Note: Buat cerita Lena yang berjudul Super Power, Lena putuskan untuk mendeletenya karena Lena mau merombak besar-besaran cerita Super Power tersebut. Lalu fic ini adalah rombakan dari cerita tersebut dan maaf kalau aneh.
Hetalia © Hidekazu Himaruya
Warning: AU, Human Name, University, OOC, OC, typo, dan masih banyak lagi.
Cerita ini murni dari pemikiran saya dan jika ada kesamaan, itu adalah ketidaksengajaan.
Happy reading :D
"Jadi Nes, kita akan mulai darimana?" tanya Ayu teman yang memiliki warga kenegaraan yang sama dari gadis yang dipanggil Nes atau bisa kita sebut dengan Nesia.
"Entahlah, terlalu banyak club di World Academy ini. Aku juga bingung memulai darimana," jawab Nesia. Nesia Putri Nusantara adalah salah satu gadis berwarga kenegaraan Indonesia. Perawakan gadis ini sama seperti gadis Indonesia lainnya, kulitnya berwarna putih langsat, rambut hitam sedikit ikal yang selalu dikuncir satu, mata besar dengan bola mata berwarna coklat, dan tinggi rata-rata. Sementara teman yang baru saja dia kenal di pesawat yang bernama Ayu, memiliki kulit kecoklatan dan rambut hitam, tebal dan lurus, dan tinggi sedikit di atas rata-rata orang Indonesia. Jika kita melihat mereka berdua, kita pasti langsung mengetahui bahwa mereka berdua adalah orang dari Asia Tenggara. Tetapi, ada satu hal yang membedakan mereka berdua. Umur.
Ya, umur mereka berdua sangat jauh berbeda. Jika Ayu tahu bahwa tahun ini dia berumur 18 tahun, maka Nesia dia tidak pernah tahu berapa umurnya. Sejauh yang Nesia ingat umurnya pasti lebih dari 50 tahun, karena selama 50 tahun ini tubuhnya tidak pernah menua –selalu sama. Nesia tidak pernah ingat kapan dan dimana dia dilahirkan, dia juga tidak ingat siapa dan bagaimana orang tuanya. Yang Nesia ingat hanyalah hari itu, hari dimana dia membuka mata dan orang yang pertama kali dia lihat adalah seorang bapak yang bernama Sukarno.
Siapa itu Sukarno? Nesia sendiri tidak tahu siapa dia. Yang dia tahu Sukarno adalah orang yang merawat dia. Kemudian Sukarno digantikan oleh Suharto, lalu Habibie, lalu Abdurrahman Wahid, lalu teman bermainnya dulu ketika dia dirawat Sukano –Megawati, lalu Susilo Bambang Yudhoyono, dan yang terakhir Joko Widodo.
Ketika Nesia bertanya kepada orang-orang yang merawatnya tentang keadaannya, orang-orang tersebut hanya menjawab, 'Kamu adalah harta berharga negara ini.' Tentu saja dia tidak mengerti. Apa hubungannya dengan dirinya yang tak pernah menua dengan harta berharga negara ini. Pertanyaan itu selalu berada di otaknya selama kurang lebih 50 tahun terakhir ini. Hingga, tepat seminggu yang lalu pertanyaan di kepalanya bertambah ketika Joko Widodo menyuruhnya untuk datang ke World Academy. Ketika Nesia bertanya kenapa dia harus ke sana, Joko Widodo hanya mengatakan bahwa mereka membutuhkanmu. Bukan menjawab tetapi menambah pertanyaan dipikiran Nesia.
Jika kalian menjadi Nesia, apa kalian akan menyetujui begitu saja? Tentu tidak, Nesia tidak tahu seperti apa World Academy itu. Selain itu mereka siapa? Apa dirinya akan baik-baik saja di sana? Banyak hal yang dipertimbangkan oleh Nesia pada saat itu. Tetapi, ada satu kalimat dari Joko Widodo yang membuat Nesia mau datang ke World Academy.
