Tawaran

Naruto © Masashi Kishimoto

Tawaran © Flo

Pairing : Sasori X Deidara

Warning! : OOC, etc.

Genre : Romance / Drama

Enjoy!

"Dei.." Sejak mulutnya terkatup hingga kini terbuka kembali, nyatanya belum ada jawaban memuaskan dari lawan bicaranya.

"Hn..."

'Apa katanya? Hn? Dia berdehem atau memang sedang memplagiati tingkahku?' Mungkin begitu kiranya orasi yang dipaparkan pemuda dengan surai merah ini di alamnya.

Pohon sakura yang menaungi keduanya lebih seperti menjadi saksi bisu. Polusi udara dari beberapa siswa yang turut menikmati haknya untuk merasakan istirahat pun tak mereka hiraukan, keduanya sibuk dengan buku dan gadget masing-masing. Entah sudah berapa detik yang dibuang secara cuma-cuma oleh keduanya.

"Mungkin aku akan mengambil tawaran itu." Sasori- si pemuda tadi menggedikkan bahu acuh. Wajah datarnya terbit, menutupi wajah yang semula memang sudah datar. Kalimat tadi sebenarnya hanya sekedar untuk mengambil perhatian dari gadisnya ini. Dan, terbukti ! Si pirang menghentikan kegiatannya. Menautkan kedua alisnya sok bingung.

"Ta—tawa-ran apa?" Suaranya ia buat seolah tak peduli dengan topik yang mereka , justru suaranya terdengar gugup. Dan, dibalik itu semua terdapat jiwa yang tak kalah meresah.

"Tsunade –sensei bilang beasis-"

"APAA?! Beasiswa ke London? Pergi saja sana! Ambil beasiswa itu. Aku tak peduli!" Sekali hentak, Deidara memasukkan peralatan perangnya ke dalam tas.

.

.

.

Flashback

"Akasuna –san!" Sasori menghentikan langkahnya lantas menoleh ke sumber suara yang menyerukan asmanya.

"Ah Tsunade –sensei. Ada apa?" Siapa yang tak tahu sikap dingin pemuda ini? Tentulah para guru dan orang yang lebih tua darinya. Bagaimana pun perangai Sasori, pemuda ini tetap santun dan tahu diri. Dan jangan lupakan sosok gadis ini, Deidara. Seperti kebanyakan es, es yang satu ini pun dapat mencair. Melalui kehangatan dari sosok gadisnya, Namikaze Deidara.

"Ini brosur beasiswa ke London. Aku rasa kau cukup paham apa maksudku. Pertimbangkan baik-baik Nak." Tsunade menepuk pundak Sasori pelan. Menyalurkan sebuah pengharapan yang tak mampu ia ungkapkan pada sosok siswa kesayangannya ini. Sasori hanya mampu membalasnya dengan seulas senyum tipis.

Sasori mempercepat langkahnya kala retinanya menangkap bayangan gadis yang tengah menyambangi hatinya sejak beberapa bulan silam. Seperti kebanyakan pasangan kekasih lainnya, keduanya memilih taman belakang sekolah sebagai pelabuhan cinta keduanya. Deidara menumpukan sebagian tubuhnya pada dada Sasori. Pemandangan manis yang cukup membuat beberapa pasangan lainnya melempar tatapan iri.

"Kau tak ingin memberi aku tawaran, Dei?" Deidara mendongakkan wajahnya menatap sepasang mata yang kini turut menatap kedua mata miliknya.

"Tawaran?" si pirang mengernyitkan dahinya.

"Iya. Tawaran seperti Tsunade –sensei dan ayahku."

" Ayahku menawarkan perusahaannya untuk aku kelola" Jelasnya, seolah dapat membaca raut bingung yang terpancar dari wajah kesayangannya.

"Lalu aku harus menawarkan kamu apa? Brosur saja tak punya apalagi perusahaan." Ujarnya polos. Sembari memainkan ujung almameter yang Sasori kenakan. Kalau tidak mengingat gadis ini yang telah membuatnya mabuk kepayang, rasanya Sasori akan menguliti gadis ini lalu melemparkannya ke dasar jurang.

