Otomen (c) Aya Kanno

Author fanfic hanya seorang pengangguran yang nunggu liburannya berakhir (nunggu KHS keluar) dan menumpahkan inspirasi yang kadang muncul seenaknya melalui fanfic


-Late Night Stay-

"Terima kasih atas kerja kerasnya, Sachihana sensei!" Matsudo berseru sambil membungkukkan tubuhnya kemudian langsung berlari ke dalam ruang editor sambil membawa manuscript yang baru ia terima dari Juta.

"Manuscript Sachihana sensei sudah ada padaku, cepat hubungi bagian percetakan!"

"Baik!"

Juta masih dapat mendengar hiruk pikuk kepanikan samar – samar di kejauhan. Setelah memberikan manuscript pada editornya, Matsudo, ia tidak segera berbalik dan pulang, hanya diam menatap pintu ruang editor yang ada di depannya. Bukannya ia tidak mau pulang, hanya saja ia tidak bisa. Kerja kerasnya menyelesaikan manuscriptnya selama berhari – hari, ditambah tadi ia harus berlari untuk menyerahkan manuscript membuatnya benar – benar kehabisan tenaga dan sekarang ia harus menghimpun sisa – sisa tenaganya, hanya untuk pulang.

.

4 jam yang lalu

.

"Apa yang sensei lakukan?! Tidak biasanya sensei sampai terlambat seperti ini!" suara keras Matsudo dari ponsel membuat telinga Juta berdenging.

"Iyaa! Maafkan aku, tenanglah! Aku pasti akan menyelesaikan manuscript ini jam 9!" balas Juta sambil mengiriskan cutternya dengan hati – hati untuk menempelkan screentone. Shoujo manga bukanlah shoujo manga tanpa banyaknya screentone berkilauan, yang tentunya juga menghabiskan waktu cukup banyak untuk menempelkannya.

"Padahal deadline untuk penyerahan ke manuscriptnya terakhir hari ini. Sensei benar – benar bisa menyelesaikannya kan?" tanya Matsudo panik

'Gara – gara belakangan Asuka dan Ryou tidak ada kemajuan, aku jadi kesulitan untuk mencari materi chapter bulan ini.. tapi, akhirnya aku bisa mengumpulkan materinya, dan Love-chick kali ini pun harus kuselesaikan!' pikirnya dalam hati.

"Iya, iya Matsudo. Percayalah, aku janji akan menyelesaikannya hari ini. Sudah ya" katanya menutup pembicaraan

.

30 menit yang lalu

.

"Se- selesai" sambil terengah – engah Juta melapor pada Matsudo.

"Baiklah, aku akan kirimkan orang untuk mengambil manuscript sensei" jawab editornya dari seberang telepon.

'Haah.. dengan ini aku berhasil melewati deadline bulan ini.. menggambar shoujo manga itu melelahkan..Tapi setidaknya, tugasku sudah selesai disini' gumam Juta sambil menatap ke arah adik – adiknya yang merangkap sebagai para asistennya. Mereka semua juga terkapar kelelahan.

'Terima kasih, kerja bagus, kalian semua' ujar pemuda berambut sebahu itu sambil tersenyum dalam hati.

Namun belum selesai ia merenung, ponselnya berbunyi lagi.

"Matsudo? Ada apa?"

"Gawat, Sensei" kata Matsudo, lebih panik dari sebelumnya "semua sibuk mengurus manuscript dari mangaka –mangaka lain. Tidak ada yang bisa ditugasi untuk mengambil manuscript-"

"Baiklah, aku yang akan ke sana membawa manuscriptnya"

"Eh, tapi tidak bisa begitu, Sensei-"

"Sudahlah, tidak masalah"

Juta mengerti kalau mengambil manuscript adalah tugas dari editor dan bukan mangaka, tapi ia merasa kalau Matsudo memang sangat sibuk sekarang , meski editor itu sebenarnya juga tidak mau membebaninya, tapi kalau sudah begini, dialah yang harus mengantarkan manuscriptnya.

