telepon manajer-hyung?" Tanya Shindong.
"Untuk saat ini sebaiknya tidak usah, Hyung. Aku takut Yesung-Hyung yang malah akan dimarahi, karena menurutku ini kecerobohannya sendiri. Biar aku saja yang mengurusnya."jelas Kyuhyun tanpa sedetik-pun melepaskan konsentrasinya dari aktivitasnya mengompres Yesung.
"Aku sependapat dengan Kyuhyun. Leeteuk-Hyung juga tadi bilang, kalau Yesung tidak demam, kita tidak perlu panik." Eunhyuk menambahi. Shindong mengangguk menyetujui. Yang penting bagi mereka semua adalah kondisi Yesung.
"Kalau begitu kita keluar saja dulu, biarkan Yesung-hyung istirahat." Usul Donghae, sambil menggandeng tangan Eunhyuk, bersiap meninggalkan ruangan. Shindong juga sudah ikut bangkit berdiri, bersiap keluar dari kamar.
"Biar aku yang menjaganya." Kyuhyun menjelaskan, seakan menjawab pertanyaan ketiga namja lain yang sebenarnya belum terlontarkan. Mereka serempak mengangguk, lalu keluar dari kamar, meninggalkan Kyuhyun yang masih menjaga-i Yesung.
"Mungkinkah semua ini… karena masalah yang sama?"
.
.
.
"Kalian sama sekali tidak tahu kalau Yesung-Hyung duduk di balkon?" Tanya Shindong pada dua orang manusia yang sedang duduk bersama di atas sofa sambil nonton tv, sementara dia sendiri sedang duduk di karpet.
Donghae menggeleng, "Tidak. Aku dan Hyukkie tadi baru keluar dari kamar."
"Dari kamar?" Shindong menatap sinis.
"Tidak melakukan apapun Hyung, hanya menyusun album photo." Eunhyuk buru-buru menjelaskan, dan menjitak kepala Donghae sesegera mungkin. Hampir saja anak ikan di sampingnya ini membuat masalah baru.
"Awas saja kalau sampai perutmu membesar, Donghae-ya." Goda Shindong sambil kembali mengunyah keripik kentangnya. Donghae tertawa, diikuti Eunhyuk yang juga ikut tertawa.
"Tapi apa kalian tidak merasa ada yang aneh?" celetuk Shindong. Donghae dan Eunhyuk hanya menggeleng, merasa tidak ada yang aneh. Kenapa Shindong berpikiran begitu?
"Belakangan ini, Ryeowook dan Yesung tidak terlihat se-mesra biasanya. Begitu juga dengan Kyuhyun dan Sungmin." Sambung Shindong. Donghae mengangguk mengerti, sementara Eunhyuk buru-buru menimpali.
"Ah! Aku kira hanya aku yang berfikiran begitu! Ternyata kau juga, Hyung?" jawab Eunhyuk antusias.
"Sssh! Kecilkan suaramu! Mereka bisa mendengarnya!" sergah Shindong panik.
"Tunggu Tunggu, maksud kalian bagaimana? Kyuhyun dan Yesung berselingkuh? Begitu?" Donghae menarik kesimpulan sendiri, yang buru-buru dapat gelengan ketidak setujuan dari Eunhyuk.
"Bukan, bukan mereka. Tapi Sungmin dan Ryeowook." Eunhyuk menyambung cepat-cepat. Shindong ikut mengangguk, mengiyakan.
"Semenjak bekerja bersama di Sukira, MinWook semakin aneh menurutku. Mereka jadi sering meng-update selca bersama, sering keluar bersama, dan belakangan mereka juga duduk bersebelahan kemanapun dan dimanapun." Shindong mengutarakan dugaannya.
"Iya, kukira juga begitu. Belakangan ini juga Sungmin lebih dekat dengan Wookie. Dan Wookie yang biasanya lengket dengan Yesung-Hyung, sekarang malah lebih dekat dengan Sungmin. Apa kau tidak curiga, Hae?" Eunhyuk mengalihkan pernyataannya pada Donghae yang terlihat masih berfikir.
"Aku tidak pernah berfikir sejauh itu, tapi jika dilihat kebelakang… mereka berempat memang aneh. Seperti ada yang mengganjal, tapi entah apa." Donghae ikut menanggapi.
"Atau mungkin ada yang disembunyikan dari kita?" pendapat Eunhyuk yang terakhir membuat ruangan menjadi hening. Donghae, Eunhyuk maupun Shindong, terlarut dalam fikiran masing-masing. Mencoba menerka apa yang sedang terjadi.
