The Blind Angel Chapter 1

Present and Copyright By tinkerbaekk

.

MAIN CAST :

ChanBaek x HunHan x KaiSoo

.

.

Warning : mature content, harsh words, boyxboy, YAOI, typos (s)

Waktu menunjukkan pukul satu dini hari waktu setempat. Jalanan Daehak-ro yang luas dan sepi disulap menjadi arena balap motor.

Suara deruman mesin motor terdengar riuh di jalanan distrik Daehak-ro 137beon-gil. Balapan motor yang biasa digelar pada Jumat malam itu diikuti oleh para anak kuliahan dari beberapa penjuru Seoul.

Semua mata tertuju pada kedua pembalap yang populer di antara barisan-barisan pembalap yang akan bertanding malam ini.

Memperebutkan uang taruhan, seorang jalang cantik dan sebotol champagne yang cukup mahal.

Kedua pembalap itu adalah Park Chanyeol dan Oh Sehun.

Mahasiswa paling populer di Universitas KAIST.

Faktanya, Chanyeol dan Sehun adalah sahabat karib. Menjadi rival dalam balap motor sudah biasa. Menerima dengan lapang dada akan kekalahan sudah biasa.

Chanyeol dan Sehun berrival hanya untuk senang-senang saja.

Dalam barisan start, Chanyeol dan Sehun saling menatap satu sama lain.

"Hey kau tahu seseorang di barisan paling ujung itu? Dia dari jurusan sastra yang terkenal pintar. Cih, sok sekali," cibir Sehun sambil memandangi orang yang ia bicarakan tadi.

Chanyeol hanya memilih diam. Ia tak tahu lagi bagaimana bentuk otak Sehun yang bahkan balapan mau dimulai tapi bisa-bisanya Sehun masih sempat menggosipkan salah satu peserta.

Terkadang Sehun memang seperti wanita, begitu pendapat Kai.

Iya Kai. Sahabat karib Chanyeol dan Sehun yang kini berada di tribun bersama pacarnya, Kyungsoo.

Mereka berdua bekerja sama untuk memantau saat balapan berlangsung.

Seperti apa ada motor lain yang mengejar Chanyeol dan Sehun. Atau apa posisi mereka berdua sudah hampir sampai di garis finish.

Begitulah. Pada akhirnya arena balap hanya milik Chanyeol dan Sehun yang penuh akan persekongkolan.

Lagi-lagi mereka melakukan itu selain karena hadiah yang menggiurkan juga untuk bersenang-senang.

Mereka berempat selalu suka cara curang.

Brumm

Kedelapan motor peserta melaju kencang membelah jalanan Daehak-ro dengan Chanyeol yang memimpin dan Sehun di belakangnya.

Chanyeol memacu motornya melewati arena balapan sepanjang distrik Daehak-ro yang sudah diamankan dan juga menyogok beberapa polisi setempat.

"Park Chanyeol!"

Chanyeol meringis ketika telinganya mendapat lengkingan suara dari earpiece yang ia gunakan.

"Jangan berteriak bodoh!" bentak Chanyeol.

"Maaf maaf. Aku hanya ingin memberitahu kau ada di posisi pertama dengan Sehun dibelakangmu berjarak lima meter," suara Kyungsoo keluar dari earpiece.

Chanyeol melirik ke arah spionnya dan benar Sehun ada tak jauh di belakangnya.

Chanyeol menaikkan kecepatannya. Dan meninggalkan Sehun beberapa meter.

Kyungsoo tersenyum miring sambil melirik ke arah Kai yang sedang mengomeli Sehun.

Ah mereka berdua itu suka taruhan. Kyungsoo bertaruh Chanyeol yang menang, sedangkan Kai bertaruh bahwa Sehun yang menang.

Yang kalah akan menuruti yang menang. Dan kadang mereka bergantian bertaruh.

"Ah sial si bocah cadel itu!" umpat Kai sambil memantau layar handphonenya.

"Bersiaplah untuk menerima kekalahanmu, sayang," goda Kyungsoo membuat Kai bertambah keras mengumpat. Kyungsoo hanya tersenyum melihat pacarnya itu frustasi.