"Kalau kau ke sana, mungkin ingatanmu akan kembali."
Walaupun itu hanya kemungkinan tetapi Nesia ingin mencobanya. Dia sudah tidak tahan dengan semua pertanyaan di kepalanya. Jika ada kesempatan walaupun persentasenya itu kecil, dia akan tetap mencobanya. Demi dirinya sendiri.
"Es.. Nes…" kata Ayu sambil menggerakkan tangannya ke atas lalu ke bawah di depan wajah Nesia.
"Eh, ada apa?" jawab Nesia sedikit terkejut.
"Jangan melamun saja. Perkenalkan, ini kakakku, Reza," kata Ayu.
"Reza Wicaksono," kata seorang pria yang kehadirannya baru saja di sadari oleh Nesia.
"Nesia Putri Nusantara."
"Nama yang cukup unik," jawab Reza dengan senyum lebarnya sehingga mata milik Reza terlihat semakin sipit.
"Jadi, kalian mau kemana?" tanya Reza.
"Aku tidak tahu," jawab Ayu sambil membetulkan letak tali tasnya yang sedikit turun dari bahunya.
"Kalian sudah membaca buku perkenalannya?" tanya Reza lagi dan seketika itu juga Ayu dan Nesia mengambil sebuah buku bersampul biru tua dengan gambar bola dunia dan bertuliskan World Academy yang bertintakan emas.
Satu demi satu, Nesia dan Ayu mulai membaca apa yang ada di dalam buku bersampul biru tua tersebut.
.
.
World Academy sebuah perguruan tinggi internasional dimana mahasiswa dan mahasiswi akan dibekali dengan pengetahuan dan soft skill yang nantinya akan berguna untuk membangun negaranya masing-masing. Seperti yang kalian ketahui, hanya pemuda-pemudi yang benar-benar cinta akan negaranya sendiri yang mampu masuk dalam perguruan tinggi ini.
Jika kalian sudah menerima buku ini, tentu kalian pasti akan mengetahui resiko memasuki perguruan tinggi ini. Selama 4 tahun di sini, kalian tidak akan bisa kembali ke negara kalian masing-masing, kalian juga tidak bisa berhubungan dengan orang di luar perguruan tinggi ini. Kenapa seperti itu? Karena kami ingin mendidik para mahasiswa dan mahasiswi untuk setia kepada perguruan tinggi ini. Supaya, ketika mahasiswa dan mahasiswi dari perguruan tinggi ini lulus, mereka hanya akan setia kepada negaranya masing-masing. Jika kalian ingin kembali, kalian bisa kembali sampai akhir minggu ini. Jika tidak, kalian tidak akan bisa kembali karena tidak ada satupun orang yang mengetahui letak pasti dari World Academy kecuali para pengurusnya.
Kami, para pengurus World Academy mengucapkan selamat datang kepada mahasiswa dan mahasiswi dan para guru baru.
.
.
World Academy, terletak di sebuah pulau yang ada di bumi. Pulau ini dikhususkan untuk perguruan tinggi ini. Di pulau ini terdapat banyak fasilitas agar para mahasiswa, mahasiswi, dan dosen tidak pernah merasa bosan tinggal di sini selama 4 tahun penuh. Perguruan tinggi ini sangat menjaga kealamian dari pulau ini sehingga kendaraan bermotor tidak diperbolehkan masuk ke perguruan tinggi ini. Supaya bisa berpergian jauh, kami menyediakan sebuah transportasi yang ramah lingkungan dan bisa digunakan oleh siapa saja dan kapan saja.
.
Peraturan World Academy
Pertama Mahasiswa, mahasiswi, dan dosen dilarang keras meninggalkan pulau ini secara sembunyi—sembunyi. Jika tetap dilakukan dan jika terjadi sesuatu maka World Academy tidak akan bertanggung jawab.
