Title : Glasses.
Cast :
Cho Kyuhyun
Lee Sungmin
Lee Hyukjae (Eunhyuk)
Genre : Romance.
Author POV
Lee Sungmin mendekati sebuah piano kecil di ruangan musik. Satu-satunya piano di ruangan itu, berkilau diterpa cahaya mentari senja. Sungmin mengelus piano itu pelan, tersenyum kecil. Rambut pirangnya disinari matahari, membuatnya menyipitkan kedua matanya, untuk melihat lebih jelas. Tiba-tiba, pintu ruangan musik itu terbuka pelan.
"Sudah kuduga kau disini, Sungmin" ucap Eunhyuk pelan, melihat seisi ruangan dengan kepalanya, menutup pintu ruangan setelah masuk. Sungmin mengangguk kecil, duduk di atas bangku piano itu. "Kau sangat mencintai piano ya" ucap Eunhyuk, berjalan mendekati Sungmin perlahan. Sungmin mengernyit, lalu memperlihatkan deretan gigi kelinci manisnya.
"Aku cinta piano, seperti mencintai diriku sendiri tau" ucap Sungmin ceria, memainkan tuts piano dengan jari-jari mungilnya. Menghasilkan nada indah dari situ. "Bolehkah aku berduet denganmu?" tanya Eunhyuk pelan, membungkuk sedikit. Sungmin terkesiap, bangkit dari kursinya. "Tentu saja. Ayo duduk bersamaku"
Muka Eunhyuk kelihatan tersipu. Oh, Eunhyuk jatuh cinta pada pemain piano di hadapannya itu. Eunhyuk dengan perlahan menduduki kursi itu, paha mereka bergesekan, debaran jantung Eunhyuk sepertinya tak menentu, kkk.
"Lagu First Snow kalau begitu?" usul Sungmin, memiringkan kepalanya sedikit, membolak-balik buku musik berpatitur di hadapannya. Eunhyuk mengangguk cepat, terlalu gugup. "Aku suka lagu itu" ucap Eunhyuk tersenyum lebar, berusaha menutupi perasaannya yang nyatanya... tak bisa di tutupi.
Akhirnya, suara yang harmonis itu keluar. Sungmin menggerakan badannya sedikit, menikmati suara yang keluar dari piano itu. Eunhyuk mengerling pada Sungmin, siapa tau Sungmin jatuh cinta pada permainan piano Eunhyuk, toh, tak ada yang tidak mungkin bukan?
Kyuhyun POV
Aku menggerakan kakiku, berusaha merenggangkan tubuhku. Keringat bercucuran melalui leher, masuk ke dadaku. Aku mengelap keringat di dahi dengan punggung tanganku, udara di sini panas sekali. "Shoot yang bagus Kyu!" teriak Yesung dari ujung lapangan, memberikan dua jempolnya padaku. Aku tersenyum pelan, bangkit dari lapangan. Tubuhku lemas sekali.
"Cho Kyuhyun" terdengar suara di belakangku, aku segera menoleh. Berdiri seorang yeoja di belakangku, menyerahkan botol minum dingin. Sumpah, aku tidak mengenal siapa yeoja ini, kenapa dia kenal aku? "Minum ini untuk oppa, tadi oppa keren" ucapnya sambil menundukan wajahnya, mengulurkan minuman itu.
Yah, aku tidak ingin menyia-nyiakan minuman itu, aku segera meraihnya. "Terimakasih ya, hehe" ucapku senang, ternyata adik kelasku ya? Aku tidak kenal. Aku membuka tutup botol itu, meneguk isinya sedikit. Lebih baik. Aku segera pergi meninggalkan yeoja itu, menuju teman-teman grup basketku tadi.
"Ya, Cho Kyuhyun, siapa lagi yeoja itu?" tanya Donghae perlahan, mengelap lehernya dengan handuk kecil. Aku mengangkat bahu, aku tidak tahu sama sekali. "Fans ya" ucap Yesung pendek, membuka kaos basket tanpa lengannya, membiarkan ia telanjang dada.
Aku mengangguk kecil, mungkin begitu. Aku segera ber-high five dengan semuanya, pertandingan hari ini, grup kami menang. Aku segera berlari, mengambil peralatan untuk mandi di toilet belakang. Tiba-tiba, ponselku berbunyi pelan, aku segera mengangkatnya.
"ya, Eunhyuk? Ya, aku sedang di lapangan basket... Makan malam? Ok aku akan datang, temanmu? Hm... ok. Ke lapangan saja ya, nanti kuhubungi lagi" klek. Eunhyuk mengajak ku makan malam, hm, sudah jam 6 sih, pantas saja aku lapar. Tapi dia mengajak 1 temannya lagi, bernama Sungmin kalau tidak salah.