Sementara itu Chanyeol terus fokus ke jalanan. Ia melirik sekilas ke arah spion, tidak ada satupun motor di belakangnya. Chanyeol tersenyum miring.

Karena ia terlalu lama melirik ke arah spion, ia tak sadar bahwa ada seseorang yang tengah menyebrangi jalan pelan-pelan.

Chanyeol melotot dan ia kehilangan keseimbangan. Motornya berkelok untuk menghindari si penyeberang. Motornya tidak sampai menyerempet orang tersebut namun orang yang menyebrang itu kini tergeletak di atas aspal.

Chanyeol segera mengerem motornya dan berbalik menghampiri si korban yang hampir ia tabrak itu.

Chanyeol melepas helm fullfacenya. Lalu menghampiri si korban yang kini duduk dan menekuk kakinya, menyembunyikan wajahnya diantara lutut dan bahunya naik turun.

"Hei apa ada yang luka?" tanya Chanyeol dengan lembut. Si korban hanya diam dan menangis terisak.

Kedua mata bulat Chanyeol melihat darah mengucur dari salah satu lutut si korban.

"Sa-sakit hiks," lirih si korban lalu mendongak.

Chanyeol menggigit bibirnya untuk melampiaskan rasa bersalah yang membuncah.

"Aku akan mengantarmu pulang. Dimana rumahmu?" tanya Chanyeol sambil memandangi wajah si korban itu yang penuh air mata.

"Lutut Baekhyun sangat sakit hiks."

"Baiklah Baekhyun katakan dimana rumahmu."

Isakan Baekhyun perlahan berhenti. Ia mengusap air matanya dengan punggung tangan.

"Di distrik Daehak-ro 145beon-gil," lirihnya.

Bukannya buru-buru membawa Baekhyun pulang, Chanyeol malah memperhatikan kedua tangan Baekhyun yang meraba-raba aspal dengan pandangan kosong.

Chanyeol melotot kaget saat mengetahui bahwa Baekhyun itu buta. Chanyeol juga menemukan tongkat bantu Baekhyun yang sudah patah jadi dua tak jauh dari tempat mereka.

Seperti tersadar dari lamunan, Chanyeol segera membopong Baekhyun. Ia mendudukkan dulu Baekhyun di atas motor barulah ia yang duduk di depan Baekhyun.

Satu tangan Chanyeol digunakan untuk memegangi tangan Baekhyun di perutnya dan satu tangannya bertugas mengegas dan mengerem motor.

"Park Chanyeol kau dimana ha?!"

Itu suara Kyungsoo yang begitu melengking.

"Aku kabur dari balapan. Maafkan aku tapi ini begitu mendesak," ujar Chanyeol.

"Apa-apaan kau Park!"

Begitu berhenti di salah satu lampu lalu lintas, Chanyeol melepas earpiece itu dan membuangnya sembarangan daripada teriakan Kyungsoo membuat gendang telinganya pecah.

Chanyeol kembali memacu motornya. Kini ia sedikit memelankan kecepatan karena sudah memasuki distrik Daehak-ro 145beon-gil. Daerah rumah Baekhyun.

"Hey Baekhyun berapa nomor rumahmu?" tanya Chanyeol dengan sedikit menengok ke belakang.

"Nomor 614."

Chanyeol pun segera mencari rumah dengan nomor 614. Dan tak ada dua menit ia menemukan rumah Baekhyun.

Sebuah rumah bertingkat yang minimalis yang lampu halamannya sudah gelap. Bahkan tidak ada tanda-tanda orang masih terjaga.

Chanyeol menggendong Baekhyun dengan gaya piggy back di punggungnya. Perlahan diketuklah pintu rumah itu.

Lampu ruang tamu langsung menyala terang dan suara pintu terkunci dibuka pun membuat Chanyeol mendesah lega.