Tapi tak ada seorang pun yang mampu,
Membaca jalannya takdir.
.
.
.
"Me–reka sudah per–gi?" suara serak Yesung tiba-tiba membuyarkan lamunan Kyuhyun. Ia langsung mengarahkan pandangannya pada namja yang masih terbaring lemas di hadapannya itu, dan buru-buru mengecek suhu tubuhnya dengan telapak tangannya. Sudah tidak se-beku tadi, syukurlah.
"Mereka? Hyungdeul?" Kyuhyun malah bingung, kenapa Yesung tak ingin bertemu mereka? Berarti apa dari tadi… Yesung tidak pingsan? Hanya pura-pura tidur?
Yesung memejamkan matanya perlahan, lalu meremas selimut yang melekat ditubuhnya. Kyuhyun bingung memperhatikannya. Namun tak butuh waktu lama hingga caramel Kyuhyun membulat, menangkap sebutir kesedihan turun dari mata Yesung yang terpejam.
"H-hyung? A-apa yang terjadi?" Kyuhyun meraih tangan Yesung yang mengepal, dan menggenggamnya. Kyuhyun benar-benar bingung sekarang. Sama sekali tak menyangka akan seperti ini reaksi Yesung saat siuman. Argh, terlalu banyak pertanyaan yang melintas di kepala Kyuhyun, dan ia sudah mati-matian menahan mulutnya agar tidak berucap. Setidaknya Yesung butuh tenang sekarang.
"Sakit sekali…" Yesung masih memejamkan matanya erat, walaupun tangan Kyuhyun sudah menggenggamnya. Yesung tahu ini salah, namja seharusnya tidak menangis. Tapi sekarang ia mengingkarinya. Masa bodoh. Ia hanya merasakan sakit sekarang. Sakit dan perih yang bercampur menjadi satu. Membuatnya menjadi budak kesedihan.
"Hyung, aku mohon beritahu aku. Apa yang sakit? Bagian mana?" Kyuhyun menggenggam tangan Yesung makin erat, khawatir dengan kondisi Yesung yang memang mengkhawatirkan. Kyuhyun sama sekali tak mampu membantu Yesung karena ia sendiri tak mengerti titik masalahnya, sebelum akhirnya Yesung menggumamkan sebuah nama,
"Ryeowook…"
J-jadi… Yesung-Hyung jadi seperti ini karena Ryeowook? Karena masalah itu?
Yesung perlahan membuka matanya, lalu menggenggam balik tangan Kyuhyun yang menggenggamnya. "Aku begitu mencintainya, Kyu… Sangat."
"Aku tahu, Hyung." Ucap Kyuhyun.
"Aku tidak tahu seperti ini akhirnya…" Yesung masih terus menangis, meluapkan kesedihannya, yang entah pada siapa lagi bisa ia ungkapkan selain pada Kyuhyun. Ia tahu, hanya Kyuhyun yang tahu masalah ini. Kyuhyun dan dirinya, ada dalam posisi yang sama.
"Aku tidak bisa melepasnya pergi, Kyu… Demi apapun aku tak bisa." Onyx Yesung melukiskan kesedihan. Rasa sakit yang teramat dalam. Rasa perih, karena dikhianati tergambar begitu jelas. Caramel itu mampu memahaminya. Karena jauh didalam, caramel itu merasakan hal yang sama. Hanya saja ada satu yang membuat Onyx dan Caramel itu berbeda. Bahwa sang Caramel mampu menyembunyikan kepingan-kepingan perasaan sakitnya, sementara sang Onyx terlalu rapuh untuk menyimpan rasa sakitnya. Atau mungkin terlalu lelah menyimpan rasa sakit yang begitu banyak memenuhinya.
"Rasa sakit ini terlalu… berlebihan… Aku lelah." Air mata itu mengalir makin deras. Kedua bahu Yesung ikut bergetar karenanya. Kyuhyun tercengang. Tak pernah sekalipun ia melihat Yesung menangis seperti ini karena kekasihnya–ryeowook. Yang ia tahu Ryeowook begitu mencintai Yesung. Hanya Ryeowook yang mampu menjadi sangat dekat dengan Yesung dibanding member lainnya. Hingga akhirnya kenyataan pahit itu memukul Yesung, dan membuatnya tersungkur. Kenyataan yang sama, yang membuat Kyuhyun juga jatuh tersungkur. Kenyataan yang kita sebut–
–perselingkuhan.
.
.
.
