Longing For You
Chapter 1 : Get Away From Him!
(June, 3rd 2016)
.
A Mark-Jin fic
(The story is mine and GOT7 is JYP's)
.
.
Setiap Senin dan Kamis pagi Mark Tuan selalu menyelipkan bekal sarapan berisi Kimbab secara rahasia di loker milik Choi Youngjae, teman sekelasnya. Sudah menjadi kebiasaannya selama delapan bulan dan tidak pernah berhenti sekalipun. Mark tahu kalau hari itu Youngjae selalu datang melebihi pukul delapan karena bekerja di pagi hari. Pada hari itu juga Mark selalu tersenyum melihat Youngjae datang membawa bekalnya ke kelas lalu memakannya dengan gembira pada saat istirahat di kantin.
Mark sangat menyukai Youngjae. Menurutnya, Youngjae memiliki hati selembut malaikat dan memiliki raga yang rapuh. Dirinya suka senyuman polos Youngjae. Dia selalu tersenyum walaupun berulang kali di bully, karena dia merupakan satu-satunya anak dari keluarga yang tidak mampu di kelas. Sudah tahu Youngjae sering di bully, Mark tidak pernah melakukan aksi heroik untuk membela lelaki itu. Dirinya takut karena dia pemalu dan pendiam di kelas, terkesan cuek dan tidak peduli. Mark sama sekali tidak mau kalau dia berurusan dengan orang yang membully Youngjae karena dia merupakan anak yang paling berpengaruh di sekolah dan tidak ada yang berani untuk menentangnya.
Setiap hari Mark selalu menyelipkan plester dan obat merah setiap Youngjae terluka di meja milik Youngjae. Sebenarnya dia merasa bersalah karena tidak pernah bisa melawan orang-orang itu, dan selalu menganggap dirinya adalah pecundang besar. Namun rasa bersalahnya terobati ketika melihat Youngjae tersenyum lebar membawa plester pemberiannya dan memakainya. Well, tidak buruk juga batinnya.
Hari itu adalah hari Kamis. Mark diam-diam meletakkan kotak makan berisi kimbab di loker nomor 159 lalu berlari ke kelasnya. Namun sesampainya di kelas dia terkejut karena Youngjae sudah duduk di kelasnya dan menatapnya yang dengan bingung. Mereka saling bertatapan selama satu menit sebelum Youngjae tersenyum lebar padanya.
"Oh, Mark Tuan… kau pasti kaget, kan mengapa aku berangkat sepagi ini?" Mark tersenyum canggung seraya menggaruk kepalanya. Dalam hati Mark merutuk karena senyuman Youngjae yang sangat mempesona.
"Uh… ya…" Mark menunduk malu lalu duduk jauh di depan Youngjae. Mark mencoba mati-matian untuk mengontrol degupan jantungnya makin lama makin keras. Salahkan pemuda di belakangnya yang terlalu manis.
Berulang kali Mark mengintip ke belakang. Pikirannya dalam dilema, apakah baik untuk mengajaknya ngobrol atau tidak. Padahal dia sangat penasaran mengapa dia berangkat lebih pagi. Apakah dia tidak bekerja? Apakah dia keluar dari pekerjaannya? Apakah dia ganti pekerjaan? Mark menggigit bibir bawahnya, kebiasaannya kalau sedang bimbang sekaligus malu. Tetapi kaki itu membawanya secara otomatis duduk di kursi depan Youngjae.
Sekali lagi Mark dan Youngjae saling bertatapan bingung. Mark bingung bagaimana mengawali percakapan dengan pria manis dihadapannya, sedangkan Youngjae bingung karena tiba-tiba pria yang belum pernah bersapa dengannya tiba-tiba sok akrab.
"Uh… Y-Youngjae… hehehe…" Mark terkekeh malu seraya menunduk, merutuki dirinya yang terlihat bodoh dihadapan pria itu. Youngjae terkekeh dan melihat tingkah lucu Mark. Ya, sangat lucu dirasanya.
"Kenapa?"
"Uh… kau…" Entahlah apa yang harus Mark katakan sekarang. Dia terlalu bingung dan tidak tahu harus mengeluarkan kata-kata apa. Semoga Youngjae tahu apa yang di maksud.