"Siapa ya--YA AMPUN BAEKHYUN!" teriak sang tuan rumah. Seorang wanita paruh baya dengan piyama birunya begitu kaget melihat Baekhyun berada di gendongan orang asing seperti Chanyeol di waktu dini hari. Terlebih salah satu lutut Baekhyun berdarah.

"Dudukkan dia di sofa!" perintah si wanita itu dengan raut khawatir dan Chanyeol hanya menurut.

Setelah mendudukkan Baekhyun di sofa, Chanyeol bersimpuh di depan Baekhyun. Memandangi wajah manis itu yang tengah menatap kosong ke depan.

"Ibu hiks sakit," lirih Baekhyun dan kedua pelupuk matanya mengeluarkan air mata lagi.

"Tahan sebentar ya," ujar Chanyeol dengan lembut sambil meniupi luka di lutut Baekhyun.

Tak lama si wanita tadi datang dengan sebaskom air dan obat merah. Chanyeol dengan sigap membantunya membawa baskom.

"Apakah anda ibunya Baekhyun?" tanya Chanyeol yang duduk di samping wanita itu yang tengah mengobati lutut Baekhyun.

"Ya. Dan siapa kau? Teman Baekhyun yang baru?" tanyanya ramah.

"Bukan. Tapi sebelumnya aku minta maaf, bibi. Aku hampir menabrak Baekhyun saat ia sedang menyebrang."

Wanita yang merupakan ibunya Baekhyun itu mengangguk-angguk. Chanyeol pikir wanita itu akan marah saat ia hendak membuat anaknya yang buta itu celaka.

Chanyeol pun akhirnya dapat menghela napas lega.

"Ah ya perkenalkan aku Byun Yoona. Siapa namamu anak muda?" Yoona menjulurkan tangannya kepada Chanyeol dan dijabat ramah oleh Chanyeol.

"Aku Park Chanyeol, bibi."

Yoona mengangguk dan tersenyum ramah. Sekarang Chanyeol tahu darimana kecantikan yang dimiliki Baekhyun. Dari gen Yoona tentu saja.

"Kenapa kau membiarkan Baekhyun berjalan sendirian di dini hari dan di jalan raya pula? Jelas itu bahaya bagi anak perempuan sepertinya. Terlebih Baekhyun ekhem maaf, dia buta," Chanyeol tersenyum canggung saat Yoona menatapnya sambil tersenyum.

"Anak ini memang sedikit nakal. Dia tadi dibawa oleh temannya dan dia ingin menginap di rumah temannya. Aku tak tahu bagaimana Baekhyun bisa keluyuran begitu saja. Ah satu lagi, Baekhyun itu laki-laki, Chanyeol."

"Laki-laki?!" tanya Chanyeol dengan nada kaget dan matanya yang membelalak.

Lengkap sudah malu yang ditanggungnya. Ia hampir menabrak Baekhyun dan sekarang ia menganggap Baekhyun itu perempuan yang padahal dia laki-laki.

"Baekhyun sayang kenapa kau bisa keluyuran hmm?" tanya Yoona sambil mengelus-elus rambut Baekhyun.

"Yixing mengajakku pergi ke minimarket dekat rumahnya. Karena dia terlalu lama memilih snack, aku pun keluar untuk mencari udara segar."

"Baekhyun sayang, lain kali kau tidak boleh begitu ya. Kau harus selalu di samping Yixing. Kau mengerti?" tutur Yoona dengan sikap keibuannya yang membuat hati Chanyeol menghangat. Baekhyun mengangguk kecil.

"Uh aku pamit pulang, bibi. Ini sudah larut," ujar Chanyeol.

"Oh baiklah Chanyeol hati-hati di jalan ya. Maaf telah merepotkanmu."

"Ah tidak kok bibi. Aku yang salah."

Yoona mengantar Chanyeol hingga ke pagar rumah. Memperhatikan Chanyeol yang naik ke motornya lalu memakai helm.

Sebelum Chanyeol mengegas motornya, ia menganggukan kepalanya kepada Yoona yang dibalas lambaian tangan oleh Yoona.

Dan Chanyeol pun memacu kendaraannya meninggalkan rumah Baekhyun.

