Hari


Aku tidak tahu kapan aku mengetahuinya, tapi aku benar-benar jatuh cinta pada orang lain.

Aku bermain bersama anak-anak perempuan lainnya, memuji-muji Sasuke betapa hebat dan kerennya dia dan,… oh… sangat tampan! Dan aku tetap percaya pada itu. Dia kuat. Dia tampan. Dia sangat keren. Tapi, dia adalah temanku. Dia memberitahuku sesuatu sekarang. Ini membuat kami berada di tim yang sama dan hidup berdekatan selama setengah tahun. Tapi, dia menjauhiku. Dia masih tetap memanggilku 'Menyebalkan' setiap saat, tapi, tidak ada kebencian di matanya. Karena walaupun aku mencintainya seperti perempuan yang menyukai lelakinya, atau seperti perempuan yang menyayangi kakakknya, aku tetap mencintainya, dan itulah yang menjadi masalh bagi dia sejak dia mulai mengerti.

Disamping itu, aku merasa ditendang, aku adalah kepercayaanya. Aku gadis yang Uciha Sasuke hanya berbicara hal yang tidak boleh orang dengar. Tentu, aku harus merengek-rengek ke dia samapi dia merasa sebal/marah dan memberitahu dia kalau aku tidak mempunyai jiwa yang berbahagia. Dan dia mendengarkan ketika aku berbicara.

Aku, Haruno Sakura, mengetahui siapa yang Uchiha Sasuke sukai. Dan dia melupakan siapa Ino itu. Jadi, aku piker aku sudah menang.

Tentu saja, dia tahu kalau aku juga mencintai orang lain. Aku tidak terlalu yakin apa yang Sasuke pikirkan nantinya… Ketika aku menyebutkan namanya, dia hanya menghembuskan napasnya sedalam mungkin seperti habis menahan marah. Lalu dia mengaharapkan aku untuk tetap menjadi yang terbaik dan berkata kalau kami berdua tidak akan oernah melahirkan anak kami.

Perkataan tadi itu sangat jahat, walau itu berasal dari Sasuke. Mungkin dia sedikit cemburu, kalau dalam arah yang aneh, dia kelihatan menyukai apa yang waktu itu aku sukai. Karena dia berpikir –dan tetap berpikiran- aku memiliki kepala di bahuku. Dia peduli pada apa aku rasakan tentang dia, dan orang-orang suka untuk/bila dicintai. Itu yang aku katakan kepadanya sebelum aku pergi kesini, untuk duduk di bangku taman dan menunggu.

Menunggu lelaki yang aku cintai untuk datang.

Dia aakan datang ~ dia datang kesini setiap hari, hanya berjalan-jalan. Mungkin dia berpikir sesuatu, mungkin juga tidak. Tidakk ada yang pernah menganggunya selama dia berjalan, itu yang aku tahu. Tidak seperti Sasuke, dia tiddak menggumam ataupun berbisik-bisik sendiri selama dia berjalan di kota. Dia tidak begitu keren seperti Sasuke, aku tahu itu. Begitu juga orang-orang. Tidak ada yang mau berteman dengannya, mereka mengejek dia, menyakiti dia, menghinanya, ada yang menakutinya, aku pikir.

Tapi, aku tahu dia. Dan aku tahu kenapa mereka kuat.

Karena dia kuat. Dan dia baik, dan peduli . dan dia tidak akan ernah menjatuhkannku, selamanya. Mungkin dia bukan yang paling indah seperti Sasuke. Mungkin dia bukan inspirasi bagi gadis-gadis lain pikirkan di desa. Tapi, dia… sempurna, di pengertiannya sendiri.

Aku bisa saja terus melanjutkannya, tapi, aku bisa melihat dia bergerak menuju kesini sekarang. Tidak terlalu cepat, tentu saja. Wajahnya mengangkat keatas, menatap langit, tubuh ysng sempurna menuju kearah sini sekarang. Semua pikiran berada di langit biru yang besar itu, jauh melewati impiannya, tapi seperti mendekati bagian dimana dia merasa kesepian.

Ketika aku berdiri, gerakannya menangkap penglihatannya. Dia berlatih seperti ninja –bagaimanapun juga- dan dia bisa termasuk menjadi yang terbaik, suatu hari nanti. Pandangan terkejutnya itu hanya sementara, meleleh menjadi senyum yang berbinar. Bibirnya menyebutkan namaku sebagai ucapan salam.

"Sakura-san!"

Aku membalikkan kepalaku.

"Lee-san!"

Hari ini adalah hari dimana aku menceritakan tentang dia.

THE END.


A/N: BAGAIMANA? SUKA? BENCI? BIARKAN AKU MENGETAHUINYA DENGAN MENGIRIM REVIEW KEPADA AKU!