"Kau kenapa?"
"Kau kenapa berangkat pagi? Uh… biasanya kalau hari ini kau berangkat siang…"
Youngjae tersenyum lebar seraya menatap Mark. "Ah, itu… boss di tempatku bekerja memberiku libur hari ini." Mark terdiam.
"Lalu, apakah kau biasa berangkat pagi?" tanya Youngjae.
Mark mengangguk. Sebenarnya kecuali hari Senin dan Kamis Mark selalu berangkat agak terlambat. Youngjae tidak pernah mengetahuinya karena setiap pagi ia selalu duduk dan sibuk mengerjakan tugas atau membaca buku. Tapi untunglah, dengan begitu ia bisa menatap Youngjae terus menerus. Mark tersenyum lebar seraya menopang dagu menatap lelaki yang kini sedang serius membaca ulang buku catatan sebelum yang lain masuk ke kelas. Ah, menatapnya dari dekat lebih indah.
.
.
Bel istirahat berbunyi. Mark berpura-pura membaca buku menunggu Youngjae keluar. Tidak lama kemudian, Mark turut keluar dan membuntutinya. Dirinya bersembunyi di samping loker dan mengintip Youngjae yang membuka lokernya dan menemukan makanan yang ia letakkan disana. Dirinya tersenyum senang namun senyuman itu menghilang setelah merasa ada yang ganjal dengan Youngjae. Lelaki itu terlihat sedih dan menutup kembali lokernya tanpa membawa makanannya.
"Kenapa dia?" Matanya mengikuti Youngjae yang berjalan berlawanan arah dari arah kantin. Mark semakin curiga. Ia memutuskan untuk berjalan mengikuti Youngjae dari belakang dengan hati-hati. Berbagai pikiran berkecamuk di otaknya. Ada yang tidak beres dan hatinya merasa tidak nyaman. Keringat keluar dari dahinya. Biasanya kalau seperti ini sesuatu yang tidak mengenakkan akan terjadi.
Langkahnya membawa dirinya ke lorong atas sekolah yang jarang dijamah oleh siapapun. Mark bersender di dinding dan terdiam. Menggigit bibirnya bibir bawahnya dengan keras, kebiasaannya kalau sedang gugup.
"Kau membawanya?" Mark membelalakkan matanya mendengar suara yang sangat ia kenal. "Park Jinyoung?"
"Maafkan aku, tapi hari ini aku libur dan tidak bisa membeli apapun…" Dengan pelan Mark mengintip dari celah pintu yang agak terbuka.
Tebakannya benar. Park Jinyoung, dari kelas 3-3 adalah siswa yang paling ditakuti di seluruh sekolah. Mark tentu saja tahu, karena setiap Jinyoung lewat auranya berubah mencekam dan hitam. Dia selalu membuat ulah dan tidak tinggal diam jika sudah berurusan dengan seseorang. Tapi apa yang sudah Youngjae lakukan sampai dia bisa berurusan dengannya?
"Itu bukan suatu alasan…" Jinyoung berjongkok menatap Youngjae yang terduduk diam. Mulutnya menyunggingkan senyum licik lalu mengangkat dagu Youngjae. "Harusnya kau membeli dari uang tabunganmu." Desisnya.
"Maaf, tapi uangku aku gunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan jumlah yang kau minta terlalu banyak… aku tidak bisa memberikannya untukmu." Ucap Youngjae berani. Jinyoung menggertakan giginya lalu menonjok pipi Youngjae sampai lelaki itu jatuh.
Mark membelalakkan matanya. "Kurang ajar," desisnya pelan. Kakinya sudah maju ingin melawan tapi badannya terdiam. Dirinya kesal karena ketakutan yang tiba-tiba saja menjalar di badannya. Pengecut… batin Mark.
"Yah… pukuli dia." Jinyoung bangkit dan memerintahkan dua temannya dibelakang untuk memukuli Youngjae.
Hati Mark berdesir marah karena Youngjae tidak melawan dan membiarkan mereka memukuli sampai babak belur. Matanya tiba-tiba menatap Jinyoung yang melihat datar ke arahnya. "Sial!" Mark berlari terbirit-birit dan tidak menyadari kalau Jinyoung menyeringai kepadanya.