Kedua Mahasiswa, mahasiswi, dan dosen dilarang meninggalkan area asrama di atas jam 08.00 malam. Jika benar-benar harus keluar harap melapor kepada Badan Eksekutif World Academy.
Ketiga Setiap kegiatan mahasiswa dan mahasiswi yang mencapai jam 06.00 malam ke atas harap melapor kepada Dewan Perwakilan Mahasiswa World Academy.
Keempat Mahasiswa, mahasiswi dan dosen harap saling menjaga nama baik masing-masing. Perguruan tinggi ini memang mencampurkan pria dan wanita menjadi satu supaya mereka dapat bergaul satu sama lain dan mencegah penyimpangan sosial. Jika terjadi hal buruk, maka kami akan mengeluarkan kedua belah pihak. (A/N: di sini satu kamar isinya satu jenis tetapi dalam satu lantai asrama ada kamar cewe dan cowo.)
Kelima Harap menjaga kebersihan dari kamar masing-masing.
.
.
Seperti itulah isi dari halaman awal buku bersampul biru tua tersebut dan sisanya hanyalah nama club yang ada di World Academy beserta nama ketuanya lalu nama mata kuliah pilihan beserta dengan jadwal dan ruangannya.
"Untuk mata kuliah ada dua jenis, yang pertama adalah mata kuliah wajib seperti filsafat, sistem pemerintahan, keuangan dan lainnya. Lalu ada mata kuliah pilihan kalian bebas memilih apapun yang kalian sukai," terang Reza.
"Lebih baik kita berkeliling kampus sambil melihat-lihat club setelah itu kalian putuskan mau masuk club yang seperti apa," lanjut Reza.
"Kita mulai dari klub fotografi ya kak," kata Ayu antusias.
"Tidak, itu terlalu jauh," jawab Reza malas.
"Ayolah," rajuk Ayu.
"Tidak, itu terakhir saja," jawab Reza.
Sementara kakak-beradik saling bertengkar, Nesia hanya memperhatikan buku bersampul biru tua yang ia pegang sedari tadi. Ada tiga buah nama yang menurut Nesia terasa familiar, yang pertama adalah ketua sepak bola William van Govert, yang kedua adalah ketua kendo Honda Kiku, dan yang ketiga adalah ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa World Academy Arthur Kirkland.
Nesia berusaha mengingat-ingat dimana dan kapan dia mengenal nama tersebut, dia terus membolak-balik bukunya untuk memastikan bahwa dia pernah membaca nama tersebut di buku bersampul biru tua tersebut. Ketika sedang membolak-balik bukunya, Nesia menemukan sebuah selebaran yang bertuliskan Hetalia Club.
"Hetalia Club," kata Nesia.
"Eh, darimana kamu tahu tentang club itu?" tanya Reza.
"Aku membacanya dari sebuah kertas yang di selipkan di bukuku," jawab Nesia.
"Tapi bukuku tak ada kertas seperti itu," kata Ayu setelah memeriksa buku yang sama seperti milik Nesia.
"Apa itu kak? Hetalia Club," tanya Ayu.
"Aku tidak tahu pasti, tapi ini rumor yang belakangan ini tersebar di kampus ini. Katanya Hetalia Club adalah club buatan langsung dari pemilik kampus ini dan hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk klub ini. Tapi mungkin itu hanya rumor saja, tidak pernah ada club yang bernama Hetalia Club," kata Reza sambil membetulkan letak kacamatanya.
