Land of Dawn, sebuah dunia baru di seberang lautan ganas yang menyembunyikanya dari seisi dunia. bagi kaum awan cerita tentang Land of Dawn adalah sebuah dongeng pengantar tidur, hanya orang tertentu saja yang tahu tentang kebenaranya, dan segelintir orang saja yang memiliki keberanian untuk berlayar kesana.

Bukan tanpa alasan, untuk dapat mencapai Land of Dawn mereka harus melewati lautan ganas yang disebut Black Sea, lautan dengan ombak ganas dan badai yang tidak pernah berhenti. Tapi ancaman terbesar adalah sang penguasa Black Sea, Captain Bane.

Captain Bane adalah bajak laut penguasa lautan yang sudah melegenda pada masa kejayaanya, kapalnya Black Pearl adalah kapal tertangguh dan tercepat di lautan. kini dia bangkit kembali sebagai seorang Undead yang menghantui Black Sea, meski begitu masih ada juga orang yang dapat mencapai dataran legendaris itu.

mereka adalah para petarung terbaik dari yang terbaik, datang ke Land of Dawn dengan berbagai alasan, tapi umumnya mereka datang untuk menawarkan kekuatan mereka sebagai Mercenary pada para penguasa di Land of Dawn

Berperang dalam perang mereka-hanya ada dua takdir yang menunggu.. menjadi yang terkuat dengan kekayaan dan kejayaan atau tumbang dalam medan pertempuran dan dilupakan.

'This is Story About Champions of the Land of Dawn'

-Chapter 1 : Story of Man with The Demon Hand-

Namaku Alucard, seorang demon hunter. kenapa demon hunter? mungkin terdengar Klise.. tapi aku punya cerita, jadi sejak beranjak remaja aku dibesarkan oleh sekelompok demon hunter, aku sudah dilatih untuk menjadi hunter yang terhebat sejak saat itu. Orang tua? Oh ya.. mereka salah satu alasanku menerima takdir sebagai demon hunter.. saat usiaku 10 tahun orang tuaku dibantai oleh Blood Demon mereka juga menangkap dan menyiksaku.. untung saja para demon hunter menyelamatkanku.

Singkat cerita aku meminta mereka untuk mengajariku menjadi seperti mereka, dan mereka menyetujuinya.. akhirnya aku memiliki kekuatan untuk melampaui kekuatan mereka, mereka tidak lagi menakutiku.. mereka takut padaku. sekarang aku hanya punya satu tujuan..

Membalas dendam

KRINGGGG !

Tiba-tiba saja suara berdering sangat bising menganggu telingaku, dengan malas ku buka mataku untuk melihat benda sialan apa itu yang menganggu tidurku.. jam beker, siapa yang menaruhnya disini? aku tidak pernah membeli penganggu kecil ini.

Itu tidak penting, dengan tangan kiriku aku hantam tombol untuk mematikan alaramnya, sayang sekali sepertinya aku terlalu berlebihan.. sekarang benda itu malah remuk.

"Al ! waktunya sarapan !"

"Hrrgg.." satu lagi suara bising, sepertinya aku tidak bisa kembali tidur sekarang. Entah mengapa mengangkat tubuhku dari ranjang selalu saja terasa sangat berat. Aku berjalan sempoyongan kearah wastafel di kamar mandiku untuk membasuh muka

Setelah selesai berpakaian aku langsung turun ke lantai bawah, di ruang makan sudah menunggu penghuni lain di rumah ini. pria tua yang sedang merokok santai dan gadis muda yang tersenyum riang kearahku, mereka Layla dan Paman Roger.

Mau berkenalan ? oke si gadis muda dulu.. sama sepertiku dia diselamatkan oleh kelompok kami saat masih remaja, dia diselamatkan dari serangan turtle.

seorang gadis kecil berkeliaran di hutan membawa meriam besar.. kami sempat terkejut waktu itu. dia gadis penyendiri dan selalu menolak bicara soal masa lalunya. Untung saat bergabung dengan Organisasi lama-kelamaan dia menjadi ceria, enerjik dan selalu bersemangat. Dialah yang mood maker di Organisasi kami.