Matsudo sudah banyak membantunya menyembunyikan identitas, sering mengatakan bahwa Sachihana sensei tidak bisa hadir kalau ada jumpa fans di toko buku, dan.. kerja kerasnya juga akan sia – sia kalau chapter bulan ini tidak tercetak hanya gara – gara manuscriptnya terlambat diambil kan?

Ia pun segera memanggil taksi untuk menyerahkan manuscriptnya ke gedung penerbit.

.

Sekarang

.

Pemuda playboy itu melangkahkan kakinya perlahan – lahan. Saat ini sudah sangat malam, jadwal kereta yang terakhir sudah sejam yang lalu dan entah kenapa ia tidak bisa menelepon taksi. Apa mereka sudah tidak beroperasi semalam ini? Sial sekali. Ia juga tidak bisa menumpang Matsudo atau editor lain untuk pulang ke rumah karena sampai malam inipun mereka masih sibuk. Editor memang paling sengsara kalau sudah mendekati jadwal cetak manga. Juta sendiri tidak mau ikutan menginap di gedung penerbit, jadi ia memutuskan untuk pulang, meski tubuhnya sudah lemas sekali.

".. Aah, kenapa di saat seperti ini aku malah lapar ya?" katanya sambil memegang perutnya yang mulai berbunyi.

Sambil terus melangkah perlahan, ia terus melewati rumah demi rumah hingga..

"Lo.. Masamune? Papan nama rumah ini Masamune? Kenapa aku jalan sampai ke sini" pikirnya heran. Ia mengira mungkin kelelahan membuatnya salah lihat, atau mungkin pencahayaan yang remang – remang membuat ia salah baca papan nama, tapi tidak. "Berarti.. ini rumah Asuka" gumamnya.

Saat sedang mengamati pagar rumah itu, seorang pemuda berpakaian santai keluar dan melihatnya.

"Tachibana?" pemuda itu melangkahkan kaki mendekati Juta "kenapa ada di depan rumahku selarut ini?"

'Gawat' pikir Juta panik 'mana ada orang yang bengong di depan rumah temannya semalam ini, aku harus kasih alasan apa ke Asuka? Sebelum makin rumit, aku harus perg-'

Ia merasakan kakinya melemah

"Tachibana?! Hei!"

Samar- samar Juta merasakan kesadarannya makin menghilang. Namun ia sempat melihat Asuka dengan cepat membuka pagar dan menangkapnya sebelum ia terjatuh ke tanah.

Xxx

Aroma sedap yang lembut membuat Juta perlahan membuka matanya. Ia mendapati dirinya sedang tertidur di kamar yang penuh dengan dekorasi bunga – bunga yang manis, boneka – boneka yang imut, dan beberapa majalah manga Hana to mame di sebelahnya.

Kamar Asuka.

Ia pun keluar dari kamar dan berjalan mendekati sumber bau yang ternyata berasal dari dapur.

"Asuka" katanya pada Asuka yang sedang memasak "aku.."

"Ah Tachibana" Asuka menoleh pada Juta "Kau sudah sadar? Kau tadi pingsan"

"Pingsan..?"

"Ya, lalu tadi perutmu berbunyi. Kau belum makan ya? Tadi kebetulan aku ingin beli bahan untuk bekal besok di toko 24 jam – baru sadar ada bahan makanan yang kurang – jadi sekalian saja kita buat makanan untuk dimakan malam ini. Meski sebenarnya makan malam – malam itu tidak baik"

Tak lama kemudian masakan Asuka sudah jadi dan ia meletakkannya di atas meja. Juta sudah tidak sabar memakannya.

"Jaa, itadakimasu!"

Keduanya berseru lalu mulai makan. Tentu saja si mangaka kelaparan makan dengan lahap.

"Masakan Asuka selalu enak sekalii!"