Setelah itu, mereka bertiga mulai berkeliling World Academy dengan Reza sebagai pemandunya. Tentu saja Ayu sangat menikmati perjalanan itu karena World Academy sangat berbeda dengan Indonesia, di sana masih sangat asri dan udaranya pun segar selain itu banyak pemuda-pemuda tampan dari berbagai negara lainnya dan Ayu berharap salah satu pemuda tampan itu bisa menjadi kekasihnya. Sayangnya, hanya Ayu yang menikmati tidak untuk Nesia. Nesia masih saja dengan pemikirannya sendiri. Tentang ketiga nama familiar tersebut dan juga tentang Hetalia Club. Jika hanya sebuah secarik kertas bertuliskan tulisan Hetalia Club maka Nesia tak mau ambil pusing. Ada tulisan lainnya di kertas itu yaitu tulisan tempat berkumpulnya Hetalia Club. Jika club lainnya bertempatkan di dalam area kampus, Hetalia Club terletak di area perbatasan asrama. Dan jika Nesia tak salah dengar, Badan Eksekutif World Academy terletak di area perbatasan asrama.
.
.
"Kamu mau kemana Nes?" tanya Ayu setelah mereka selesai makan malam.
"Berjalan-jalan ke taman asrama sebentar. Mau cari angin," jawab Nesia.
"Ya sudah, hati-hati ya," kata Ayu yang dijawab dengan senyuman dari Nesia. Setelah itu, Nesia pergi dari pandangan Ayu.
Sebenarnya Nesia tidak benar-benar mencari angin, dia ingin mencari tahu tentang Hetalia Club tersebut, tetapi Nesia juga tidak berbohong kepada Ayu dia butuh udara. Semenjak dia menginjakan kaki di World Academy, Nesia merasa seperti ada yang sedang mengamatinya. Kemanapun dia berada –bahkan di kamarnya, Nesia merasa diawasi oleh seseorang. Nesia tidak tahu siapa dia tapi itu cukup membuat Nesia merasa ketakutan dan berjalan-jalan cukup membuat perasaan Nesia sedikit lebih baik.
"Hei nona, apa yang sedang kamu lakukan?" tanya seorang pemuda yang tidak Nesia kenali. Nesia tidak dapat melihat dengan jelas bagaimana wajah pemuda itu karena minimnya sinar pencahayaan.
"Hanya sedang berjalan-jalan," jawab Nesia.
"Mau kutemani?" kata pemuda itu sambil melangkahkan kakinya berjalan mendekat ketempat Nesia berdiri. Semakin pemuda itu berjalan mendekat ke arah Nesia, perasaan Nesia semakin tak menentu. Firasatnya mengatakan bahwa dia harus pergi menjauhi pemuda tersebut, tetapi kakinya tidak bisa digerakan sama sekali. Tubuhnya menolak perintah dari otak Nesia.
Pemuda itu akhirrnya berdiri di depan Nesia lalu menyentuh pipi kanan Nesia.
'Dingin,' pikir Nesia.
Tangan dingin pemuda itu kemudian turun dari pipi Nesia ke dagu Nesia dan mengangkat dagu Nesia sehingga mata mereka saling bertemu.
Merah. Bola mata pemuda itu berwarna merah seperti darah.
"Baumu sangat manis," kata pemuda itu. Setelah berkata seperti itu kesadaan Nesia mulai menghilang. Sebelum kesadarannya menghilang Nesia melihat bola mata merah itu, taring, dan sebuah suara yang familiar di telinga Nesia memanggil namanya. Setelah itu semua menjadi gelap.
.
.
Dingin. Kulit pucat. Darah. Taring. Suara itu…
Siapa pemuda yang memiliki mata semerah darah? Lalu siapa pemuda yang memanggil namaku? Suaranya sangat familiar dan aku sangat merindukan suara itu…
.
.
"Tidak. Aku tidak setuju! Kita harus mengembalikannya ke Indonesia," kata seorang pemuda dengan aksen Britishnya.
"Tapi Iggy, kita membutuhkannya. Apalagi ini sudah waktunya," kata seorang pemuda berkacamata.
"Aku tetap tidak setuju! Tanpa dia, kita akan baik-baik saja!" bentak pemuda yang dipanggil iggy.