Paman Roger membawanya tinggal bersama kami. Lama kelamaan aku mulai menyayangi Gadis kecil ini.. Kami mulai menganggap satu sama lain layaknya saudara, aku lebih tua jadi aku menganggapnya adikku. Layla Salah satu alasanku untuk tidak meninggalkan sisi kemanusiaanku dan menjadi mesin pembantai iblis sepenuhnya

"Ohh~ akhirnya kau bangun pagi~ ini pasti karena jam beker itu kan~ " katanya antusias

Aku menarik kursi dan duduk disebelahnya "Oh itu kau yang menaruhnya disana Layla ?"kataku

"Yup, kau sering bangun siang jadi aku membelikanmu jam beker.. agar kita bisa sarapan bersama ide bagus kan? " lagi-lagi dia tersenyum manis kearahku "sekarang dia akan membangunkanmu setiap pagi~"

(...Oh andai dia tahu apa yang terjadi dengan si jam beker...) batinku, dia benar-benar tulus membantuku dan aku malah... sudahlah... aku benar-benar merasa bersalah sekarang.. dan ekspresi wajahnya semakin membuatku merasa seperti Ungrateful Bastard

"Hm? Jangan hanya bengong dong ! makan makananmu" katanya menunjuk makanan di depanku

"Aku kehilangan nafsu makan..."

"Hahaha aku rasa aku tahu penyebabnya" Kata pria setengah baya dihadapanku, dia melirik menyeringai kearahku seakan tahu segalanya... hm, apa dia benar-benar tahu ?

Si tua ini.. adalah Paman Roger, dia salah satu orang yang menemukanku di sarang iblis. Dia juga yang mengajariku dan Layla cara bertarung. terdengar seperti pria keren? salah! pria ini suka mabuk-mabukan dan perokok akut dia juga malas dan pelupa... well kau bisa bilang dia mendapat peran "ayah" dalam rumah ini. Dan itu artinya dia yang memiliki banyak 'kekuasaan' dirumah ini.

meski begitu paman Roger adalah first Class hunter selama lebih dari 3 dekade. Dia juga memiliki kekuatan werewolf.. sayang dia tidak begitu bisa mengendalikanya, dan hanya aku yang bisa menghentikan amukanya.. percayalah itu adalah pertarungan terberat yang pernah kulakukan.

"Heh ? benarkah? Apa karena makananku tidak mengundang selera ?" kata Layla sedikit kecewa

"Hmm Layla, bisakah kau ambilkan demon log yang ada di kamar Alucard-"

"Jangan masuk kamarku !" sialan paman Roger... dia hanya tertawa melihat kepanikanku

"Huh kenapa ? biasanya juga aku sering kesana..."

"Uh er..." aku harus memberikan alasan yang tidak membuatku seperti orang bodoh...

Knock Knock !

(in the nick of time !) dalam hati aku sangat senang seseorang mengetuk pintu kami, Layla sepertinya sudah teralihkan dengan tamu kita.

"Apa ada orang dirumah !?"suara wanita yang familiar, dia kembali mengetuk pintu lebih keras... secara berlebihan

"Kami di meja makan, kesini saja !" jawab Layla, tanpa balasan derap kaki mulai terdengar mendekat dari ruang tengah

Munculah Seorang wanita dari balik pintu dapur. Hilda. tinggi, memiliki badan berotot dan memakai pakaian dari bulu binatang, dia Hilda.. seorang Hunter, tapi bukan demon hunter seperti kita.. dia lebih suka mengambil pekerjaan menangani monster. Meski berbeda tapi dia tetap rekan kami, tidak jarang kami bergabung dalam misi yang berbahaya.

"aku sempat berfikir kau mau menghancurkan pintuku" kataku menyindir , dia hanya melirik dan mengabaikanku

Menyebalkan.. oh dan sudahkah ku bilang wanita ini bossy banget ?, keras kepala, sangat formal dan tidak memiliki selera humor sama sekali. Sangat menyebalkan jika harus setim denganya.