.
.
Dari jam setelah istirahat sampai bel pulang berbunyi bangku Youngjae tidak terisi, hanya tas dan bukunya yang tertinggal. Mark menggigit bibir bawahnya, berpikir apakah Youngjae selamat atau tidak. Langkahnya membawanya ke ruang UKS yang sudah gelap. Tidak ada bau penghuni disana dan pintunya terkunci. Mark seketika berlari ke tempat kejadian dan membuka pintunya dengan cepat. Terdiam, matanya mencari dimana Youngjae berada namun nihil. Nafasnya tersenggal karena berlari menaiki anak tangga tadi.
"Dimana dia?" Mark memutari lokasi namun nihil.
"Mencari Youngjae, huh?" Badannya seketika kaku mendengar suara dari belakang. Suara itu, suara milik Park Jinyoung. Perlahan Mark memutar badannya ke belakang takut. Dilihatnya Jinyoung menyeringai padanya lalu mendekat secara perlahan, diikuti kawanannya.
"Dia berada di tempat yang aman, tenang saja…" Jinyoung menepuk bahu kanan Mark. Lelaki pindahan dari Amerika itu bisa merasakan kalau Jinyoung menatapnya dari atas sampai bawah, membuat dia gugup. Dia merasa kalau Jinyoung sedang mencari spot yang tepat untuk dipukul. Menduga seperti itu membuat Mark takut. Tangannya mulai gemetar. Sebelum pindah ke Korea, Mark pernah merasakan kejadian yang sama ketika SD dan membuatnya trauma karena orang berhadapan dengannya adalah anak SMA.
"D—dimana?" Jinyoung memiringkan kepalanya tidak mengerti.
"D—di—dimana dia?"
"Oh, Youngjae? Entahlah… firasatku dia berada di tempat aman dan sedang mencari apa yang aku cari…"
Kurang ajar… rutuk Mark dalam hati. Ingin rasanya melawan namun dia adalah seorang pengecut. Tidak semua orang yang berasal dari Amerika adalah seorang jagoan, kau tahu.
"A—aku bisa memberikan apa yang kamu mau. A—asal kau tidak memukuli Youngjae lagi." Kali ini Mark berharap dia menjadi jagoan.
"Heol… yah! Kau dengar kata-katanya?" ejek Jinyoung pada temannya di belakang, disusul tawa keras.
"Aku serius!" bentak Mark. Sontak semua terdiam, termasuk Mark.
Terlihat sekali kalau Jinyoung tersinggung bentakan Mark. Seketika dia memukul pipi kanan Mark dengan keras sampai dirinya terjatuh.
"Siapa kau? Ada hubungan apa kau dengan Youngjae, huh?" Jinyoung menginjak pinggang Mark. Pemuda itu meringis kesakitan namun masih bisa menatap tajam Jinyoung. Dia pun tidak tahu darimana keberanian itu muncul. Rasa ingin melindungi Youngjae semakin besar.
"Berapa won yang kau mau, huh?" Mark balik bertanya.
"Jinyoung, aku rasa dia anak dari keluarga kaya…" seorang temannya berbisik membuat Jinyoung menyeringai. Dia berjongkok mendekati Mark dan menatap wajahnya yang agak lebam. Dalam hati Jinyoung bersorak gembira melihat hasil karyanya.
"Baiklah kalau begitu. Kau menawarkan sesuatu dan aku bersedia menerimanya…" Jinyoung tersenyum datar.
"Kalau begitu berikan aku 500.000 won dan Youngjae bebas. Kau harus memberikannya padaku hari Minggu pagi, di tempat ini juga." lanjutnya.
Mark terbelalak kaget. Namun dia tidak bisa mencerna apa-apa dan panik ketika Jinyoung memerintahkan pada temannya, "Pukuli dia."
"Akh!" Mark tidak bisa melawan dan hanya bisa menyilangkan tangannya untuk melindungi wajahnya. Semua badannya mereka pukuli sampai babak belur. Ia bisa melihat Jinyoung berjalan keluar dengan ekor matanya, sebelum pandangannya gelap.
.
To Be Continue