Ya sudahlah, yang penting aku bisa makan.
Sungmin POV
"Tidak usah khawatir" ucap Eunhyuk tiba-tiba. Aku menoleh kepadanya, tak menyangka dia bicara padaku sekarang. "Temanku itu tidak galak kok. Dia baik sekali, jangan malu dan jangan khawatir Sungmin" ucap Eunhyuk, tersenyum menenangkanku.
Aku tersenyum pelan, Eunhyuk seperti bisa membaca pikiranku saat ini. Aku sedikit lebih lega, dan mengeluarkan nafas yang ternyata ku tahan sejak tadi. Eunhyuk merangkul bahuku pelan, berusaha menenangkanku. Aku jadi merasa lebih tenang. Huh, dibawa santai saja, dia kan teman Eunhyuk.
Kami memasuki sebuah restoran kecil minimalis, The Caliste. Lumayan ramai, keadaan dalamnya juga bagus. "Katanya Kyu ada di meja 35" gumam Eunhyuk, sepertinya untuk dirinya sendiri. Aku mengamati interior restoran, aku suka restoran ini.
"Hai Kyuhyun" ucap Eunhyuk agak kencang. Kami berdua berhenti,di meja 35. Disana duduklah seorang namja berkaos putih dan celana jeans biasa, memakai kacamata frame orange terang, dan... kacamata itu keren.
"Hai Eunhyuk" sapanya, terdengarlah suaranya yang sedikit ngebass. Eunhyuk duduk di dekat Kyuhyun. Dengan berani, aku menarik kursi sedikit, duduk di dekat mereka. "Ah Kyu, ini temanku, Sungmin. Sungmin, kenalkan ini Kyuhyun" ucap Eunhyuk ceria,menggerakan kedua tangannya pelan. Aku menatap Kyuhyun sebentar, sepertinya dia lebih tua dariku.
"Salam kenal Kyuhyun, aku Sungmin" ucapku perlahan, mengulurkan tanganku sedikit. Namja bernama Kyuhyun itu mengulurkan tangannya juga, menjabat tanganku. "Cho Kyuhyun" ucapnya sambil memperlihatkan sebuah senyum yang membuatku... seperti terkena tegangan listrik. Sungguh, senyum yang menawan.
Seorang pelayan datang ke meja kami. Aku membolak-balik buku menu, apa yang ingin kumakan? Entahlah. "Zuppa Soup" ucapku pelan, menatap Kyuhyun yang masih kebingungan. Akhirnya, Kyuhyun dan Eunhyuk memesan juga.
Lalu aku menatap mereka berdua, yang sedang berbincang seru. Ah, aku mengeluarkan ponsel dari saku celana jeans ku, melihat pesan yang masuk ke handphoneku.
"Sungmin, bagaimana menurutmu?" terdengar suara Eunhyuk yang masuk ke telingaku. Aku menoleh, kaget. Ternyata sedari tadi aku melamun ya, kk. "Bagaimana apanya?" tanyaku, menatap Eunhyuk dan Kyuhyun bergantian. Dengan sigap, aku menyelipkan handphoneku kembali ke saku.
"Kyuhyun akan ikut dengan project kita, bagaimana?" tanya Eunhyuk pelan, membuka buku menu dan menutupnya kembali.
Oh iya, soal project rupanya. Sebenarnya, aku dan Eunhyuk punya project untuk membuat rumah pohon kecil di lapangan dekat rumah Eunhyuk, untuk kami pakai. Yah, aku mengangguk kecil saja. Toh, tak ada salahnya kan mengajak 1 orang ke dalam project kami? Kurasa, Kyuhyun cukup menyenangkan.
Kyuhyun POV
Aku menatap Sungmin dan Eunhyuk bergantian. Kulihat, Sungmin mengangguk kecil. Sepertinya, dia mengizinkanku masuk ke project mereka. "Baiklah" ucap Eunhyuk pelan, terdengar kecewa. Sepertinya, ia ingin tetap menjalankan project ini hanya dengan Sungmin, kk. Biarkan aku mengacaukan mereka.
"Sekarang hanya barang-barangnya saja yang ada" ucap Sungmin, mengerjapkan matanya pelan. Kulihat matanya sedikit, coklat tua tapi manis. Kulitnya seputih susu, hidung kecil yang mengembang dan mengempis, bibirnya yang merah tipis itu, kulihat Sungmin berbicara lagi. Sumpah, aku tidak mendengar apa yang dia bicarakan.
Aku sibuk melihat dirinya.