"kak Hilda, ayo ikut sarapan dulu" kata Layla sambil menepuk kursi kosong disebelahnya

"Oh, aku sudah makan, babi hutan buruanku kemarin, tapi thanks buat tawaranya" jawabnya sambil tersenyum, Hilda memiliki soft spot sendiri jika berhubungan dengan Layla. Jangan harap dia seramah itu dengan pria.

"Jadi, jika tidak numpang sarapan gratis ada perlu apa kau disini" tanya Roger yang mendapat pelototan tajam dari yang bersangkutan

"Aku punya pekerjaan besar, aku mau mengajak kalian semua karena ini misi cukup berbahaya" katanya, tanpa basa-basi seperti biasa...

"jika kau membicarakan soal berburu Lord dan Ancient Turtle.. salah satu dari kami saja cukup" kataku

"nah kali ini bukan itu, ini jauh lebih berbahaya. Kita harus melawan gerombolan Bloodaxe Orc" mendengar nama "Bloodaxe Orc" membuat kami bertiga cukup terkejut, situasi berubah serius. Kami menghentikan makan kami untuk mendengarkan Hilda sepenuhnya

"lanjutkan" kata paman Roger

"Aku mendapat laporanya kemarin malam, gerombolan Bloodaxe Demon dari timur sedang dalam perjalanan ke Barat megalith forest , mereka menghancurkan apapun yang dilewatinya"

"Barat ? itu berarti.."

"ya mereka kemungkinan akan menuju Negri para Elf, itulah mengapa sang raja sendiri yang memintaku untuk mengurus masalah ini" tentu saja yang dibilang raja oleh Hilda adalah Estes, ini bukan pertama kalinya Estes menjadi Klien kita.

"Bukankah mereka punya banyak pasukan, kenapa menyewa kita ?" tanya Layla

"para Elf sedang dalam masa perang dengan Night Elf, itulah proritas utama pasukan mereka saat ini, lagipula tentara Elf itu sangat disiplin mereka tidak akan mengerti cara bertarung kaum barbar seperti Bloodaxe Orc, Estes itu cerdas dia tidak akan mengambil resiko kehilangan banyak pasukanya" kali ini Roger yang menjelaskanya.

"Haa.. jadi kita harus melawan para makluk haus darah itu cuman berempat!?" itu jelas tidak mungkin Layla...

"kau bercanda ? tentu saja tidak. Kita akan ditemani pasukan Elit dari salah satu unit pribadi Estes" jawab Hilda, aku bisa lihat wajah lega Layla setelah mendengarnya

"aku senang Estes tidak menganggap remeh mereka.. " kataku, terakhir kali aku bertarung dengan Bloodaxe Orc aku dibuat kewalahan dengan gaya bertarungnya yang brutal dan asal mengayunkan senjata

"Oh, dan kudengar petarung terkuat mereka sendiri yang memimpin gerombolan itu The Berserker-"

"-Balmond" sebut Paman Roger melanjutkan kata-kata Hilda, nama asing, aku baru pertama kali mendengarnya-begitupula Layla.

"Kau kenal dia paman ?" tanyaku

"karena Bloodaxe Orc jarang menuju barat mungkin kau belum pernah mendengarnya, Dia adalah yang paling tangguh dari mereka semua, nama itu sangat ditakuti di timur... dari cerita yang aku dengar dia memiliki kapak legendaris yang bisa menyembuhkan setiap luka yang dia terima dengan darah dari lawan yang ia tebas"

"Bukan berita bagus..." responku spontan

"Bagaimana? kalian ikut atau tidak ? aku tidak memaksa" aku melirik paman Roger, dia menghisap rokok yang baru dia nyalakan. Seketika kepulan asap dan bau tembakau memenuhi ruangan

"Menarik, Srigala dalam diriku juga haus dengan pertempuran, aku ikut !"

"Heh, sudah kuduga bagaimana denganmu.." kata Hilda menoleh kearahku,

"Tentu saja aku juga" jawabku, aku benar-benar penasaran dengan si Balmon yang mereka bcarakan itu, ini kesempatanku untuk beradu pedang denganya.

"dan Layla.. kau tidak harus ikut, ini cukup berbahaya" kata Hilda lembut, aku sendiri merasakan ketakutan dalam diri Layla

"Aku... tentu saja aku ikut !" L-layla.. apa barusan dia bilang mau ikut ?