"Kau suka blueberry-pie nya?" Tanya seorang namja dengan mata kelinci yang manis, pada namja lain yang lebih muda darinya yang sedang asik melahap seporsi blueberry-pie yang beberapa menit lalu baru saja dipesannya.
"Hmm, kurasa kita harus membuatnya di dorm kapan-kapan." Jawab namja yang lebih muda sambil tersenyum. Namja di depannya, yang bermarga Lee, hari ini berjanji akan mentraktirnya makan pie sebelum siaran di Sukira. Dan sekarang ia sedang menepatinya. Ia tahu Lee Sungmin bukan orang yang suka ingkar janji.
"Wookie-ya,"
"Ne?" Ryeowook tersenyum menatap Sungmin. Sungguh sulit dipercayainya hingga hari ini, bahwa ia sudah menjadi milik Sungmin. Sudah hampir tiga bulan mereka menjalin hubungan ini. Hubungan dibelakang semua orang, bahkan dibelakang para member. Tentu saja karena status mereka yang dua-duanya sama-sama sudah dimiliki. Sungmin, yang sudah dimiliki Kyuhyun. Dan dirinya, yang sudah dimiliki Yesung.
Katakan mereka pengkhianat jika kau mau. Namun mereka tak bisa mengkhianati perasaan mereka. Ketika perasaan suka itu tumbuh karena terbiasa, karena mereka saling membutuhkan. Entah kenapa, mereka memiliki perasaan yang sama. Mereka menyukai satu sama lain, namun belum siap kehilangan pasangan masing-masing. Katakan mereka serakah, tapi memang ini kenyataannya.
"Jika kau ingin masuk ke kamarku, ketuklah pintunya dulu. Jangan seperti tadi pagi…" Sungmin mengingatkan, sambil menyodorkan selembar tissue untuk namja yang bisa disebut namjachingu nya itu.
Ryeowook menerima tissue itu sambil merengut, "Memangnya aku tidak boleh masuk ke kamar namjachingu ku?" ia mengusap krim blueberry yang bersisa di daerah sekitar mulutnya.
Sungmin menggenggam tangan Ryeowook yang menganggur diatas meja, lalu tersenyum, "Bukan begitu, sayang. Aku hanya tak ingin Kyuhyun curiga. Tidakkah kau rasa belakangan ini kita terlalu dekat?"
"Memangnya kenapa kalau dia tahu? Bukankah lebih baik?" jawab Ryeowook sarkastis, seakan tak mempedulikan perasaan Yesung, kekasihnya, walaupun ia yakin Yesung tak berada di sekitar sini untuk mendengarnya.
"Aku tidak mau berpisah denganmu. Bukankah kita sudah menyepakatinya? Kita hanya mencoba hubungan ini enam bulan, selebihnya kita putuskan nanti." Jelas Sungmin santai.
"Hmm, Aku sudah merasa nyaman denganmu Hyung~" ujar Ryeowook imut, memancing tawa Sungmin meledak.
"Aku tahu, aku juga nyaman bersamamu… Hanya saja aku belum yakin dengan hatiku sendiri… Aku yakin hatimu juga begitu," Sungmin menjelaskan dengan lembut, membuat Ryeowook mengangguk dan membalas senyuman Sungmin. Kita hanya bisa melihat, sampai kapan takdir–
–Akan membuatmu tersenyum?
.
.
.
"Kita tidak bisa selamanya diam seperti ini Hyung." Namja yang paling muda dari dua namja yang ada dalam ruangan itu berucap, memecah keheningan. Sementara Namja satunya yang lebih tua, masih menyesap cokelat panas yang diberikan padanya beberapa menit lalu, untuk menenangkan dirinya dan 'mencairkan' tubuhnya yang tadi dibiarkan membeku di balkon luar.
Yang lebih tua mengangguk, lalu berucap, "Tapi kita sama-sama tahu kita masih menyimpan perasaan itu."
"Tapi ini tidak adil Hyung. Kita mencintai mereka, dan mereka memperlakukan kita seenak hati mereka." Caramel itu mengobarkan kemarahan. Sementara sang Onyx terus berusaha memberikan kedamaian.
Yesung menggenggam tangan Kyuhyun, pada akhirnya, "Aku tahu… kita merasakan hal yang sama."
"Lalu apa rencanamu?" Tanya Kyuhyun langsung.
"Rencana apa?" jawab Yesung setelah menyesap seteguk lagi cokelat panasnya.
