Yugioh © Kazuki Takahashi-sensei.
INVASI © Sora Tsubameki
Chapter 1. Dari Sini Semua Dimulai..
Hhh..hh...hhh...
Jou melangkahkan kakinya berpacu dengan waktu. Degup jantungnya terus memompakan darah dengan lebih agresif. Peluh yang keluar memanaskan suhu tubuhnya yang saat ini berlari, menerjang ke seluruh arah. Pikirannya kalut. Entah kenapa semua menjadi kacau sejak segerombol orang yang menyebut diri mereka seeker mulai memburu dirinya.
Jou masih memaksa kakinya untuk berlari sekencang yang ia bisa. Ia tak akan berhenti karena berhenti berarti mati!
Ya, lebih baik dia mati bunuh diri dibandingkan menyerahkan tubuhnya untuk dihuni para alien itu.
Makhluk yang seenaknya saja mulai mencoba menginvasi bumi. Terdengar kejam? Kau akan berpikir ini beribu ribu lebih kejam ketika kau mulai mengalaminya.
Hah..hah..hah..argh!
Berlari ketika stamina mu sudah tak ada lagi memang sudah pasti akan membuatmu terjatuh pada akhirnya.
Tangan dan lutut jou sudah mulai tersayat karena jatuh berkali-kali. The seeker semakin dekat saja. Selama ini, jou tak pernah mendengar ada yang dapat kembali ketika the seeker telah mencium keberadaan mereka.
Teknologi dan fasilitas canggih sudah alien kuasai. Berburu manusia tak ubahnya seperti berburu rusa saja. Tak ada yg bisa lolos dari kejarannya.
Kalian tahu, manusia di jaman ini perlahan mulai tergusur dari bumi. Mereka sudah tak punya hak apapun di sini. Para alien yang menyebutkan diri mereka alliansi perdamaian hanya omong kosong belaka.
Nyatanya manusia yang tertangkap akan berakhir di lab, dan lahir sebagai salah satu spesies mereka. Spesies kecil menjijikkan yang akan menguasai akal dan tubuhmu. Bahkan akhir-akhir ini kami tak tahu keberadaan saudara kami lagi..akhir-akhir ini buruan mereka tak pernah keluar dari lab lagi..
Dengan nafas tak beraturan jou masih saja terus memaksakan kakinya berlari sekencang mungkin. Paru-parunya kembang kempis tak karuan. Kesadarannya haruslah tetap bersamanya jika ia tak mau berakhir di meja operasi.
Para the seeker semakin bersemangat melihat hewan buruannya berlari semakin lambat. Mereka membawa senjata jarak dekat berupa obat bius sprayer. Senjata peluru hanya digunakan dalam kondisi terdesak saja. Melihat buruannya yang terlalu lemah tak menyulitkan para the seeker mengejarnya.
Jou sudah tak memiliki semangat melarikan diri lagi. Seluruh engselnya serasa ngilu. Jalanan aspal yang tergenang sedikit air karena rintikan hujan sudah tak terasa lagi. Dia sudah melayang. Mungkin inilah saat terakhir hidupnya memperjuangkan sisi kemanusiaan agar tetap berada di dalamnya.
Rencana terakhir..dia akan menabrakkan diri pada mobil yang saat ini melaju kencang ke arahnya.
Dengan pandangan yang telah kabur, tersungging seutas senyum di bibirnya yang mulai berdarah akibat tergores aspal berkali-kali.
"Aku tak akan rela tubuh ini dihuni makhluk lain..ayah..ibu..mungkin saatnya aku menyusul.."
Jou memejamkan erat kedua bola matanya. Tubuhnya agak menggigil hebat menunggu mobil yg melaju kencang dan akan menghantam tubuhnya. Mungkin ini rasanya sensasi bunuh diri..
Mata Jou masih terpejam. Dia seolah sudah melihat ayah ibunya menyambut kedatangannya di surga.