"Sungguh ?" Hilda tampaknya juga sedikit tidak percaya

"..ya, aku tidak suka tinggal sendirian.. belum lagi pasti setiap saat dihantui rasa cemas menunggu kalian semua pulang.. "

"Layla.."

"Hahaha ! biarkan dia ikut Hilda !" kata paman Roger

"memang sih ..serangan Cannon mu akan sangat berguna" Hilda berpikir sejanak "baiklah, tapi kau harus jaga jarak ya, mereka sangat berbahaya"

"Oke! "kata Layla kembali riang seperti biasanya, Hilda menoleh kearahku hendak mengatakn sesuatu

"Al, apapun yang terjadi jangan jauh-jauh dari Layla.. aku tahu seperti apa kau dalam medan pertempuran, untuk kali ini tolong prioritaskan melindungi Adikmu daripada membantai banyak musuh seperti yang biasa kau lakukan"

ya dia benar, aku tidak akan meninggalkanya dengan lawan semacam ini.. mereka tidak hanya membunuh mereka bisa melakukan 'sesuatu' yang lebih buruk

"tentu saja, aku tidak akan membiarkan makluk biadab seperti mereka mendekati Layla" tapi jika aku bertemu dengan Balmond di medan pertempuran.. apa aku bisa menahan desakan dalam diriku untuk bertarung...

-aku harus demi keselamatan Layla

"Al... thanks" ucap Layla padaku dia menatap mataku "aku janji akan membantumu juga" lanjutnya

"Bagaimana dengan bayaranya ! aku harap Estes mau membayar dengan upah yang pantas kali ini" aku setuju dengan paman Roger.. Estes meskipun raja.. dia itu sangat pelit dan perhitungan sekali

"Tenanglah, dia menjanjikan seribu keping emas dan 500 diamond untuk misi ini, untuk pembagian...seperti biasa" jawab Hilda

"hahaha ! sekarang aku percaya Estes adalah raja !" paman Roger kegirangan begitu pula Layla yang mulai berbisik-bisik soal "beli baju baju dan Ugrade Cannon" ya.. aku cukup senang sih, 25 persen masing-masing untuk Hilda dan Roger sebagai Veteran First Class hunter, 20 persen untukku sebagai First Class, 20 untuk Layla-Second Class hunter biasanya hanya akan dapat 10-15 persen total upah.. pengecualian buat Layla. Dan sisa upahnya untuk membiayai keperluan kita seperti transportasi, senjata, atau makanan.

"Jadi kapan kita berangkat ?" tanyaku

"siang ini.. kita akan mulai berangkat menuju perbatasan negeri Elf untuk bertemu pasukan Elf yang dikirim Estes, seharusnya malam kita sudah sampai disana.. selanjutnya Miya yang akan jelaskan" ya Miya adalah tangan kanan Estes dan juga teman Layla.

"Oh ! jadi Miya yang memimpin regu elit itu ya, asiiikk"

"pokoknya segera siap-siap, aku akan kembali nanti siang untuk menjemput kalian... "

Hilda kemudian pamit untuk mengurus persiapkan untuk keberangkatan kami, Layla pergi mengantarkanya sampai pintu depan, paman Roger mematikan rokoknya yang sudah hampir terbakar habis

"Kau tahu Bloodaxe demon adalah keturunan dari Blood demon kan..." katanya

"Ya.."

"aku harus mengingatkanmu Al, salah satu Iron Laws dari demon hunter kita.. yang keempat" tentu saja bunyinya "tidak pernah membawa masalah pribadi dalam pekerjaan", dia mengungkit soal masa lalu ku yang tidak menyenangkan dengan seorang Blood demon, tapi aku sudah dewasa.. aku sudah tidak dikendalikan amarah dan kebencian

"Aku mengerti apa yang ingin kau katakan paman,aku akan memprioritaskan pekerjaan.. dan Layla"

"Bagus.. dan satu lagi, jangan sampai monster dalam dirimu mengalahkan hati manusiamu"

"heh...Itu berlaku untukmu juga Paman"

-End Of Chapter-

Next Chapter : The Arrow of the Elves