Setelah Chanyeol pergi, Yoona masuk ke dalam rumah dan menemukan Baekhyun yang tertidur di sofa.

"Baekhyun sayang, bangun. Ayo pindah ke kasurmu," ujar Yoona dengan nada lembut sambil menepuk-nepuk pipi Baekhyun.

Yoona menghela napas panjang ketika Baekhyun tidak bangun-bangun. Ia pun akhirnya beranjak untuk membangunkan sang suami agar menggendong Baekhyun ke kamarnya.

Niatnya hendak pergi ke kamarnya namun Yoona kini malah terdiam di depan kamar anak angkatnya yang lebih tua dari Baekhyun.

Byun Luhan namanya.

Ada sebuah perasaan mengganjal di hati Yoona. Ia pun membuka pintu kamar Luhan. Kamar Luhan begitu gelap karena memang kebiasaan anak itu mematikan lampunya saat tidur.

Yoona menyalakan lampu dan ia tersenyum tipis saat melihat Luhan yang terbungkus selimut rapat.

Yoona berjalan menghampiri Luhan yang tengah tertidur dan duduk di pinggiran kasur. Yoona pun membuka selimutnya karena berniat memandangi wajah Luhan yang damai saat tertidur.

Namun Yoona melotot dan mulutnya menganga ketika ia menemukan sebuah guling yang terbungkus selimut, dan bukannya Luhan.

"Astaga dimana anak satu itu!" Yoona mendumel sambil berjalan cepat menuju ke kamarnya untuk membangunkan sang suami.

Ya ampun mimpi apa Yoona barusan sampai di waktu dini hari ini ia mendapat dua musibah.

Baekhyun yang hampir tertabrak motor dan Luhan yang entah kabur kemana.

Chanyeol memakirkan motornya di dekat tribun yang ditempati Kai dan Kyungsoo. Ah ada Sehun juga sekarang.

Dan mereka bertiga memasang wajah kesal namun Sehun tak sekesal Kai dan Kyungsoo.

"Apa mereka mabuk?" gumam Chanyeol.

Chanyeol segera menghampiri para sahabatnya. Melihat kedatangan Chanyeol, Kyungsoo segera bangkit dan bersiap mengomeli Chanyeol.

"Kau kemana saja dasar gila!" bentak Kyungsoo membuat Chanyeol mengernyit tak suka.

"Itu bukan urusanmu penguin kecil!" ketus Chanyeol sambil mendorong tubuh Kyungsoo untuk menyingkir dari jalannya.

Chanyeol pun duduk di dekat Kai. Sementara Kyungsoo pergi untuk mengambil soju gratis di van yang disediakan sambil masih mengumpat kecil.

"Siapa yang menang?" tanya Chanyeol sambil menatap Kai dan Sehun bergantian.

"Ah Sehunnie kau pasti menangkan?" pekik Chanyeol sambil menoyor kepala Sehun.

"Tutup mulutmu bapak gajah!" bentak Sehun kepada Chanyeol.

Ck Sehun kenapa sih?

Chanyeol pun menanyakan hal yang sama soal kemenangan kepada Kai namun laki-laki berkulit lebih gelap darinya dan Sehun itu hanya diam.

"Kalian menyebalkan!" cibir Chanyeol sambil berjalan meninggalkan Sehun dan Kai untuk menyusul Kyungsoo.

"Jadi siapa yang menang?" tanya Chanyeol pada Kyungsoo sambil membuka sekaleng soju.

"Kau tahu peserta baru yang anak sastra yang terkenal pintar dan kutu buku itu?" tanya Kyungsoo dengan nada yang tidak santai.

Chanyeol mengangguk lalu meneguk sojunya. Setelah beberapa tegukan, tiba-tiba ia melotot.

"Jangan bilang kalau--"

"Iya. Anak itu yang menang. Si Byun fucking Luhan."

Chanyeol menjatuhkan kaleng sojunya yang belum habis hingga membasahi sepatu converse yang dipakainya.

"Ini tidak mungkin, Kyungsoo."

. . .

to be continued