Kedua orang tua Jou pun tak luput dari pengejaran alien. Mereka tertangkap saat Jou menginjak remaja. Saat itu semua seolah hitam. Jou tak tau apa yang akan dilakukannya lagi. Hidup sembunyi-sembunyi seperti tikus got. Mencuri dan dianggap asing di tempatnya sendiri.
Memuakkan!
Jou teramat benci dengan makhluk asing itu. Sekelompok manusia yang mau berjuang mempertahankan keeksistensiannya mulai mengambil jalan pergerakan bawah tanah. Saat itu Jou memutuskan mengikuti jejak mereka. Mereka yang berani hidup mempertahankan haknya, karena saat ini yang lebih dihargai oleh generasi mendatang bukan orang yang berani mati, tetapi pasukan berani hidup mempertahankan keturunan manusia sebagai penghuni bumi.
Saat ajal mulai mendekat,secara tak terduga mobil yang melesat cepat kearahnya berhenti dengan rem mendadak, tepat sejengkal lagi dari tubuhnya. Seseorang secara tergesa-gesa keluar dari dalamnya,berlari panik dan menarik pergelangan tangan Jou. Tanpa persetujuan dia menyeret Jou masuk mobilnya dan melesat pergi, berpacu meninggalkan the seeker.
"Damn! Bawakan kendaraan!" salah satu dari mereka tampaknya agak geram melihat buruannya lepas.
Jou masih belum mampu mensinkronisasikan keadaan. Mulutnya terbuka berkali-kali tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun. Yang ia sadari,saat ini ia sedang berada satu kendaraan dengan orang asing.
Mobil masih melaju dengan kecepatan diatas normal. Tak lama, beberapa mobil lainnya mulai melaju kencang di belakang, hampir menyusul mobil mereka.
Dengan raut muka yang terbilang tenang, sang penolong Jou makin menambah kecepatan, melaju di jalanan seperti angin.
"Hwaaaa..." Jou teriak panik. Lebih baik dia mati ditabrak daripada harus merasakan sensasi terpontang panting di dalam mobil bersama dengan orang asing.
"Berisik, anjing kampung!"
Oh..ternyata sang penolong tidaklah semulia yang ia duga. Belum apa-apa, sudah keluar makian pedas dari mulutnya. Wajar dong jika orang berteriak panik saat ajal akan menjemputnya.
Ya, Jou tidaklah merasa baikan setelah ditolong dari kejaran the seeker. Nyatanya saat ini dia mengalami nasib yang lebih buruk- terjebak bersama orang asing yang tak tau apa tujuannya- karena jou tak yakin niat mulia sang penolong
Ini hal yang paling buruk dibandingkan dengan dikejar-kejar oleh the seeker yang jelas-jelas menginginkannya.
Mobil terus melaju dengan kecepatan tak terkendali. ditambah rentetan timah panas yang saling menyalip, berebut menembus tubuh mereka. The seeker mengejar dengan tembakan membabi buta. Sesungguhnya menggunakan senjata bukanlah keahlian mereka. Bukankah mereka menginvasi bumi demi tujuan mulia? Menciptakan kehidupan yang lebih damai- yang mustahil tercipta oleh kaum pribumi-manusia.
Sang driver sudah tak peduli lagi dengan standar keselamatan. Hingga mereka melewati jembatan yang dibawahnya terbentang perairan yang cukup dalam. Jou menelan ludahnya dengan susah payah. Tak ada jalan keluar. Inilah tujuannya. Mati saja daripada ditangkap the seeker. Sepertinya sang penolong akan melancarkan niatnya. Nyatanya sekarang mereka sudah berada di udara, menabrak dinding pembatas dan bersiap jatuh ke dalam air.
KBOOOMM!
Suara yang cukup keras tercipta ketika mobil terjun bebas ke dalam perairan. Merasa mangsanya tak terjangkau lagi, the seeker makin menyerang mobil tersebut dengan serentetan tembakan dari kejauhan, menembus air seperti jarum, gusar melihat mangsanya diambang kematian.