"Alfred benar, Art. Jangan bersikap egois," kata pemuda yang mempunyai suara sedikit feminim.
"Shut your mouth, frog. Aku tetap tidak setuju! Bloody hell! Lihat peristiwa yang baru saja terjadi. Kita harus segera mengembalikannya!" teriak pemuda yang dipanggil iggy.
"Tapi, vampire bisa memasuki daerah yang sudah kita beri pelindung tidakkah itu aneh," kata seorang wanita.
"Michelle benar, kita harus…" tetapi sebelum selesai berbicara, pemuda itu dipotong oleh pemuda lainnya.
"Dia sudah sadar."
Setelah sebuah suara yang terasa familiar di telinga Nesia berhenti berbunyi, sebuah pintu yang tadinya membatasi Nesia dengan orang-orang yang tidak Nesia kenal terbuka.
"Ve~ Kau sudah sadar. Apa ada yang sakit?" tanya seorang pemuda berambut coklat.
"Tidak. Kalian siapa?" tanya Nesia.
"Aku Feli. Feliciano Vargas, salam kenal~ Veee~" kata pemuda berambut coklat yang Nesia ketahui namanya.
"Lebih baik kamu kembali ke kamarmu. Biar Alfred dan Arthur yang akan mengantarmu," kata seorang pemuda dengan rambut merah seperti darah yang mengingatkan Nesia pada mata pemuda itu.
"Aku tidak mau!" tolak seorang pemuda berambut pirang dan memiliki bola mata emerald.
"Ini perintah!" kata pemuda berambut merah tadi.
"Cepatlah bangun kalau tidak kau kutinggal," keata pemuda yang memiliki bola mata emerald lalu keluar dari kamar tempat Nesia tiduri. Setelah mendengar perkataan pemuda bermata emerald itu, Nesia segera bangkit dari tempat tidur lalu keluar dari ruangan tersebut dan diikuti oleh pemuda berambut pirang kecoklatan yang berkacamata.
"Maafkan dia, dia memang seperti itu orangnya. Aku Alfred, Alfred F. Jones," kata pemuda berkacamata yang lebih tinggi daripada pemuda bermata emerald tersebut.
"Dan temanku yang di depan sana namanya Arthur Kirkland," lanjut Alfred.
"Ah, aku…"
"Aku tahu siapa dirimu Nes bahkan Arthur, Will, Kiku, Maya, Weng, dan Vie sangat mengenalmu," lanjut Alfred. "Meskipun kamu sama sekali tidak mengenal kami," tambah Alfred lirih.
"Siapa kalian?" tanya Nesia tetapi Alfred tidak menjawab. Bertanya pada Arthur pun percuma karena dia berada jauh di depan sana.
Hening. Hanya satu kata itulah yang menjelaskan seperti apa perjalanan mereka. Pembicaraan mereka terhenti setelah pertanyaan Nesia. Sampai pada akhirnya mereka berada di depan pintu kamar Nesia.
"Kami sama sepertimu, Nes," kata Alfred dengan bahasa yang tidak diketahui oleh Nesia.
"Sweet dream, Nes," kata Alfred lalu mencium kening Nesia. Sementara Nesia hanya terdiam dengan wajah memerah. Ini adalah pertama kalinya –menurut dia, dia dicium oleh seorang pria.
"THE HELL! Apa yang sedang kamu lakukan Al? Ayo cepat kembali. Aku tidak mau kena marah Allistor," sebuah teriakan dari pemuda beralis tebal yang mengganggu moment Alfred dan Nesia.
"Baiklah Iggi~~ Tidurlah Nes," kata Alfred lalu menjauhkan dirinya dari depan pintu kamar Nesia dan berjalan mendekati si alis tebal.
TBC
Mind to review?
Makasih buat yang sudah review, follow dan fav Super Power Lena. Maaf Lena menghapusnya.
Dan terima kasih sudah mau membaca fanfic ini .