"Kau tidak–"
"–berniat balas dendam maksudmu?" Tanya Yesung polos. Kyuhyun ragu, bagaimana mungkin Yesung sama sekali tidak memikirkan balas dendam? Maksudnya, ia memang mencintai Sungmin. Terlalu mencintai namja itu hingga ia sama sekali tak memikirkan balas dendam. Namun melihat Yesung, yang notabene sudah dianggapnya sebagai kakak kandungnya itu tersakiti seperti ini hanya karena permainan bodoh kekasihnya, mengapa ia tidak balas dendam? Ia hanya ingin Sungmin tahu, bahwa Cho Kyuhyun disini begitu menyayanginya, hingga takut ia pergi dari kehidupannya.
"Ironis, memang. Kita yang mencintai, dan kita yang dikhianati." Ujar Yesung miris. Kyuhyun tahu benar yesung hancur. Ia juga hancur, tapi setidaknya ia mampu menutupi semuanya. Ia masih bisa mencintai Sungmin-nya walaupun ia tahu ia dikhianati. Tapi Yesung tidak, berakting seperti ini mungkin sangat melelahkan buatnya.
"Jadi, apa langkahmu selanjutnya?" Kyuhyun meluruskan, berharap Yesung mampu memberinya jalan keluar, karena mereka senasib. Kekasih mereka, menjadi sepasang kekasih sekarang.
"Aku? Kurasa aku akan–" Yesung menggantungkan kalimatnya, merasa tenggorokannya tercekat saat akan mengucapkan kalimat selanjutnya. "–putus dengan Wookie."
"Putus? K-kau serius Hyung?" caramel kyuhyun membelalak, kaget. Yesung akan putus dengan Ryeowook? Semudah itu? Bukankah mereka berdua pasangan yang pertama kali berpacaran? Mereka berdua yang pertama kali berpacaran, hingga akhirnya Kangin memutuskan untuk menyatakan perasaannya pada Leeteuk Hyung, Eunhyuk dengan Donghae, Dan akhirnya dia dengan Sungmin.
Yesung menghembuskan nafas panjang, "Tiga tahun itu bukan waktu yang sedikit–"
"–dan aku sudah tidak bisa membahagiakannya lagi."
Kyuhyun cengo. Yesung… bisa jadi setulus ini,Kyuhyun baru pertama kali melihatnya. Yesung yang tulus dan polos seperti ini baru pertama kali dilihat Kyuhyun. Yesung benar-benar… jauh lebih tegar dari dirinya.
"Kurasa inilah waktu dimana aku sudah bukan menjadi kebahagiannya lagi." Yesung tersenyum miris. Kyuhyun menatapnya kagum. Yesung, ternyata sekuat ini. Onyx itu berkaca-kaca, Kyuhyun tahu. Makanya ia buru-buru menggenggam tangan Yesung, lalu tersenyum padanya saat Yesung menengadah untuk memandang wajahnya.
"Aku tidak bermaksud membuatmu lemah, Hyung–"
"–tapi tidakkah ini menguntungkan bagi mereka?" ujar Kyuhyun berusaha meyakinkan. Entah mengapa hatinya, merasa tidak terima melihat laki-laki sebaik Yesung disakiti oleh Ryeowook dan Sungmin.
"Kalau kau memutuskan Ryeowook, dan dia tidak terikat lagi denganmu, bukankah akan lebih nyaman baginya untuk–" Kyuhyun menatap Yesung, memastikan bahwa kalimat lanjutannya tidak akan membuat namja sipit itu makin hancur.
"lanjutkan saja," perintah Yesung yang seperti mampu membaca wajah Kyuhyun.
"–menjalin hubungan dengan Sungmin." Lanjut Kyuhyun. Yesung terkejut, tak menyangka bahwa Kyuhyun akan berfikir sejauh itu. Tapi namja muda ini ada benarnya. Jika ia memutuskan Ryeowook begitu saja, maka dialah pihak yang paling tersakiti karena dikhianati. Namun jika Ryeowook masih terikat dengannya, bukankah dia tidak akan leluasa untuk berhubungan dengan Sungmin?
"kalimatmu itu jahat–"komentar Yesung.
"–tapi entah kenapa aku mengerti maksudmu." Lanjutnya.
Kyuhyun tersenyum, Yesung mengerti maksudnya. Ia yakin rencananya akan berhasil. Rencana untuk memberikan pelajaran pada dua orang yang sudah menyakiti hati mereka. Sungmin, dan Ryeowook.
"Aku janji, aku akan membuat Ryeowook kembali padamu–" Kyuhyun tersenyum lagi,
"–dan Sungmin kembali padaku." Sambungnya tanpa melepaskan sedetikpun senyumannya.