Sementara di dalam perairan Jou makin panik. Kepanikannya membuat ketersediaan oksigen di dalam tubuhnya meluap dengan hebat. Semua terasa kabur. Entah apa yang terjadi, yang pasti dia refleks tak sadarkan diri.
XXXXXX
Putih..menyilaukan mata. Itu adalah sensasi pertama yang menyerang mata Jou saat pulih dari kesadarannya. Tenggorokannya terasa tercekat hebat. Surga kah ini?
"Air.." dengan terburu-buru tangan Jou terulur ke sembarang arah, berusaha menggapai sesuatu yang kiranya mampu memuaskan dahaganya.
Jou masih merasakan sensasi hebat di dalam kerongkongannya.
Apakah haus masih bisa dirasakannya saat berada di alam sana? Dimana keabadian adalah suatu hal yang tak mustahil?
Matanya mengerjap beberapa kali, mencoba fokus pada wilayah sekitar. Perlahan siluet-siluet mulai terbentuk. Kamar? Benarkah? Apa..dia belum mati?
**FLASH BACK**
Sang penyelamat berusaha mati-matian agar tetap sadarkan diri. Berusaha tak panik saat air mulai memasuki badan mobilnya.
Ini merupakan salah satu rencananya. Menceburkan diri ke perairan terdekat. Syukurlah perairan ini cukup dalam. Memberi jarak aman dengan musuh yang sedang memburu mereka.
Namun kiranya musuh tak bisa tinggal diam melihat jasad buruannya belum mengambang.
Dengan kekesalan yang meluap hebat mereka menembaki perairan dengan serentetan timah panas. Menghujam perairan layaknya roket yang meluncur bebas. Siap menembus apapun yang berada di bawahnya.
Dengan siaga, sang penyelamat berusaha menghindar sebisa mungkin dari hujan peluru yang sewaktu-waktu bisa saja menembus paru-parunya.
Namun, air mulai semakin naik hampir mencapai leher. Dengan sigap dia mulai menendang-nendang pintu mobil.
Percuma bukan? semakin turun ke dalam, pintu mobil pun akan mendapat tekanan semakin besar ke arah dalam -sementara air terus memenuhi bagian dalam mobil- tinggal beberapa senti lagi hingga air tak menyisakan oksigen sedikitpun bagi dua orang yang terjebak di dalamnya.
Dengan napas tersengal sang penyelamat masih berupaya memecahkan kaca jendela mobilnya. Beruntung dalam keadaan terdesak, sebuah benda keras ia temukan mengambang tepat disampingnya.
Dengan tenaga tersisa dan dalam keadaan menahan napas, sang penyelamat berhasil memecahkan kaca mobilnya. Dengan sigap dia mulai keluar dari mobil yang terus meluncur turun ke dasar perairan, tak lupa dengan menarik seseorang yang saat ini mulai tak sadarkan diri.
Dengan susah payah, sang penyelamat berenang menjauh dari wilayah tersebut, masih dengan merangkak menyusuri dasar perairan. Tak lama kemudian dia pun muncul ke permukaan karena kebutuhan oksigen yang tak bisa ditolelir lagi. Masih dengan nafas tersengal ia masih harus berlari sejauh mungkin dari lokasi, mengendap-endap demi mengalihkan perhatian mereka.
**END FLASH BACK**
tbc..
A/N: Oke, terpaksa harus kupotong dulu sampai disini. hahaha.
Ada yang tahu cerita ini diilhami oleh novel apa? saya lupa judulnya. :D
Saya rasa mereka cocok jika berada pada kondisi ini.
Yang pasti disini saya akan lebih mengembangkan ceritanya agar tak sama dengan buku atau movie "nya".
Ada yang mau fic ini diteruskan? :D Tapi maaf kalau update-annya akan selambat siput terbang. *plak*
Akhir kata, ditunggu ya responnya