"Mungkin kau bisa menawarkan posisi untuk menjadi suamimu." BLUSH. Tomat matang siap jual biasanya dibawa kemana, ya? Sepertinya Deidara akan memutuskan ikut ke tempat itu. Mengingat wajahnya kini serupa dengan si tomat.

.

.

"Dei.. Tunggu!" Setelah membiarkan gadisnya membuat jarak, kini Sasori mulai merasa jengah. Dengan sedikit tenaga tambahan disertai langkah kaki yang semakin melebar, ia berhasil meraih pergelangan tangan mungil yang dilapisi kulit serupa porselen.

"Eh.. Astaga! Dei kau menangis?" Segenap rasa emosi yang semula memumbung kini menguap begitu saja. Sasori segera menarik tubuh yang tingginya hanya sebatas dagunya itu. Mendekapnya erat, seakan menghibur sang gadis yang justru memberontak didekapannya.

"le—lepaskan! Hiks ! A—aku ti—dak me—menangis"

"Bisa tidak dengarkan lawan bicaramu terlebih dahulu. Jangan main kabur seperti ini, Bisa?" Dasarnya Sasori memang diktator. Niatnya sih bertanya, namun nadanya justru terdengar seperti perintah yang sulit dibantah. Beginilah Sasori, setiap kalimat yang meluncur dari mulutnya itu mutlak ! tak bisa dibantah. Jadi, ya jangan membantah.

"K—au ja—jahat!" Deidara memukul dada Sasori pelan, tentu tak berefek apapun untuknya. Tangannya yang masih bertengger di dada Sasori terdiam ditempat. Detakan yang terus menghentak melupakan sedikit kekecewaannya. Setelah tersadar, ia segera menurunkan tangannya ke samping. Seketika pikiran melantur datang tak diundang.

'Kasian juga. Nanti kan kalau dipukuli terus bisa-bisa kotak diabdomennya berkurang'

"ta—tadi k—kau bilang hiks.. be—beas-" kini posisi berbalik. Sasori mengambil peran untuk memotong ucapannya.

"Tsunade –sensei memang menawarkan beasiswa, namun aku menolaknya." Sontak Deidara mendongakkan wajahnya. Menampilkan hidungnya yang merah dan bekas airmata dipipinya. 'Rupanya kau benar-benar tak bisa hidup tanpa aku Dei. Ckck'

"La—lalu?"

"Kalau sudah begini masih mau kabur?" si pirang menggeleng imut. Membuat anak rambutnya bergerak teratur. Gemas, Sasori langsung mendaratkan tangannya di pipi gadisnya. Ia sedikit mebungkuk, memposisikan wajahnya tepat dihadapan Wajah Deidara.

"Aku tidak mengambil tawaran dari Tsunade –sensei. Tapi aku memilih mengambil tawaran dari orangtuaku." Kali ini respon tubuh Deidara mengalami keanehan. Bukannya makin merasa takut kehilangan seperti yang sebelumnya ia rasakan. Alih-alih ia justru merasa kehangatan mengaliri tubuhnya.

"Lagipula, tawaran yang satu ini sangat menarik." Lanjutnya, dengan senyum jenaka yang sudah teruji kelangkaannya.

"A—apa?"

"Ayahku menawarkan perusahaannya. Setelah itu menawarkan diri untuk melamarmu usai kelulusan. Menarik, kan?"

"... EH?! "

-The End

Omake

" Jadi, bagaimana? "

" Apanya? " sang gadis bingung.

" Tawaran tadi. Menarik kan? "

BLUSH

Muka gadisnya merona lagi.

Deidara menoleh ke sembarang arah.

"Mukamu merah. " pancing Sasori

" Tentu saja! Cuaca hari ini panas! " elak Deidara

" Persiapkan dirimu, setelah kelulusan nanti. "

"... Apasih! "

" ... " Sasori hanya memasang seringai tampan didepan gadisnya.

" Lalu... Apa maksudmu tadi, berkata bahwa kau akan menerima tawaran Tsunade-Sensei? "

" Menggodamu, "

" Kenapa?! "

" Perhatianmu terfokus pada buku yang kau bawa. "

" ... "

" Aku cemburu. "

Tamat beneran

Okeeee...

Cerita ini bukan saya yang buat, tapi ini buatan teman saya dengan nama samaran Flo.

Hai Flo! #lambai tangan

Maaf jika ada kesalahan...

Mind to review?