Sambil mengamati Juta yang sedang makan, Asuka bertanya "Tachibana, kenapa kau disini malam – malam, dan apa yang kau lakukan sampai pingsan begitu?"

Juta mendengus dan memainkan sumpitnya "4 hari 4 malam tanpa tidur.. bahkan meski tidur di sekolah juga nggak mempan.. Lalu kerja mati – matian dan lari – lari seperti orang gila, semua untuk menyelesaikan ma-" sadar ia hampir membongkar rahasianya sendiri, Juta langsung memutus perkataannya

"Ma?"

"Ma- makalah! Itu lo Asuka.." Juta berusaha keras menelan makanannya sambil mengulur – ulur waktu untuk mencari alasan "Ada cewek dari sekolah lain yang memaksaku untuk membantunya mengerjakan makalah! Aku tidak bisa menolaknya kan? Sebab aku milik semua cewek di dunia!"

Yang terakhir memang tidak nyambung tapi Juta yakin itu sudah bisa membuat Asuka tidak curiga.

Setelah kenyang menghabiskan masakan Asuka, Juta masih diberi kue – kue yang imut oleh Asuka.

"Asuka, bukannya aku tidak senang diberi kue kecil setelah makan, tapi kalau makan yang manis – manis malam – malam aku bakal tambah gemuk lo" katanya.

"Tapi kupikir makanan manis bagus untuk menambah energimu Tachibana" ujar Asuka

"Ahaha, begitu ya? Terima kasih ya" Juta menggigit kue itu "kue buatan Asuka memang nomor satu! Aku merasa tenagaku langsung pulih total"

Ketua klub kendo yang diberi pujian itu tersenyum manis seakan mengatakan 'Baguslah kalau begitu'

"Ah, tapi ini juga karena kamu sedang ingin bikin kue kan, Asuka?"

Tebakan Juta membuat wajah Asuka memerah.

Xxx

"Asuka, sepertinya malam ini aku harus menginap" kata Juta sambil mengamati jalanan dari balik jendela. 'Malam – malam begini jalan sendirian pulang ke rumah? Tidak, terima kasih. Siapa juga yang mau?' pikirnya.

"Tentu saja Tachibana. Aku senang kalau ada teman yang menginap" balas Asuka "Kau boleh pakai kamarku, aku bisa tidur di sofa ruang tamu"

"Eh, jangan" Juta menahan Asuka yang hendak berjalan ke ruang tamu "Di luar kan dingin, dan Asuka takut hantu kan? Sudahlah, kau tidur di tempat tidurmu saja, aku di bawah (lantai). Kau punya selimut lebih kan?"

"Iya" kata Asuka "Sebenarnya tempat tidurku ini cukup untuk dipakai berdua. Aku tidak bisa membiarkan Tachibana tidur di bawah"

"Asuka.. kau ini memang baik ya" kata Juta terharu

Mereka kemudian membahas Love-chick manga favorit mereka, dan kadang – kadang juga tak sengaja menyinggung mangakanya, Jewel Sachihana. Juta harus ekstra hati – hati agar rahasianya tidak sampai terbongkar.

"Kurasa kita harus tidur, besok kita harus masuk sekolah" ujar Asuka sambil menguap

"Asuka..."

"Ada apa, Tachibana?"

"Besok itu awal libur musim panas, jadi besok tidak ada sekolah" Juta tertawa kecil "tidak biasanya kau sampai lupa hal – hal seperti ini"

"Haha.. benar juga.. Mungkin karena aku sudah mengantuk.." Asuka menoleh pada Juta "atau karena aku terlalu senang karena Tachibana menginap, sampai lupa hal lain. Seperti di shoujo manga ya".

"Iya... benar" Juta menatap Asuka lalu memejamkan matanya.

'Di cerita Love-chick berikutnya, aku akan menggambar acara menginap di rumah Asuka' pikirnya sambil membiarkan dirinya perlahan – lahan jatuh tertidur.


Thanks for reading & hope you like it

Feel free to comment or review, correction is appreciated