"Kau hanya perlu mengikuti permainanku, Hyung. Kita hanya perlu menunjukkan kemesraan kita pada pasangan masing-masing, di depan orang-orang. Kurasa cara ini akan berhasil."
"Jadi, aku bermesraan dengan ryeowook di depan sungmin, begitu?" Yesung memastikan, sementara Kyuhyun mengangguk.
"Kurang lebih seperti itu."
"Kita tak akan menyakiti mereka kan, Kyu?" Yesung memastikan. Kyuhyun tersenyum, lalu mengeratkan genggaman tangannya.
"Tidak akan. Kita hanya akan menyadarkan mereka. Kita harus mendapatkan kembali apa yang menjadi hak kita–" Jelas Kyuhyun santai. Seakan-akan hanya dengan dibayangkan saja rencana ini akan berhasil.
"–yaitu cinta mereka."
Bermainlah sepuas yang kau bisa,
Sebelum takdir datang–
–dan merubah segalanya.
.
.
.
Kyuhyun hanya tersenyum satu jam terakhir. Sambil sesekali mengukur panas tubuh Yesung yang entah kenapa tadi jadi mendadak demam, mungkin karna kedinginan. Bagaimana tidak tersenyum? Wajah Yesung saat sedang bermain psp miliknya itu benar-benar sangat lucu. Sangat serius. Seperti akan mengerjakan ujian masuk universitas saja. Belum lagi saat kalah, Yesung akan mendengus kesal lalu menekuk wajahnya berlipat-lipat hingga jadi sangat– umm… entahlah.
"Ish!" Yesung membuang psp milik Kyuhyun ke samping tubuhnya, lalu melipat tangannya di depan dada, kesal. Ini menyebalkan! Bagaimana mungkin ia tak dapat melewati level satu? Padahal Kyuhyun bilang ia sudah menamatkan game itu berkali-kali. Apa Yesung se-amatir itu?
"Kau masih amatiran, Hyung." Goda Kyuhyun sambil tersenyum usil, dan meraih pspnya yang baru saja digeletakkan Yesung. Yang diledek hanya bisa merengut sebal. Ia tahu ia memang tidak se-ahli Kyuhyun, tapi bagaimana mungkin ia sama sekali tidak bisa melewati level satu?
"Istirahatlah, nanti demam-mu tidak turun-turun. Aku lelah menjagamu terus." Ujar Kyuhyun datar sambil merapatkan selimut pada tubuh Yesung. Yesung yang awalnya duduk dan bersandar pada penampang kasur di belakang punggungnya, sekarang mulai berganti posisi hingga ia mampu merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Sesaat mereka terdiam, terlarut dalam fikiran masing-masing dengan mata yang saling menangkap. Onyx itu terseret dalam Caramel leleh itu, begitu pula sebaliknya. Caramel yang entah mengapa ikut terjebak dalam gerlap sang Onyx.
"Aku tahu kau berniat bunuh diri tadi." Ujar Kyuhyun tiba-tiba, memecahkan keheningan. Yesung terkejut, tapi entah mengapa ia malah tersenyum. Mungkin meratapi kebodohannya.
"Yah, awalnya kupikir mati beku itu akan lebih menyenangkan." Jawab Yesung santai, mengundang tawa Kyuhyun dan dirinya sendiri.
"Menyenangkan katamu? Dasar bodoh." Kyuhyun terus tersenyum, begitu juga sebaliknya. Yesung terus tersenyum. Seakan percobaan bunuh dirinya untuk mati membeku beberapa jam yang lalu sama sekali tidak ada artinya.
"Kau bisa mencoba menusuk jantungmu dengan pisau, atau menembak otakmu dengan pistol. Cara itu akan lebih efektif, dan lebih cepat." Tambah Kyuhyun. Yesung tersenyum makin lebar, dan tawa renyah Kyuhyun mengikuti setelahnya.
Tawa itu mulai mereda, dan atmosfir canggung itu kembali menyelimuti keduanya. Entah sekarang akan memulai topic apalagi. "Aku minta maaf," dan hanya kalimat itu yang mampu meluncur dari bibir Yesung.
"Untuk apa?"
"Untuk kebodohanku. Maaf."
Kyuhyun tersenyum, "Asal kau berjanji tidak melakukannya lagi,"
Yesung mengangguk, sebelum akhirnya ia memejamkan mata dan menyamankan dirinya untuk masuk ke alam tidurnya.
"Kita akan membuat mereka jera, Hyung. Aku janji."
.
.
.
To Be Continued
.
.
.
