"Hai, Bocchan. Nani wo- GYAAA!

"Hora yo, Gil! Kocchi muite!"

"Bocchan!"

"Kore wo mere da yo, Gilbert."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pandora Heart punya yang punya.

.

.

.

.

.

Ini punya Hananami Hanajima.

.

.

.

.

.u

.

"Gilbert, bisa kau ke sini sebentar?" panggil Oz dari dalam kamarnya.

Gilbert kecil menoleh ke sumber suara yang terhalang pintu jati yang besar, diukir dengan rapih dan indah. Ia berjalan menuju pintu itu dan menapakkan kedua tangannya, mulai mendorong pintu pelan.

"Ya, Oz Bocchan. Apa ada ya- GYAAA!"

Phobianya menggila. Oz berada diujung ruangan, dengan santainya duduk di sofa panjang bersama adiknya.

Tidak, bukan itu yang membuat Gilbert begitu takut, tetapi...

"Nyaa~"

Berpuluh (atau ratus dipenglihatan Gilbert.) kucing dengan watadosnya betebaran memenuhi ruangan yang ditempati Oz dan Ada.

"Gil~ ke sini sebentar. Mendekatlah..." panggil Oz dengan kejam disertai seringai Jahannam... tidak. Seringai Abyss.

"Tap... tapi... Oz... Oz bocchan... aku..." Gilbert membeku di pintu masuk, tak berani melangkah lebih jauh ke dalam.

"Gil, ini perintah loh..."

"Tapi... Oz bocchan..." wajah Gilbert memelas. Rasanya ia ingin menangis disudutkan begini.

"Majulah, tak apa..."

"Tapi..." Gilbert melirik kucing putih di depannya. "GYAAA! Jangan melihatku!"

"Ayo Gil... kau hanya perlu melewatinya... atau..." Oz mengeluarkan ominous ominousnya yang tersembunyi.

"...?"

"ATAU KUSURUH MEREKA SEMUA MENERKAMMU! HAHAHAHAHA!"

"OZ BOCCHAN!" teriak Gilbert nangis.

Akhirnya, ia memilih (baca:dipaksa) cara pertama. Ia pelan pelan, berjingkat jingkat berharap sepatunya tidak menimbulkan suara.

Saat berjalan setengah jalan tiba tiba sepatunya menggesek sesuatu.

"Nya?" kucing putih tersenyum menatapnya, yang diterima Gilbert sebagai senyum Abyss.

"Gyaa!"

"Hahaha! Gil! Kau itu. Ke sini saja susah sekali." dari tadi Oz hanya tertawa terbahak bahak. Memang sudah jadi tradisinya untuk menjahili Gilbert.

"Habisnya... kan..."

"Nyaa?"

"Ugyaaa! Aku sudah tak tahan!"

"Ahahahahahaha!"

Pada akhirnya Gilbert sampai ke tempat bocchannya dengan keadaan mengenaskan.

.

.

.

.

.

"Hehe! Sekarang kau lebih tinggi dariku!" tawa Oz melihat Gilbert yang telah tumbuh menjadi pria tampan nan keren, tapi tetep aja suka dibully.

Gilbert hanya membuang pandangannya keluar jendela.

"Gilbert, kita keluar sekarang. Break memberi kita tugas lagi. Alice akan ke sini sebentar lagi."

"Baik."

"Ah, iya! Topimu mana?" tanya Oz yang kelihatannya sih, baik baik, tapi jika dilihat lebih seksama, arwah jahil merasukinya.

"Topi?" ia menoleh ke meja. "Ada di si-"

"Nya?"

Lagi lagi (According to Gilbert) hewan menyebalkan terkutuk tujuh turunan muncul dan dengan nyamannya masuk ke dalam topi. Ia malah menggosok gosok tubuhnya yang mungil ke sisi topi, membuat bulu putihnya rontok.

"GYAAAA! JANGAN SENTUH TOPIKU!"

Oz langsung menahan tawa.

"Kau tau! Aku harus mencucinya nanti! Bagaimana cara menyingkirkanmu?! OZ!" teriak Gilbert muak.

"Haha! Alice sudah datang. Harus cepat berpikir. Mau pergi dengan topimu atau dirumah tanpa topimu?"

"Ada apa, Oz?" bingung Alice melihat bergantian Oz dan Gilbert.

"Ambil topimu, Gil..." seringai Jannamnya.

"Oz... kau memang kejam..." pundung Gilbert.

"Ya sudah. Jaga rumah, ya!" Oz langsung memutar tubuhnya menuju pintu.

"Tunggu, Oz! Kalau sampai terjadi apa a-"

"Makanya ikut!" potong Oz.

"Tapi..." ia melirik topinya lagi. "Nyaa? Nyaa?"

"Dasar makhluk terkutuk..." desisnya.

Dengan tekanan dari Oz, akhirnya ia mengambil topi dengan cepat sehingga kucing watados tadi terjatuh dari topinya. Ia terpaksa memakainya sebelum dicuci.

Dan di malam harinya...

"Oz, dia demam loh..." gumam Xarxes.

"Eh? Apa aku terlalu berlebihan?"

.

.

.

.

.

.

.

The End dengan gajenya.

Pikiran ngebully orang terpintas dan berkhir mengenaskan jadi cerita gaje. Dukungan anda sekalian sangat membantu saya.

Terima kasih.