"Kyuhyun, apa kau sudah mengerti?" tanya Sungmin, mengernyitkan dahinya. Sepertinya Sungmin sadar bahwa aku sedari tadi memerhatikan dirinya. Aku tersentak, tentu saja. "Tidak" ucapku pelan, terbata. Sungmin merengut kesal, lucu sekali.
"Kau bisa datang kapan saja, oh tentu saja kalau aku tidak ada jadwal mengajar. Kau masih sekolah?" tanya Sungmin ramah, lagi-lagi aku tersihir oleh penampilannya, konyol sekali. "Aku sudah tidak sekolah kok. Sudah lulus" ucapku pelan.
"Bagus, apa kau sibuk?"
"Tidak juga"
"Kau bisa terus membantuku kalau begitu. Yah, kalau kau tak keberatan"
"Aku tak keberatan" ucapku langsung, lalu berpikir. Kenapa aku mengatakan itu? Jelas-jelas membuat rumah pohon itu sulit. Lagipula, aku tidak terlalu suka.
"Oh" terdengar suara Eunhyuk, bergerak pelan di kursinya. Eunhyuk meraih ponsel disaku jeansnya, menjawab telpon. Dia tersenyum pada kami, sebelum pergi meninggalkan kami. Aku menatap Eunhyuk yang menjauh, sekarang, aku hanya semeja dengan Sungmin. Ya tuhan.
"Permisi" ucap pelayan perempuan, tersenyum ke arahku dan Sungmin. Kami berdua menatapnya, kaget. "Makanannya sudah siap" lanjutnya, menaruh beberapa menu dihadapanku. Ada sup ayam, macaroni, steak, zuppa soup. "Selamat menikmati" ucap pelayan itu, membungkuk sedikit, lalu pergi meninggalkan kami.
"Ah maafkan aku teman-teman" ucap Eunhyuk, yang mendadak datang dan mengambil tas ransel dari kursinya. "Aku ada pekerjaan. Mengajar dance lagi, mendadak sekali" ucapnya,terdengar menyesal. Eunhyuk merogoh dompetnya, mengeluarkan kartu kreditnya, menyerahkannya padaku. "Bayar saja pakai uangku, sampai jumpa" ucap Eunhyuk buru-buru, lalu berlari meninggalkan kami.
"Yah, Eunhyuk" ucap Sungmin, menatap Eunhyuk yang pergi menuju pintu keluar. "Kenapa?" tanyaku pelan, nada suaraku terdengar berubah, entahlah. Sungmin menarik piring zuppa soup ke hadapannya, memakannya perlahan. "Tidak apa" ucap Sungmin perlahan. Aku memakan macaroni pesananku, lumayan enak juga sih.
Tak lama, kami sudah selesai makan. Kami tak banyak bicara. "Kau kenyang?" tanyaku, tak jelas. Mengapa aku menanyakan hal ini? Kedengarannya tidak penting. "Lumayan, bagaimana denganmu?" tanya Sungmin, mengeluarkan kartu kredit Eunhyuk, berjalan menuju kasir. Aku mengangguk kecil, aku sudah kenyang.
"Kau pulang naik apa?"
"Entahlah. Kau?"
"Tidak tahu. Sepertinya naik bus" ucapku berpikir.
"Sudah malam tahu, terlalu membahayakan. Naik taksi saja bagaimana?" tanya Sungmin
Aku mengangkat kedua bahuku. Yah, aku ikuti saja dia. Sepertinya memang membahayakan kalau naik bus jam segini. Akhirnya, aku menyetop taksi dan naik ke dalamnya, bersama Sungmin.
"Dimana rumahmu?"
"Di Gwangju, kau?
"Ya,sama" ucapku, setelah itu kami berdua diam lagi. Benar-benar suasana canggung. Baru saja kami kenal hari ini, haha. Aku mengotak-atik handphoneku perlahan, menjawab beberapa pesan. Sampai aku merasakan sesuatu di bahuku.
Sungmin, tertidur di bahuku. Tertidur lelap.
Aku mendesah. Pasti akan pegal sekali bahuku nanti. Aku menyandarkan tubuhku di jok di belakang. Sungguh, aku lelah sekali. Tapi, sekujur tubuhku jadi hangat sekarang. Mungkin hanya perasaanku saja. Kepala Sungmin bergerak mengikuti goncangan taksi, bergerak pelan, lalu jatuh diatas pahaku.
Aku menggerakan tanganku perlahan, perlahan, sampai menyentuh kepala Sungmin pelan. Rambut Sungmin yang halus menempel dijari-jari tanganku. Aku mengelus rambutnya pelan, bingung dengan diriku sendiri. Kenapa aku melakukannya?
Tak lama, setelah menyebutkan alamat lengkap Sungmin, aku tertidur di taksi.
